Anda di halaman 1dari 7

e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha

Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

SAKRALITAS AGAMA DALAM TRADISI ZIARAH MAKAM


MASAYIKH DI YAYASAN RIYADLOTUT THALABAH SEDAN

Khuzaimah1, Sugeng Hariyanto2

Ilmu Sosial/Sosiologi
Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, Indonesia1,2

e-mail: khuzaimah.21060@mhs.unesa.ac.id1 , sugengharianto@unesa.ac2

Abstrak
Yayasan Riyadlotut Thalabah Sedan merupakan Lembaga Pendidikan islam. Yayasan ini terdiri dari
Lembaga Pendidikan formal seperti raudhatul athfal (RA), Madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah
tsanawiyah (MTS), Madrasah aliyah (MA) serta pondok pesantren. Lembaga Pendidikan islami dalam
masyarakat dipandang sebagai lembaga yang dapat menghasilkan lulusan generasi yang mempunyai
ilmu serta berakhlak. Dalam Lembaga Pendidikan keagamaan juga memiliki system pengajaran berupa
hubungan spiritual yang kuat antara guru dan murid. Salah satu bentuk hubungan spiritual diantara guru
dan murid yaitu dengan adanya tradisi melakukan ziarah ke makam masayikh atau guru dan pendiri
yang telah meninggal. Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahun yang disebut haul. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui nilai sakralitas agama yang terdapat dalam tradisi ziarah makam masayikh yang ada
di Yayasan riyadlotut thalabah sedan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori sakralitas
agama emil Durkheim. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dan wawancara dengan
memakai pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ziarah ke makam masayikh
terdapat nilai sacral dan profan terlihat dari sebelum berangkat ke makam dan setelah berada dimakam
merepa khusuk berdoa dan meninggalkan bahasan dunia serta tetap dilaksanakannya ziarah sebagai
bentuk penghromatan dengan mendoakan sehingga membentuk moralitas anggota Yayasan yang
menghargai jasa para masayikh yang telah mendirikan Yayasan.

Kata kunci: sakraltas agama, ziarah Emil Durkheim.

Abstract
Riyadlotut thalabah sedan foundation is an Islamic educational institution. This foundation consists of
formal educational institutions such as Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) and Islamic boarding schools. Islamic educational institutions
in society are seen as institutions that can produce a generation of graduates who have knowledge and
have character. Religious Education Institutions also have a teaching system in the form of a strong
spiritual relationship between teachers and students. One form of spiritual relationship between teacher
and student is the tradition of making pilgrimages to the graves of masayikh or teachers and founders
who have died. This tradition is always carried out every year called haul. This study aims to determine
the value of religious sacredness contained in the pilgrimage tradition of the Masayikh graves at the
Riyadlotut thalabah sedan Foundation. The theory used in this research is Emil Durkheim's theory of
religious sacredness. This research uses literature study and interviews using a qualitative approach.
The results showed that the tradition of pilgrimage to Masayikh's tomb has sacred and profane values
seen from before leaving for the tomb and after being at the grave they fervently pray and leave the
world's discussion and continue to carry out pilgrimages as a form of respect by praying so as to form
the morality of Foundation members who appreciate the services of the Masayikh. who founded the
Foundation.

Keywords: religious sacredness, pilgrimage, Emil Durkheim.

133
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

PENDAHULUAN yang membahas orang alim yang didoakan


keberadaan teknologi semakin hari oleh Allah serta semua makhluk-Nya.
semakin berkembang pesat. Tradisi merupakan sesuatu yang menjadi
Perkembangan teknologi tidak hanya adat masyarakat yang dilandasi pada
berdampak positif bagi masyarakat tetapi sejarah masa lalu meliputi bidang adat,
juga menimbulkan berbagai dampak bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan
negative bagi kondisi social masyarakat. dan lain sebagainya, dan proses
Dampak negative perkembangan teknologi mewariskannya kepada pada generasi
antara lain yaitu Semakin lunturnya budaya berikutnya. Seiring kegiatan penyaluran
tradisional, semakin marak tindak terjadi tanpa adanya pertanyaan
kejahatan di bidang teknologi seperti khususnya pada masyarakat yang tertutup
cybercrime, timbulnya sifat konsumtif yang mana sesuatu yang lazim dipandang
(membeli barang secara berlebihan), benar serta alangkah baiknya diambil alih
semakin tersebarnya berita hoax semakin, begitu saja. Dalam kehidupan manusia
dan Individu mudah bersikap anti social, tidak ada yang berlangsung tanpa adanya
bahkan moralista suatu bangsa bisa suatu tradisi. Bahasa daerah yang
mengalami penurunan. Berbagai solusi digunakan dengan sendiri diperoleh dari
dihadirkan untuk mengatasi permasalahan sejarah yang panjang serta tradisi
dari dampak yang ditimbulkan oleh dianggap sebagai harga mati sehingga
teknologi. Berkaitan dengan permasalahan keberadaannya tanpa pernah
moralitas, Lembaga pendidikan islam lahir dipertanyakan hingga pada masa
ditengah masyarakat sebagai solusi. Hal ini sekarangpun menjadi tertutup serta tanpa
dikarenakan Lembaga Pendidikan islam garis bentuk Tradisi kemudian menjadi
dinilai masyarakat dari masa kemasa tujuan dalam dirinya sendiri (Shadily,
mampu menghasilkan generasi yang 1983). Indonesia salah satu negara yang
berilmu dan memiliki akhlak. Hal tersebut mempunyai berbagai keragaman seperti
dikarenakan system pengajaran yang keragaman budaya, agama, suku, ras,
dilakukan di Lembaga Pendidikan islam bahkan tradisi. Dalam hal ini peneliti ingin
memiliki perbedaan dengan Lembaga mengetahui makna sakralitas agama
Pendidikan umum lainnya. Sstem dalam tradisi ziarah makam masayikh yang
pengajaran tersebut yaitu dengan adanya dilakukan oleh Yayasan Riyadlotutu
pembelajaran spiritual disamping Thalabah dalam perpektif sakraltas agama
pembelajaran ilmu umum. Selain itu Emil Durkheim.
terdapat juga keterkaitan spiritual yang Penelitian tentang sakralitas agama dalam
kuat antara guru dan siswa ketika proses perspektif emil Durkheim sebenarnya
pentransferan ilmu yang dilakukan selama sudah banyak dilakukan oleh para peneliti
proses pembelajaran. terdahulu. Seperti halnya Akhamd
Yayasan Riyadlotut Thalabah Sedan salah Saikuddin (2022) yang berjudul tradisi
satu Lembaga Pendidikan keagamaan ziarah makam syekh al-badawi di desa
yang memiliki hubungan spiritual kuant dukuhtengah brebes perspektif sakralitas
antara siswa dengan gurunya. Hal tersebut emile Durkheim. Penelitian ini dilakukan
dapat dibuktkan dengan adanya ziarah dengan menggunakan metode perspektif
makam kepada masayikh yang telah antropoligi. Penelitian ini menyebutkan
meninggal. Tradisi ini dilakukan setap bahwa tradisi ziarah ke makam Syekh
tahun untuk mendoakan para pendiri Al-Badawi memperlihatkan perilaku sakral
Yayasan dan juga guru yang telah yang dilakukan oleh para peziarah dan juga
meninggal. Tradisi ini dilakukan sebagai memiliki legitimasi dari otoritas ulama
bentuk hubungan spiritual yang kuat antara setempat dalam rangka memperkokoh dan
guru dengan siswa nya dan juga sebagai melestarikan tradisi ziarah makam di
salah satu bentuk mengimplementasikan Ketanggungan, Brebes.
hadits tentang hadis riwayat at-Tirmidzi

134
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

Selain itu ada juga Tradisi Ziarah Makam menjadi kuat terlihat dari dilestarikannya
Masyayikh Pondok Pesantren Al Hikmah 2 tradisi Semana Santa yaitu Devosi
(Teori Sakralitas Agama Emile Durkheim) terhadap Patung Tuan Ma.
yang diteliti oleh Riri Widyaningsih Dari beberapa penelitian yang telah
dan Muhammad Abdul Hanif (2017). dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka
Penelitian ini dilakukan dengan peneliti ingin meneliti tentang sakralitas
menggunakan metode studi kepustakaan agama pada tradisi ziarah makam
dan wawancara dimana Tradisi ziarah masayikh di Yayasan riyadlotut thalabah
dipandang sebagai bagian dari bentuk sedan. Dimana pembeda antara penelitian
ikatan spiritual dan juga bagian dari yang ttelah dilakukan dengan penelitian
implementasi hadits riwayat at-Tirmidzi saat ini yaitu adanya pembeda dari segi
tentang alim yang didoakan oleh Allah dan subjek dan tempat peneltian yang nantinya
semua makhluk-Nya. juga membuat perbedaan dalam segi
Hal menarik juga dilakukan Muhammad temuan yang ada dalam masyarakat
Ngizzul Muttaqin (2020) Resepsi tersebut.
Pernikahan (Antara Sakralitas Agama,
Hukum, dan Tuntutan Adat), Hasil dari
METODE
penelitian ini dimaksudkan supaya bisa
Penelitian ini menggunakan metode studi
menjadi sumbangan pengetahuan dan
kepustakaan dan wawancara. Data
pemahaman mengenai substansi resepsi
didapatkan dari sumber data sekunder
pernikahan.
yang ada di jurnal, artikel, website, buku,
ihsan kamaludin, suheri suheri (2021)
ataupun literatur lain yang ada di internet.
fenomena cross hijab dan pengaruhnya
Selain itu penulis juga menggunakan data
terhadap pergeseran sakralitas
pendukung berupa hasil wawancara
keagamaan di masyarakat, Hasil penelitian
kepada siswa dari Yayasan riyadlotut
memperlihatkan adanya kemunculan
thalabah sedan. Data yang sudah
fenomena cross hijab bisa mempengaruhi
ditemukan kemudian dianalisis secara
tingkat kesakralan pada sebagian nilai
deskriptif kualitatif. Data kemudian dipilah,
kesilaman secara besar di. Selain itu,
diolah dalam bentuk pembahasan, dan
fenomena ini juga memberikan dampak
disimpulkan diakhir artikel.
adnaya pergeseran pandangan serta
situasi social mengenai fungsi hijab yang
secara teologis mempunyai makna sacral
HASIL DAN PEMBAHASAN
berubah menjadi sesuatu yang profan atau
1.1 sakralitas agama berdasarkan
hanya sebagai aksesoris.
perspektif Emil Durkheim
sakralitas patung “tuan ma” pada
Emil Durkheim merupakan seorang
masyarakat katolik di larantuka Kabupaten
pemuda yang dilahirkan di kota Epinal
Flores Timur yang dilakukan oleh Shakeel
dekat Strasbourg, daerah Timur Laut
Ahmad (2019). Emile Durkheim Perancis pada tahun 1858. Ayah dari
memandang fenomena objek materi dari Durkheim merupakan seorang pendeta
adanya tradisi keagamaan dengan dengan yang beragama Yahudi. Saat itu, sebagai
memberikan pernyataan semua hal yang seorang pemuda Durkheim sangat
lahir dari budaya masyarakat tanpa mendapatkan pengaruh dari guru-guru
terkecuali budaya ritual keagamaan dimana ia bersekolah yang mayoritas
sebagai salah satu contoh kesakralan. memiliki agama Katolik Roma, meskipun
Berdasarkan pernyataan yang ayahnya merupakan pendeta dari agama
disampaikan Durkheim tentang sakralitas Yahudi. Ketertarikannya terhadap agama
objek materi dari tradisi keagamaan dapat diawali karena adanya pengaruh ini. akan
dikatakan bahwa konteks sakralitas Patung tetapi sejak muda Durkheim telah
Tuan Ma sangat bisa disebut sacral karena menyatakan dirinya sebagai ”seorang
sejak awal munculnya Patung Tuan Ma agnostik”. Walaupun hal ini berbanding
hingga inkulturasi nilai-nilai Kristen, terbalik dari ayah dan juga apa yang telah
membuat kesakralan Patung Tuan Ma ia pelajari selama ini dari guru-guru

134
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

katoliknya sejak masih muda. Perhatian yang kudus (sakral). Pengertian yang lebih
dan ketertarikan Durkheim kepada agama sempit mengenai yang kudus (sakral)
dan pengaruhnya terhadap kehidupan merupakan sesuatu yang dilindungi dari
sosial, direalisasikan dalam karyanya yang pengacauan, pencemaran, ataupun
berjudul Les Formes elementaires de lavie pelanggaran. Yang sacral merupakan
relegieuse: Le systeme Totemique en sesuatu yang dianggap suci dan keramat.
Australie (1912). Oleh Joseph Ward Swain Hal tersebut berbanding terbalik dengan
buku ini kemudian diterjemahkan kedalam yang profan. Sesuatu Yang profan
Bahasa inggris yang menjadi The merupakan sesuatu yang umum, tidak
Elementary Forms of the Religious Life dikuduskan (disakralkan), biasa, serta
[1915]. Dalam buku ini, Durkheim berusaha bersifat sementara, sesuatu yang tidak
mendapatkan “elemen-elemen dasar” yang berada didalam yang religius. Emil
memberikan bentuk pada semua agama. Durkheim menyatakan pendapat yang
Pemikiran Emil Durkheim yang berkaitan dikutip oleh Mariasusai Dhavamony
dengan agama tidak dapat lepas dari menjelaskan bahwa: “dunia dibagi menjadi
pendapatnya mengenai agama menjadi dua wilayah”: wilayah yang pertamma
bagian dari fakta sosial. Yang berarti berisi semua yang sacral (kudus) serta
Durkheim memiliki pandangan bahwa wlayan yang lainnya berisi semua yang
”fakta sosial” memiliki kedudukan yang profan, yaitu sikap yang memisah dari
jauh lebih fundamental dibanding dengan pemikiran religius. Ciri yang sangat terlihat
fakta individu. Durkheim mengartikan dari fenomena religius yaitu seluruh dunia
agama sebagai sesautu ”yang sakral” diandaikan kedalam dua selalu yang
(Sacred). Hal ini mempunyai arti bahwa diandaikan kedalam dua pembagian yang
”agama merupakan suatu rangkaian sistem dapat kita ketahui dan yang tidak dapat kita
keyakinan dan praktek-praktek yang ketahui, diandaikan kedalam dua kelas
berkaitan dengan suatu yang sacral. yang dapat merangkum semua yang ada,
Pengertian paling penting dari dunia sakral namun secara radikal saling meniadakan.
adalah sesuatu yang dipisah dari Sesuatu yang sacral (kudus) merupakan
kehidupan seerta pemanfaatan sehari-hari, sesuatu yang dilindungi dan disendirikan
yang diletakkan dalam sebuah pantangan. dengan larangan-larangan; sedangkan
Menurut Supriyono sesuatu yang sakral sesuatu yang profan merupakan sesuatu
merupakan titik utama yang melingkupi yang dikenai oleh larangan-larangan
seluruh dinamika masyarakat. Dalam tersebut serta harus berada jauh dari yang
kelompok masyarakat selalu ada nilai-nilai pertama, Kepercayaan religius merupakan
yang disakralkan atau disucikan. Sakral hal yang menyatakan kodrat dari hal-hal
dapat berupa simbol utama, nilai-nilai, dan yang kudus dan hubungan yang mereka
kepercayaan yang menjadi inti dari sebuah dukung, baik antar mereka sendiri maupun
masyarakat. Hal ini yang dimaksud oleh dengan sesuatu yang profan”. Durkheim
Durkheim bahwa dalam setiap agama menyatakan bahwa adanya nilai sacral
selalu ditandai dengan dikotomi antara dalam agama bertujuan untuk membentuk
‘’yang sacral” dan “yang profan”. suatu kelompok serta tempat pemujaan,
kudus (sakral) merupakan suatu yang dan membentuk kesejahteraan kelompok
terlindung dari pencemaran, pelanggaran, melalui nilai-nila moral atau sosial.
ataupun pengacauan. Suatu hal yang
dianggap sacral merupakan sesuatu yang
dimuliakan, dihormati, dan tidak dapat 1.2 tradisi ziarah
dinodai. Pengertian tentang (kamiruddin) Funk dan Wagnalls (2013:78)
yang kudus (sakral) bukan saja terbatas mendefinisikan istilah tradisi sebagai
terhadap agama, akan tetapi meliput pengetahuan, doktrin, kebiasaan, serta hal
banyak objek, baik yang bersifat lainnya yang sudah diwarisikan dengan
keagamaan ataupun bukan keagamaan, cara turun-temurun termasuk cara dalam
tindakan-tindakan, tempat-tempat, penyampaian doktrin tersebut. Pada
kebiasaan-kebiasaan dan gagasan- kesimpulannya tradisi adalah suatu
gagasan dapat disebut sebagai sesuatu

135
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat 2.3 nilai sakral dan profan dalam tradisi
dari zaman dulu hingga sekarang. ziarah makam masayikh di Yayasan
Soerjono Soekanto (2011:82) riyadlotut thalabah
menyebutkan beberapa fungsi dari tradisi Yayasan Riyadlotutu Thalabah merupakan
yaitu sebagai berikut: Lembaga Pendidikan Islam yang
1. sebagai penyedia bagian warisan history menyediakan Pendidikan formal maupun
yang kita lihatmemiliki manfaat. Tradisi non-formal. Yayasan ini terletak di Desa
sebagai sbeuah ide serta material yang Sidorejo, Kecamatan Sedan, Kabupaten
dapat dipakai seseorang dalam bertindak Rembang, Jawa Tengah. Dalam Yayasan
dimasa kini dan sebagai pembangun pada riyadlotut thalabah sering diadadakan
masa depan yang didasarkan pada tradisi ziarah untuk memperingati haul
pengalaman dimasa lalu seperti contohnya pendiri Yayasan yang telah meninggal.
tradisi nabi dan kepahlawanan. Ziarah tersebut dilakukan setiap tahun
2. memberikan legitimasi terhadap untuk mendoakan para pendiri dan para
pandangan hidup, keyakinan, pranata, masayikh atau guru yang telah wafat
serta aturan yang sudah ada. Tradisi terlebih dahulu. Tradisi ziarah tersebut
seperti ini memerlukan pembenaran dilakukan oleh seluruh orang yang berada
supaya dapat mengikat semua anggota- dalam yayasan tersebut. Zaiarah makam
anggotanya. masayikh ini diawali dengan pembacaan
3. membantu dalam penyediaan tempat yasin dan juga tahlil yang ditujukan untuk
pelarian dari keluhan, ketidakpuasan, serta para pendiri dan juga para masayikh atau
kekcewaan dari kehidupan modern. guru yang telah wafat. Letak antara
Dari beberapa fungsi tradisi diatas dapat makam dengan yayasan sangat dekat
disimpulkan bahwa tradisi menjadi identitas sehingga biasanya semua anggota
dari suatu masyrakat yang berada dalam yayasan mulai dari RA-pondok pesantren
daerah tersebut. menuju kemakam dengan cara jalan kaki.
Tradisi antara negara satu dengan yang Tradisi ziarah kemakam tersebut juga
lainnya tentu memiliki perbedaaan. dibarengi dengan serangkaian acara lain
Indonesia merupakan negara dengan seperti khataman al-qur’an dan lain
banyak suku. Tradisi dan budaya di sebagainya. Adanya tradisi ini dapat dilihat
Indonesia antara daerah satu dengan bahwa terdapat hubungan spiritual antara
daerah lainnya juga memiliki perbedaan. siswa dan guru baik yang sudah wafat
Perbedaan tradisi dan budaya tersebut ataupun yang masih hidup dalam bentuk
tetap membuat mereka saling menghargai pemberian doa. Tradisi Ziarah Kubur
dan hidup berdampingan secara damai makam Masyayikh secara eksplisit tidak
dalam bingkai keberagaman suku dan terdapat dalam dalil atau teks hadis yang
agama yang mereka anut sebagai memerintahkan. Akan tetapi, perlu
kepercayaan (Jamaludin, 2014). Tradisi di diketahui bahwa nilai-nilai yang terdapat
Indonesia sebagian besar diakulturasikan dalam tradisi tzaiarah makam sebenarnya
dengan ajaran agama masing masing yang berkaitan erat dengan teks Rasulullah yang
bersifat sacral seperti halnya tradisi ziarah menjelaskan keutamaan seorang alim.
makam yang sudah mengakar bagi umat
Hingga sepatutnya sebagai generasi
muslim di Indonesia khususnya umat
keagamaan (santri) mempunyai rasa
muslim nadhlatul ulama. Ziarah kubur
tadzhim untuk menghargai jasa masyayikh
merupakan kegiatan berkunjung sewaktu-
(guru). Berkaitan dengan teori sakralitas
waktu ke kemakam seseorang yang sudah
agam Durkhiem, nilai yang terdapat dalam
meninggal dunia untuk meminta rahmat
tradisi ziarah makam masayikh bukan
Tuhan bagi orang-orang yang telah wafat
hanya sebagai ritual keagamaan biasa
serta dikuburkan di dalamnya yang
yang dilaksanakan hanya karena kebiasan
ditujukan untuk menangkap pelajaran dan
yang sudah dilakukan dari zaman dahulu,
peringatan agar dalam hidup selalu
akan tetapi wujud dari adanya keyakinan
mengingat akan kematian serta nasib di
dari semua orang yang berada dalam
hari kemudian di akhirat (Al-Farizi, 2003).
Yayasan Riyadlotut Thalabah tersebut

136
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

terhadap hal yang sakral (ziarah kubur) larangan itu dan harus berada jauh dari
sehingga dapat membentuk moralitas yang pertama, Kepercayaan religius
santri yang menghargai jasa para pendiri merupakan hal yang menyatakan kodrat
Lembaga Pendidikan keagamaannya. dari hal-hal yang kudus dan hubungan
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh yang mereka dukung, baik antar mereka
informan, pada awalnya mereka sendiri maupun dengan sesuatu yang
melakukan ziarah hanya karena menaati profan”. Kaitan antara persepktif teori
aturan yang telah dibuat oleh Yayasan. sakralitas agama Emil Durkheim, nilai yang
Namun, lama kelamaan mereka mula terdapat dalam tradisi ziarah makam
terbiasa dan menganggap ziarah menjadi masayikh tidak hanya sebagai tradisi
sebuah tradisi yang dapat dilakukan untuk keagamaan biasa yang dilaksanakan
membalas budi para masayikh yang telah hanya karena kebiasan dari dulu, akan
mendirikan yayasan lewat doa dengan tetapi wujud dari adanya keyakinan dari
para masayikh yang telah wafat terlebih semua orang yang berada dalam Yayasan
dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa ziarah riyadlotut thalabah tersebut terhadap hal
kubur terdapat nilai kesakralan dan yang sakral (ziarah kubur) sehingga dapat
keprofanan dilihat dari dimana tradisi membentuk moralitas santri yang
tersebut masih tetap dilaksanakan dan menghargai jasa para pendiri Lembaga
tidak ada yang melanggar aturan yang Pendidikan keagamaannya. Kesakralan
telah ditetapkan oleh Yayasan dalam dan keprofanan dari ziarah makam
melaksanakan ziarah makam masyakih. masayikh ini dapat dilihat dari tetap
Durkheim memaparkan bahwa tujuan dari dilaksananaknnya ziarah makam setiap
agama yang ada dalam hal yang sacral tahunnya dan tidak ada yang melanggar
yaitu untuk membentuk kesejahteraan aturan yang telah dibuat tersebut atau
dalam kelompok yang dilakukan melalui tetap dihormati. Nila keprofanan juga dapat
tuntunan lewat nilai moral dan asusial yang dilihat dari sebelum berangkat ke makam
terdapat dalam agama. Selain itu serta nilai kesakralan terlihat dari setelah
kesakralan serta keprofanan dalam ziarah memasuki makam yang khusuk
makam ini juga dapat terlihat dari sebelum melaksanakan doa Bersama serta
berangkat ke makam untuk melakukan melepaskan bahasan yang berkaitan
ziarah para anggota Yayasan melakukan dengan dunia.
penertiban kepada semuanya serta masih Saran dari penulis tentang penelitian
membahas hal-hal yang berkaitan dengan selanjutnya yaitu, agar lebih
dunia atau yang disebut nilai profan. Akan menyempurnakan penelitian tentang
tetapi pada saat sudah sampai di makam, sakralitas ziarah makam masayikh yang
mereka semua khusuk dengan melakukan ada dalam Yayasan riyadlotut thalabah
pembacaan yasin, tahlil, serta doa dan juga sedan supaya penelitian lebih baik lagi dan
melepaskan bahasan yang berkaitan dapat bermanfaat untuk tambahan
dengan dunia. pengetahuan.

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Emil Durkheim berpendapat yang dikutip Ahmad, S. SAKRALITAS PATUNG “TUAN
dari Mariasusai Dhavamony memaparkan MA” PADA MASYARAKAT
bahwa: “dunia dibagi menjadi dua wilayah”: KATOLIK DI LARANTUKA
wilayah pertama berisi semua yang sacral KABUPATEN FLORES
(kudus) dan wilayah kedua berisi semua TIMUR (Bachelor's thesis).
yang profan, yaitu perilaku yang terpisah Biografi Durkheim, dapat dilihat pada Harry
dari pemikiran religius. Sesuatu yang Alpert, Emile Durkheim and His
sacral (kudus) merupakan sesuatu yang Sociologiy, [New York: Colombia
dijaga serta disendirikan oleh larangan- Univercity Press, 1939] bagian I.
larangan; sedangkan sesuatu yang profan Biografi Durkheim ini sebagian
merupakan sesuatu yang dikenai larangan- merujuk kepada Talcott Parsons,

137
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

“Kehidupan dan Karya Emile


Durkheim, dalam Emile Durkheim,
Sosiologi dan Filsafat, xiii –xiv,
sebagaian lagi merujuk pada
Daniel L. Seven Theories of
Religion, [New York: Oxford
University Press, 1996), hlm. 91-
92.
Johannes Supriyono, Paradigma Kultural
Masyarakat Durkheimian, ed.
Mudji Sutrisno dan Hendar
Putranto, Teori-Teori
Kebudayaan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2005) 89
Kamaludin, I., & Suheri, S. (2021).
FENOMENA CROSS HIJAB DAN
PENGARUHNYA TERHADAP
PERGESERAN SAKRALITAS
KEAGAMAAN DI
MASYARAKAT. Jurnal Sosiologi
Reflektif, 15(2), 338-359.
Kamiruddin. (n.d.). sakralitas, resistensi,
dan pembangunan. jurnal
toleransi:media komunikasi
beragama, 17.
Emile Durkheim, Sejarah Agama, terj.
Inyiak Ridhwan Muzir, (Ircisod,
Yogyakarta, 2003).
Saikuddin, A. (2022). TRADISI ZIARAH
MAKAM SYEKH AL-BADAWI DI
DESA DUKUHTENGAH BREBES
PERSPEKTIF SAKRALITAS
EMILE DURKHEIM. An-natiq
Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner, 2(1).
Sopacoly, M. M., Lattu, I. Y., & Timo, E. I.
N. (2019). Sakralitas Waruga:
Situs Suci Dan Identitas Kultural
Masyarakat
Minahasa. FIKRAH, 7(2), 217-242.
Widyaningsih, R., & Hanif, M. A. (2017).
Tradisi Ziarah Makam Masyayikh
Pondok Pesantren Al Hikmah 2
(Teori Sakralitas Agama Emile
Durkheim). Jurnal Living
Hadis, 2(1), 1-17.

138

Anda mungkin juga menyukai