Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya penelitian agama sudah dilakukan beberapa abad 1970-an yang lalu,
namun hasil penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja belum
dijadikan sebagai ilmu. Orang berkata: kenapa agama yang sudah begitu mapan mau
diteliti,karena Agama adalah wahyu. Sikap serupa juga terjadi di Barat, orang Eropa
menolak adanya kemungkinan meneliti agama. Sebab, antara ilmu dan nilai, antara
ilmu dan agama (kepercayaaan), tidak bisa disinkronkan. Namun,setelah
bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dan agama mempunyai dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam
rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.

Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah pesat, dewasa ini
penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama
dalam konteks penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai penelitian agama dan
penelitian keagamaan dan konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa
penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap
penjelasan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penelitian keagamaan?
2. Bagaiman perbedaan penelitian agama dan penelitian keagamaan?
3. Apa pengertian konstruksi teori penelitian agama?
4. Apa saja model-model penelitian agama?

C. TUJUAN
1. Agar pembaca memahami pengertian penelitian keagamaan.
2. Agar pembaca memahami perbedaan penelitian agama dan penelitian
keagamaan.
3. Agar pembaca memahami pengertian konstruksi teori penelitian agama.
4. Agar pembaca memahami model-model penelitian agama.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian Keagamaan
Penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah penelitian hidup keagamaan,
yaitu penelitian terhadap praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh
manusia secara individual dan kolektif. Berdasarkan batasan tersebut,
penelitian hidup keagamaan meliputi hal-hal berikut:
1. Perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakatnya yang
didasarkan atas agama yang dianutnya.
2. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya
maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu
agama.
3. Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya
masyarakat beragama.

Setiap tradisi agama-agama memiliki beberapa praktik keagamaan yang


dilakukan oleh para pemeluknya yang dapat dijadikan objek penelitian
keagamaan, seperti ibadah yang teratur, berdoa, persembahan, dan seterusnya.
Praktik-praktik ini biasanya juga disebut sebagai ritual-ritual keagamaan.1

Orang mengatakan, bahwa semua penelitian yang dilakukan terhadap


suatu objek keagamaan mengimplikasikan kajian simbolisme keagamaan.
Bagaimanapun juga, dalam istilah kita sekarang ini dalam lmu agama,
termasuk “simbol” secara umum digunakan merujuk kepada fakta-fakta
keagamaan yang simbolismenya adalah nampak dan ekspisit. Orang
mengatakan, misalnya, tentang roda sebagai simbol sistem tata surya2

1
Zakiyuddin Baidhawy, Ruang Lingkup Objek Kajian Studi Islam, Yogyakarta: Insan
Madani, 2011, hal. 28.
2
Mircea Alidea dkk, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, hal.
182.

2
B. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
Penelitian agama lebih ditekankan pada aspek pemikiran dan interaksi
sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan ilmu-ilmu
humaniora. Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian keagamaan
sebagai produk interaksi sosial, menggunakan pendekatan sosiologi,
antropologi, historia atau sejarah sosial yang biasa berlaku dan sebagainya.
Misalnya : penelitian tentang perilaku jama’ah haji di daerah tertentu,
hubungan ulama dengan keluarga berencana, penelitian tentang perilaku
ekonomi dalam masyarakat muslim.

Dalam pandangan Middleton, penelitian agama Islam adalah penelitian


yang objeknya adalah substansi agama Islam, seperti kalam, fikih, akhlak, dan
tasawuf. Sedangkan dalam pandangan Juhaya S. Praja menyebutkan bahwa
penelitian agama adalah penelitian tentang asal usul agama, dan pemikiran
serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap ajaran yang
terkandung di dalamnya.3

M. AthoMudzhar menyatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama


dengan penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut
membedakan jenis metode penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian agama
sebagai doktrin, pintu bagi pengembangan suatu metodologi penelitian
tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah ada yang pernah merintisnya. Adanya
ilmu ushul al-fiqh sebagai metode untuk istinbath hukum dalam agama islam
dan ilmu mushthalahal-hadits sebagai metode untuk menilai akurasi sabda
Nabi Muhammad saw. merupakan bukti bahwa keinginan untuk
mengembangkan metdologi penelitian tersendiri bagi bidang pengetahuan
agama ini pernah muncul.4

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal.
219.
4
M. AthoMudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal.
89.

3
M. AthoMudzhar mengatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama
dengan penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut
membedakan jenis metode penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian
agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin, pintu bagi
pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan
sudah ada yang merintisnya. Adanya ilmu  ushul fiqh  sebagai
metode istinbath hukum dalam agama Islam dan ilmu musthalahul
hadist sebagai metode untuk menilai akurasi sabda Nabi Muhammad saw
merupakan bukti bahwa keinginan untuk mengembangkan metodologi
penelitian tersendiri bagi bidang pengetahuan agama ini pernah muncul.
Persoalan berikutnya ialah, apakah kita hendak menyempurnakannya atau
meniadakannya sama sekali dan menggantinya dengan yang baru, atau tidak
menggantinya sama sekali dan membiarkannya tidak ada.5

Sedangkan untuk penelitian keagamaan yang sasarannya agama sebagai


gejala sosial, kita tidak perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia
cukup meminjam metodologi penelitian sosial yang telah ada.6

Dengan kata lain bahwa pendapat M. AthoMudzhar sama dengan pendapat


yang dikemukakan Harun Nasution, kalau penelitian agama sama dengan
ajaran agama kelompok pertama dan penelitian keagamaan sama dengan ajaran
agama kelompok kedua menurut Harun Nasution.

Dalam pandangan Juhaya S. Praja, penelitian agama adalah penelitian


tentang asal-usul agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran
agama tersebut terhadap ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan
demikian, terdapat dua bidang penelitian agama, yaitu sebagai berikut;
1. Penelitian tentang sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin
ilmu tafsir dan ilmu hadis.

Ibid., hal. 90.
5

Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam (Cet. X; Bandung: PT


6

Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 50.

4
2. Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam
sumber ajaran agama itu.7

Sedangkan penelitian hidup keagamaan adalah penelitian tentang praktik-


praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan
kolektif. Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup keagamaan meliputi
hal-hal berikut.
1. Perilaku individu dan hubungannnya dengan masyarakatnya yang
didasarkan atas agama yang dianutnya.
2. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya
maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu
agama.
3. Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya
masyarakat beragama.8

Dalam hal ini, pendapat yang dikemukakan oleh Juhaya S. Praja ada
kesamaan dengan pendapat Harun Nasution dan M. AthoMudzhar, akan tetapi
Juhaya membagi penelitan agama menjadi dua bidang, yang pada intinya
pendapatnya sama dengan pendapat Harun Nasution tentang ajaran agama
kelompok pertama. Sedangkan penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah
penelitian hidup keagamaan, yaitu penelitian terhadap praktik-praktik ajaran
agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
C. Konstruksi Teori Penelitian Agama
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan –
bangunan (jembatan dan sebagainya), dan dapat pula berarti susunan dan
hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti
pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.

7
Juhaya S. Praja, Pengantar Filsafat Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 31.  

8
Ibid., hal. 32.

5
Sebagaimana telah disinggung di atas, penelitian keagamaan merupakan
penelitian yang objek kajiannya adalah agama sebagai produk interaksi sosial.
Metode yang digunakan adalah metode-metode penelitian sosial pada
umumnya.

Berkenaan dengan hal itu, kita pun tidak perlu menyusun teori penelitian
tersendiri, tetapi cukup meminjam teori ilmu-ilmu sosial yang sudah ada. Salah
satu contoh teori yang digunakan dalam penelitian keagamaan yang akan
diungkapkan di sini adalah penelitian Hj. Ummu Salamah dalam
menyelesaikan program doktornya di program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Bandung (1998).9

Judul disertasi Hj. Ummu Salamah adalah “Tradisi Tarekat dan Dampak
Konsistensi Aktualisasinya terhadap Perilaku Sosial Penganut Tarekat (Studi
Kasus Tarekat Tijaniyah di Kabupaten Garut, Jawa Barat: dalam Perspektif
perubahan sosial)”. Teori-teori yang digunakan dalam penelitiannya adalah
sebagi berikut.
1. Teori perubahan sosial.
2. Teori struktural-fungsional.
3. Teori antropologi dan sosiologi agama.
4. Teori budaya dan tafsir budaya simbolik.
5. Teori pertukaran sosial.
6. Teori sikap.

Dengan demikian, penelitian di atas meminjam teori-teori yang dibangun


dalam ilmu-ilmu sosial. Ia disebut penelitian keagamaan dalam pandangan
Midletton atau penelitian hidup agama dalam pandangan Juhaya S. Praja,
karena objeknya adalah perilaku Tarekat Tijaniyah.

Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarak, op. cit hal. 63.
9

6
D. Model-model Penelitian Agama
Adapun model penelitian yang di tampilkan disini memperlihatkan
langsung agama melalui pendekatan sosiologis.  Sebelumnya saya kutip karya
djamari mengenai metode sosiologi dalam kajian agama.

Djamari, dosen pasca sarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian


sosiologi agama mengunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode
yang digunakan antara lain dengan analisis sejarah, lintas budaya, eksperimen
yang terkontrol, observasi, suvai sampel, dan analisis isi.

1. Analisis Sejarah
Sosiologi tidak memusatkan perhatiannya pada bentuk peradaan
pada tahap permulaan pada waktu tertentu. Tetapi menerangkan realitas
masa kini, realitas yang berhubungan erat dengan kita yang mempengaruhi
gagasan dan perilaku kita. Supaya kita mengerti persoalan manusia
sekarang, kita harus mempelajari sejarah masa silam. Dalam hal ini,
sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah
dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan
inti karakter agama dengan meneliti suber klasik sebelum dicampuri yang
lain. Dalam menggunakan data historis, sejarawan cenderung
menyajikan detail dari situasi sejarah tetang sebab akibat dari suatu
kejadian.
Sedangkan sosiologi lebih tertarik persoalan apakah situasi sosial
tertentu di ikuti oleh situasi sosial yang lain, sosiologi mencari pola
hubungan antara kejadian sosial dan karaktaristik agama.

2. Analisis Lintas Budaya

Analisis lintas budaya biasa di artikan dengan ilmu antropologi,


karena dilihat dari defenisi antropologi sendiri secara sederhana dapat
dikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaan manusia.
7
Dengan membandingkan pola-pola sosial keagamaan dibeberapa
daerah kebudayaan, sosiologi dapat memperoleh gambaran tentang
korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi sosiologi cultural secara
umum.

Weber mencoba membuktikan teorinya tentang relasi antara


etika protistan dengan kebangkitan kapitalisme melalui kajian agama dan
ekonomi di India dan Cina.

3. Experimen
Penelitian yang menggunakan experiman agak sulit dilakukan
dalam penelitian agama. Dalam beberapa hal, experiman dapat
dilakukan  dalam penelitian agama, misalnya untuk mengefaluasi
perbedaan hasil belajar dari penelitian agama.

4. Observasi partisipatif
Dengan partisipatif dalam kelompok, peneliti dapat mengobservas
perilaku orang-orang dalam konteks relegius. Baik diketahui atau tidak
oleh orang yang sedang diobservasi. Dan diantaranya kelebihannya yaitu
memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok secara
mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada
kemampuan observasi.

5. Riset survai dan analisis statistik


Penelitian survai dilakukan dengan menyusun kuesioner, interview
dengan sempel dari populasi. Sempel biasa berupa organanisasi
keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa. Prosedur penelitian ini
dinilai sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik
keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.

6. Analisis isi

8
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari
tema tema agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, dokrin maupun
deklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikap kelompok keagamaan
dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah penelitian hidup
keagamaan, yaitu penelitian terhadap praktik-praktik ajaran agama yang
dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
b. Dengan kata lain bahwa pendapat M. AthoMudzhar sama dengan
pendapat yang dikemukakan Harun Nasution, kalau penelitian agama

9
sama dengan ajaran agama kelompok pertama dan penelitian keagamaan
sama dengan ajaran agama kelompok kedua menurut Harun Nasution.
c. W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi adalah cara membuat
bangunan – bangunan, dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata
di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat, cara-
cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
d. Djamari, dosen pasca sarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian
sosiologi agama mengunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan
metode yang digunakan antara lain dengan analisis sejarah, lintas budaya,
eksperimen yang terkontrol, observasi, suvai sampel, dan analisis isi.

B. Saran
Sedikit masukan dari kami, mengenai penelitian keagamaan
memberikan kontribusi yang besar terhadap berbagai disiplin ilmu,
termasuk pengembangan konsep pendidikan islam, dimana hasilnya dapat
dijadikan sebagai acuan atau paradigma alternatif dalam usaha
pengembangannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abd Atang. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam (Cet. X; Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Alidea Mircea, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
AthoMudzhar M., Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).
Baidhawy Zakiyuddin, Ruang Lingkup Objek Kajian Studi Islam, Yogyakarta:
Insan Madani, 2011.
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2005).

10
S. Praja Juhaya, Pengantar Filsafat Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009).

11

Anda mungkin juga menyukai