Anda di halaman 1dari 9

iestyanah

Resensi Buku Studi Islam : Pendekatan dan Metode


 iestysleeper

5 years ago
Advertisements

RESENSI

STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Methodology of Islamic Studies

Pengampu : Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag

Oleh : Lailatul Istianah

113-14-024

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JUNI

2015

IDENTITAS BUKU

Judul Buku      : Studi Islam Pendekatan Dan Metode

Penulis             : Zakiyuddin Baidhawy

Penerbit           : Insan Madani

Cetakan           :Cetakan Pertama, Juli 2011

Tebal               : vii+317 halaman

PENULIS

Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu Jawa Barat. Beliau menamatkan pendidikan S-1
Fakultas Agama Islam (perbandingan agama) di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
tahun 1994. Beliau juga pernah belajar di Pondok Hajjah Nuriah Shabran dari tahun 1990-
1994. Beliau menamatkan studi S-2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1999 dan
menamatkan studi S-3 di universitas yang sama pada tahun 2007. Beliau saat ini menjadi
dosen di IAIN Salatiga. Beliau juga merupakan peneliti pada pusat studi budaya dan
perubahan social di UMS dan Associate pada Maarif Institute for Culture and Humanity.
Beliau memiliki aktivitas dan pengalaman internasional sejak Desember 2009 samapai saat
ini. Beliau juga aktif menulis di berbagai media dan jurnal ilmiah.

PENDAHULUAN
Pada saat minat terhadap Studi Islam mengalami peningkatan, buku ini hadir menyajikan
perkembangan Studi Islam. Dengan terbitnya buku ini, diharapakan masyaraakat tidaka
hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian keislaman, akan tetapi masyarakat juga
diharapakan mamapu berperan sebagai pelaku perkembangan.

SINOPSIS

Saat ini kita tentu sering mendengar istilah “studi islam”. Pengertian studi islam didefinisikan
secara luas. Buku ini mendefinisikan Islamic studies dengan beberapa pendekatan. Ada dua
prndekatan yang dikemukakan . Yang pertama definisi sempit dan definisi luas. Secara
sempit Islamic studies dipahami sebagai “suatu disiplin dengan metodologi, materi, dan teks-
teks kuncinya sendiri; bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi tentang tradisi teks-
teks keagamaan klasik dan ilmu keagamaan klasik; memperluas lingkupnya berarti akan
mengurangi kualitas kajiannya”[1]. Islamic studies juga didefinisikan berdasarkan kenyataan
bahwa islam perlu dikaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh dengan teka-teki.
Hal ini merupakan pendefinisian menurut arti luas.Islamic studies sangat penting diajarkan di
universitas karena bisa menjembatani kesenjangan antara pendekatan tekstual dan pendekatan
etnografi.

Masalah utama yang dapat menyebabakan kesulitan untuk mendefinisikan Islamic studie
adalah metododlogi bagaimana islam dikaji dan diajarkan. Kajian Islam di barat
menggunakan metodologi pengajaran yang berlandaskan pada objektivitas dan intregitas.
Saat ini sering kita jumpai mahasiswa muslim yang diuji secara kritis tentang pengetahuan
dasar agama dan sejarahnya. Ada sebuah ketakutan yang muncul yang berasal dari sains
ketika menguji ide-ide para pemikir islam modern dan pendekatan barat tentang pengetahuan.
Hal yang ditakutkan adalah sains dapat menjadi pendekatan yang slah arah jika dipercaya
sebagai satu-satunya jalan menuju kebenaran.

Ada beberapa perdebatan tentang metodologi dalam Islamic studies yang mencakup kritik
atas metodologi barat, pendekatan apologetic, pendekatan radiakal muslim terhadap
metodologi barat, dan kritik metodologi islam dari dalam. Seringkali suatu kajian ilmu hanya
dikaji dari satu sudut panadang saja. Hal ini akan meimbulkan berbagai macam perdebatan.
Agar tidak terjadi hal semacam ini maka perlu mengkaji suatu ilmu secra mendalam.

Pendekatan apologetic menyatakan bahwa Islam mengadopsi pencarian pengetahuan dan


tidak membatasi sumber pengetahuan hanya pada pemahaman dunia materi manusia.
Sedangkan perdebatan tentang kritik radiakal tentang metodologi barat sering membahas 
tentang pandangan tentang Al-Quran dan As-Sunnah. Masalah yang muncul dalam Islamic
studie di barat ada;ah mereka menetang namun tidak memiliki basis-basis yang nyata dalam
sumber-sumber islam. Kritik metodologi dari dalam muncul krena adanya kekeliruan
metodologis dalam komunitas muslim. Permasalahn pendekatan emik dan pendekatan etik.
Pendekatan emik adalah pendekatan yang menyajikan pola-pola pemikiran dan asoaiasi
simbolik yang diungkapkan dari perspektif kaum beriman, sedangkan pendekatan etik adalh
pendekatan yang melibatkan analisis historis mengenai hubungan anatara ide dan masyarakat
sembari membatasi dari pelibatan klaim kebenaran emik tentang realitas meta empiric.[2]

Ruang lingkup objek kajian studi islam meliputi pengalaman keagamaan dan ekspresinya,
dimensi-dimensi agama, dan cara beragama. Inti dari Studi islam itu sendiri adalah hakikat
agama. Sedangkan hakikat agama hanya bisa diperoleh dari pengalaman beragama. Menurut
Joachim Wach (1958) ada beberapa kriteria pengalaman keagamaan. Yang pertama yaitu
pengalaman beragama sebagai respon dari realitas ultim (the Ultimate Reality). Hal ini
melibatkan empat hal yaitu asumsi tentang adanya kesadaran, yang berupa pemahana dan
konsepsi; respon dianggap sebagai perjumpaan; pengalaman tentang realitas ultim
mengimplikasikan relasi dinalis anatara yang mengalami dan yang dialami; dan kiata perlu
memahami karakater situasionala daripengalaman keagamaan itu sendiri dari suatu konteks
tertentu. Yang kedua pengalaman harus dipahami sebagai respon menyeluruh terhadap
realitas terhadap realitas ultim. Yang ketiga pengalaman keagamaan menghendaki intensitas.
Keempat pengalaman keagamaan sejati selalu berujung suatu tindakan.

Pengalaman keagamaan sejati intinya adalah perjumpaan seorang hamba dengan Tuhan. Ada
beberapa bentuk ekspresi keagamaan, diantaranya yaitu: pertama ekspresi pengalaman
keagamaan dalam pikiran yang merupakan ungkapan intelektual orang yang mengalami
perjumpaan denagan Tuhannya. Dogma atau doktrin merupakan ekspresi keagamaan yang
ada dalam pikiran. Doktrin bersifat mengikat dan bermakana bagi orang yang mengimaninya,
dan bukan orang lain. Pemikiran keagamaan yang uatama meliputi teologi, kosmolgi , dan
anatropologi. Ekspresi dalam tinadakan merupakan bentuk ekspresi yang kedua. Ekspresi ini
menjadi sarana perjumpaan anatara Tuhan dan hambanya. Contoh utama dari bentuk ekspresi
ini adlah bentuk ketaatan dan pengahambaan. Ibadah merupakan tindakan tertinggi dari
manusia dan merupakan respon atas realiatas ultim.

Ekspresi yang ketiga adalah ekspresi dalam jamaah. Jmaah sendiri adalah pengelompokan-
pengelompokan pemeluk agama dalam komunitas dan masyarakat keagamaan. Ada emepat
factor yang menentukan perbedaan dalam kelompok atau komunitas keagamaan,
diantaranaya sebagai berikut : diferensiasi dalam fungsi, yang diamaksud adalah pembagian
fungsi seperti pemimpin dan laiannya; diferensiasi atas dasr karisma; diferensiasi atas dasar
pembagian alami menurut umur, jenis kelamin, dan ketururnan.

Ruang lingkup kajian studi islam juga meliputi dimensi-dimensi agama. Karena Islam
merupakan bagian dari agama maka penting untuk mengetahui dimensi-dimensi agama dalam
islam maupun agama pada umumnya. Ada beberapa dimensi agama menurut Smart (1989).
Yang pertama yaitu dimensi prakatik dan ritual. Dimensi ini dianggap penting bagi agama
yang memiliki praktis sekramen. Tapi tidak semua pola perilaku orang beragama dipandang
sebagai ritual dalam penegrtian baku, mnamun berfungsi meningkatakan kesadaran spiritual
atau ketajaman etis. Contoh ritual dalam islam adalah pengamalan rukun islam tyang
berjumlah lima.

Dimensi selanjutnya adalah pengalaman dan emosional. Emosi dalam ritual sanagat penting
karena ritual tanpa emosi itu terasa dingin dan agama tanpa cinta terasa kering. Dimensi yang
ketiga adalah dimensi naratif dan mitos. Selain ritual, pengalaman keagaman juga dapat
diungkapakan melaluia narasi-narasi dan mitos yang merupakn semacam sisi kisah, cerita
dalam agama-agama. Sebagian dari kisah itu ad yang bersifat historis. Maksudnya, kiasah ini
terjadi dalam dimensi ruang dan wakatu yang nyata. Contonya adalah kisah tentang nabi
Muhammad. Inilah yang disebut narasi dalam ekspresi pengmalan agama. Sebagian kisah
yang lain ada yang bersisfat primordial yang serius ketika dunia belum muncul dalam waktu
yang belum dapat dinamakan. Contohnya adlah kisah tentang penciptaan adam dan hawa dan
penciptaan alam semesta. Kisah-kisah ini disebut mitos. Kajian tentang kisah-kisah dalam
islam dapat berasal dari Al-Quran dan Hadish.

Dimensi keempat yaitu dimensi dimensi doktrin dan filosofis. Perlu kita ketahuai bahwa
penyangga dimensi naratif dan mitos adalah doktrin atau ajaran. Sudah menjadi realitas social
dan fakta bahwa kepemimpinan agama dipegang oleh mereka yang terpelajar dan berusa
mencari dasar-dasar intelektual/filosofis sebagai basis dari iman. Untuk Islam sendiri sumber
dari doktrin dan filosofis utama adalah Al-Quran dan Hadis dan melalui dua sumber inilah
para pengkaji Islam dapat menemukan muatan-muatan filosofis dari agama islam.

Dimensi kelima adalah dimensi etika dan hukum. Hukuk terkait dengan sumber yang
melahirkannya yang isebut dimensi etika dari suatu agama. Dalam islam dikenal sebuah
panduan hukum yang disebut syariah. Hukum etika kurang lebih dengan tradisi ini. Dimensi
social dan institusional merupakan dimensi selanjutnya. Dalam memahami sebuah agama
kiata perlu melihat bagaimana agama itu bekerja di kalangan pemeluknya dan inilah mengapa
disiplin ilmu yang bernama sosisologi agama diperlukan. Selanjutnya adalah dimensi
material. Dimensi ini berperan sebagai manifestasi agama yang bersifat kebendaan, misalnya
bangunan-banguanan peribadatan, tempat-tempat suci, dan kreasi-kreasi material lainnya.

Cakupan ruang lingkup studi islam selanjutnya adalah cara beragama. Menurut Dale Cannon
(2002) mengatakan bahwa ada enam cara beragama yang dapat ditemui dalam seluruh
agama. Yang pertama adalah jalan menuju Tuhan melalui pelaksanaan kewajiban tanpa
pamrih. Cara yang kedua adalah melalui jalan pemujaan dan ketaatan. Cara ketiga adalah
melalui disiplin ruhani dan asketik yang dirancang untuk menarik keluar seseorang
darikesadaran duniawi yang berpusat pada ego, menuju ke subjek dalam jiwa yang tak
terbatas dan Ilahi. Cara yang keempat adalah melalui kegiatan rasional, aragumentatif, dan
pemahaman intelektual. Cara yang kelima yaitu melalui partisispasi dlam pelaksanaan ritual-
ritual yang telah ditetapkan. Cara yang keenam adlah dengan membuka hubungan-hubungan
supranaturaldari imajinasi dan kekutan.

Studi islam juga memiliki sejrah yang menarik untuk dikaji. Studi islam muncul pad abad ke-
9 di Irak, ketika ilmu-ilmu agama islam mulai memperoleh bentuknya dan berkembang di
dalam sekolah hinggan terbentuknya tradisi litererndi lawasan arab masa pertengahan.
Sebelum kemunculan islam pada abad ke-7 orang-orang arab sudah dikenal oleh bangsa
Israel dan yunani kuno serat para pendiri gereja. Secara mitologis, muslim dipandang sebagai
orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim melalui Siti Hajar dan putranya
Ismail.

Menurut Richard C. Martin ada beberapa fase tentang perkembangan studi islam. Fase
pertama terjadi antara tahun 800 M -1100 M ketika banyak bermunculan polemic teologis
antara muslim, Kristen, dan yahudi. Selama empat abad kemudian hingga awal perang salib,
orang-orang eropa hidup dalam kebodohan tentang agama dan penduduk yang hidup
bersebelah denagan mereka di Spanyol, Suku-susku Jerman, orang Slavia, Magyar, dan
gerakan-gerakan bidah seperti Manicheanisme, melihat islam sebagai salah satu musush yang
mengancam kerajaan Kristen. Fase perang salib dan kesarjanaan Cluny dimulai pada tahun
1100 M-1500 M. Pada abad ke dua belas ini mualai bermunculan studi islam untuk tujuan-
tujuan missionaris pada masa Peter Agung (1094-1156). Masa ini merupakan masa awal
perang salib, dan reformasi kehidupan biara, yang kemudian menjadi lembaga utama
pendididkan Kristen. Islam dikaji untuk tujuan memerangi islam itu sendiri oleh orang-orang
barat.Peter seorang tokoh pemimpin perang salib satu dalam surat-suratnya menjelaskan
bahwa misi gereja adalah kepeduliaanya yang utama dan bahw akristen dapat dan harus
menang atas islam. Peter juga berusaha menyediakan bagi orang-orang Eropa pandangan-
pandangan otentiktentang teks-teks dari ajaran Islam. Sampai akhir abad ke -12 sudah banyak
karya sarjana muslim yang telah diterjemahkan dalam bahas slatin. Pada masa ini para
sarjana eropa mengakui bahwa dunia islam saat itu sebagai peradabankaum terpelajar dan
filosof. Pandangan ini sangat berlawanan dengan pandangan negatif tentang Muhammaddan
praktik-praktik keagamaan islam.
Fase selanjutnya adalah fase reformasi yang berlangsung dari tahun 1500 M-1650 M. Pad
fase ini kaum reformis memandang Srasen Turki bersama-samaGereeja Romasebagai anati-
kristus. Bibliande menganggap Muhammad sebagai kepala dan Islam sebagai tubuh anati
kristus. Kemudian dilanjutkan dengan fase penemuan dan pencerahan yang berlangsung pada
tahun 1650 M- 1900 M. Pada fase ini berkembang kesarjanaan eropa yang baru dan orisinal
tentang Islam. Pada fase ini pula pengakuan terhadap pemeluk agama lain tidak dianngap
bidah oleh Kristen. Orang-orang barat mulai mengubah pandangan mereka terhadap nabi
Muhammad yang semula di pandang sebagai ekstremis social dan politik menjadi seorang dai
agama yang alami dan rasional.

Perkembangan studi islam meliputi munculnya orientalisme, studi islam sebagai disiplin
mandiri, dan munculnya oksidentalisme. Orientalisme adalah cara pandang orang barat
terhadap orang islam khususnya di benua Asia atau suatu kajian yang menjadikan bangsa
timur sebagai bahan kajiannya. Sedangkan oksidentalisme adalah sebuah disiplin ilmu yang
menjadikan budaya barat sebagai bahan kajiannya. Dengan kata lain oksidentalisme adlah
kajian yang dimunculkan sarjana islam atau orang timur untuk menandingi kajian
orientalisme.

Dalam studi islam ada beberapa model pendekatan kajian teks-teks islam. Yang dimaksud
dengan teks-teks islam dalam pembahasan ini adalah Al-Quran. Pendekatan-pendekatan itu
diantaranya Pendekatan ijaz klasik. Pendektan ini muncul sejak abad ke tiga hijrah. Hal yang
melatar belakangi munculnya pendekatan ini adalah diskusi tentang ketidaktertiruannya Al-
Quran. Diskusi ini melahirkan dua pertanyaan besar. Yang pertama yaitu apa yang dimaksud
dengan tanatangan Al-Quran untuk melahiarkan sesuatau yang menyerupai Al-Quran?
Kedua, mengapa bangsa arab gagal melahirkan sesuatu yang menyerupai Al-Quran dengan
cara meniru gayanya. Ada dua teori yang muncul dalam menjawab dua pertanyaan ini. Yang
pertama pendapat yang dikemukakan oleh Ibrahim Ibn Sayyar al-Nazzam. Ia
menegemukakan teori sarfah. Inti dari teori ini adalah pandangan terhadap Al-Quran sebagai
mukjizat yang melampaui kemampuan manusia.

Pendekatan tentang Al-Quran yang kedua adlah pendekatan sastra modern. Pada masa
modern pendekatan kesusastraan terhadap Al-Quran berkembang lebih kompleks dari yang
sudah ada. Para sarjana islam melakukan pendekatan terhadap Al-Quran dengan metode yang
beragam. Para sarjana pada masa ini mengkaji Al-Quran pada bagian muatan atau kisah-kisah
yang diterangkan dalam Al-Quran. Pendekatan tentanf Al-Quran ketiga adalah tjdid.  Model
pendekatan lain dikemukakan olehAmin Al-Kulli. Ia menerapakan metode tajdid untuk studi
bahasa dan retorika, tafsir Al-Quran dan sastra.

Selanjutnya adalah metode pendekatan tahlili. Metode ini juga disebut dengan metode ijmali
atau juz’i. Maksud dari tafsir tahlili adalah menganalisis secara kronologis dan memaparkan
berbagai aspekyang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran sesuai denganururtan bacaan  yang
terdapat dalamurrutan mushaf Usmani[3]. Model pendekatan Al-Qurn selanjutnya adalah
pendekatan semantik. Dalam ilmu bahasa pendekatan ini dimanfaatakan oleh pengkaji Islam
untuk mempelajari teks-teks keislaman, terutama Al-Quran. Metode ini pernah digunakan
oleh dua orang yaitu Toshihiko Izutsu dan Syed Muhammad Naquib al-Attas.

Model pendekatan selanjutnya adalah model pendekatan tematik. Pendekatan ini berusaha
mengkaji Al-Quran dengan cara mengambil tema tertentu dari berbagai tema ajaran social
dan kosmologi yang ada dalam Al-Quran. Secara umum pendekatan tematik dibagi menjadi
dua yaitu : (1) tematik berdasarkan surah Al-Quran (2) tematik berdasarkan subjek.
Tidak hanya Al-Quran, Hadis juaga dikaji dengan beberapa model kajian teks. Hadis menarik
untuk dikaji karena Hadis merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran. Para
pengkaji Hadis baik dari barat maupun dari timur memfokuskan kajian hadis pada otentisitas
sebuah hadis. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah mengenai sanad dan matan
dari sebuah hadis. Orang-oarang orientalis yang mengkaji hadis lebih memfokuskan kajian
mereka pada pemalsuan dan penyelundupan hadis. Ada sebuah perbedaan metodologi dalam
mengkaji hadis anatara sarjana muslim dan sarjana barat. Bagi sarjana barat tidaklah masuk
akal bahwa hadis, cerita-cerita, dan perkataan Muhammad saw. Diakui dan dikumpulkan
sebagai hadis dalam arti teknis sudah ada pada masa nabi hidup.[4] Para sarjana barat lebih
mempercayai bahwa apa yang Muhammad saw laksanakan dan katakana, dilakaukan secara
sadar dan mungkin ia menjadi teladan bagi komunitasnya. Para sarjana barat yakin bahwa tak
seorang pun yang dapat mencatat tindakan-tinadakan dan perkataan-perkataannya dengan
sangat detail selama berabad-abad.  Banyaknya hadis palsu tidak hanya diakui oleh para
sarjan barat, tetapi sarjana muslim pun mengakuinya. Hal ini memang sebuah fakta bagi
pemeluk Islam.

Para sarjana muslim modern juga mengakaji hadis dengan model kajian mereka sendiri. M.
Rashid Ridha, Mahmoud Abu Rayyah, Ahmad Amin, dan Ismail Ahmad Adam adalah adlah
contoh beberapa sarjana muslim modern yang mengakaji tentang hadis. Seorang sarjana
muslim yang bernama Syehk Muhammad Nasir ad-Din al-Abani telah mengenalakan
pendekatan revolusioner dalam studi hadis. Beliau dikenal sebagai muhadis kontemporer.

Ilmu kalam, apabila kita telusuri arti katanya ilmu kalam berarti ucapan atau perkataan.
Tetapi dalam hal ini kalam lebih pantas kita artikan sebagai perdebatan. Ilmu ini pada masa
lalu dilarang oleh para muhadisun. Kemunculan ilmu ini tidak lepas dari sejarah terpecahnya
umat islam. Tepatnya ketika munculnya golongan syi’ah, khawarij, dan murji’ah. Ilmu kalam
adalah ilmu yang mengkaji ajaran-ajaran dasar keimanan islam (ushuludin)[5].  Ilmu ini
disebut ilmukalam karena ia memberikan kekuatan ekstra pada perdebatan dan aragumenpada
orang yang terlibata didalamnya. Ilmu kalam memiliki tiga komponen doktrin besar
diantaranya : artikulasi tentang apa yang dipandang oleh suatu mazhab pemikiransebagi
kepercayaan-kepercayaanfundamental; konstruksi kerangka spekulatif dimana kepercayaan-
kepercayaan tersebut harus dipahami; dan upaya merasionalisasi pandangan-pandangan ini di
dalam kerangka spekulatif yang diterima. Seperti dalam fiqih, ilmu kalam pun memiliki
beberapa mazhab diantaranya : Syi’ah, Muktazilah, Asy’ariyah, dan murjiah.

Beberapa agama di dunia memiliki sisi mistisime. Islam sebagai salah satu agama di dunia
juga memiliki ritual mistisisme. Dalam islam mistisime kita kenal sebagai tasawuf. Tasawuf
secara universal dikenal sebagai pengetahuan intuitif tentang Tuhan atau realitas ultim yang
diraih melalui pengalaman keagamaan personal.[6] Tasawuf bersumber dari Al-Quran dan
Hadis. Ada beberapa persamaan anatara tasawuf Islam dan Kristen. Kemunculannya lebih
dahulu tasawuf Kristen. Jadi banyak orang beranggapan bahwa tasawuf dalam islam
merupakan suatu upaya bentuk peniruan atas tasawuf Kristen. Sebenarnya tasawuf Islam dan
Kristen memiliki kaidah dan atauran sendiri-sendiri, hanya saja secara kebetulan ada
persamaan anatara keduanya. Tasawuf yang identic dengan kesederhanaan dan
ketradisionalan bisa dipadukan dengan modernitas. Hal ini telah diwujudkan oleh Fathullah
Gulen. Gerakan ini berusah berusaha berintegrasi denagn dunia dengan mendamaikan nilai-
nilai tradisional dan modern. Dengan berhasilnya tasawuf berpadu dengan modernitas maka,
tasawuf harus menjadi gerakan toleransi dalam srti luas sehinnga kiata kita bisa menutup
mata kita atas kesalahan orang lain, menunjukkan penghargaan atas perbedaan gagasan, dan
memamaafkan atas segala yang dapat dimaafkan.
Studi islam juga menkaji fiqh dan ushul fiqh didalamnya. Kedua cabang ilmu ini sering kita
kita kaitkan dengan syari’at. Fiqh berarti mengetehui hukum-hukum syara’ yang amaliah
(mengenai perbuatan, perilaku) dengan melalui dali-dalil yang terperinci. Fiqh diperoleh dari
hasil ijtihad. Sedangkan ushul fiqh adalah ilmu untuk mengetehui kaidah-kaidah, yang kaidah
tadi bisa digunakan untuk mengeluarkan hukum syara’ yang berupa hukum furu’ (cabang)
dari dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqh dan ushul fiqh memiliki hubungan sangat erat. Ushul
fiqh merupakan metodologi fiqh. Fiqh terbagi dalam beberapa mzahab diantaranya adalah
mazhab Syafi’I, Hambali, Hanafi, dan Maliki.

Kajian studi islam juga meliputi kajian hermeneutika atau kajian tentang penafsiran makna.
Kajian ini digunakan untuk menafsirkan Al-Quran. Ada banyak tokoh terkenal yang telah
mengkaji hermeneutika. Tetapi pada kesempatan kali ini kita akan lebih fokus pada Farid
Esac. Beliau telah memberiakan kontribusi kontemporer. Beliau mencetuskan gagasan
hermeneutika pembebasan Al-Quran.

Selanjutnya akan kita bahas model kajian filsafat yang akan lebih difokuskan pada studi
hibrida filsafat fondasionalismedan hermeneutika. Saat ini kritik keagamaan sangat
diperlukan jika diakui bahw atidak ada lembagakeagamaan, tafsir, teologi atau kepercayaan
yang tidak dapat salah. Mengingat saat ini banyak prakti otoritarianisme yang terjadi di suatu
Negara. Pembahan lebih lanjut akan dibahas mengenai gagap paradigma fondasionalisme,
pendekatan hermebeutika : pintu keragaman dan relativisme,menuju hibrida paradigmatic,
dan tafsir multicultural sebagai salah satu alaternatif.

Cakupan studi islam juga meliputi Model kajian pendidikan yang akan lebih difokuskan pada
pendekatan multikultural terhadap pendidikan agama. Indonesia merupakan Negara yang
memiliki berbagi macam suku bangsa, agama, dan bahasa. Perbedaan ini di satu sisi bisa
menjadi kekayaan nasiomal tetapi disisi lain hal ini bisa menjadi awal mula perselisishan dan
perpecahan. Pendidikan agama didesain untuk menawarakan nilai-nilai pengertian,
interdependensi, dan perdamaian.

Studi islam juga mencakup model kajian pemikiran islam yang difokuskan pada kajian
tentang Islam liberal pada pembahasan ini. Istilah liberal disini adalah pembebasan dari cara
berpikir dan berperilaku keberagamanyang menghambat kemajuan. Perhatian islam liberal
adalah pada hal-hal yang prinsip. Adapun hal prinsip misalnya negara demokrasi, emansipasi
wanita dan kebebasan berpikir.[7] Islam liberal merupakan bentuk protes terhadap islam
ortodoks. Sebenaranya islam liberal telah muncul pada abad ke-19. Islam liberal
menitikberatkan pada pemikiran islam modern yang berpikir kritis, progresif, dan dinamis.

Studi islam juga mencakup model kajian politik. Kajian politik dalm islam islam teah
menarik perhatian para sarjana muslim sejak lama. Adanya annggapan bahwa islam
merupakan anacaman yang didhubungkan dengan terorisme, menarik perhatian sarjana muda
untuk mempelajari lebih dalam tentang studi islam. Terkadang islam digunakan sebagai label
politik masa kini oleh kaum-kaum yang berkepentingan. Pada bagian ini akan diulas
beberapa karya mengenai model kajian politik.

Cakupan pembahasan studi islam selanjutnya adalah metododlogi ilmiah modern dan studi
islam. Metode ini menggunakan pendekatan-pendekatan seperti pendekatan ilmu sejarah,
pendekatan sosisologis, pendekatan anatropologi dan etnografi, pendekatan fenomenologi,
dan pendekatan arakeologi. Semua pendekatan ini bertujuan untuk mengkaji islam secara
modern. Selain itu juga bertujuan agar pemikiran islam lebih kritis, dinamis, dan progresif.
IKHTISAR

Studi islam merupakan kajian yang mengakaji Islam secara keseluruhan. Dalam setiap sudut
Islam yang dikaji pasti memiliki sebuah metodologi tersendiri untuk mengkajinya. Model
metodologi pun sangat beragam. Hal ini sangat bergantung pada siapa yang mengkaji, kapan,
dan dimana kajian itu dilaksanakan. Terkadang suatu kajian dilakukan hanya untuk
kepentingan sekelompok orang saja. Dalam studi islam ada banyak perbedaan pandangan
antara satu pengkaji dan pengkaji lain, perbedaan ini jangan sampai menjadi awal darisebuah
permusuhan, tetapi jadikanlah hal ini sebagai kekayaan ilmu. Bukankah seorang yang
berpengetahuan kan lebih bijak dalam mengambil suatu keputusan? Untuk menjadi seorang
bijak kita harus memperluas wawasan kita dan jangan memandang suatu permasalahan hanya
dari satu sudt pandang saja.

KELEBIHAN

1. Bahasa yang digunakan tidak bertele-tele.


2. Terdapat indeks untuk kata-kata yang sulit untuk dimengerti
3. Fakta yang disajikan selalu disertai dengan bukti yang berupa rujukan dari sumber lain.

KEKURANGAN

1. Ada sejumlah istilah asing yang sulit dipahami oleh orang awam

DAFTAR PUSTAKA

Biadhawi, Zakiyyudin.2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta : Insan Madani

[1] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), 2

[2] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 17

[3] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 77

[4] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 105

[5] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 124

[6] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 139

[7] Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 230
Advertisements

Share this:
Categories: Uncategorized
Leave a Comment

iestyanah
Back to top
Advertisements

Anda mungkin juga menyukai