Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METODE STUDI ISLAM

“MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN”

Dosen Pengampu : Ade Ariandi Saputra, M. Pd.I

Disusun Oleh:

VIONA ANDINI (12310621786)

THESA MARISKA (12310624353)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN PERGURUAN
UNNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Penelitian Keagamaan” ini. Makalah ini
merupakan tugas kelompok penulis selaku Mahasiswa Universitas Islam Negri Sultan Syarif
Kasim Riau, makalah ini insyaAllah akan penulis paparkan (prosentasikan) dalam acara
perkuliahan pada mata kuliah Metode Studi Islam dengan dosen pengampu: Ade Ariandi
Saputra, M. Pd.I

Dan makalah yang berjudul “Islam dan Gagasan Universal” akan membahas
mengenai: Arti penelitian agama, Agama sebagai doktrin, Agama sebagai produksi budaya,
Agama sebagai produk interaksi sosial, Penelitian agama dan penelitian keagamaan,
Konstruksi teori penelitian keagamaan, dan Model-model penelitian keagamaan

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
pribadi dan pada umumnya kepada rekan-rekan mahasiswa. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat penulis harapkan khususnya dari Bapak Dosen dan umumnya pada seluruh rekan
mahasiswa.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I :
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II :
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Arti Penelitian Agama.....................................................................................................3
B. Agama Sebagai Doktrin..................................................................................................3
C. Agama Sebagai Produksi Budaya...................................................................................5
D. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial.........................................................................7
E. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan.................................................................8
F. Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan.......................................................................12
G. Model-model Penelitian Keagamaan........................................................................14
BAB II :
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian agama sudah dilakukan sejak beberapa abad yang lalu, namun hasil
penelitian yang telah diperoleh masih dalam bentuk perbuatan belum dijadikan
sebagai ilmu. Semakin bertambahnya gejala-gejala agama yang berbau dengan
masalah sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang
khusus dipergunakan untuk menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan-perkembangan penelitian agama pada saat ini sangat pesat
disebabkan oleh tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami
perubahan. Kajian dalam lingkup agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial
yang tengah berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti ini yang mendasari
perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan sosial
dan agama Dalam penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan
penelitian agama khususnya didalam konteks penelitian pada umumnya, mengenai
penelitian agama dan penelitian keagamaan serta konstruksi teori penelitian
keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu dikaji
secara rinci terhadap penjelasan tersebut.1
Ilmu agama sejak kemunculannya sebagai suatu disiplin keilmuan pada akhir
abad ke 19 setahap demi setahap melengkapi identitas dirinya dengan ciri ciri khas
yang memperkuat dan memperjelas status sebagai pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Objek kajian yaitu meliputi semua agama agama, baik agama pada masa lalu maupun
pada masa sekarang. Sedangkan teologi pada dasarnya hanya mengkaji satu agama
tertentu saja, yaitu agama yang diyakini kebenarannya. Apabila mempelajari agama
lain itu pun menggunakan norma agama yang di yakini kebenarannya. Seiring dengan
berkembangnya ilmu agama muncullah ilmu perbandingan agama yang bertujuan
untuk memahami agama-agama yang di teliti secarah ilmiah.
Ilmu perbandingan agama adalah ilmu yang mempelajari tentang agama,
sistem keyakinan peribadatan dan kelembagaan agama secarah ilmiah dengan
pendekatan holistik (secara menyeluruh,beragam). Sebenarnya penelitian agama
sudah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya masih dalam
bentuk aktual atau perbuatan saja belum dijadikan sebagai ilmu. Setelah
1
Fadlan Kamalia Batubara, Metodologi studi islam,( Yogyakarta : Cv Budi Utama, 2019), hlm.161.

1
bertambahnya gejala gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala
gejala agama tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Arti penelitian agama ?
2. Apa yang dimaksud dengan Agama sebagai doktrin ?
3. Apa yang dimaksud dengan Agama sebagai produksi budaya ?
4. Apa yang dimaksud dengan Agama sebagai produksi interaksi sosial ?
5. Apa yang dimaksud dengan Penelitian agama dan penelitian keagamaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Konstruksi teori penelitian keagamaan ?
7. Apa yang dimaksud dengan Model-model penelitian keagamaan ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa arti penelitian agama
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Agama sebagai doktrin
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Agama sebagai produksi budaya
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Agama sebagai produksi
interaksi sosial
5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Penelitian agama dan penelitian
keagamaan
6. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Konstruksi teori penelitian
keagamaan
7. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Model-model penelitian
keagamaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penelitian Agama


Penelitian (research) merupakan upaya sistematis serta objektif buat menekuni
sesuatu permasalahan serta menciptakan prinsip- prinsip universal. Tidak hanya itu,
riset pula berarti usaha pengumpulan data yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-
kajian sehingga dapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-
pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan baru.2
Adapun agama, jika dilihat secara etimologi agama berasal dari Bahasa arab
yaitu ”ad-din” yang artinya adalah agama(keyakinan). Secara etimologi, agama juga
berasal dari bahasa Inggris yaitu “religion”, yang artinya adalah agama. Sehingga,
bisa disimpulkan penelitian agama merupakan suatu usaha guna menafsirkan pokok
ajaran, Sejarah pertumbuhan, serta tingkah laku orang yang beragama bagi pemikiran
agama itu sendiri. Sehingga tidak mungkin seseorang riset agama terhadap sesuatu
agama tertentu itu, dicoba oleh orang yang tidak paham agama yang ingi dikaji.
Dalam pemikiran Juhaya S. Praja, riset agama merupakan riset tentang sejarah,
agama, dan pemikiran serta uraian pemeluk ajaran agama tersebut terhadap ajaran
yang tercantum di dalamnya. Dengan demikian, jelas Juhaya, ada 2 bidang riset
agama, adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian tentang sumber doktrin agama yang sudah melahirkan beberap ilmu,
yaitu ilmu tafsir dan hadis.
2. Pemikiran dan pengetahuan terhadap doktrin yang terdapat kandungan sumber
doktrin agama tersebut, yaitu ushul al-fiqh yang berarti metodologi tentang
keilmuan agama. Penelitian dalam konteks ini telah melahirkan ilmu kalam,
tasawuf, fikih, dan ilmu filsafat Islam

B. Agama Sebagai Doktrin


Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata
doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan
ajaran atau bersifat ajaran. Selain kata doctrine sebagaimana disebut diatas, terdapat

2
Affandi Mochtar (ed.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, (Cirebon:
Fak. Tarbiyah IAIN SGD) hlm. 32.

3
kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis.Contoh dalam hal
ini misalnya doctrainare ideas ini berarti gagasan yang tidak praktis. Studi doktrinal
ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat
teoritis dalam arti tidak praktis.Mengapa tidak praktis?Jawabannya adalah karena
ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat
atau mengerjakan sesuatu. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau
obyek studi dokrinal tersebut.
Ini berarti dalam studi doctrinal kali ini yang di maksud adalah studi tentang
ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Islam
di definisikan oleh Sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyunilahiyun unzila
ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al- dunya wa al -akhirah"
(Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti
dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur`an
dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga
puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang
jumlahnya 114 surah. Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun 300 H.3
Di zaman sekarang ini, kalau kita ingin lihat al-Sunnah atau al- Hadist, kita
dapat lihat di berbagai kitab hadist.Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun
oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari,
dan lain-lain.Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran
Islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana
disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua
sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad. Dengan
ijtihad ini, maka ajaran berkembang.Karena ajaran Islam yang ada di dalam
dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis
besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara
terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad. Dengan
demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau
tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.Hasil ijtihad selama tersebar dalam
semua bidang, bidang yang lain.

3
Affandi Mochtar (ed.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, (Cirebon:
Fak. Tarbiyah IAIN SGD) hlm. 34.

4
Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, kitab ilmu
kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa
ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada
yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan
ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup
yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu.Maka ajaran
yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak. Studi Islam dari sisi doctrinal itu
kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di
dalam al-Qur`an maupun yang ada di dalam alSunnah serta ada yang menjadi
penjelasan kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad. Jadi sasaran studi Islam
doctrinal ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang kemudian di pelajari dari
sumber ajaran Islam itu.
Pengalaman agama adalah subjektif, intern, dan individual, yang setiap orang
akan merasakan pengalaman yang berbeda dari orang lain. Di samping itu, tampak
bahwa pada umumnya orang lebih condong untuk mengaku beragama, kendatipun ia
tidak menjalankannya.4

C. Agama Sebagai Produksi Budaya


Menurut KBBI kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Menurut S.Takdir
alisyahbana kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari
unsur unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Pasurdi Suparlan Kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana- rencana, dan strategi-strategi yang terdiri
atas serangkaian model-model kognitif yang dimiliki manusia, dan yang
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah laku dan Tindakan tindakannya. Dari berbagai definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budi) manusia yang terjadi dari berbagai unsur yang berbeda- beda
sehingga membantu manusia dalam melangsungkan hidup bernasyarakat.
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, cet. XIII, 1991, hlm. 3.

5
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan ruang dipunyai oleh manusia
sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model
pengetahuan secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan
menciptakan Tindakan-tindakan yang diperlukan.5
Kebudayaan dan agama (Islam) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan
dan keduanya saling melengkapi. Ketika berbicara kebudayaan dan agama, kita bisa
lihat dari aplikasi fungsinya dalam wujud budaya dan juga dalam bentuk upacara
keagamaan atau tradisi ritual yang secara bersamaan bisa mengandung nilai
kebudayaan dan agama. Berbicara agama slam dan Kebudayaan merupakan
pembahasan yang menarik. Dimana agama islam adalah agama yang universal
sehingga islam bisa membaur dengan budaya lokal suatu Masyarakat (local culture),
sehingga agama islam dan budaya lokal tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya
menjadi suatu bagian yang saling mendukung dan melengkapi.
Dalam hal ini Nurcholish Madjid salah satu tokoh intelektual muslim
Indonesia mengungkapkan bahwasanya antara agama (Islam) dan budaya adalah dua
bidang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak,
tidak dapat berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Tetapi berbeda dengan
kebudayaan, sekalipun berdasarkan agama, kebudayaan dapat berubah dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan agama, sebaliknya
agama tidak berdasarkan budaya. Oleh karena itu agama adalah primer dan budaya
adalah sekunder.
Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama (islam) dankebudayaan dapat saling
mendukung dan melengkapi karena keduanya memiliki nilai dan simbol. Agama
merupakan symbol yang menjadi nilai ketaatan terhadap tuhan. Kebudayaan juga
memiliki nilai dan simbol agar supaya manusia bosa hidup didalamnya. Agama
memerlukan sistem simbol. Yang berarti agama membutuhkan kebudayaan. Tetapi
keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan
tidak mengenal perubagan (absolut). Kebudayaan bersifat particular, relatif, dan
temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama
prinadi. Tetapi anpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapatkan

5
Persudi Suparlan. “Kebudayaan dan Pembangunan” dalam kapan Agama dan
Masyarakat, Balit/ang Agama. Departemen Agama. Jakarta. (1991-1992) hal. 85

6
tempat. Contohnya yaitu di Madura, tepatnya sumenep, agama dan budaya yang
berkembang di Sumenep adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras
dengan kebudayaan Sumeneop.

D. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial


Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter
(antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang,
atau tindakan yang berbalas-balasan.6
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.7
Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial Sejak kelahirannya belasan abad
yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada
keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat; antara hubungan manusia dengan
Tuhan; antara hubungan manusia dengan manusia; dan antara urusan ibadah dengan
urusan muamalah. Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak
untuk mememiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari
berbagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu
pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama.
Penelitian keagamaan merupakan penelitian yang objek kajiannya adalah
Penelitian keagamaan merupakan penelitian yang objek kajiannya adalah agama
sebagai produk ”interaksi sosial” atau ”perilaku manusia”
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia ia yang menguasai hidupnya itu. Menurut
Soerjono Soekanto sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri
terhadap persoalan penilaian.
Dari dua definisi penelitian bahwa sosiologi adalah ilmu yag menggambarkan
tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berinteraksi/berkaitan.
Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif
menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap
masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut :

6
Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar, h.33.
7
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h. 61

7
1. Pertama, dalam Alquran atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar kedua
sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Menurut
Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah yang dikutip
Jalaluddin Rahmat, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah
dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding
seratus – untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
2. Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah
adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan
urusan muamalah yang penting,
3. Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran
lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang
dilakukan secara berjemaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat yang
dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh
derajat.
4. Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratrya
(tembusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah
5. Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang
kemasyarakatan mendapat ganjaran lebihbesar daripada ibadah sunnah.
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial,
dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.8

E. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan


Seorang guru besar antropologi di New York Bernama Middleton berkata:
“Penelitian agama (research on religion) berbeda dengan penelitian keagamaan
(religious research), karena penelitian agama lebih menekankan kepada materi agama,
sehingga sasarannya adalah tiga elemen pusat, yakni ritus, mitos, dan magik
sedangkan penelitian keagamaan lebih menekankan agama sebagai sistem

8
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.91

8
keagamaan”.9 Penelitian agama dan penelitian keagamaan letak perbedaannya ada dua
pokok: Penelitian agama dapat dikaji dari beberapa sudut pandang yakni: teologis,
historis, komparatif, dan psikologis yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin.
Ilmu agama sejak kemunculannya sebagai suatu disiplin keilmuan pada akhir
abad ke 19 setahap demi setahap melengkapi identitas dirinya dengan ciri ciri khas
yang memperkuat dan memperjelas status sebagai pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Objek kajian yaitu meliputi semua agama agama, baik agama pada masa lalu maupun
pada masa sekarang. Sedangkan teologi pada dasarnya hanya mengkaji satu agama
tertentu saja, yaitu agama yang diyakini kebenarannya. Apabila mempelajari agama
lain itu pun menggunakan norma agama yang di yakini kebenarannya.
Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah pesat karena tuntutan
kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian kajian agama memerlukan
relevansi dari kehidupan sosial berlangsusng. Permasalahan seperti ini lah yang
mendasari perkembangan penelitian penelitian agama guna mencari
Penelitian (research) merupakan upaya sistematis serta objektif buat menekuni
sesuatu permasalahan serta menciptakan prinsip- prinsip universal. Tidak hanya itu,
riset pula berarti usaha pengumpulan data yang bertujuan untukmenambah
pengetahuan. Adapun agama, jika dilihat secara etimologi agama berasal dari Bahasa
arab yaitu”ad-din” yang artinya adalah agama(keyakinan). Secara etimologi, agama
juga berasal dari bahasa Inggris yaitu “religion”, yang artinya adalah agama.Sehingga,
bisa disimpulkan penelitian agama merupakan suatu usaha guna menafsirkan pokok
ajaran, Sejarah pertumbuhan, serta tingkah laku orang yang beragama bagi pemikiran
agama itu sendiri.
Untuk penelitian keagamaan yang sasarannya adalah agama sebagai gejala social,
tidak perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia cukup meminjam metodologi
social yang telah ada. Memang, kemungkinan lahirnya suatu ilmu tidak perlu dibuat
artifisial karena semangat yang berlebihan. Mungkin akan lebih bijaksana, kata Artho
Mudzhar, apabila metodologi penelitian yang diharapkan itu tumbuh dari proses
seleksi dan kristalisasi dari berbagai pengalaman dalam menggunakan berbagai
metode penelitian social.
Dengan demikian, apabila mengikuti pembedaan antara penelitian agama dengan
penelitian keagamaan yang dikemukakan oleh Middleton, penelitian agama Islam
adalah penelitian yang objeknya subtansi agama Islam: kalam, fikih, akhlak, tasawuf.
9
M. Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktik, hlm. 35.

9
Sedangkan penelitian keagamaan Islam dalam pandangan Middleton adalah penelitian
yang objeknya adalah agama sebagai produk interaksi social. Tepatnya, baik
penelitian agama maupun keagamaan merupakan kajian yang menjadikan agama
sebagai objek penelitian.
Gagasan Ahmad Syafi'i Mufid, yang telah disebutkan sebelumnya di atas,
merupakan salah satu alternatif yang tidak lepas dari kekurangan. Salah satu
kekurangannya adlaah bahwa Ahmad Syafi'i Mahfud cenderung meniadakan ilmu
ushul fiqh dan filsafat hokum Islam sebagai metode mempelajari dan
mengembangkan fikih, sedangkan ilmu mushthalah al-hadis untuk meneliti akurasi
periwayatan hadis.
Salah satu jalan keluar dari persoalan tersebut adalah dengan mempelajari
gagasan yang ditawarkan oleh Juhaya S. Praja, Guru Besar Filsafat Hukum IAIN
Sunan Gunung Djati. Ia mengajukan gagasan yang sejalan dengan gagasan Middleton,
yaitu penelitian agama dan penelitian keagamaan. Dalam pandangan Juhaya,
penelitian agama adalah penelitian tentang asal usul agama, dan pemikiran serta
pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap ajaran yang terkadung di
dalamnya.10 Dengan demikian, jelas Juhaya, terdapat dua bidang penelitian agama
yaitu:
a Penelitian tentang sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin ilmu
penafsiran dan pengetahuan hadis
b Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam sumber
ajaran agama itu, yakni ushul fiqh, yang meupakan metodologi ilmu agama.
Penelitian bidang ini telah melahirkan filsafat Islam, ilmu kalam, tasawuf, dan
fikih.
Penelitian tentang hidup keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik
ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup keagamaan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a Perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakatnya yang didasarkan
atas agama yang dianutnya
b Perilaku masyarakat atay suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya
maupun lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama.

10
Juhaya S. Praja, Pengantar Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu-ilmu Islam (Bandung: Program Pascasarjana
IAIN Sunan Gunung Djati, 1997) hlm. 31-32

10
c Ajaran agama yang membentuk pranata social, corak perilaku, dan budaya
masyarakat beragama.
Berkenaan dengan metode penelitian yang diperlukan, Ahmad Syafi'i Mufid
menjelaskan sebagai berikut: apabila penelitian agama berkenaan dengan pemikiran
atau gagasan, maka metode-metode, seperti filsafat, fisiologi adalah pilihan yang
tepat. Apabila penelitian agama berkaitan dengan sikap perilaku agama, maka metode
ilmu-ilmu social, seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi merupakan metode
yang paling tepat digunakan. Sedangkan untuk penelitian yang berkenaan dengan
benda-benda keagamaan, metode arkeologi atau metode-metode ilmu natural yang
relevan, tepat digunakan.11
Berdasarkan saran tersebut, maka meted penelitian yang digunakan dalam suatu
kegiatan penelitian tidak mesti membangun metode baru, tetapi cukup meminjam,
melanjutkan, atau mengembangkan metodologi yang sudah dibangun oleh para ahli
sebelumnya. Hal ini telah di singgung pada pembahasan di atas.
Menurut Juhaya S. Praja, karena sosiologi dijadikan pendekatan dalam
memahami agama, maka metode yang digunakan pun metode sosiologi, seperti
observasi, interview, dan angket. Dalam dataran sosiologis, agama dipahami sebagai
perilaku yang konkret. Setelah mengutip dari Wallace yang mengemukakan tiga puluh
kategori tipe-tipe perilaku keagamaan, Juhaya memodifikasi tipe-tipe tersebut
seperlunya, yaitu sebagai berikut:
a Pernyataan tentang hal gaib, seperti doa dan pengusiran setan jahat (exorcism)
b Music, tarian, dan lagu-lagu
c Latihan psikologis, seperti riyadhah
d Nasehat (pernyataan kepada orang lain sebagai wakil Tuhan)
e Membaca kitab suci : qira'ah dan tajwid
f Simulasi
g Mana (menyentuh benda yang memiliki kekuatan suci)
h Taboo (menghindari diri dari segala sesuatu untuk menjaga terjadinya suatu
kegiatan yang tidak diinginkan atau peristiwa yang tidak diinginkan atau
kejadian yang tidak diinginkan)
i Mengadakan pesta dengan menyajikan makanan sacral
j Pengorbanan, seperti pengorbanan, persembahan, dan sumbangan dalam
bentuk uang
11
Affandi Mochtar (ed.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, hlm. 35.

11
k Jamaah atau jemaat, seperti prosesi, rapat-rapat, dan majelis taklim
l Inspirasi seperti wahyu dan ekstase mistik (ittihad)
m Simbolisme, yakni penggunaan objek-objek simbolik
n Memperluas dan memodifikasi kode hokum agama dalam kaitannya dengan
kategori kelima
o Penerapan nilai-nilai keagamaan dalam konteks non religious.12

F. Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan


Keagamaan yang objek kajiannya berada pada wilayah interaksi social
merupakan sebuah kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pemahaman tentang agama
dengan kacamata ilmu-ilmu social Berbagai teori dapat digunakan untuk melakukan
penelitian keagamaan tersebut. Pemahaman tentang konstruksi teori tersebut akan
membantu kita untuk dapat melihat agama jauh lebih fungsional dalam masyarakat.
1. Pengertian Teori Penelitian
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminata,
mengartikan "konstruksi" adalah cara membuat (menyusun) bangunan-bangunan
(jembatan, dan sebagainya); dapat pula berartu susunan dan hubungan kata di
kalimat atau kelompok kata.13 Sedangkan kata "teori" berarti pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu peristiwa (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan
hokum-hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian, atau ilmu pengetahuan.
Selain itu "teori" dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk
melakukan sesuatu.
Selanjutnya dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan
pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif
antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam
masyarakat. Misalnya dalam meneliti gejala bunuh diri, telah diketahui tentang
teori interogasi atau kohesi social dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi
Perancis) yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya
integrasi social dan gejala bunuh diri.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama,
pemeriksaaan yang dilakukan secara seksama dan teliti, dan dapat pula berarti
penyelidikan. Selanjutnya penelitian (research) yang dilahirkan oleh dunia ilmu
12
Juhaya S. Praja. Pengantar Filsafat ilmu..., hlm 55-57.
13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) Cetakan XII,
hlm.520

12
pengetahuan mengandung implikasi-implikasi yang bersifat ilmiah, oleh karena
hal tersebut merupakan proses penyelidikan yang berjalan sesuai dengan
ketetapan- ketetapan dalam ilmu pengetahuan tentang penelitian atau yang
selanjutnya disebut dengan methodology of research. Tujuan pokok dari kegiatan
penelitian ini adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan
melalui data-data yang terkumpul Kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan pembaruan,
perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-
bidang pengetahuan yang bersangkutan.14
Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban.
atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul Penelitian menuntut
kepada pelaku-pelakunya agar proses penelitian yang dilakukan itu bersifat
ilmiah, yaitu harus sistematis, terkontrol, bersifat empiris (bukan spekulatif) dan
harus kritis dalam penganalisaan data-datanya sehubungan dengan dalil-dalil
hipotesis yang menjadi pendorongnya mengapa penelitian itu dilakukan.
Dengan demikian, pada hakikatnya penelitian dapat dirumuskan sebagai
penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masala. Ini adalah cara untuk
memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuannya adalah untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang berarti
melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiahSuatu penyelidikan harus melibatkan
pendekatan ilmiah, agar dapat digolongkan sebagai penelitian15

Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan Konstruksi Teori Penelitian


Keagamaan: adalah penelitian upaya memeriksa mempelajarimeramalkan, dan
memahami agama secara seksamasusunan atau bangunan dasar-dasar atau
hukum- hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan
penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan
untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman

14
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) Cetakan II, hlm.
142
15
Donald Ary, dkk Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (terjemah) Arief Furchan dari judul asli
Introduction ro Research in Education (SurabayaUsaha Nasional) hlm.44

13
Sebagaimana telah disinggung di atas, penelitian keagamaan merupakan
penelitian yang objek kajiannya adalah sebagai produk interaksi sosial. Metode
yang digunakan adalah metode-metode penelitian sosial pada umumnya

2. Teori-teori Penelitian
Keagamaan Berkenaan dengan hal itu, tidak perlu disusun teori penelitian
tersendiritetapi cukup meminjak teori ilmu-ilmu sosial yang sudah adaSalah satu
contoh teori yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian keagamaan adalah
penelitian HjUmmu Salamah dalam menyelesaikan program doktornya di
Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung (1998)

Judul disertasi HjUmmu Salamah adalah "Tradisi Tarekat dan Dampak


Konsistensi Aktualisasinya terhadap Perilaku Sosial Penganut Tarekat (Studi
Kasus Tarekat Tijaniyah di Kabupaten GarutJawa Barat: Dalam Perspektif
Perubahan Sosial)"teori-teori yang digunakan:
a Teori perubahan sosial
b Teori struktural-fungsional
c Teori antropoligi dan sosiologi agama
d Teori budaya dan tafsir budaya simbolik
e Teori pertukaran sosial
f Teori sikap
Dengan demikian, penelitian di atas meminjam teori-teori yang dibangun
oleh ilmu- ilmu sosial. Ia disebut penelitian keagamaan (religious research) dalam
pandangan Middleton atau penelitian hidup agama dalam pandangan Juhaya
SPraja, karena objeknya adalah perilaku tarekat tijaniyah.

G. Model-model Penelitian Keagamaan


Model Penetian Studi Islam. Penjelasan tentang penelitian ini dibahas mulai
dari kerangka teoritik penelitian hingga hal-hal teknis seperti penyusunan draf
penelitian. Diberikan pula contoh model dibeberapa penilitian di beberapa bidang
kajian studi Islam. Model yang dijabarkan antara lain penelitian filsafat Islam, model
penelitian tafsir, hadits, ilmu Kalam, tassawuf, fikih (hukum Islam), politik,
pendidikan Islam, sejarah kebudayaan Islam, pemikiran modern dalam Islam, dan
sosiologi serta antropologi agama Islam. Abuddin Nata sekali lagi menegaskan

14
bahwa pemakaian berbagai teori dalam meneliti Islam bukanlah untuk mencari benar
atau tidaknya Islam secara normatif-teologis, tapi untuk meneliti aspek pengenalan
dari ajaran Islam oleh pemeluknya. Mungkin karena alasan ini, Abuddin Nata
memilih untuk mengadopsi ilmu-ilmu sosial dan humaniora sebagai kerangka teoritik
Penelitian agama Islam. Dalam model penelitian pendidikan Islam misalnya, ia hanya
mengulas hal-hal yang berkaitan dengan problem guru, sejarah, dan budaya
pendidikan Islam sembari menyatakan bahwa filsafat pendidikan sudah cukup banyak
dilakukan. Bagian terakhir adalah bahasan tentang wacana islamisasi ilmu
pengetahuan. Abuddin Nata tidak banyak terlibat dalam diskusi, ia hanya
memaparkan pendapat setiap pemikir baik pro maupun kontra terhadap islamisasi
ilmu pengetahuan16
Adapun model-model dari penelitian dalam persoalan keagamaan, sebagai berikut

1) Analisis Sejarah : merupakan sosiologi tidak memusatkan perhatian pada


bentuk peradaban pada tahap permulaan pada waktu tertentu (etnografi) akan
tetapi menerangkan realitas masa kekinian, realitas yang berhubungan erat
dengan kehidupan sekarang, kita harus mempelajari sejarah masa klasik.
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas pemikiran bahwa
sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu kelembagaan. Pendekatan sejarah bertujuan untuk
menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum
dicampuri yang lain. Sosiologi mencari pola hubungan antara kejadian sosial
dan karakteristik agama.
2) Analisis Lintas Budaya: Dengan membandingkan pola-pola sosial
keagamaan di beberapa daerah kebudayaan, sosiologi dapat memperoleh
gambaran tentang korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi sosio-kultural
secara umum.
3) Eksperimen: Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan
dalam penelitian agama. Namun, dalam beberapa hal, ekperimen dapat
dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan
hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.

16
Abbudin Nata,Metodologi Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.345.

15
4) Observasi Partisipatif: Dengan partisipatif dalam kelompok, penelitian dapat
mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks religius. Orang yang
diobservasi boleh mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara
diam-diam. Diantara kelebihan penelitian adalah memungkinkannya
pengamatan simbolik antara anggota kelompok secara mendalam. Adapun
salah satu kelemahannya adalah terbatasnya data pada kemampuan observer.
5) Riset Survey dan Analisis Statistik : Penelitian survey dilakukan dengan
penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari suatu populasi. Sampel
dapat berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa.
6) Analisis Isi : Dengan metode ini, peneliti mencoba mencerai keterangan dari
tema-tema agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun
deklarasi teks dan yang lainnya17.

BAB III
PENUTUP

17
Abbudin Nata,Metodologi Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 175.

16
A. Kesimpulan
Penelitian agama berarti menempatkan agama sebagai objek
penelitianPerbedaan antara penelitian agama dan keagamaan terletak pada objek
penelitiannyaDimana yan dimaksud disini adalah bahwa penelitian agama mengkaji
agama sebagai doktrin sedangkan penelitian keagamaan objek penelitian yang dikaji
adalah agama sebagai gejala sosial
Konstruksi teori penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa mempelajari
meramalkan dan memahami secara seksama atau bangunan dasar- dasar atau hukum-
hukum dan ketentuan lainnya yang di perlukan untuk melakukan penelitian terhadap
bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan
pemahaman ajaran agama sesuai tuntuna zaman
Model-model pada penelitian keagamaan diantaranya adalah: analisis sejarah,
analisis lintas budayaeksperimen, observasi partisipatif, riset survei dan statistik, dan
analisis isi
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat untuk menambah wawasan para pembaca
dan juga pemakalah, semoga dapat bermanfaat. Saran yang membangun sangat
kamibutuh kan untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi. Sesungguhnya
kekurangan itu datangnya dari kami dan kesempurnaan itu hanya lah milik Allah
SWT. Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

17
Mochtar, Affandi (ed).1996. Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian
Sosial. Cirebon: Fak. Taebiyah IAIN SGD.
Suparlan, Parsudi (ed.)1982. Pengetahuan Budaya, Ilmu-ilmu Sosial dan Pengkajian
Masalah-masalah Agama Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama Badan
Litbang DEPAG.
Hakim, Atang Abddan Jaih Mubarok. 2012. Metodologi Studi Islam, Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mudzhar, M. Atho2007. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Edisi
RevisiYogyakarta: Pustaka Pelajar.
Praja, Juhaya S.1997. Pengantar Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu-ilmu Islam. Bandung: Program
Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Revisi Jakarta: Balai
Pustaka.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Revisi Jakarta:
Gramedia.
Arifin. 1993. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) Jakarta: Bumi Aksara.
Furchan, Arief (dkk). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Terjemah: Introduction to
Research in Education) Surabaya: Usaha Nasional.
Djamari1993.Agama dalam Perspektif Sosiologi. Bandung: Alfabeta.

18

Anda mungkin juga menyukai