Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Mawi Khusni Albar, M.Pd.I
Kelas : 2 PAI A

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Adrian Dwi Saputra 234110402001
2. Jusuf Atsari 'Ainul Muttaqin 234110402027
3. Nurul Hidayati 234110402040
4. Sylvia Maharani 234110402046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2024
PENDEKATAN DALAM ISLAM

A. Pendahuluan
Studi Islam sudah terjadi sejak Islam itu sendiri datang di bumi di
mana studi Islam itu sendiri di lakukan1. Sudah barang tentu awalnya dengan
cara yang sangat sederhana, sesuai dengan jumlah perkembangan dan tingkat
intelektualitas penduduk yang mengikuti agama Islam. Cara - cara umat Islam
belajar juga mengalami stagnasi .
Kajian belajar agama tidak hanya sebatas menganut konsep normatif
2
agama atau memanfaatkan model ilmu - ilmu sosial , kedua dari pihak
menunjukkan penyimpangan yang signifikan . Agama tidak hanya sebatas
menganut konsep normatif agama atau memanfaatkan model ilmu sosial ,
namun kedua belah pihak menunjukkan penyimpangan yang signifikan .
Mereka yang seringkali belum mengenal agama yang diajarkan akan
mengalami kesulitan karena kenyataan harus dipahami berdasarkan
keyakinan tentang agama yang dipahami . Dari temuan hasil-temuan tersebut
dari temuan ini ,terhadap agama melalui kajian atau upaya penelitian lainnya
secara konsisten mendapat perhatian besar dari para intelektual
keagamaan .Penelitian tentang agama melalui studi atau upaya penelitian
lainnya secara konsisten mendapat perhatian besar dari para intelektual
keagamaan. Agama tidak tidak terbatas pada keberadaan pada menjadi
sumber kesedihan .

1
https://uia.e-journal.id/Tahdzib/article/view/2318/1249
2
https://ummaspul.e-journal.id/JENFOL/article/download/6138/2875/

2
B. Pembahasan
1. PENDEKATAN STUDI ISLAM

A. Pengertian Pendekatan Studi Islam


Istilah-istilah dalam Pendekatan harus dipahami sebelum memahami
pengertiannya secara keseluruhan. Pendekatan: Istilah ini berasal dari kata
"dekat", yang berarti "tidak jauh", dengan awalan "pe" dan akhiran "an."
Secara etimologi, "pendekatan" berarti (a) proses, tindakan, atau cara
mendekati; (b) upaya yang dilakukan selama aktivitas penelitian untuk
membangun hubungan dengan subjek penelitian; atau (c) metode untuk
mendapatkan pemahaman tentang masalah penelitian. Menurut penjelasan di
atas, pendekatan dari sudut terminologi adalah perspektif atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dengan demikian, pendekatan ini merupakan sudut
pandang objek kajian yang akan digunakan untuk melakukan penelitian
ilmiah pada subjek yang akan diteliti. Agama memberikan solusi untuk
berbagai masalah yang dihadapi.3 Menurut penjelasan di atas, pendekatan dari
sudut terminologi adalah perspektif atau paradigma yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dengan
demikian, pendekatan ini merupakan sudut pandang objek kajian yang akan
digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah pada subjek yang akan diteliti.
Agama memberikan solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi.4

3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: DPKRI
1998.
4
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
B. Pendekatan Antropologi
Salah satu cara untuk memahami agama adalah dengan melihat
bagaimana praktik keagamaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Ini disebut pendekatan antropologis. Dengan cara ini, agama tampak akrab
dan dekat dengan masalah yang dihadapi manusia dan berusaha menjelaskan
dan memberikan solusi. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam
antropologi untuk memahami suatu masalah berlaku juga untuk pemahaman
agama lain. Metode ini menunjukkan bahwa kepercayaan agama berkorelasi
positif dengan situasi keuangan dan politik. Kami menemukan bahwa agama
memiliki hubungan dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu
masyarakat melalui pendekatan antropologis. Dalam hal ini, pandangan
agama seseorang harus diubah jika ingin mengubah etos kerjanya.5
Metode yang digunakan dalam antropologi untuk memeriksa suatu
masalah juga digunakan untuk memenuhi agama. Dalam hal ini, antropolpgi
lebih suka melihat secara langsung, bahkan jika mereka terlibat. Ini
menghasilkan kesimpulan induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif
yang digunakan dalam pengamatan sosiologis. Pendekatan induktif dan
grounded, yang menjauh dari teori formal yang sangat abstrak di bidang
sosiologi dan ekonomi dan menggunakan model matematis, juga membantu
penelitian historis.

C. Pendekatan Sosiologis
Pengetahuan dasar sosiologis yang perlu diketahui sebelum kita
memulai diskusi tentang pendekatan sosiologis. Dalam sosiologi, ada pranata
sosial, yang didefinisikan sebagai sistem standar atau aturan yang mengatur
aktivitas masyarakat. Meskipun sosial secara sederhana adalah masyarakat,
pranata sosial adalah kumpulan norma-norma yang dipahami, dihargai, dan
5
Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan”dalam M.Taufik Abdullah dan Rusli
Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990, hlm 19

4
dipatuhi oleh anggota masyarakat dengan tujuan mengatur kehidupan mereka.
6

Pelapisan sosial adalah pembagian masyarakat atau penduduk ke


dalam urutan bertingkat atau hierarkis, seperti tinggi-rendah, bangsawan-
rakyat biasa, dll. Adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, seperti harta
benda, pengetahuan, kekuasaan, keturunan terhormat, atau kesolehan agama,
menyebabkan munculnya pelapisan sosial.
Sosiologi adalah bidang studi tentang bagaimana orang hidup bersama
dan hubungan antara mereka. mobilitas sosial dan kepercayaan yang
mendorong proses tersebut. Banyak ajaran agama berkaitan dengan masalah
sosial. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami
agama dapat dipahami. 7
Sebagaimana ditulis pada bab sebelumnya, selain dalam kaitannya
dengan agama (Islam) sebagai gejala sosial, sosiologi agama pada dasarnya
berfokus pada gagasan tentang agama. 8Pada awalnya, sosiologi agama
mempelajari hubungan antara agama dan masyarakat, kemudian mempelajari
bagaimana agama mempengaruhi masyarakat, dan mungkin juga bagaimana
masyarakat mempengaruhi gagasan agama. Karena itu, agama dapat dianggap
sebagai salah satu faktor independen atau dependent dalam penelitian
sosiologi ini. Yang pertama menunjukkan bagaimana agama dipengaruhi oleh
faktor atau komponen lain. Yang kedua menunjukkan bagaimana agama
dianggap sebagai independent variable9.

D. Pendekatan Gender
6
Riswandi. Ilmu Sosial Dasar dalam Tanya Jawab. Jakarta:Ghalia Indonesia.1992. hlm 32
7
Ibid.Hlm 38-39.
8
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktik. Yogyakarta : pustaka Belajar
1998 Hlm 15-16
9
Taufik Abdullah dan Rush Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991. Hlm.
63
Analisis gender adalah alat analisis untuk memahami realitas sosial,
sebagaimana layaknya teori sosial lainnya, seperti analisis kelas, analisis
kultural, dan analisis diskursus. Sebagai teori, tugas utama analisis gender
adalah memberi makna, konsepsi, asumsi, ideologi, dan praktik baru tentang
hubungan antara kaum laki-laki dan perempuan serta implikasinya terhadap
kehidupan sosial yang lebih luas (sosial, ekonomi, politik, dan kultural), yang
tidak dilihat oleh Akibatnya, analisis gender tidak datang untuk menggantikan
analisis sosial yang sudah ada, tetapi untuk menambahnya10.
Dalam karya Oakley (1972), "Gender, Sex, and Society", seperti yang
dikutip Mansour, Oakley mendefinisikan gender sebagai perbedaan antara
laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada faktor sosial daripada biologi
atau Tuhan. Gender juga didefinisikan sebagai perbedaan berdasarkan sex
(biologi) karena kodrat Tuhan. Karena itu, gender dapat berubah dari waktu
ke waktu, dari tempat ke tempat, dan bahkan dari kelas ke kelas. Namun,
biologi (sex) tetap konstan. Dengan sendirinya, perbedaan antara jenis
kelamin dianggap kodrati karena sifatnya yang permanen, sementara jenis
kelamin tidak kodrati karena sifatnya yang tidak permanen. Dalam bukunya
yang berjudul The Cultural Contruction of Sexsuality (1987), Caplan
mengatakan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah sosial
dan kultural, bukan biologi. 11
Dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, dan dikontruksi secara sosial
dan kultural melalui ajaran agama dan negara adalah beberapa faktor yang
menyebabkan pembentukan beberapa gender. Pada titik tertentu, alam
akhirnya diakui.12
Ada banyak pendekatan feminis dalam pendekatan gender, dan empat
pendekatan yang paling penting adalah sebagai berikut:
1. Teori feminisme liberal berpendapat bahwa latar belakang dan
ketidakmampuan kaum wanita bersaing dengan laki-laki adalah akibat

10
Mansour Fakir, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 1986Hlm xii-xiii
11
Ibid. hlm 71-72
12
Ibid hlm 9

6
dari kebodohan dan ketidaklogikaan yang berpegang teguh pada nilai-
nilai konvensional. Jadi, rasionalitas dan pemisahan antara kehidupan
privat dan publik adalah dasar kebebasan dan kesamaan.13
2. Feminisme radikal adalah gagasan yang berpendapat bahwa dasar
penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah ideologi patriarki dan
jenis kelamin (biologi). Dengan kata lain, dominasi laki-laki terhadap
perempuan dan keyakinan masyarakat bahwa laki-laki lebih kuat daripada
perempuan menyebabkan penindasan wanita14.
3. Aliran feminisme marxisme berpendapat bahwa penyebab penindasan
adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi, dan
penindasan adalah kelanjutan dari sistem eksploitasi struktural.
Akibatnya, mereka berpendapat bahwa sistem kapitalis adalah penyebab
masalah petriarki atau kaum laki-laki daripada kelompok radikal. Maka
penyelesaiannya harus bersifat struktural, yaitu dengan melakukan
perubahan struktur kelas. Proses revolusi adalah nama untuk perubahan
struktur kelas ini. Karena perempuan terus dirugikan dengan tanggung
jawab rumah tangga, perubahan struktur belum cukup. Jalan keluarnya
adalah rumah tangga diubah menjadi urusan masyarakat, dan tanggung
jawab menjaga, mendidik, dan membesarkan anak menjadi tanggung
jawab publik. Menurut perspektif ini, emansipasi perempuan hanya dapat
terjadi jika perempuan berhenti mengurus rumah tangga dan terlibat
dalam produksi.15
4. Feminisme sosial: Menurut teori ini, penilaian dan persepsi tentang
perbedaan biologi laki-laki dan perempuan (kontruksi sosial) adalah
sumber ketidakadilan. Karena itu, visi, ideology, dan struktur masyarakat
yang dibangun berdasarkan bias gender adalah yang diperangi oleh
feminisme sosial. 16

13
Ibid hlm 81 dan 144
14
Ibid hlm 84-85
15
Ibid. hlm 88-89
16
Ibid. hlm 92-93
5. Feminisme Islam: Teori ini menyatakan bahwa Islam menempatkan laki-
laki dan perempuan sama dalam melakukan amal. Kualitas diri—atau
taqwa—bukan jenis kelamin, warna kulit, etnis, bangsa, atau sifat lain
yang membedakan seseorang dari orang lain.

E. Metode Studi Sejarah


Sejarah dimulai dengan kata Arab Syajarotun, yang berarti pohon.
Akar, keturunan, asalusul, riwayat, dan sisilah adalah kata-kata berikutnya
yang berkembang dari kata ini. Dalam bahasa Inggris, istilah "sejarah"
berasal dari kata yunani "istoria", yang berarti "ilmu".
Namun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "sejarah"
dapat didefinisikan dalam beberapa arti:
1. Asal-usul (keturunan) silsilah;
2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
riwayat; tambo: cerita;
3. Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar
terjadi pada masa lampau; ilmu sejarah."
Oleh karena itu, perspektif sejarah dalam penelitian islam dapat digambarkan
sebagai sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan
berdasar sejarahnya. Pastinya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah
sejarah yang berkaitan dengan subjek penelitian islam. Agar tidak ada teori
pendekatan lain yang muncul, teori yang digunakan dalam pendekatan
sejarah penelitian harus benar-benar kuat. Karena munculnya pendekatan
unik dalam pendekatan penelitian studi islam, pengkrucutan sebuah cara
untuk melihat subjek penelitian. Jadi, ketika teori lain muncul, penelitian
akan menjadi lebih umum.
Banyak fungsi pendekatan sejarah dalam studi Islam, tetapi Nugroho
Notosusanto hanya menyebutkan empat fungsi sejarah utama17.

17
Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. hlm 32

8
1. Fungsi rekreatif sejarah sebagai pelajaran tentang keindahan dan sebagai
daya tarik perlawatan Fokus utama hanya pada fungsi rekreatif ini adalah
upaya untuk menumbuhkan keinginan untuk belajar sejarah dan
menulisnya. Kesenangan astetis akan dihasilkan jika yang dipelajari
berhubungan dengan alur cerita dan mengandung elemen keindahan dan
romantisme. Pelajar sejarah dapat menikmati kondisi saat itu tanpa
beranjak dari tempat duduknya. Seolah-olah seseorang sedang kembali ke
masa lalu.
2. Fungsi yang inspiratif
Fungsi ini terkait dengan proses meningkatkan identitas nasional dan
komitmen. Untuk generasi muda, menghayati berbagai peristiwa dan
kisah kepahlawanan dan melihat karya besar dari para tokoh akan
memberikan kebanggaan dan makna yang begitu dalam. Karena itu,
mempelajari sejarah akan membantu generasi saat ini mengembangkan
inspirasi, imajinasi, dan kreativitas mereka untuk berkontribusi pada
bangsa dan negara. Sejarah sebagai pendidikan moral juga dapat
dikaitkan dengan fungsi inspirasi karena seseorang dapat
mengembangkan inspirasi mereka dan, berdasarkan keyakinan mereka,
dapat menerima atau menolak pelajaran yang terkandung dalam peristiwa
sejarah tersebut. C.P. Hill juga menyatakan bahwa, karena kaitannya
dengan fungsi inspiratif, belajar sejarah dapat menumbuhkan rasa ingin
tahu terhadap perjuangan, pemikiran, dan karya tokoh terdahulu. Untuk
memahami agama, pendekatan sejarah sangat penting karena agama itu
sendiri berasal dari situasi sosial tertentu. Metode sejarah ini mendorong
seseorang untuk memasuki keadaan nyata tentang bagaimana suatu
kejadian terjadi. Dengan demikian, agama tidak dapat dipahami secara
bebas dari konteks sejarah atau historisnya.
Misalnya, untuk memahami Al-Quran dengan benar, seseorang
harus memahami sejarahnya atau peristiwa yang mengiringinya. Ilmu
asbab al-nuzul, yang pada dasarnya berisi tentang sejarah turunnya ayat-
ayat Al-Quran, digunakan untuk memahami hikmah yang terkandung
dalam ayat-ayat tertentu yang berkaitan dengan hokum tertentu dan
dimaksudkan untuk melindungi syari'at dari kekeliruan.18
3. Fungsi pembelajaran
Dengan kata lain, sebagai bantuan dalam pembelajaran. Dalam situasi
seperti ini, sejarah dapat berfungsi sebagai sarana untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada subjek belajar. Sebenarnya, fungsi
ini sangat umum. Namun, karena biasanya terintegrasi dengan bahan
pelajaran teknis yang relevan, tampaknya orang tidak menyadarinya atau
tidak menyadarinya.
4. Fungsi Pembelajaran
Maksudnya adalah bahwa setiap orang dapat mengambil pelajaran dari
sejarah dalam hidup mereka. Sejarah juga mengajarkan contoh yang
sudah terjadi untuk menjadi arif dan berperilaku baik. Dalam mempelajari
Islam, pendekatan kesejarahan sangat penting karena ajarannya ditujukan
kepada setiap individu dalam konteks sosial kemasyarakatannya. Metode
sejarah ini mendorong seseorang untuk memasuki keadaan nyata tentang
bagaimana suatu kejadian terjadi. Karena itu, memahami agama keluar
dari konteks historisnya akan menyesatkan orang yang memahaminya.
Misalnya, seseorang harus mempelajari sejarah turunnya Al-quran, yang
dikenal sebagai asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab-sebab turunnya ayat-
ayat Al-quran), jika mereka ingin memahami Al-quran dengan benar.

F. Pendekatan Semantik
Pendekatan ini mengacu pada kajian yang menekankan aspek bahasa.
Dengan demikian, mengkaji Islam dengan menekankan aspek bahasa,
atau lughawai dalam bahasa Arab, sama dengan mengkaji Islam dengan
menekankan aspek bahasa. Metode ini telah menjadi sangat populer
dalam studi tafsir dan fiqih. Ada dua pendekatan yang umum digunakan
dalam penelitian hukum Islam dengan pendekatan semantik: 1. Sisi

18
Muslich Shabir.Pengantar Studi Islam. Karya Abadi Jaya: 2015. Semarang. Hlm 39-40

10
bahasa; dan 2. Sisi illat dan hikmah (analogi hikmah). Namun, teori
penyelesaian terhadap dua dalil atau nash yang tampaknya bertentangan
juga digunakan, yang disebut ta'arul al-adillah. Semantik, oleh karena itu,
mengacu pada aspek yang mencakup lingkup yang sangat luas dari
bahasa, termasuk aspek struktur atau gramatikal, aspek penunjukan atau
dalalah, dan aspek dari segi maknawi
Selain itu, Arkoun menekankan betapa kompleksnya dan bagaimana
arti kata berubah dalam studi Islam dengan menggunakan pendekatan
semantik. Adanya penekanan pada aspek-aspek seluk-beluk dan
perkembangan, atau pergeseran kata dan makna, memungkinkan
pemahaman. Ini karena fakta bahwa orang dapat memahami kata yang
sama dengan cara yang berbeda. Ada tiga kemungkinan penyebabnya:
perbedaan generasi, perbedaan tempat tinggal, atau perbedaan konteks.
Semantik dianggap sebagai bidang yang sangat penting karena
membantu memahami pesan Allah SWT melalui Al-Qur'an sebagai
sumber ajaran. Metode semantik ini juga sering digunakan oleh ilmuan
klasik. Mereka tampaknya menekankan penelitian dengan metode
semantik ini, tetapi mereka kurang memperhatikan konteks lain, seperti
waktu dan tempat, serta konteks keilmuan seperti sosiologi, antropologi,
dan historis. Kajian semantik menyebabkan munculnya konsep seperti
"amm dan khass, muhkam dan mutashabih, mutlaq dan muqqayad, qat'I
dan dhanni, dan sebagainya."19

G. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis melihat masalah dari sudut pandang filsafat dan
menggunakan metode analisis spektulatif untuk menemukan jawaban dan
pemecahan masalah. Filsafat pada dasarnya adalah berpikir untuk
memecahkan masalah atau pertanyaan dan menemukan jawaban; namun,

19
Nasution, Khoiruddin. Op.Cit. Hlm 241
tidak semua orang yang berpikir untuk memecahkan dan menjawab
masalah dapat dianggap sebagai filsafat. Ini berarti berpikir secara
sistematis, radikal, dan universal. Selain itu, filsafat memiliki bidang
(objek yang dipikirkan) tersendiri, yaitu bidang atau masalah filosofis.
Bidang ini berada di antara dunia ghaib dan dunia ilmu pengetahuan yang
nyata. Oleh karena itu, filsafat adalah bidang yang menghubungkan topik
ilmiah dengan topik keagamaan.
Sudah jelas bahwa Islam sangat membutuhkan pendekatan filosofis
untuk memahami ajarannya karena agama ini sering meminta
penganutnya untuk menggunakan akal. Namun, pendekatan seperti ini
belum diterima secara merata, terutama oleh kaum tradisionalis
formalistis, yang cenderung memahami agama terbatas pada ketepatan
melaksanakan aturan-aturan formalistis dari pengalaman agama mereka.
20

Pendekatan filosofis biasanya berusaha menjawab pertanyaan


penting, "apakah agama itu?" dengan menggunakan dua pendekatan.
Pertama, analisis mendalam tentang arti agama dan kebenaran agama.
Kedua, analisis tentang bagaimana agama memengaruhi kehidupan
manusia. Para filosof adalah orang yang paling hati-hati dalam
membedakan antara aspek intelektual dan tekstual dalam sejarah
pemikiran Islam. Mereka sama sekali tidak menentang aspek kognitif;
sebaliknya, mereka memfokuskan diri pada aspek intelektual, yang
menuntut manusia untuk memikirkan sendiri kebenaran sesuatu, bukan
menukil atau mengutipnya saja.
21

H. Pendekatan Integratif
Analisis integratif adalah jenis studi yang menggunakan
pendekatan dan analisis yang terintegrasi. Ada dua kategori utama
analisis integratif. Pertama, integratif antara seluruh nash yang terkait

20
Nata, Abuddin. Op. cit. hlm. 42-46
21
Muslich Shabir.Op.Cit. Hlm 35

12
dengan masalah yang dibahas. Kedua, integratif antara nash dan disiplin
ilmu lain yang berkaitan dengan masalah tersebut22.
Ini sama dengan pendekatan interdisipliner. Secara singkat,
pendekatan integratif antar nash mirip dengan model tafsir maudu'I
(tafsir tematik).
Kajian integratif dalam studi Islam dapat digabungkan dalam hal:
1. Integratif berarti menggabungkan ilmu agama dan umum dalam
kurikulum sekolah.
2. Model integratif yang menjadi populer selama pemerintahan BJ Habibie.
Itu berarti menggabungkan imtak (Iman dan Takwa) dan ilmu
pengetahuan dan teknologi (imtek). Realisasinya mencakup penerapan
nilai Islam dari Al-Qur'an dan Hadist pada setiap ilmu atau mata pelajaran
IPS sejarah. Untuk membantah dan membantah teori Darwin, guru harus
mampu menjelaskan Al-Qur'an dan Hadist selain hanya mengatakan
bahwa manusia berasal dari nabi Adam dan tidak ada hubungan.
3. Contoh tambahan termasuk bidang seperti fisika, geografi, biologi, dan
sebagainya. Dalam kurikulum harus ada catatan tentang bagaimana Tuhan
berfirman di dalam kitabNya yang ia turunkan, baik injil maupun Al-
Qur'an, sebagai penyempurnaan dari kitab-kitab sebelumnya.

I. Pendekatan Hermeneutika
Istilah "hermeneutika" berasal dari kata benda Yunani "hermeneia",
yang berarti "interprestasi", dan kata kerja "hermaneuin", yang berarti
"menafsirkan". 23
Metode hermeneutika dapat digunakan untuk menyelidiki Islam.
Palmer mendefinisikan hermeneutik sebagai berikut24:
1. Sebagai teori penafsiran kitab suci (oleh J.C. Danhauer).
22
Khoiruddin Nasution. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta : Academia + Tazzafa. 2012.hlm 221
23
Jamali sahrodi, metodologi Studi Islam .Bandung : CV Pustaka Setia . 2008. Hlm 106
24
Richarkd E. Palmer, ‘’Hermeneutics Interpretation Theory’’, dalam Schleiermacher, Dilethey heideggerand
Gadamer (Eanston : Northwestern University Press. 1069) dikutip Khoerudin Nasution.Pengantar Studi
Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016
2. Sebagai metode filologi, yang hanya menekankan pada kosakata atau
gramatikal.
3. Sebagai ilmu pemahaman linguistik, yang kritis terhadap metode filologi
dan menawarkan perpaduan psikologi dan gramatikal (oleh
Schleiermacher).
4. Sebagai fondasi metodologi ilmu-ilmu kemanusiaan (oleh Wilhem
Dilthey).
5. Sebagai fenomena dassein dan pemahaman eksistensial (oleh Palmer) .
6. Sebagai sistem penafsiran.
Menurut Josef Bleicherr, ada tiga bagian dari peta Hermeneutik:25
1. Sebagai Metodologi.
2. Sebagai Filsafat atau Filosofi, dan
3. Sebagai Kritik.
Sebagai metodologi, hermeneutika dapat bersifat objektif dan subjektif.
Menurut hermeneutika subjektif, yang dibangun oleh Martin Heideger
dan Gadamer dan disebut Verstchen, sebagai pembaca teks, kita tidak
memiliki akses langsung kepada penulis karena perbedaan waktu, ruang, dan
tradisi. Jadi, yang ingin ditemukan di sini adalah pengungkapan Dassein
secara historis dan temporal. Menurut hermeneutik aliran objektifitas,
interpretasi berarti memahami teks berdasarkan pemahaman pengarang.
Sementara tokoh klasik, terutama Friederick Schleiermacher (1768-
1834) dan Wilhelm Dilthey (1833-1911), mengembangkan hermeneutik
aliran objektivitas.
Selain itu, interprestasi atau hermeneutika diklasifikasikan menjadi
dua kategori:
1. Interprestasi/hermeneutika gramatika bahasa;
2. Interprestasi/hermeneutika psiko-historis-sosiologis (ekstralinguistik). Ini
sama dengan apa yang disebut kritik hermeneutika atau kritik ideologi
25
Josef Bleicherr, contemporary Hermeneutic as a Method, Philosophy and Critique (London : Routledge and
Paul Keagen. 1980). Hlm 15 dikutip oleh Khoerudin Nasution.Pengantar Studi Islam. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 2016

14
(oleh Habermas). Di sini, dia menekankan bahwa hermeneutika harus
menangani aspek nonlinguistik.
3. Interprestasi/hermeneutika spirit (ideal moral), yang berarti menemukan
ide dasar, umum, prinsip, atau makna universal dari teks.
4. Interprestasi/hermeneutika kontekstual, yang berarti menanggapi masalah
baru berdasarkan nilai ideal-moral.
Fazlurrahman mulai dengan hermeneutika:
1. Interprestasi/hermeneutika spirit (ideal-moral)—untuk menemukan
konsep dasar/umum/prinsip atau makna universal teks;
2. Interprestasi/hermeneutika kontekstual—untuk menjawab kasus baru
berdasarkan nilai ideal-moral.
Di sini, Syahrur berfokus pada hermeneutika dalam satu cara:
1. Linguistik semantik melalui analisis paradigma-sintagmantik. Analisis
paradigmatik bertujuan untuk menganalisis bahasa dengan
membandingkan makna kata-kata yang memiliki makna yang sama atau
bertentangan.
Teori ini menghasilkan dua kelompok besar:
1. Mereka yang percaya ada kesamaan kata (sinonim), dan
2. Ilmuan yang tidak percaya ada kesamaan kata. Syahrur termasuk dalam
kelompok kedua. Syahrur berpendapat bahwa setiap kata memiliki arti
unik yang tidak dimiliki oleh kata lain. Sebaliknya, satu kata dapat
mengandung lebih dari satu arti. Jadi, konteks teks di mana kata
dimaksud digunakan sangat penting untuk menentukan makna
potensialnya. Dengan demikian, "analisis sintagmatik" adalah analisis
yang berkaitan dengan hubungan tekstual.
Teori ini berpendapat bahwa hubungan linear antar kata-kata dalam
kalimat memengaruhi makna kata. seperti kata walad (awlad), ibn
(abna’), dan dhakar (dhukur) untuk anak laki-laki. Dengan cara yang
sama, kata-kata seperti al-mar’ah, al-nisa’, dan al-untsa’ memiliki arti
yang berbeda.:2.Dengan analisis ini, pendekatan interkoneksitas otomatis
dibutuhkan. Pendekatan Syahrur didasarkan pada suruhan untuk
membaca Al-Qur'an dengan tartil, yang merupakan ciri utama
hermeneutik Syahrur. Ulama tafsir telah lama menggunakan metode ini,
yang dikenal sebagai tafsir tematik (maudu'i).
Menurut pendekatan hermeneutik F.A. Wolf, interpretasi terdiri
dari tiga komponen: historis (tempat dan waktu), gramatikal (aspek
kebahasaan), dan retorik (semangat kejiwaan, latar belakang, tujuan, dan
makna filosofis yang terkandung dalam suatu ide).26

KESIMPULAN

Pendekatan dari sudut terminologi adalah perspektif atau paradigma yang


terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dengan demikian, pendekatan ini merupakan sudut
pandang objek kajian yang akan digunakan untuk melakukan penelitian
ilmiah pada subjek yang akan diteliti.

Macam-macam pendekatan studi Islam meliputi :


26
Khoerudin Nasution.Pengantar Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016. Hlm 244 - 246

16
1) Pendekatan antropologi yang merupakan Salah satu cara untuk
memahami agama dengan melihat bagaimana praktik keagamaan tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat.

2) Pendekatan sosiologi yang pada dasarnya berfokus pada gagasan


tentang agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan antara agama
dan masyarakat, kemudian mempelajari bagaimana agama
mempengaruhi masyarakat, dan mungkin juga bagaimana masyarakat
mempengaruhi gagasan agama. Karena itu, agama dapat dianggap
sebagai salah satu faktor independen atau dependent dalam penelitian
sosiologi ini. 3) Pendekatan gender adalah alat analisis untuk memahami
realitas sosial, tugas utama analisis gender adalah memberi makna,
konsepsi, asumsi, ideologi.

4) Pendekatan sejarah dalam penelitian islam dapat digambarkan sebagai


sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan
berdasar sejarahnya.

5) Pendekatan semantik yang mengacu pada kajian yang menekankan


aspek bahasa. Metode ini telah menjadi sangat populer dalam studi tafsir
dan fiqih.

Ada dua pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian hukum


Islam dengan pendekatan semantik:

1. Sisi bahasa; dan

2. Sisi illat dan hikmah (analogi hikmah).

6) Pendekatan filosofis muncul karena agama Islam sering meminta


penganutnya untuk menggunakan akal. Namun, pendekatan seperti ini
belum diterima secara merata, terutama oleh kaum tradisionalis
formalistis, yang cenderung memahami agama terbatas pada ketepatan
melaksanakan aturan-aturan formalistis dari pengalaman agama mereka.
7) Pendekatan integratif adalah jenis studi yang menggunakan
pendekatan dan analisis yang terintegrasi.

Ada dua kategori utama analisis integratif:

- Pertama, integratif antara seluruh nash yang terkait dengan masalah


yang dibahas.

- Kedua, integratif antara nash dan disiplin ilmu lain yang berkaitan
dengan masalah tersebut.

8) Pendekatan hermeneutika, Istilah "hermeneutika" berasal dari kata


benda Yunani "hermeneia", yang berarti "interprestasi", dan kata kerja
"hermaneuin", yang berarti "menafsirkan".

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2000
Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena
Keagamaan”dalam M.Taufik Abdullah dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian
Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990

18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia , Jakarta: DPKRI 1998
Jamali sahrodi, metodologi Studi Islam .Bandung : CV Pustaka Setia .
2008
Mansour Fakir, analisis Gander dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta, 2008.
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktik.
Yogyakarta :Pustaka Belajar. 1998.
Muslich Shabir.Pengantar Studi Islam. Karya Abadi Jaya: 2015.
Semarang.
Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam, cet 1. Jakarta: Rajawali pers.
2016
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998.
Riswandi. Ilmu Sosial Dasar dan Tanya Jawab. Jakarta : Ghalia Indonesia.
1992
Taufik Abdullah dan Rush Karim, Metodologi Penelitian Agama,
Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991

Anda mungkin juga menyukai