Anda di halaman 1dari 10

ANEKA PENDEKATAN STUDY ISLAM II

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Metodologi Study Islam

Dosen Pengampu : Rukhaini Fitri Rahmawati, M. Pd, I

Disusun Oleh :

Umi Muafiah (1810110144)

Faridah Zulfa (1810110145)

Puji Utami (1810110146)

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di
dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agaam tidak boleh
hanya sekedar menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam
khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif
dalam memecahkan masalah.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman
agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapai
dengan pemahaman agaam yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional
konseptual, dan dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.

Melalui pendekatan, kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh


penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil
agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya
masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh
terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan studi islam?
2. Apa yang dimaksud pendekatan antropologis?
3. Apa yang dimaksud pendekatan sosiologis?
4. Apa yang dimaksud pendekatan psikologi?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pendekatan studi islam
2. Mengetahui pendekatan antropologi
3. Mengetahui pendekatan sosiologis
4. Mengetahui pendekatan psikologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Study Islam


Dari segi metodologis islam sebagai agama memiliki dua wajah,yaitu islam sebagai
suatu ajaran dan dotrin, serta islm sebagai pengetahuan dan fenomena sosiologis. Sisi pertama
tidak jarang dianggap sebagai sisi eklusif (tertutup) dan sisi lainya dianggap sebagai sisi
eklusif (terbuka). Sulit dibedakan secara tegas antara propolsional wilayah keilmuan yang
menuntut sikap kritis, rasional,historis dan penonjolan sikap sebagai “pengamat” pada sat
pihak yang menuntut pemihakan subjektif, sepihak (involved), amalan praktis dan penonjolan
sikap sebagai pelaku dipihak lain.
Studi islam sebagai subject-matter penelitian dalam kerangka teoritas dan
metodologisnya belim begitu mapan dan masih baru. Bidang ini muncul jauh lebih kemudian
dibndingkan dengan bidang-bidang lainya seperti sejarah, sosiologi, dan antropologi. Namun,
sebenarnya usaha-usaha yang telah mengarah kepada upaya-upaya metodologis telah lama
dilakukan. Upaya Imam Asy-Syafi’I membangun ilmu Fiqh setelah sebelumnya
memformulasikan Ushul Fiqh, Imam al-Ghazali mengkritik ajaran filosof setelah menempuh
metodologi filsafat dan dan usaha Imam Bukhari yang melakukan kompilasi hadist melalui
metodologis dimaksud. Adalah sangat disayangkan,setelah era keemasan itu tidak ditemukan
lagi para sarjana islam meneruskan dengan semangat metodologi yang serupa.1
B. Penekatan Antropologi
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salh satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkemang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini kita agama tampak dekat dan akrab
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain cra-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalahdigunakan pula untuk memahami agama.
Melalui pendekatan antropologis dapat dilihat bahwa agama ternyata berkorelasi
dengan etnos kerja dan pengembangan ekonomi dalam masyarakat. Dalam hubungan ini jika

1
Jurnal Iilmiyah, DIDAKTIKA, febuari 2011 Vol. XI. NO. 2, 292-302.

3
ingin mengubah pandangan hidup dansikap etnos kerja seseorang maka dapt digunakan
dengan cara mengubh pandangan keagamaan.
C. Pendekatan Sosiologi
Secara etimologi sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “socious”
yang berarti teman dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang
berteman atau bermasyarakat.2 Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek
sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang
timbul dari hubungan manusia dengan masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah
meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara bentuk dan tumbuh, serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri terhadap cara hidup bersama itu dalam setiap persekutuan hidup manusia.
Sementara itu, Soerjono Soekarta mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
membatasi diri terhadap persoalan penilaian.

Dari dua definisi tersebut, terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
menggambarkan keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini, suatu fenomena sosial dapat dianalisis
dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial, serta keyakinan-
keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.

Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam


memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti karena banyak bidang kajian agama yang
dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu
sosiologi. Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu
akhirnya bisa jadi penguasa di mesir. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini
selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk
2
Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat (Lampung : Pustaka Jaya, 1995), hal 2

4
memahami agamanya. Dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, Jalaluddin Rahmat
telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini islam terhadap
masalah sosial dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut :

1. Dalam Al-Quran atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua sumber hukum
islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.
2. Urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting,
maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan),
melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
3. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
daripada ibadah yang bersifat perseorangan.
4. Terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal,
karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya) ialah
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
5. Terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat
ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah. 3

Dalam mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam


kehidupannya beragama. Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan
perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, keramat yang beralasan dari
suatu keghaiban. Ilmu pengetahuan sosial dengan caranya masing-masing atau metode, teknik,
dan peralatannya dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia itu, hingga menemukan
segala unsur yang menjadi komponen terjadinya perilaku itu. Sosiologi merupakan sebuah
kajian ilmu yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara satu dengan yang
lain atau antara kelompok satu denagn kelompok yang lain. Sosiologi menitikberatkan pada
sistem sosial (masyarakat) yang kompleks, sedangkan Antropologi menitikberatkan
masyarakat yang erat hubungan kekerabatan (masyarakat sederhana). Sosiologi merupakan
ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat yang bersifat empiris, teoritis, dan kumulatif.

Dalam kajian islam, persoalan muamalah (hubungan dengan manusia atau hablum
minan nas) merupakan dimensi agama yang menekankan urusan sosial. Masalah sosial sangat
penting di dalam agama islam. Ada tiga pendekatan utama dalam sosiologi yaitu :
3
Hussein Bahreisi, Hadits Bukhari Muslim (Surabaya : Karya Utama), hal 160

5
a. Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir tahun 1930-an dan
mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Pendekatan-
pendekaatan ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Weber dan
Emile Durkheim.
b. Pendekatan konflik atau marxien merupakan pendekatan alternatif paling
menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-struktural sosial makro. Karl
max adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis
internasional. Marx mengajukan teori sosialismenya yakni suatu solusi final agar
seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang. Dan revolusi-revolusi
lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak ada lagi kelaparan,
pengeksploitasian dan konflik.
c. Pendekatan intraksionalisme-simbolis merupakan sebuah perspektif mikro dalam
sosiologi, yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisisnya sekarang
ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali prasangka idiologis,
walaupun meminjam banyak dari lingkungan barat tempat dibinanya pendekatan
ini.4

D. Pendekatan Pisikologi
Psikologi terdiri dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan kata “logos” yang berarti
ilmu pengetahuan, akar kata ini berasal dari bahasa Yunani. Kajian psikologi secara khusus
membahas tentang pengaruh agama terhadap tingkah laku manusia dibahas daalm psikologi
agama. Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah
laku manusia hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya.
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui
gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang
tampak lahirlah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika
berjumpa saling menyapa, hormat kepada orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela
berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat
dijelaskan melalui ilmu jiwa agama.

4
Ilyas Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic Sosiology, (Bandung : Mizan, 1996), hal 25

6
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang
dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk
memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu
ini, agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya akan dapat mengetahui pengaruh dari sholat, puasa, zakat, haji dan
ibadah lainnya dengan melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun
langkah-langkah baru yang lebih efisien lagi dalam menanamkan ajaran agama. Itulah
sebabnya ilmu jiwa ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap
keagamaan seseorang. Psikologi agama dalam sejarah pertumbuhannya sempat berkembang
pesat di awal abad ke 20 dan ternyata tidak berlangsung lama. Sekitar pada tahun 1920
kegiatan-kegiatan ilmiah dibidang psikologi agama mengalami kemandegan. Jurnal-jurnal
yang pernah muncul sebelumnya tidak terbit lagi meskipun ada satu dua buku psikologi
agama yang terbit, tetapi tidak ada ide-ide baru yang muncul. Faktor yang menjadi penyebab
kemandegan perkembangan dalam bidang psikologi agama adalah faktor psikolog itu sendiri.
Bagi para psikolog pada waktu itu fenomena-fenomena keagamaan bukanlah suatu hal yang
menarik untuk dipelajari dan diteliti.
Terdapat dua objek utama yang menjadi kajian daalm psikologi islam yaitu
kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Kesadaran beragama adalah aspek mental
dari aktivis agama dan merupakan bagian segi agama yang hadir atau terasa dalam pikiran
serta dapat diuji melalui intropeksi. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan
dalam kesadaran agama yang membawa kepada keyakinan dan terlibat dalam tindakan
maupun alamiah nyata dalam kehidupan beragama. Dengan demikian psikologi agama tidak
lagi membahas tentang pokok-pokok atau dasar ajaran agama tetapi lebih pada pengaruh
agama terhadap tingkah laku dari orang-orang yang meyakini sebuah agama. Menurut zakiah
daradjat, ruang lingkup kajian psikologi yaitu :
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum)
2. Berbagai pengalaman dan perasaan seseorang secara individual terhadap Tuhan-Nya.
3. Mempelajari, meneliti serta menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati pada tiap-tiap orang.

7
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaannya yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi
pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci untuk kelegaan batinnya.5

5
M. Arif Khoiruddin, Pendekatan Psikologi, Journal An-Nafs : Vol. 2 No. 1 Juni 2017, hal 9

8
III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam berbagai macam pendekatan khususnya pada pendekatan studi islam ini,
membutuhkan banyak refrensi, tiga diantaranya dalam bidang antropologi, sosiologi,
maupun pisikologi. Meski begitu, pendekatan-pendekatan ii masih mempunyai satu misi
dan satu tujuan, yaitu studi keislaman. Entah dengan cara kebudayaan (Antropologi)
ataupun dari segi kemasyarakatan (Sosiologi) maupun segi mental, kejiwaan( Pisikolog).
B. SARAN
Demikianlah pembahasan mengenai pendekatan-pendekatan dalam studi islam
jyang berkaitan dengan antropolosi, sosiologi, maupun pisikologi. Setelah kita
mengetahui penjelasan tersebut di harapkan agar kita lebih berkreasi dengan kata-kata
tentang sesuatu bahkan bias menciptakan suatu pengertian. Dalam berbicara tidak asal
bicara tetapi menyaring perkataan apa yang hendak di ucapkan sehingga tidak
menimbulkan kesalahanpahaman dan makna yang ambigu. Maka dari itu, kiranya kita
lebih kritis dalam menyikapi sesuatu dan mendayakan akal budi. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan, pengetahuan dan ilmu. Amiin.

9
III
DAFTAR PUSTAKA

Bahreisi, Husain. Hadits Bukhari Muslim .Surabaya .Karya Utama


Jurnal Iilmiyah, DIDAKTIKA, febuari 2011 Vol. XI. NO. 2, 292-
302.
Ilyas Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic Sosiology, Bandung .
Mizan.1996
Khoiruddin, Arif. Pendekatan Psikologi. Journal An-Nafs .Vol. 2
No. 1 Juni 2017
Syani, Abdul. Sosiologi Dan Perubahan
Masyarakat .Lampung .Pustaka Jaya. 1995,

10

Anda mungkin juga menyukai