Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bermain dan Permainan Anak

Kelas C

Dosen Pengampu:

Laily Nur Aisiyah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Augustiana Fitrotul Imaniyah (220210205071)


2. Maulidina Ika Dewi P (220210205085)
3. Mardiana Nazro Azizah (220210205094)
4. Imroatus Izza Afkarina (220210205095)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Strategi Pembelajaran
Melalui Bermain" dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bermain dan Permainan Anak.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu kami yaitu:

Ibu Laily Nur Aisiyah, S.Pd., M.Pd.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan sebuah makalah sebagai sarana belajar dan bagi yang lain untuk
menambah wawasan. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kami.

Jember, 15 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian srategi pembelajaran.......................................................................................3

2.2 Konsep bermain................................................................................................................3

2.3 Jenis kegiatan bermain anak.............................................................................................3

2.4 Manfaat bermain...............................................................................................................3

2.5 Klasifikasi kegiatan bermain............................................................................................3

2.6 Pelaksanaan pembelajaran melalui bermain.....................................................................3

2.7 Contoh penerapan pembelajaran melalui bermain...........................................................3

BAB III PENUTUP....................................................................................................................3

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................3

3.2 Saran.................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sering kita mendengar dari para ahli bahwa bermain itu sangat penting bagi anak bahkan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Setiap kita berbicara tentang anak, pastinya kita akan
selalu mengaitkannya dengan permainan-permainan dan permainan seperti apa yang bisa kita
cocokkan dan disesuaikan dengan usia anak. Seiring dengan perkembangan zaman permainan
pun sudah sangat banyak, baik itu modelnya, bentuknya, dan juga warnanya. Disini dapat kita
lihat betapa pentingnya arti bermain bagi anak-anak usia dini karena bermain bagi mereka
adalah belajar.
Dari bermainlah anak dapat mengembangkan segala kemampuannya karena dari setiap
permainan itu segala aspek dapat muncul seperti aspek sosial emosional, kognitif, bahasa,
dan motoriknya (kasar dan halus).
Tidak kalah pentingnya kita dapat memunculkan permainan-permainan tradisional yang
lebih atraktif yang cenderung hampir sudah mulai dilupakan dengan munculnya permainan
yang lebih canggih sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, dampaknya bagi anak
kurang begitu memunculkan kebersamaan gotong royong dan kerjasama karena itu kita
sebagai guru dan para orang tua haruslah lebih berhati-hati dalam memilih mainan yang
cocok bagi anak dan tentunya lebih bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian strategi pembelajaran ?
2. Konsep bermain ?
3. Jenis kegiatan bermain anak ?
4. Manfaat bermain pada anak usia dini ?
5. Klasifikasi kegiatan bermain pada anak usia dini ?
6. Pelaksanaan pembelajaran melalui bermain anak ?
7. Contoh penerapan pembelajaran melalui bermain ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui konsep bermain anak usia dini.
3. Untuk mengetahui jenis kegiatan bermain anak.
4. Untuk mengetahui manfaat dari bermain anak usia dini.
5. Untuk mengetahui klasifikasi kegiatan bermain anak usia dini.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan embelajaran melalui bermain anak.
7. Untuk mengetahui contoh penerapan pembelajaran melalui bermain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru
untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana
aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar ( Yaumi, 2013).
Fadlillah (2012) mengemukakan strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan merencanakan pembelajaran yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan guru dan murid, termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan
sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.2 Konsep bermain anak usia dini


Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak
menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam kehidupan seharihari
bahwa waktu yang digunakan untuk bermain oleh anak lebih banyak dibandingakan dengan
belajarnya maka dari itu dengan memahami hal diatas maka kita perlu menstimulus atau
memberikan pembelajaran bagi anak melalui bermain kerana belajar padaanak usia dini
adalah bermain dan bermain pada anak usia dini adalah belajar.
Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap anak akan tetapi
bermain dapat pula membangun karakter dan membentuk sikap dan kepribadian anak Docket
dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui
bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan
atau tekanan dari pihak luar,sebagian orang menyatakan bahwa bermain sama fungsinya
dengan berkerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain
dimana bermain menurut Hurlock dapat di bagi kedalam dua kategori yaitu:

1. Bermain Aktif
Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah
dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak
kurang melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati masa remaja dan
mempunyai tanggung jawab dirumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena
pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh.
2. Hiburan
Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Permainan
sedikit menghabiskan energy anak yang menikmati temannya ketika bermain memandang
orang atau hewan di televisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain
tanpa mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumalah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat bermain.

2.3 Jenis kegiatan bermain anak


Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak memiliki jenis kegiatan bermain yang
dilakukan oleh anak dan kegiatan permainan yang dilakukan oleh anak. Jenis bermain yang
dikemukakan oleh Mutiah adalah sebagai berikut;
1) Bermain sosial, kegiatan bermain dengan teman-teman yang akan menunjukkan
derajat partisipasi yang berbeda
2) Bermain dengan benda, anak melakukan kegiatan bermain dengan mengeksplorasi
objek
3) Bermain sosiodramatis yang memiliki beberapa elemen seperti bermain dengan
melakukan imitasi, bermain pura-pura, bermain peran dengan menirukan gerakan dan
persisten atau anak tekun melakukan kegiatan bermain selama 10 menit.

Selain jenis bermain terdapat pula jenis permainan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
yang telah dirangkum oleh Mutiah dalam bukunya yaitu;
1) Permainan sensorimotor, permaianan yang dilakuakan untuk memperoleh kenikmatan
untuk melatih perkembangan sensorimotor
2) Permainan praktis yaitu melibatkan pengulangan perilaku keterampilan-keterampilan
baru yang sedang dipelajari
3) Permainan pura-pura yaitu terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan
fisik ke dalam suatu simbol
4) Permainan sosial yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman
sebaya
5) Permainan fungsional permainan yang dilakukan anak secara berulang-ulang dengan
menemukan kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya
6) Permainan konstruktif yaitu ketika anak melibatkan diri dalam suatu kreasi
7) Game yaitu kegiatankegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang
melibatkan aturan.
Jenis permainan–permainan tersebut berdasar pada pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli sebelumnya dalam tahap perkembangan anak dimana permainan tersebut dilakukan
untuk memperoleh kenikmatan, mengulangi keterampilan yang baru dipelajari, menggunakan
simbol, berinteraksi sosial, menemukan kesenangan, berkreasi dan menerapkan aturan dalam
kegiatan permainan tersebut.

2.4 Manfaat bermain anak usia dini


Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang dilakukan demi aktivitas itu
sendiri; bermain memiliki fungsi dan bentuk (Santrock, 2012:306). Pada artikel ini akan
diuraikan mengenai pemanfaatan bermain bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini,
yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial

a) Bermain dan perkembangan moral

Menurut Santrock (2012:282) perkembangan moral mencakup perkembangan pikiran,


perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya
dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Pada anak usia dini, moralitas
bagi mereka merupakan hal abstrak dan sulit untuk didefinisikan, sehingga perlu cara lain
untuk mengenalkan moral pada anak, salah satu cara yaitu melalui kegiatan bermain.
Anak usia dini yang memiliki latar tidak bisa lepas dari kegiatan bermain, seharusnya
dijadikan celah dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Misal dalam bermain
diberikan tata cara atau aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Disinilah peran
bermain dalam mengembangkan moral, ketika anak sudah mau mengikuti aturan yang
berlaku, maka tidak akan sulit memberikan konsep-konsep yang berlaku juga dalam
masyarakat, misalnya anak kecil harus salim dan berpamitan kepada orang tua sebelum
sekolah atau bepergian.
Agama, yang menjadi aspek terdekat dalam moral juga dapat distimulasi kepada anak-
anak melalui kegiatan bermain. Bisa dicontohkan ketika bermain rumah-rumahan,
melaksanakan sholat, berdo’a sebelum makan, mengucap salam saat masuk dan keluar
rumah. Mengajak anak bermain puzzle hijaiyah, maze masjid, dan mengurutkan tata cara
wudlu bisa menjadi opsi dalam mengenalkan kepada anak. Walaupun terlihat biasa saja,
namun pengenalan-pengenalan tersebut dapat berdampak pada perkembangan moral dan
agama anak usia dini.

b) Bermain dan perkembangan motorik


Aspek motorik sarat dengan kegiatan yang dilakukan dengan gerak, baik gerak kasar
atau halus. Pada anak usia dini, aktivitas yang dikerjakan selalu diwarnai dengan gerak.
Gerak dapat menyebabkan anak bermain dan bermain membuat anak menggerakkan anggota
tubuhnya. Anak yang mendapatkan kesempatan untuk bermain, maka ia akan melatih
kemampuan otot-otot yang menjadikan anak kuat dan bugar.
Anak yang sehat adalah anak yang aktif kesana-kemari dan tidak hanya duduk melamun,
berdiam diri tanpa reaksi karena sifat dasar anak adalah suka bergerak. Dalam
mengembangkan kemampuan motorik, kegiatan bermain dapat dilakukan dengan
menggunakan alat atau tanpa alat. Selain itu, bermain juga dapat melatih kemampuan motorik
kasar dan motorik halus.
Contoh bermain yang bermanfaat dalam pengembangan kemampuan motorik kasar anak
adalah pada bermain yang melibatkan dua anak atau lebih seperti pada permainan tradisional.
Semisal anak bermain petak umpet, anak yang kalah akan menjaga basecamp dan anak
lainnya menyembunyikan diri. Anak yang kalah akan berlari mencari di mana teman yang
lainnya saling sembunyi. Dalam permainan tradisional ini anak harus berlari, jalan,
membungkuk, bergegas, sehingga sangat baik dalam menstimulasi otot serta pernafasan anak.
Anak juga akan merasa tertantang dan senang tentunya.

c) Bermain dan perkembangan kognitif


Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya pikir, serta daya
nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya dengan bermain. Dengan bermain anak
akan lebih mudah menerima konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti orang dewasa
yang sedang belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola, ia dapat mengenal
bentuk bola yang ia mainkan bagaimana, warna bolanya apa, lebih besar atau lebih kecilkah
dengan bola milik teman lainnya.
Konsep tersebut akan lebih mengena di anak, daripada guru serius mengenalkan di kelas
“anak-anak ini warna merah, bentuknya bulat seperti bola”. Selain itu, ketika anak-anak
sedang menonton tv juga bisa digunakan sebagai sarana mengenalkan konsep-konsep bagi
anak. Bermain berguna dalam perkembangan kognitif juga didukung oleh Montessori yang
menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa bermain dapat menstimulasi otak
anak: 1) pikiran yang mencercap; 2) periode kritis; 3) anak adalah makhluk pembelajar; 4)
anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014:184-187).

d) Bermain dan perkembangan bahasa


Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan penting dala kehidupan.
Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah terjadi interaksi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa juga
menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan lawan mainnya,
baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Awalnya dalam bermain anak hanya
menggunakan bahasa tubuh, namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya
perbendaharaan kata maka anak akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka
berkomunikasi dengan teman mainnya. Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika
anak mengutarakan keinginannya, mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada
lawan mainnya.
Apabila ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan anak seusianya
lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi nonverbal walaupun diawali dengan malu-
malu. Lebih dari itu, bahasa tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) namun
dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Differences in speech skills, on the other
hand, appear to be mostly due to genetic effects, though environmental factors also play a
significant role (Hayiou&Thomas 2008). Dikemukakan oleh Hayiou & Thomas bahwa
perbedaan kemampuan bahasa anak usia dini, seperti kosa kata dan tata bahasa, tampaknya
sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga memainkan peran
penting.

e) Bermain dan perkembangan sosial


Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan anak-anak akan saling bersosialisasi
dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain bersama temanteman, anak akan belajar
memahami diri dan orang lain. Anak yang mulanya egosentris, setelah bermain dengan anak-
anak lain bisa dimungkinkan ia akan mulai sosialis. Egosentris adalah keadaan dimana semua
benda atau sudut pandang diarahkan menurut perspektif dirinya. Selain itu, bermain juga
dapat melatih rasa tanggung jawab anak, kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain
bersama teman lainnya, ia akan bersikap untuk dapat bekerja sama dalam tim.
2.5 Klasifikasi kegiatan bermain anak usia dini
Menurut Masitoh, dkk (2006: 9.7) ada beberapa penggolongan kegiatan bermain sesuai
dengan anak usia dini, yaitu:

1. Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak


a. Bermain secara soliter, yaitu anak bermain sendiri atau juga dapat dibantu oleh guru.
b. Bermain secara parallel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan.
Jadi anak tidak ada interaksi anak satu dengan anak yang lain.
c. Bermain asosiatif, bisa terjadi apabila anak bermain bersama dalam kelompoknya.
Misal menepuk-nepuk air beramai-ramai.
d. Bermain secara kooperatif, terjadi apabila anak secara aktif menggalang hubungan
dengan anak-anak lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan
kegiatan bermain.

2. Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak, yaitu:


a. Bermain bebas dan spontan, merupakan kegiatan bermain yang tidak memiliki
peraturan dan aturan main.
b. Bermain pura-pura, merupakan bermain yang menggunakan daya khayal yaitu
dengan memakai bahasa berpura-pura, bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi
tertentu, atau orang tertentu dalam dunia nyata tidak dilakukan.

2.6 Pelaksanaan pembelajaran melalui bermain anak usia dini


Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Langkah
berikutnya adalah menentukan urutan langkah bermain yang disertai dengan penetapan
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta permainan. Pelaksanaan kegiatan
bermain terdiri dari tiga kegiatan yaitu:

a. Kegiatan pra-bermain
Pada kegiatan pra-bermain, terdapat dua macam kegiatan persiapan, yaitu:
1) Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain.
Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain
kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan
bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana,
membuat, menara, dan seterusnya, dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh
setiap anak dalam melakukan tugasnya.

2) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan dalam kegiatan
bermain.
Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir,
ember, bendera kecil, dsb.

b. Kegiatan bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan yang berurutan dari awal sampai dengan akhir
kegiatan bermain. Banyaknya kegiatan pada tahap bermain sangat tergantung pada jenis
permainan yang dipilih, serta jumlah anak yang mengikuti permainan.

c. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari seluruh langkah kegiatan bermain. Pada
kegiatan ini, guru memberikan penekanan pada aspek-aspek yang sepatutnya dikembangkan
dan dimiliki oleh anak seperti, menunggu giliran, kemampuan bekerja sama, kemampuan
memecahkan masalah dan sebagainya.
Evaluasi atau penilaian perlu dilaksanakan agar guru mendapatkan umpan balik tentang
keberhasilan kegiatan bermain. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
kegiatan bermain yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Solehuddin (2000:89) terdapat dua cara yang dapat ditempuh dalam
mengimplementasikan bermain, yaitu :
a. Langsung
Bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak. Guru menyajikan permainan yang
bertujuan mengembangkan perilaku tertentu yang diharapkan dan telah ditetapkan
sebelumnya.
b. Tidak langsung
Melengkapi ruang bermain (play center) dengan alat-alat permainan pendidikan. Anak
diberi keleluasaan untuk melakukan kegiatan bermain sesuai dengan alat-alat permainan yang
dirancang oleh guru.
Berikut ini beberapa bentuk permainan yaitu; Puzzle, Balok, Kuartet, Bowling, Halma,
dan lain-lain. Selain permainan tersebut di atas terdapat beberapa permainan yang dapat
dilakukan oleh anak-anak di antaranya yaitu :

1. Siapa Cepat Dia Dapat


Permainan yang menguji hafalan dan mengevaluasi materi pelajaran yang telah disampaikan
dengan indikator keberhasilan anak tersebut telah hafal materi yang disampaikan. Teknik
permainan : Anak dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing diketuai oleh satu orang. Setiap
kelompok menyusun ayat yang sebelumnya telah diacak-acak. Tugas setiap anak adalah
menyusunnya dengan benar. Siapa yang paling cepat maka kelompoknyalah yang menang.
2. Memori Game
Permainan yang akan menguji daya ingat anak dengan cara melatih konsentrasi terhadap
suatu objek. Alat permainan: Kartu warna-warni yang terbuat dari karton manila terdiri dari
10 kartu berukuran 10x10 cm. Cara permainan: 4 orang anak duduk di meja untuk memilih
kartu-kartu yang sebelumnya telah diacak-acak dalam posisi tertelungkup. Kemudian secara
bergiliran anak memilih dan membuka kartu-kartu tersebut. Jika pasangannya benar maka
kartu diambil dan anak tersebut mendapat point. Permainan ini akan dimenangkan jika anak
mengumpulkan banyak point. Bila anak yang tidak mendapatkan point, diberikan kesempatan
untuk menunjukan kemampuan dengan bernyanyi, membaca surat pendek, membaca doa-
doa, dan lain-lain.

2.7 Contoh penerapan pembelajaran melalui bermain


Dalam menerapkan bermain sebagai bagian pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini,
pendidik perlu mengetahui prosedur atau langkahh-langkah yang harus ditempuh. Berkaitan
dengan hal itu Masitoh, dkk (2006:9.12) menerangkan tentang prosedur penerapan
pembelajaran melalui bermain, yaitu:

1) Menentukan tujuan dan tema kegiatan bermain


Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah untuk meningkatkan pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak usia dini, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi atau sosial. Kegiatan bermain akan memberikan hasil yang optimal apabila
kegiatan itu dirancang dengan seksama dan tidak secara kebetulan.
2) Menentukan jenis kegiatan bermain
Setelah menentukan tujuan dan tema bermain, selanjutnya dittentukan jenis kegiatan bermain
yang coocok dengan tujuan dan tema tersebut. Jenis kegiatan bermain yang dipilih adalah
bermain kreatif dengan menggunakan media pasir. Kegiatan bermain kreatif ini dilaksanakan
secara bergiliran. Setiap sesi hanya melibatkan maksimal 5 orang anak. Sisanya melakukan
kegiatan lain dibawah pengawasan pendidik yang lain.

3) Menentukan tempat dan ruang bermain


Tempat dan ruang bermain dapat dilakukan di dalam dan di luar ruang. Untuk kegiatan
bermain dalam rangka mengembangkan kemampuan kreatif, sebagaimana ditentukan dalam
tujuan dan tema yang dipilih, yaitu kegiatan bermain kreatif membangun istana pasir, maka
kegiatan bermain tersebut cocok apabila dilakukan di area pasir yang terdapat di luar ruangan
kelas.

4) Menentukan bahan dan peralatan bermain


Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Selama
melakukan kegiatan bermain guru tidak lagi mencari bahan atau perlengkapan yang belum
tersedia, agar kegiatan bermain berlangsung tanpa hambatan yang berarti.

5) Menentukan urutan langkah bermain


Sebelum menentukan urutan langkah bermain, sesuai jenis bermain yang sudah ditetapkan
yaitu bermain kreatif membangun istana pasir misalnya, maka perlu ditetapkan pula kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh anak-anak yang terlibat dalam permainan ini. seperti siapa yang
akan membangun istana, membangun menara, benteng dan jembatan. Kualitas pelaksanaan
kegiatan bermain banyak dipengaruhi oleh perancangan kegiatan bermain yang sudah
disusun. Hasil pelaksanaan kegiatan bermain merupakan masukan bagi pendidik untuk
mengadakan perbaikan dan pengemangan rancangan bermain yang telah disusun. Setelah
mengetahui prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh tentang prosedur
penerapanstrategi pembelajaran melalui bermain, fasilitator juga harus mengetahui tentang
alat dan cara untuk mengevaluasi hasil pembelajaran anak, evaluasi pembelajaran
dilaksankan berdasarkan gambaran atau diskripsi pertumbuhan dan perkembangan anak didik
yang diperoleh dengan menggunakan alat dan cara penilaian serta serangkaian prosedur.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rancangan kegiatan bermain meliputi
penentuan tujuan dan tema kegiatan bermain, macam kegiatan bermain, tempat dan ruang
bermain, bahan dan peralatan bermain, dan urutan langkah bermain. Menentukan jenis
kegiatan bermain yang akan dipilih sangat tergantung kepada tujuan dan tema yang telah
ditetapkan sebelumya. Penentuan jenis kegiatan bermain diikuti dengan jumlah peserta
kegiatan bermain. Selanjutya ditentukan tempat dan ruang bermain yang akan digunakan,
apakah didalam ruangan atau di luar ruangan, hal ini sepenuhnya tergantung oleh jenis
permainan yang dipilih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak menghabiskan
waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam kehidupan seharihari. Bermain
merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya sebagai guru atau
orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain anak- anak dengan baik. Berdasarkan uraian
mengenai bermain dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini, disimpulkan
bahwa dengan bermain anak akan mendapatkan manfaat besar dalam pengembangan aspek
moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial. Tentu dengan diketahuinya manfaat bermain
akan menambah referensi bagi stakeholder dikalangan PAUD untuk menyisipkan unsur
edukasi dalam setiap kegiatan bermain anak.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti
menyarankan hal-hal berikut :

1. Bagi guru dan calon guru diharapkan mampu dan terampil dalam merancang
pembelajaran yang aktif dan inovatif untuk melatih kemandirian anak. Salah satu cara
yang dapat di lakukan yaitu dengan metode bermain peran dengan cerita yang menarik
sehingga dapat berkembang kemandirian anak.
2. Bagi kepala sekolah memberi kesempatan pada guru untuk mengikuti lokarya yang
berhubungan dengan perbaikan proses pembelajaran.
3. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang melakukan
penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
4. Bagi pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jakarta: Ar-Ruz Medi


Hayiou, Marianna E. &Thomas, 2008. Genetic And EnvironmentalInfluences On
Earlyspeech, Language And Literacy Development,Journal of Communication
Disorders 41 (2008) 397–408
Masitoh, dkk. (2006). Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka
Mutiah Diana.(2015). Psikologi bermain anak usia dini.Jakarta :Prenada media Group
Nehru. (2011). “Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini Melalui Permainan
Tradisional” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5, h. 134
Nuraeni. (2014). “Strategi Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini”. Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA “PRISMA SAINS”, 2 (2) : 144-145.
Pratiwi.W. (2017) “Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini”. Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 5 (2): 108-110.
Santrock, John W. 2012. LifeSpan. New York: Mac Graw Hill
Solehuddin, 2000, Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung, FIP Universitas
Pendidikan Indonesia.
Suyadi. 2014. Teori pembelajaran Anak Usia Dini: dalam kajian Neurosains. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Yaumi Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai