Anda di halaman 1dari 5

3.

Pendekatan sosiologis merupakan salah satu dari beberapa pendekatan dalam kajian studi
Islam. Jelaskan lebih lanjut hal tersebut!

 Sosiologi merupakan ilmu yang tergolong masih muda walaupun telah mengalami
perkembangan cukup lama, yaitu sejak manusia mengenal kebudayaan dan
peradaban.Dalam kehidupannya, manusia telah banyak menaruh perhatian dan minat
terhadap sosiologi. Suatu keadaan yang terjadi dalam masyarakat seperti, kejahatan
perang, penguasaan golongan yang satu terhadap golongan lainnya, kepercayaan dan
sebagainya. Melalui perhatian tersebut lalu muncul teori-teori yang berkenaan dengan
kemasyarakatan yang kemudian teori-teori tersebut digunakan utuk mengkaji agama.

Beberapa objek pendekatan sosiologi yang digunakan oleh para sosiolog ternyata
menghasilkan cara unntuk memahami agama dengan mudah. Selain itu memang menurut
beberapa sosiolog dan ahli metodelogi studi-studi ke-Islaman bahwa agama Islam itu
sendiri sangat mementingkan peranan aspek sosial dalam kehidupan beragama.

Pendekatan sosiologis dalam kajian-kajian aspek agama Islam sebenarnya bukanlah


sebuah tradisi yang benar-benar baru. Banyak kalangan mengakui bahwa pendekatan ini
telah lama digunakan dalam tradisi intelektual Islam, seperti penelitian para periwayat
hadist yang dilakukan oleh imam-imam Hadist, akan tetapi Ibn Khaldunlah yang
kemudian memakai pendekatan ini dengan metode yang lebih sistematis.

Pendekatan Sosiologi mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang dalam
lingkup studi Islam. Dengan begitu kontribusinya kemudian dalam tradisi intelektual
Islam tentu saja akan sangat besar.

(sumber : ebook “islam studies pendekatan dan metode” karya Zakiyuddin Baidhawy,
editor by Arifin, cetakn pertama April 2011, penerbit PT insan madani, pada bab 15 metodologi
ilmiah modern dan studi islam, point B pendekatan sosiologis hal. 264)
4. Apa yang anda tahu tentang hermeneutika sebagai tawaran metode baru dalam kajian studi
Islam? Bagaimana menurut Anda?
 Dalam konteks studi Islam, hermeneutik biasanya dipahami sebagai sebentuk ilmu tafsir
yang mendalam dan bercorak filosofis, sementara apabila menyinggung mengenai tafsir
orangpasti akan teringat kepada salah satu variabel dalam agama, yaitu kitab suci. Istilah
hermeneutik sendiri dalam sejarah keilmuwan Islam, khususnya tafsir al-Qur’an klasik,
memang tidak ditemukan. Namun demikian, sebagaiman dijelaskan Farid Essack, praktek
hermeneutik, sebenarnya telah dilakukan oleh umat Islam sejak lama, khususnya ketika
menghadapi al-Qur’an. Buktinya adalah: pertama, problem hermeneutik itu senantiasa
dialami dan dikaji, meski tidak ditampilkan secara definitive. Hal ini terbukti dari kajian-
kajian mengenai asbabun nuzul dan naskh mansukh. Kedua, perbedaan antara komentar-
komentar yang actual terhadap tafsir al-Qur’an dengan aturan, teori, atau metode
penafsiran telah ada sejak mulai munculnya literature-literatur tafsir yang disusun dalam
bentuk ilmu tafsir. Ketiga, tafsir tradisional itu selalu dimasukkan dalam kategori-
kategori, misalnya tafsir syi’ah, tafsir mu’tazilah, tafsir hokum, tafsir filsafat, dan lain
sebagainya. Hal ini menunjukkan adanya kelompok –kelompok tertentu, ideology-
ideologi tertentu, periode-periode tertentu, maupun horizon-horison social tertentu dari
tafsir.
Meskipun demikian, oprasionalisasi hermeneutik secara utuh seringkali ditentang oleh
umat Islam tradisional, karena hermeneutic ini setidaknya membawa tiga macam
implikasi yang bertentangan dengan pendirian para ilmuwan muslim konvesional. Tiga
macam implikasi tersebut adalah:
1. hermeneutik membawa implikasi bahwasanya tanpa konteks, teks itu tidak berharga
dan berrmakna sementara ide tradisional menyatakan bahwa makna yang sebenarnya
itu adalah apa yang dimaksud oleh Allah.
2. hermeneutic memberikan penekanan kepada manusia sebagai perantara yang
menghasilkan makna, sementara ide tradisional menyatakan bahwa Tuhanlah
sebenarnya yang menganugrahkan pemahaman yang benar terhadap seseorang.
3. sangat berbeda dengan tradisi hermeneutik, ilmuwan muslim tradisional telah
membuat pembedaan yang tidak terjembatani antara teks al-Qur’an dan tafsir serta
penerimanya, teks al-Qur’an dianggap sangat sakral sehingga makna yang sebenarnya
tidak mungkin bisa dicapai.

Pendekatan hermeneutik ini nampaknya sedang banyak diminati dan dikembangkan


dalam studi Islam. Walaupun pendekatan ini tidak diterima oleh seluruh kalangan
Islam, sebab ada yang melarang, bahkan mengharamkan penggunaan hermeneutik,
tetapi jika dilakukan analisis secara cermat, ada banyak konstrubusi positif yang dapat
dikembangkan dalam mengkaji, mengembangkan, dan menggali khazanah Islam
dengan pendektan ini.
(sumber : ebook “islam studies pendekatan dan metode” karya Zakiyuddin Baidhawy, editor by
Arifin, cetakn pertama April 2011, penerbit PT insan madani, pada bab 9 model kajian
hermeneutika : studi hermeneutika pembebasan farid esack , hal. 167 dan bab 10 model kajian
filsafat : studi hibrida filsafat fondasionalisme dan hermeneutika, point b : pendekatan
hermenutika : pintu keagamaan dan relativisme, hal. 189)

5. Apakah Kendala dan masalah utama yang dihadapi dalam kajian / studi Islam secara umum?
Apakah yang mungkin bisa dilakukan sebagai solusi terhadap masalah tersebut?

 Islam tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja seraya menafikan sudut pandang
lainya yang kehadiranya sama-sama penting. Apabila islam hanya dilihat dari satu sisi
saja,maka akibat yang ditimbulkanya pun mudah ditebak, yaitu reduksi dan distorsi
makna. Sebagai akibatnya gambaran islam yang utuh-tanpa diwarnai oleh sikap
apologetik dan truth claim sepihak rasanya akan sulit dicapai.

Perkembangan zaman yang selalu berubah dan disertai munculnya berbagai persoalan
baru dalam kehidupan manusia,menjadi sebuah tuntutan untuk memahami agama sesuai
zamanya.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama
yang selama ini banyak menggunakan pendekatan tologis-normatif dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara oprasional
konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.

Sebaiknya umat islam tidak hanya memahami islam melalui pendekatan teologis
saja,agar pemahaman tentang islam menjadi integral,universal,dan komprehensif.

(sumber : ebook “islam studies pendekatan dan metode” karya Zakiyuddin Baidhawy, editor by
Arifin, cetakn pertama April 2011, penerbit PT insan madani, pada bab 12 model kajian
pmikiran islam, hal. 229 dan artikel orientasi studi islam di Indonesia, oleh uin syarif
hidayatullah Jakarta pada 24 mei 2008)

6. Tulis dengan singkat tentang pendekatan Sejarah dalam kajian studi Islam!
 Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat
meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga.
Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan inti karakter agama dengan meneliti
sumber klasik sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data historis maka
akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu
persoalan agama.

Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena pemahaman demikian itu akan
menyesatkan orang yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin memahami Al-
Qur’an secara benar maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an atau
kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an.

Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu memahami nilai sejarah
adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang sadar akan historisitas
keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

(sumber : ebook “islam studies pendekatan dan metode” karya Zakiyuddin Baidhawy, editor by
Arifin, cetakn pertama April 2011, penerbit PT insan madani, pada bab 3 sejarah perkembangan
studi islam, hal. 39)

7. Apa saja metode yang dipakai dalam pendekatan antopologi pada kajian studi Islam? Apa
kelebihan dan kekurangan pendekatan ini?

 Metode yang dipakai dalam pendekatan antropologi lebih bersifat pengamatan langsung,
bahkan sifatnya partisipatif. Timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang
mengimbangi pendekatan deduktif. Metode penelitian antropologis yang induktif dan
grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada atau setidak-tidaknya dengan
upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal.

Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian antropologi agama
dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi
ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin
pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat
messianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan
golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat
yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.

(sumber : ebook “islam studies pendekatan dan metode” karya Zakiyuddin Baidhawy, editor by
Arifin, cetakn pertama April 2011, penerbit PT insan madani, pada bab 15 metodologi ilmiah
modern dan studi islam, point c pendekatan antropologi dan etnografi hal. 271)

Anda mungkin juga menyukai