Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Studi Islam Integratif
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Hasan Bisyri, M. Ag.
Dr. Hj. Siti Qomariyah, M.A.

Disusun Oleh :
Nur Kholis 50223033

KELAS B
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama merupakan solusi dalam memecahkan beragam masalah


yang dihadapi umat manusia. Agama tidak hanya dipandang sebagai lambang
kesalehan seseorang atau berhenti sekadar disampaikan dalam mimbar
khutbah,namun dalam tataran konsepsional agama hadir menunjukan cara-cara yang
paling efektif dalam memecahkan problematika kehidupan. Tuntutan terhadap agama
yang demikian dapat dijawab apabila pemahaman atas agama yang selama ini masih
menggunakan pendekatan teologis-normatif dilengkapi dengan pemahaman agama
dengan menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan historis, sosiologis,
antropologis, filosofis dan psikologis maupun lainnya, yang secara operasional
konseptual dapat memberikan solusi atas masalah yang nampak. Secara sederhana
agama dapat dikaji, ditelaah dan diteliti dengan menggunakan pusparagam
paradigma.1

Seiring dengan perkembangan zaman yang berjalan dinamis dan berubah-ubah


lengkap dengan munculnya persoalan baru dalam perjalanan kehidupan manusia,
maka menjadi suatu keniscayaan untuk memahami dan mengkaji agama sesuai
dengan konteks zamannya. Oleh karena itu berbagai pendekatan dalam memahami
agama memiliki peran dan fungsi yang strategis, tak terkecuali agama Islam.
Landasan pemahaman yang benar tentang Islam akan menjadikan tumbuhnya sikap
moderat dalam memandang ragam perspektif yang berbeda.2

Islam yang merupakan agama penyempurna dari ajaran sebelumnya dan berisi
ajaran yang bersifat komprehensif dan holistik serta membawa misi rahmatan lil
‘alamin ( kasih sayang kepada seluruh alam ) hendaknya dipahami dengan kacamata
yang luas dan mendalam agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat

1
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 9.
2
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2012), hal. 75.
1
memberikan rasa damai baik bagi pemeluknya maupun umat lain dan menebar
kemashlahatan dalam kehidupan.3

Kajian tentang Islam menjadi topik diskursus yang menarik bagi segenap
kalangan inteletual Muslim sendiri maupun sarjana-sarjana Barat, baik kaum
orientalis ataupun Islamist (ahli pengkaji ke-Islaman ). Meminjam bahasa Fazlur
Rahman, bahwa subjek kajian Islam terdiri dari dua kutub yang berlainan yaitu
insider (orang dalam ) dan outsider (orang luar ). Kedua kelompok tersebut tentunya
saling berlainan, yang dimaksud dengan insider ialah para inteletual, cendekiawan
maupun ilmuan Islam sedangkan diksi outsider disematkan kepada kalangan
orientalis. 4

Upaya yang dilakukan untuk mendalami dan memahami hal ihawal tentang
Islam yaitu dengan melalui beragam pendekatan. Adapun pendekatan yang dimaksud
penulis diantaranya meliputi pendekatan teologis-normatif, antroplogis, sosiologis,
historis, psikologis, kebudayaan maupun filosofis. Perlu dipahami bersama bahwa
setiap pendekatan meniscayakan memiliki titik kelebihan dan kekurangan, sehingga
antar satu pendekatan dengan lainnya saling melengkap dan menambah wawasan
pengetahuan dan pemahaman bagi para pengkajinya. Alhasil hal ini dapat menangkis
fanatik buta dan pemutalakan pendapat.

Tipe pendekatan sosiologis termasuk katagori pendekatan yang dapat


digunakan sebagai jalan untuk memahami konstruksi agama khususnya agama Islam.
Mengingat tidak sedikit bidang kajian Islam yang memuat tentang hal ihwal sosial.
Penting untuk dipahami bersama-sama bahwa ajaran Islam diturunkan tidak berada
dalam ruang hampa, tetapi berada ditengah-tengah realitas sosial yang diliputi
beragam dinamika dan problematika. Melalui pendekatan sosiologis suatu bidang
dapat dipahami secara proporsional dan tepat. Dalam kitab suci al- Qur’an akan kita
jumpai sederet ayat yang berkaitan erat dengan hubungan antar manusia, sebab-sebab
kebahagiaan, kesengsaraan dan dinamika sosial lainnya. Beragam hal tersebut dapat

3
Rois Mahfud, Al – Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 3-5.
4
Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam : Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana
Orientalis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 17.

2
dipahami dengan catatan mengetahui konteks sosial pada saat ajaran agama
diturunkan.5

Dalam makalah ini, penulis hanya akan menjelaskan satu pendekatan dalam
studi Islam yakni pendekatan sosiologis. Signifikansi dari pendekatan sosiologis ini
dapat dijadikan sebagai suatu upaya untuk mengkaji dan mendalami atas ajaran
agama Islam dari sudut pandang sosial masyarakat.

5
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 83-86.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi dan Sejarah Perkembangannya

Diksi sosiologi secara etimologi terdiri dari kata “socius” yang


memiliki makna teman, dan kata “logos” yang berarti berkata atau
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.6 Dalam
litertur lain disebutkan bahwa kata sosiologi secara lughowi bermakna
pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku dan perkembangan
masyarakat.7 Secara terminologi sosiologi dipahami sebagai ilmu yang
mengkaji tentang struktur sosial dan proses-proses sosial dan termasuk
perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi yakni masyarakat
yang dilihat dari perspektif hubungan antara manusia, proses yang
ditimbulkan dari adanya interaksi tersebut dan gejala-gejala yang ada
dalam masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat meliputi gejala-
gejala sosial, perubahan sosial, struktur sosial, jaringan interaksi manusia
baik sebagai makhluk indvidu maupun sosial. 8

Semua bidang intelektual dibentuk oleh setting sosialnya. Hal ini


terutama berlaku bagi sosiologi, yang bukan hanya berasal dari kondisi
sosialnya tetapi juga menjadikan realitas sosialnya sebagai kajian
dasarnya.9 Perlu diketahui bahwa orang yang pertama kali menjadi
penggagas dan sekaligus mengimplementasikan sosiologi sebagai sebuah
disiplin ilmu baru yang mandiri ialah Ibnu Khaldun. Sosok tokoh ternama
yang berasal dari Tunisia, Afrika Utara yang lahir pada tanggal 27 Mei
1332 M atau 1 Ramadhan 732 H hidup dalam suatu kondisi konflik antara
Muslim tradisionalis, rasionalis dan kaum sufi. Situasi dan kondisi yang
tidak harmonis terjadi dalam lingkungan tempat tinggalnya itulah yang

6
Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995), hal. 2.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), hal. 217.
8
Ida Zahara Adibah, Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam: jurnal Inspirasi Vol. 1, No. 1 Januari-
Juni, 2017.
9
George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, terj. Alimandan (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 7.

4
memotivasi untuk mempelajari dan menganalisis masyarakat secara
serius.10

Ibnu Khaldun dalam kajiannya menghasilkan berbagai karya yang


berkaitan dengan sosilogi, misalnya kitab al-Ibar yang didalamnya memuat
sejarah umum dan universal masyarakat. Selain itu Beliau juga memiliki
karya monumental yaitu Muqoddimah (Prolegomena) yang berisi
pembahasan tentang sosiologi. Muqoddimah merupakan karya terpenting
dalam keseluruhan karya Beliau yang terdiri dari 6 bab, yaitu bab pertama
membahas perihal sketsa sebuah sosiologi umum dan secara garis besar
pengaruh lingkungan terhadap kondisi manusia. Bab kedua berisi sosiologi
masyarakat primitif dan pedesaan seperti masyarakat liar,nomaden,
kelompok-kelompok keluarga, dan suku-suku. Bab ketiga berisi sosiologi
politik yang mana di dalamnya membahas bentuk-bentuk pemerintahan
yang beragam, negara dan konstitusi serta kedudukan politik. Bab keempat
mengkaji tentang sosiologi masyarakat perkotaan termasuk juga entitas
peradaban yang serba maju dan canggih. Bab kelima berisi sosiologi
ekonomi, industri termasuk mata pencaharian, aktivitas ekonomi, keahlian
dan seni yang berbeda-beda. Bab keenam berisi sosiologi pengetahuan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan persoalan budaya sevara umum.11
Pembahasan tentang masyarakat secara empiris dan sebab-sebab fenomena
sosial pun berada dalam karya kitab muqoddimah tersebut.12

Sebagian besar sosiolog memandang kontribusi Ibnu Khaldun


begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui tokoh seperti Karl
Marx dan August Comte sebagai manusia yang berjasa dalam ilmu
sosiologi. Adanya rangkaian panjang dari revolusi politik yang
dihantarkan revolusi Prancis pada tahun 1789 dan revolusi yang
berlangsung sepanjang abad ke-19 dipandnag sebagai faktor yang paling
dominan perannya dalam pembentukan sosiologi. Meskipun ini
sebenarnya bukan faktor pertama dalam pembentukan ilmu sosiologi ,

10
Muhyar Fanani, Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai Cara Pandang
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 20.
11
Osman Ralibi, Ibnu Khaldun tentang Masyakat dan Negara (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hal. 13.
12
Yudian W. Asmin, Teori-teori Filsafat Sosial Ibnu Khaldun (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 19980,
hal. 27.

5
karena faktor pertama ialah kondisi kacau yang terjadi pada masa Ibnu
Khaldun. 13

Pada abad ke-18, jelas terlihat bahwa dampak revolusi politik


terhadap masyarakat sangat dahsyat. Para pemikir merasa prihatin dengan
munculnya situasi chaos yang ditimbulkan oleh revolusi terutama di
Prancis. Sebagian mereka mengharapkan kembali kepada Abad
Pertengahan yang diliputi kedamaian, ketenangan dan ketertiban. Sebagian
yang lain menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menciptakan
perubahan sosial yang dapat mengembalikan kepada keadaan yang di
dambakan. Oleh karena itu, mereka mencoba menemukan landasan tatanan
baru dalam masyarakat yang telah dijungkirbalikan oleh revolusi politik
pada abad ke-18 maupun abad ke-19.Perhatian terhadap problematika
ketertiban sosial inilah yang menjadi peehatian utama tokoh seperti August
Comte (1789-1857) dan Emile Durkheim (1858-1917).14 Comte inilah
yang dianggap sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah
sosiologi.15

Sumbangan konkret Comte dalam teori sosiologi awal ialah teori


evolusinya atau yang biasa disebut dengan hukum tiga tingkatan. Teori ini
menjadi landasan pendekatan Comte. Teori ini menyatakan bahwa ada tiga
tingkatan intelektual yang harus di lalui dunia di sepanjang sejarahnya.
Bahkan tiga tingkatan tersebut juga akan dijalani oleh kelompok
masyarakat, ilmu pengetahuan, individu maupun pemikiran. Adapun tiga
tahap yang dimaksud Comte adalah: Pertama, tahap teologis yang menjadi
karakteristik dunia sebelum era 1300. Pada periode ini, sistem gagasan
maupun ide utamanya menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan
adikodrati, tokoh agama dan keteladanan manusia menjadi dasar segala
sesuatu. Dunia sosial dan alam fisik dianggap sebagai ciptaan Tuhan.
Kedua, tahap metafisik yang terjadi sekitar 1300-1800. Era ini ditandai
dengan keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala
sesuatu, bukannya dewa-dewa personal. Ketiga, tahap positivistik yang

13
Saleh Faghirsadeh, Sociology of Sociology (Tehran: The Soroush Press, 1982).
14
Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern( Jakarta: Kencana, 2004), hal. 7.
15
Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi , hal. 16.

6
berlangsung sejak tahun 1800 yang mana diindikasikan oleh keyakinan
pada ilmu sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian
terhadap penyebab absolut ( Tuhan) dan memusatkan perhatian kepada
pengamatan terhadap alam fisik maupun dunia sosial guna untuk
mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.16

B. Sosiologi Sebagai Pendekatan dalam Studi Islam

Pendekatan sosiologi dalam studi Islam, digunakan sebagai


metodologi untuk memahami corak dan stratifikasi dalam suatu kelompok
masyarakat , yaitu dalam dunia ilmu pengetahuan, makna pendekatan yaitu
sama dengan metodologi yaitu sudut pandangn atau cara memperlakukan
sesuatu yang menjadi perhatian yang dikaji. Kegunaan yang berkelanjutan
tentang sosiologi yaitu untuk mengarahkan dan menambah keyakinan ke-
Islaman yang dimiliki oleh kelompok masyarakat sesuai dengan ajaran
agama Islam tanpa menimbulkan gejolak dan tantangan antara sesama
kelompok masyarakat. Melalui pendekatan sosiologi inilah diharapkan

mampu membentuk sikap toleransi bagi para pemeluk agama Islam


terhadap aspek perbedaan budaya lokal dengan ajaran Islam itu sendiri.17

Signifikasi pendekatan sosiologi dalam studi Islam dapat


memahami fenomena sosial yang berkorelasi dengan ibadah dan
muammalah. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial
menjadikan para agamawan, cendekiawan dan pemikir untuk memahami
ilmu sosial sebagai pisau analisis memahami agama Islam. Disebutkan
dalam buku yang berjudul Islam Alternatif karya Jalaluddin Rahmat,
bahwa perhatian dan kepedulian agama Islam terhadap fenomena dan
masalah sosial sangat besar.18 Hal ini dilandasi dengan lima hal yang
menjadi argumentasi logis, antara lain:

16
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hal. 398.
17
Fauziah Hasni, Kambali, Studi Islam dalam Pendekatan Sosiolog: Jurnal Sosial dan Sains (Cirebon:
IAIN Syekh Nur Jati), Vol. 3, No. 6, 2023.
18
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif (Bandung: Mizan, 1986, hal. 48.

7
Pertama dalam al-Qur’an atau kitab hadits, proporsi terbesar kedua
sumber hukum Islam itu berkaitan dengan urusan muammalah (sosial). 19
Dalam pandangan Ayatullah Khumaeni dalam karya beliau al-Hukumah
al-Islamiyah yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat disampaikan bahwa
perbandingan antara ayat-ayat tentang ibadah dengan ayat-ayat tentang
kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus. Maksudnya untuk satu
ayat ibadah terdapat seratus ayat tentang sosial (muammalah). Kedua,
bahwa ditekankannya masalah muammalah atau sosial dalam Islam ialah
adanya kenyataan bahwa apabila urusan ibadah bersamaan waktunya
dengan urusan muammalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek
atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan) melainkan tetap dijalankan
sebagaimana mestinya. Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi
kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dibandingkan ibadah yang
bersifat individual. Oleh karena itu sholat yang dijalankan secara
berjamaah dinilai lebih tinggi derajatnya dibandingkan sholat yang
dikerjakan sendiri dengan ukuran 1 berbanding 27 derajat.20

Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan apabila urusan ibadah


tidak dilakukan secara sempurna atau batal dikarenakan melanggar
pantangan tertentu, maka kafaratnya (tebusan) melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan sosial. Bila puasa tidak mampu dilakukan misalnya,
maka wajib membayar fidyah dalam bentuk memberi makan pada orang
miskin. Kelima, terdapat ajaran dalam Islam bahwa amal baik dalam
bidang sosial mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.21
Demikian sebaliknya sosiologi memiliki kontribusi dalam bidang
kemsayarakatan terutama bagi orang yang berbuat amal baik misalnya
sedekah, infaq, menolong orang lain, dermawan dan lainnya akan
mendapatkan status sosial yang lebih tinggi ditengah kalangan masyarakat.

Secara garis besar dari kelima argumentasi yang disampaikan oleh


Jalaluddin Rahmat dalam bukunya tersebut, maka melalui pendekatan
19
Adibah, Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam: Jurnal Inspirasi Kajian dan Penelitian
Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, hal. 1-20.
20
Syamsuddin, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).
21
Abdul Aziz, Kesalehan Sosial dalam Bermasyarakat Islam Modern, Jurnal Mathlaul Fattah: Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam, 2020, Vol. 11, No. 1, hal. 54-70.

8
sosiologis, agama akan dipahami dengan mudah, dinamis dan kontekstual
sehingga nilai-nilai dan ajaran agama Islam tidak tercerabut dari sisi sosial.
Islam dijadikan sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi umat
manusia.

C. Contoh Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam

Dalam perspektif M. Atho Mudzar terdapat lima tema studi Islam


dengan pendekatan sosiologis: Pertama, studi tentang pengaruh agama
terhadap perubahan masyarakat; Kedua, studi tentang pengaruh struktur
dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman ajaran agama atau konsep
keagamaan; Ketiga, studi tentang tingkat pengalaman beragama
masyarakat; Keempat, studi pola interaksi sosial masyarakat muslim;
Kelima, studi gerakan masyarakat yang membawa paham untuk
menguatkan atau melemahkan kehidupan beragama.22

1. Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat

Para sosiolog berpandangan bahwa agama berfungsi bagi


terbentuknya perubahan sosial karena ajaran-ajaran agama yang dinilai
sakral oleh para pemeluknya berpengaruh terhadap pola-pola
hubungan sosial masyarakatsehingga melahirkan keteraturan dan
pertentangan atau konflik.Proses pelembagaan dari keteraturan dan
pertentangan ini pada gilirannya akan berimplikasi pada perubahan
dalam sosial masyarakat.

Contoh kasus dalam bahasan ini misalnya perspektif tentang


gender yang dikonstruksikan oleh teks al-Qur’an, yang mana secara
tekstual al-Qur’an menempatkan kedudukan laki-laki lebih tinggi dari
perempuan dalam persoalan pembagian waris dan keluarga. Pandangan
ini telah melahirkan pertentangan intepretasi dan pemahaman dalam
berbagai intensitasnya, sehingga menimbulkan perubahan sosial
dimana terjadi upaya perjuangan reposisi peran perempuan baik dalam
urusan domestik maupun kemasyarakatan.

22
Amin Abdullah, Rekonstruksi Metodologi Ilmu- Ilmu Keislaman (Yogyakarta: SUKA Press, 2003).

9
Penelitian berjudul Peran Kiyai dalam Membangun Kesadaran
Gender di Kota Pekalongan oleh Imam Suraji, dkk. Memberi
gambaran bahwa Kiayi di Kota Pekalongan telah memberikan
kontribusi dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap pentingnya
mereposisi peran perempuan dalam Islam sesuai dengan harkat
martabat kemanusiannya. Ajaran agama Islam yang disampaikan oleh
para Kyai di Kota Pekalongan telah melahirkan peruban sosial ,
dimana perempuan menjadi lebih berperan dalam persoalan-persoalan
pembangunan dan kemasyarakatan.23

2. Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap


pemahaman ajaran agama atau konsep keagamaan.
Studi dengan model pola ini dapat dijelaskan dengan melihat
bagaimana pertentangan kelas sosial di masyakat menyebabkan
munculnya alirandan pemahaman keagamaan . Pada masa klasik Islam
misalnya, terjadinya pertentangan kelompok Ahlissunnah wal Jamaah
dengan Khawarij telah melahirkan konsep teologi Islam yang berbeda-
beda mengenai konsep imamah, dosa besar dan lainnya. Contoh lain,
terjadinya mihnah dalam dunia Islam merupakan salah satu bukti
sejarah bahwa pemahamanatau konsep keagamaan merupakan produk
relasi dan pertentangan kelompok sosial masyarakat.24

3. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat

Studi Islam dengan pendekatan sosiologis juga dapat


diterapkan pada tema pengalaman beragama masyarakat.Adapun
maksud penulis yaitu bagaimana masyarakat melakukan ritual
ajarannya, seperti sholat, puasa, zakat maupun haji dan apa motif sosial
yang dilakukannya. Penelitian tentang apa motif haji misalnya bagi
masyarakat muslim di daerah industri, dapat memebrikan penjelasan
bahwa tingkat pengalaman ibadah masyarakat tidak dapat dipisahkan
dari motif-motif ekonomi. Secara sederhana, motif haji bagi

23
Departemen Agama, Sinopsis dan Indeksasi Hasil Penelitian Kompetitif Dosen PTAI Tahun 1999-
2003 (Jakarta: Ditpertais, 2—3).
24
Aljabiri,al- Mutsaqofuna fi al- Hadharoh al-‘arobiyah:Mihnah Ibnu Hambal wa Naqbah Ibnu
Rusyd, terj.ZamzamAfandi Abdillah (Yogyakarta: Pustaka Alief, 2003).

10
masyarakat di daerah industri adalah agar mereka setelah pulang dari
melakukan ibadah haji di kota suci Mekkah masuk dalam klasifikasi
juragan, sehingga akses bisnisnya menjadi lebih luas. Di daerah Solo,
Jawa Tengah misalnya apabila ada orang sudah naik haji, maka ia
sudah masuk katagori pedagang yang identik dengan priyayi, bukan
lagi sebagai wong cilik.25

4. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim

Diantara pusat perhatian sosiologi ialah bagaimana pola


interaksi masyarakat itu terjadi. Melalui pendekatan sosiologis ,analisis
yang dapat dilakukan adalah bagaimana pola-pola interaksi sosial
masyarakat muslim berada dalam keteraturan atau pertentangan. Tema-
tema yang dapat dikembangkan dalam studi ini antara lain; bagaimana
sikap toleransi masyarakat muslim terhadap kelompok minoritas
maupun perbedaan madzhab; bagaimana pandangan kebangsaan
masyarakat muslim baik dalam skala lokal maupun nasional,
bagaimana perilaku masuyarakat muslim perkotaan menunjukan
diferensiasi dengan masyarakat muslim pedesaan dan lain sebagainya.

Adapun contoh kasus dalam tema ini yaitu penelitian yang


berjudul Pluralisme Keagamaan di Pedesaan: Studi Tentang Pola
Interaksi Sosial Tiga Kelompok Agama Islam, Kristen dan Budha ) di
Daerah Mojorejo, Batu, Malang. Pada penelitian tersebut
mengungkapkan secara sosiologis pola interaksi sosial dalam
masyarakat yang majemuk dari sisi keagamaan di desa Mojorejo, Batu,
Malang. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam masyarakat
Mojorejo terdiri dari pemeluk Islam, Kristen dan Budha , terdapat
faktor-faktor yang memperkuar pluralisme pada satu sisi, tetapi pada
sisi yang lainada yang menyebabkan ketegangan bahkan konflik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan kuatnya
pluralisme ialah pemahaman agama secara internal dan eksternal,
adanya rasa kepemilikan budaya yang sama dan adanya kepemimpinan
yang akomodatif dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.

25
Imam Baehaqi, dkk.,Agama dan Relasi Sosial (Yogyakarta: LkiS, 2002).

11
5. Studi gerakan masyarakat yang membawa paham untuk menguatkan
atau melemahkan kehidupan beragama

Adanya fenomena gerakan keagamaan dalam masyarakat


merupakan salah satu tema menarik dalam studi Islam sosiologis.
Bagaimana latar belakang munculnya gerakan-gerakan tersebut
ditinjau dari perspektif sosiologis dan implikasi yang nyata atas
gerakan tersebut dalam tataran sosial masyarakat. Misalnya tema yang
ditulis oleh Sastro Ngatawi yang berjudul gerakan Islam Fundamental:
Politik Kepentingan FPI. Secara garis besarnya bahwa menurut Beliau
hakikat politik kepentingan FPI lebih diwarnai kepentingan
kapitalisme lokal daripada persoalan keagamaan itu sendiri. Sastro
menggunakan analisis sosiologi konflik yang melihat masyarakat dari
struktur-struktur ekonomi pasar.26 Selain itu juga terdapat karya Abdul
Kholiq, dkk., yang berjudul Perhelatan Muslim Nelayan Menghadapi
Elit Lokal dan Kekuasaan. Secara sederhana menggambarkan bahwa
fenomena gerakan muslim nelayan di Kota Lamongan merupakan pro
duk konflik antara juragan, birokrat lokal dan elit agamawan lokal.27

Penelitian lain yang menarik untuk dicermati adalah karya Iskandar


Zulkarnain yang berjudul Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut memperjelas bahwa gerakan keagamaan yang
muncul merupakan kombinasi antara beragam variabel yang
berkelindan, terutama dalam fakror-faktor sosial politik maupun
ekonomi.28

26
Sastro Ngatawi, Gerakan Islam Fundamental: Politik Kepentingan FPI (Yogyakarta: LkiS, 2004).
27
Abdul Choliq, dkk., Perhelatan Muslim Nelayan Menghadapi Elit Lokal dan Kekuasaan (Surabaya:
Alpha Gracia, 2006).
28
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia ( Yogyakarta: LkiS, 2006).

12
D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam

Setiap pendekatan meniscayakan adanya sisi kelebihan dan


kekurangan atau kelemahan. Dalam pendekatan sosiologis, apabila
menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka kelebihan dan
kekurangannya ialah sebagai berikut:

1. Kelebihan
a. Data yang dikumpulkan berupa angka, mudah diolah karena bisa
menggunakan perangkat lunak dan rumus-rumus matematika..
b. Pengumpulan data tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang besar, sehingga menjadi praktis baik bagi responden maupun
si peneliti.
c. Cocok digunakan untuk mengympulkan data yang tidak mendalam
tetapi dari jumlah responden yang banyak.
2. Kekurangan
a. Pendekatan kuantitatif tidak dapat menghasilkan data yang
menjelaskan alasan seseorang malakukan peristiwa tertentu.
b. Data yang dikumpulkan tidak bersifat mendalam.

Apabila menggunakan metode penelitian kualitatif dalam


pendekatan sosiologis, maka kelebihan dan kekurangnnya sebagai
berikut:

1. Kelebihan
a. Data yang diperoleh mendalam, relevan untuk mencari tau motif
seseorang melakukan sesuatu, faktor pendorong dan penghambat,
serta hal-hal lain yang perlu untuk diperdalam dari suatu objek
penelitian.
b. Cara mengumpulkan datanya bisa menggunakan cara-cara non
konvensional sesuai dengan situasi dan kondisi objek penelitian.

13
2. Kelemahan
a. Diperlukan kemampuan sosial yang tinggi bagi si peneliti agar bisa
masuk ke lingkungan respinden khususnya yang tidak dengan
mudah menerima orang luar masuk.
b. Diperlukan banyak biaya dan waktu yang dicurahkan, tidak dapat
dikerjakan dengan cepat.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosiologi merupakan ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat


lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling
berkaitan. Pendekatan sosiologis digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dipahami mengingat banyak bidang kajian,
baru dapat dipahami apabila menggunakan kontribusi dari ilmu sosiologi.

Signifikasi pendekatan sosiologi dalam studi Islam dapat memahami


fenomena sosial yang berkorelasi dengan ibadah dan muammalah. Besarnya perhatian
agama terhadap masalah sosial menjadikan para agamawan, cendekiawan dan pemikir
untuk memahami ilmu sosial sebagai pisau analisis memahami agama Islam.

Setiap pendekatan meniscayakan adanya sisi kelebihan dan kekurangan atau


kelemahan. metode penelitian kuantitatif memiliki kelebihan sebagai berikut: Data
yang dikumpulkan berupa angka, mudah diolah karena bisa menggunakan perangkat
lunak dan rumus-rumus matematika. Adapun kekurangannya ialah pendekatan
kuantitatif tidak dapat menghasilkan data yang menjelaskan alasan seseorang
malakukan peristiwa tertentu. Apabila menggunakan metode penelitian kualitatif
dalam pendekatan sosiologis, maka kelebihannya ialah Data yang diperoleh
mendalam, relevan untuk mencari tau motif seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan
kekurangannya ialah Diperlukan banyak biaya dan waktu yang dicurahkan, tidak
dapat dikerjakan dengan cepat.

B. Saran

Tentunya dalam penulisan makalah ini masih terdapat beragam kesalahan


yang penulis sajikan. Oleh karena itu penting kiranya apabila para pembaca ikut
berkontribusi dalam melengkapi bagian tulisan lainnya yang lebih mendalam tentang
studi Islam yang erat kaitannya dengan pendekatan sosiologis. Besar harapan penulis
semoga dengan adanya corak penulisan yang komprehensif membahas pendekatan
sosiologis dapat menambah khazanah pengetahuan dan wawasan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2020. Kesalehan Sosial dalam Bermasyarakat Islam Modern. Jurnal Mathlaul
Fattah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. Vol. 11, No. 1.

Adibah. 2012. Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam: Jurnal Inspirasi Kajian dan
Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 1, No. 1.
Faghirsadeh, Saleh. 1982. Sociology of Sociology . Tehran: The Soroush Press.
Ida Zahara Adibah, Ida. 2017. Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam: jurnal Inspirasi .
Vol. 1, No. 1 Januari- Juni.
J. Goodman, Douglas. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Jamali Sahrodi, Jamali . 2008. Metodologi Studi Islam : Menelusuri Jejak Historis Kajian
Islam ala Sarjana Orientalis. Bandung: Pustaka Setia.

Kambali , Fauziah Hasni. 2023. Studi Islam dalam Pendekatan Sosiolog: Jurnal Sosial dan
Sains. Cirebon: IAIN Syekh Nur Jati. Vol. 3, No. 6.
Nata , Abuddin .2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nata, Abuddin . 2002. Metodologi Studi Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ritzer. George. 2004. Teori Sosiologi Modern, terj. Alimandan. Jakarta: Kencana.

Ralibi, Osman. 1978. Ibnu Khaldun tentang Masyakat dan Negara . Jakarta: Bulan Bintang.
Rois Mahfud. 2011. Al – Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.
Rahmat, Jalaluddin . 1986. Islam Alternatif. Bandung: Mizan.

Supiana.2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam.

Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat . Lampung: Pustaka Jaya
Syamsuddin,. 1997. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi: Suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali Press.
W. Asmin, Yusdian. 1980. Teori-teori Filsafat Sosial Ibnu Khaldun . Yogyakarta: Titian Ilahi
Press.

16
17

Anda mungkin juga menyukai