Anda di halaman 1dari 17

ETIKA, MORAL DAN TATAKRAMA ORANG SUNDA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

GUNGUN GUNAWAN (10.302.0098) MOCH. RIDWAN S. (10.302.0109)

LATAR BELAKANG
Setiap etnis memiliki etika dan tatakrama Masyarakat Sunda mendasari etika dan tatakrama dari berbagai cara pandang mulai dari filosofis, teologis, dan sosiologis. Tatakrama atau sopan-santun adalah hasil proses pengadaptasian seseorang dalam bersosialisasi

ETIKA
Berasal dari bahas Yunani ethos yang artinya kesusilaan, akhlak, moral, atau kebiasaan-kebiasaan berbuat suatu kebaikan.

Etika di bagi menjadi 3 Etika filosofis Etika teologis Etika sosiologis

TATAKRAMA
Berasal dari dua kata yaitu tata dan krama Tata artinya adat aturan Krama artinya sopan halus

Kebiasaan tatacara hidup manusia dalam lingkungannya Sopan santun yang diakui dan disepakati oleh masyarakat setempat Untuk hidup bermasyarakat yang tentram dan harmonis, saling hormat menghormati satu sama lain Cara bergaul dengan orang lain

SUMBER TATKRAMA

Agama merupakan sumber pengetahuan tatakrama yang sangat berperan dalam membentuk karakter manusia.

Nurani adalah fakultas dalam diri manusia yang selalu mempertahankan kebenaran, tidak pernah berbohong. Keluarga. Tentang peran keluarga kita telah faham. Keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah, berkemungkinan besar untuk membentuk anggota keluarganya bertatakrama baik.

Lingkungan. Lingkungan alam maupun lingkungan pergaulan akan membentuk pola tatakrama tertentu bagi seseorang. Adat istiadat. Setiap bangsa/etnis mempunyai adat istiadat masing-masing, akan mempunyai tatakrama tertentu hasil kesepakatan masyarakatnya. Maka bila ada orang yang tidak menyesuaikan diri dengan norma tatakrama masyarakatnya akan dikatakan mahiwal.

Kebiasaan. Kebiasan yang dijalankan terus menerus, pada akhirnya akan menjadi sumber tatakrama. Peradaban Bangsa (civilasasi). Peradaban bangsa yang telah maju akan menjadi sumber acuan peradaban bangsa yang masih dalam taraf berkembang.

FUNGSI TATAKRAMA SUNDA


Fungsi personal, membentuk pribadi yang utuh sebagai makhluk utama Fungsi sosial, untuk mengatur hubungan antar anggota masyarakat Sunda Fungsi kultural, bisa memberi pencerminan keluhuran budi manusia Sunda yang beradab

Fungsi edukasi, memperlihatkan tahaptahap keutamaan pendidikan lahir batin manusia Sunda terpelajar Fungsi integratif, mengacu kepada kemampuan manusia untuk partisipasi, peran serta di masyarakat Fungsi insturmental, bisa menjadikan suatu ukuran baik buruknya, halus tidaknya tatakrama untuk mencapai suatu tujuan

SUSUNAN TINGKAT SOSIAL MENURUT TATAKRAMA SUNDA

Tingkat kekerabatan (pancakaki). Generasi lebih tua, sesama atau strata lebih muda. Maka digunakanlah kata sandang (Honorifik) sebagai penghormatan; misalnya Aki Jhonny, Nini Sisca, Ua Rahmat, Emang Wahyu, Bibi Nelly, Kang Bobby, Ceu Euis, Teh Imas dsb.

Tingkat Umur. Siapapun bila umurnya lebih tua dari kita, maka harus mendapat prioritas tatakrama, meskipun orang itu seorang pelayan/pramuwisma. Maka digunakan pula kata sandang (honorifik): Aki, Nini, Ua, Emang, Bibi, Akang, Ceuceu, Nyai, Ujang, Asep, dsb Tingkat pengetahuan. Siapapun orangnya asal berpendidikan/berpengetahuan lebih tinggi baik formal maupun non formal, diprioritaskan pula untuk disopansantuni.

Tingkat kedudukan sosialnya (status sosial). Siapapun yang mempunyai kedudukan tertentu, dari tingkat ketua RT sampai pimpinan negara, dari petugas terbawah sampai tertinggi, harus disopan-santuni sesuai dengan statusnya. Tingkat kesejahteraan/kekayaan. Siapapun bila kehidupannya lebih sejahtera, itu mendapat penghormatan tatakrama pula.

KESIMPULAN
Tatakrama Sunda adalah aturan-aturan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari yang disepakati oleh masyarakatnya Tatakrama Sunda sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan perubahan dalam pola kehidupan masyarakatnya Dalam tatanan sosial Sunda, strata yang paling tinggi adalah kekerabatan dan yang terakhir adalah kekayaan dunia

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai