Anda di halaman 1dari 14

The Ushuluddin International Student Conference

Vol.1 , No. 2 (Desember 2023)


http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future

Pemahaman Keushuluddinan Sebagai Pondasi Penguatan


Nilai-nilai Keagamaan: Prespektif dan Implikasinya dalam
Kehidupan Kontemporer
Lina 1, Nugroho2

1 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia, e-mail : linafenza07@gmail.com,


2 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, e-mail : nugroho_uin@radenfatah.ac.id

Abstract
This study aims to discuss the understanding of ushuluddin as the foundation for
strengthening religious values: perspectives and implications in contemporary life. This
study uses qualitative methods and a sociological approach. The qualitative research
approach is used by researchers in natural object conditions. Meanwhile, the sociological
approach uses Robert K. Merton's functional structural theory. Functional structural theory
views social reality as a relationship between societal systems, which are in balance
allowing changes in other systems. The results and discussion of this study indicate that in
this contemporary era, religious values are of great concern and there are many challenges
to religion in reinforcing religious values which are increasingly being eroded. This study
concludes that people who live in this contemporary era must be more careful in following
the progress of the times, and be smarter in using technology that is growing day by day. .
This study recommended further research with different methods so that the results are
more recent and valid.
Keywords: Understanding Keushuluddinan, Contemporary

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas pemahaman keushuluddinan sebagai pondasi
penguatan nilai-nilai keagamaan: prespektif dan implikasinya dalam kehidupan
kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan sosiologi.
Adapun pendekatan penelitian kualitatif ini digunakan peneliti pada kondisi objek yang
alamiah. Sedangkan dalam pendekatan sosiologi menggunakan teori struktural
fungsional Robert K. Merton. Teori struktural Fungsional memandang realitas sosial
sebagai hubungan sistem-sistem masyarakat, yang berada dalam keseimbangan
memungkinkan perubahan sistem lain. Hasil dan pembahasan penelitian ini
menunjukkan bahwa pada era kontemporer ini nilai-nilai agama sudah sangat
memprihatikan dan banyak sekali tantangan agama dalam meningkatkan kembali nilai-
nilai agama yang semakin hari semakin terkikis. Dalam penelitian ini menyimpulkan
bahwa masyarakat yang hidup di era kontemporer ini harus lebih cermat dalam
mengikuti kemajuan-kemajuan zaman, dan lebih pandai dalam menggunakan teknologi
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
664 dari 676

yang semakin hari semakin berkembang.Penelitian ini direkomendasikan penelitian


lanjutan dengan metode yang berbeda agar hasil lebih baru dan valid.
Kata Kunci: Pemahaman Keushuluddinan, Kontemporer

PENDAHULUAN
Ushuluddin sebagai peran penting dalam membina penguatan nilai-nilai
keagamaan dalam masyarakat (Saleh, 2014). Ushuluddin yang menjadi tempat membina
karakter serta moral dalam masyarakat dapat meningkatkan cara berpikir, pengetahuan
serta etika yang harus dibekali pada setiap generasi dengan seiring berjalannya zaman.
Namun, pada era sekarang nilai-nilai keagamaan yang terjadi adalah dimana generasi
sekarang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa menghargai orang lain, etika serta
moral yang sangat memprihatinkan sudah dianggap biasa pada zaman ini.

Untuk meningkatkan nilai-nilai keagamaan pada era kontemporer ini dapat


dimulai dari keluarga, teman, serta lingkungan terdekatnya. Dapat juga dengan
diadakannya suatu majelis atau kajian yang dapat membangkitkan lagi nilai-nilai
kegamaan yang telah diajarkan melalui pemahaman Keushuluddinan tersebut. Maka dari
itu peran ushuluddin pada era ini tetap dikembangkan guna mempertahankan karakter,
moral serta etika yang baik. Alasan kenapa judul ini perlu dibahas karena adanya suatu
penurunan nilai-nilai agama dan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi pada saat
ini. Dengan adanya pemahaman keushuluddinan ini dapat membantu membangkitkan
kembali nilai-nilai agama.

Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh para ahli. Antara lain Yusuf, Himyari.,
(2016), “Urgensi Filsafat Dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer: Tinjauan Filsafat
Islam terhadap Fungsi Moral dan Agama,” Jurnal THEOLOGIA. Penelitian ini membahas
persoalan fugsi moralitas dan agama, khususnya bagi masyarakat kontemporer dewasa
ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan filsafat (Filsafat sebagai metode). Hasil
penelitian ini membahas moralitas dan agama (Islam) harus diimplikasikan dalam
seluruh rangkaian kehidupan umat manusia pada era kontemporer dan globalisasi
dewasa ini (Yusuf, 2016). Fitrianah, R.D., (2020), “Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada
Tokoh Islam Ali bin Abi Thalib dan Relevansinya di Era Kontemporer,” Journal homepage.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini membahas
terdapatnya nilai-nilai pendidikan karakter pada tokoh Ali bin Abi Thalib dan

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
665 dari 676

relevansinya di era kontemporer meliputi karakter religius, tanggung jawab, disiplin,


dermawan, sederhana, pemberani dan cerdas (Apriyani, 2020)., “Paradigma Keilmuan
dan Tantangan Kontemporer Kajian Sosiologi Agama di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Sosiologi
Agama dan Perubahan Sosial. Penelitian ini menggunakan kajian Agama. Hasil penelitian
ini membahas tentang kajian sosiologi agama menghadapi tantangan untuk
mengeksplorasi berbagai tema sosial keagamaan di Indonesia (Soehadha, 2021).

Penelitian terdahulu telah menyinggung tantangan sosiologi agama untuk


mengeksplorasi berbagai tema sosial keagamaan diindonesia (Soehadha, 2021). Pada
karakter Ali bin Abi Thalib ini terdapat nilai-nilai agama pada era kontemporer seperti
karakter religius, tanggung jawab, disiplin, dermawan, sederhana, pemberani dan cerdas
(Apriyani, 2020). Dalam penelitian lain juga menyinggung tentang fungsi moralitas dan
agama pada era kontemporer (Yusuf, 2016). Perbedaan penelitian ini dengan beberapa
penelitian terdahulu ialah penulis menambahkan nilai-nilai keagamaan dan berbagai
tantangannya pada era kontemporer.

Sebagai landasan teori dalam penelitian ini, maka dibutuhkan suatu tinjauan
pustaka. Pemahaman Keushuluddinan dengan kapasitas yang dimilikinya dapat
memainkan peran yang penting dalam membina penguatan karakter dalam masyarakat.
Dengan adanya pemahaman keushuluddin ini dapat meningkatkan pengetahuan, pola
pikir dan moralitas masyarakat menjadi urgen (Saleh, 2014). Maka dari itu peran
ushuluddin di era kontemporer ini sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan
nilai-nilai keagamaan.

Untuk kepentingan penelitian, perlu disusun formula penelitian. Tujuan penelitian


ini ialah membahas pemahaman keushuluddinan sebagai pondasi penguatan nilai-nilai
keagamaan: prespektif dan implikasinya dalam kehidupan kontemporer. Rumusan
masalah penelitian ini ialah terdapat pembahasan pemahaman ushuluddin sebagai
pondasi penguatan nilai-nilai keagaman: prespektif dan implikasinya dalam kehidupan
kontemporer. Permasalahan utama penelitian ini ialah terdapat pembahasan kehidupan
kontemporer dalam prespektif dan implikasinya melalui pemahaman keushuluddinan
sebagai pondasi penguatan nilai-nilai keagamaan. Hasil penelitian diharapkan
memberikan implikasi manfaat, baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperdalam. pengetahuan Islam

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
666 dari 676

mengenai pemahaman ushuluddin dalam kehidupan Kontemporer. Secara praktis,


penelitian ini diharapkan dapat membuat kalangan masyarakat kontemporer
mengetahui bagaimana cara memahami nilai-nilai keagamaan melalui pemahaman
keushuluddinan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka. Penelitian


kualitatif, menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell, J. (19998:24), adalah jenis
penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) melalui
penggunaan teknik kuantifikasi (pengukuran) lainnya. (Rahmat, 2009). Adapun
pendekatan penelitian kualitatif ini digunakan peneliti pada kondisi objek yang alamiah
(Adhimah, 2020). Sedangkan dalam pendekatan sosiologi menggunakan teori struktural
fungsional Robert K. Merton. Teori struktural Fungsional memandang realitas sosial
sebagai hubungan sistem-sistem masyarakat, yang berada dalam keseimbangan
memungkinkan perubahan sistem lain.(Ichsan, 2018). Kemudian sumber sekunder
meliputi artikel ilmiah atau jurnal yang berkaitan. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemahaman Ilmu Keushuluddinan

Kata "Ushuluddin" berasal dari kata "usul" dan "din", yang masing-masing
merupakan jamak dari "asl", yang berarti "di atasnya berdiri sesuatu yang lain", dan "din"
berarti "agama", yaitu balasan. Selain itu, agama berasal dari kata "u gama", yang berarti
"tidak kacau". Karena itu, agama memiliki kemampuan untuk membawa ketenangan dan
ketetraman. Dalam bidang ilmu, ushuluddin yang berperan mengajarkan prinsip-prinsip
berpikir secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh. Ia memberikan fondasi yang kuat
untuk meningkatkan pemahaman keagamaan. Dua dalil penting dalam istilah syarak
adalah dalil naqli dan aqli. Dalil aqli mendukung hal-hal seperti mengetahui bahwa alam
unik dengan kausalitasnya. (sunnatullah) (Saleh, 2014).

Dalam kitab Bidayat at-tauhid ini Muhammad Basuni Imran menegaskan bahwa
mempelajari pokok-pokok agama (Ushuluddin) secara garis besar adalah wajib
hukumnya secara individu (fardu`ain) bagi setiap manusia sudah baliqh, sedangkan

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
667 dari 676

untuk mempelajarinya secara rinci adaalah wajib bagi semua orang terutama umat islam
(Nurdin, 2019). Sebab dengan mempelajari ilmu tauhid atau juga disebut ilmu
ushuluddin dapat membantu kita mengetahui mana yang baik dan yang buruk, maka
sesuatu yang baik dapat dijadikan pedoman dalam keyakinan beragama, dan sesuatu
yang buruk harus ditinggalkan.

Interpretasi dari makna keushuluddinan adalah bagaimana hubungan manusia


dengan Tuhan dan hubungannya manusia sesama manusia agar tidak terjadi
ketimpangan, artinya manusia harus mampu menempatkan dirinya sebagai hamba Allah
yang selalu menundukkan dirinya dengan melakukan ibadah serta selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Kesuksesan yang diawali
dengan landasan keushuluddinan tersebut mampu memompa dan membangkitkan
keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitas dan karirnya. Ilmu agama seperti
keushuluddinan dibutuhkan untuk memberikan jawaban terhadap berbagai masalah
yang muncul di dunia saat ini yang semakin tersebar luas. Kebutuhan ini disebabkan oleh
keyakinan bahwa ilmu agama harus mengandung nilai-nilai universal dan absolute yang
dapat memberikan pilihan yang tak terbatas. (Ibrahim, 2014).

Peran ushuluddin sebagai pondasi nilai-nilai keagamaan

Pada dasarnya, ilmu ushuluddin merupakan pondasi seseorang dalam


melaksanakan ibadah dan muamalah. ilmu yang memberikan bekal-bekal pengertian
tentang pedoman keyakinan hidup manusia, dengan banyaknya persoalan yang ada saat
ini disitulah ushuluddin berperan mendorong kembali manusia agar selalu sadar akan
kewajibannya . Ilmu ushuluddin juga digunakan untuk menjawab atau memecahkan
masalah yang dihadapi manusia, sehingga semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
semakin meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. di balik berbagai pencapaian ilmu
pengetahuan saat ini, ada beberapa tantangan (Ibrahim, 2014).

Dalam merevitalisasikan nilai-nilai moral keagamaan menjadi sangat penting


untuk dilakukan, karena semakin berkembangnya zaman pandangan masyarakat
terhadap ideologi, faham serta aliran mazhab yang beraneka ragam merupakan suatu
fenomena kehidupan sosial yang saat ini sedang berlangsung. Desakan demi desakan
nilai-nilai budaya barat modern semakin mengalir deras seiring berjalannya proses
globalisasi. Dengan kemajuan IPTEK, nilai agama dapat berubah fungsinya dan sifatnya.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
668 dari 676

Nilai seperti moral akan semakin terkikis dengan kemajuan zaman. Arus globalisasi
menyebabkan masyarakat, berbangsa, dan bernegara berubah dengan cepat. Proses di
mana antar individu, kelompok, dan negara saling bergantungan dan berinteraksi satu
sama lain dikenal sebagai globalisasi. Di sisi lain, era modern mirip dengan era sains,
dengan kemajuan teknologi yang tak henti-hentinya disebabkan oleh penelitian dan studi
krisis. Karena moralitas yang dipilih saat ini juga dapat mempengaruhi kekuatan
pengaruhnya pada diri seseorang, penting untuk mempertahankan nilai keagamaan
suatu individu di tengah keterbukaan ini.

Peran ilmu ushuluddin disini yaitu meningkatkan kembali nilai-nilai agama yang
saat ini semakin hari semakin krisis akan moral, akhlak serta tingkah laku yang ada pada
masyarakat. Dengan adanya dunia pendidikan, pembinaan akhlak merupakan salah satu
fungsi untuk memperbaiki kehidupan bangsa, selain itu juga diperlukan pengembangan
ilmu. Jika keduanya saling berkaitan maka dapat menciptakan generasi-generasi yang
beragama, bermoral, beradab dan bermatabat. Ilmu yang dikembangkan harus
berdasarkan akhlak yang kuat agar dapat memberi manfaat dan kebaikan. Agar
terbentuknya karakter pribadi seseorang yang lebih baik dapat dimulai dari sejak anak di
usia dini, sebab seiring berkembangnya zaman pola pikir seseorang dapat terbentuknya
kepribadian, dan perkembanngan sosial. Pembentukan karakter pada diri individu bisa
didapatkkan oleh faktor lingkungan disekitarnya seperti keluarga, dan lingkungan
sekolah (Suradarma, 2018).

Dalam hal penguatan karakter, ushuluddin telah menciptakan dan membangun


beberapa langkah. Pertama, penguatan etika dan moralitas peran moral dalam konteks
ini bersifat praktis, yaitu memotivasi dan menyelamatkan seseorang dari berbagai
masalah yang muncul dalam hidupnya. Tidak seperti etika, di mana hanya teori yang
dapat dipahami dan dipelajari. Sementara moral mengarah pada kemampuan praktis
dalam kehidupan manusia, sedangkan etika mengarah pada kemampuan teoritis. Kedua,
untuk menciptakan kerukunan melalui pendidikan yang berbasis diskusi, perlu ada
berbagai pendekatan. Salah satunya adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang
nilai-nilai spiritual. Peran keluarga disini yaitu membina anak dari sejak usia disini, agar
terciptanya komunikasi antar satu anggota keluarga dengan anggota yang lain tetap
terjaga dan harmoni. Dialog antar berbagai pihak yang terlibat dapat membantu

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
669 dari 676

melahirkan kehidupan yang lebih baik tanpa adanya miskomunikasi. Ketiga, dapat
membangun keseimbangan, maksud keseimbangan disini yaitu, pemahaman dan
pendidikan yang bedasarkan pada nilai-nilai agama diharapkan mampu menggembleng
manusia melaksankan perintah Allah Swt dan Rasul-nya serta menjauhi dari larangan-
nya. Keempat, yaitu pengembangan wawasan keilmuan dan perubahan cara berpikir
keilmuan yang berlandaskan keagamaan transformatif adalah suatu keniscayaan (Saleh,
2014).

Eksistensi kegiatan keagamaan dalam masyarakat modern yang serba instan,


kegiatan keagamaan dianggap penting untuk dilakukan dan dilakukan untuk membantu
menyeimbangi pemikiran dan perilaku masyarakat dalam berinteraksi dan
berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kegiatan ini dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat untuk hidup dan bertindak sesuai dengan norma
agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Diharapkan bahwa kegiatan
agama dapat berfungsi sebagai alternatif untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan
karakter, membentuk, memperbaiki, dan meningkatkan keshalehan pribadi yang bersifat
vertical maupun keshalehan sosial yang bersifat horizontal, sehingga hal tersebut dapat
dijadikan sebagai landasan fundamental dalam kehidupan masyarakat (Suwardin, 2022).

Karakteristik kehidupan di era kontemporer

Kontemporer menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai masa


sekarang, atau masa kini. Oleh karena itu, kehidupan masa kini dapat diartikan sebagai
kehidupan yang memuat segala gejala, fenomena, paradigma dan dunia yang sedang
berlangsung dan masih terjadi hingga saat ini. Kehidupan masa kini juga mempunyai
perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kehidupan pada masa-masa
sebelumnya. Berbagai kemajuan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam
mengakses informasi yang ada. Mulai dari teknologi mesin yang canggih hingga benda-
benda elektronik seperti internet, televisi, hingga telepon genggam sudah dimiliki setiap
orang. Semakin luasnya jangkauan alat-alat tersebut dapat menimbulkan karakter baru
bagi masyarakat dan hanya ada pada masa sekarang, dari karakter tersebut membuat
masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya di depan benda-benda elektronik
tersebut. Dengan alat canggih tersebut, berbagai informasi yang didapat semakin mudah
diakses (Hidayaturrohim, 2019).

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
670 dari 676

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kebutuhan yang


dibutuhkan lebih mudah diperoleh dan lebih beragam, mulai dari kebutuhan sandang dan
pangan. Akibatnya, masyarakat sekarang memiliki lebih banyak tujuan dalam kehidupan,
seperti memenuhi kebutuhan, kekayaan, status sosial, dan berbagai hasrat yang harus
dipenuhi. Jika berbagai kebutuhan tersebut menjadi komoditas terpenting dalam
memenuhi kehidupan, hal itu dapat menyebabkan masyarakat menjadi konsumeris dan
materialistis.

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat


karakteristik kehidupan kontemporer yang ada pada saat ini lebih menguatamakan ahli
dibidang tertentu. Keahlian bidang tertentu sudah menjadi kebiasaan umum dalam
kehidupan kontemporer. Bagi seseorang yang ahli dibidang tertentu sudah pasti memiliki
jalan untuk masa depannya. Sebab, pada saat ini banyak pekerjaan yang menuntut calon
pekerjanya menjadi ahli dibidang tertentu. Akan tetapi, tidak semua pekerjaan dituntut
dalam ahli dibidang tertentu, karena tidak sedikit pula orang-orang mendapatkan
pekerjaan tanpa mempunyai keahlian. Dengan keahlian tersebut banyak pekerja yang
tidak mempunyai keahlian sering kali menyerah dan itu membuat mereka sering
mengambil jalan pintas seperti mencuri maupun menyogok. Maka dari itu dengan adanya
keahlian dibidang tertentu tidak selamanya baik bagi kehidupan saat ini.

Banyaknya masalah terjadi pada saat ini disebabkan banyaknya kebutuhan yang
harus dipenuhi. Berbagai masalah yang muncul dimulai dari perekonomian, sosial, politik
maupun masalah agama. Seiring berjalan waktu masalah selalu bermunculan dan hal ini
bisa menyebabkan berbagai masalah dalam masyrakat, seperti masalah kriminal. Tidak
dapat kita pungkiri dengan tindakan kriminla tersebut dapat membahayakan orang-
orang yang ada disekitarnya. Ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah tersebut
seseorang dapat lepas kendali dan menghalalkan segala cara. Untuk mengatasi masalah-
masalah terssebut yaitu kita harus dengan cermat dalam mengikuti berbagai kemajuan
yang ada pada saat ini, gunakan waktumu untuk hal-hal yang menguntungkan. Gunakan
media sosial dengan sebaik mungkin dan jangan samppai dengan adanya kemajuan
teknologi dapat membuat lupa pada nilai-nilai agama (Hidayaturrohim, 2019).

Tantangan agama di era kontemporer

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
671 dari 676

Kehidupan masyarakat di era modern, juga dikenal sebagai masa kini, yang paling
nyata ditandai oleh peradaban global. Banyak kemajuan dalam cara berpikir dan pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan secara umum mendorong kehidupan seperti itu. Fakta
menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan telah menghasilkan berbagai teknologi
canggih, terutama dalam bidang tranformasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memiliki
kemampuan untuk mengubah masyarakat yang luar biasa. Namun, perlu dicatat bahwa
perubahan ini juga sering menyebabkan kemiskinan dan krisis yang sangat mendasar.
Seperti kehilangan nilai-nilai moral dan spritual (miskin spiritual), teknologi modern
telah merusak nilai-nilai kemanusiaan hingga tingkat yang sangat memprihatinkan.

Nilai-nilai agama yang didasarkan pada keyakinan kepada Tuhan hanya dianggap
sebagai dasar dari iman dan dianggap sebagai nilai-nilai kemewahan duniawi semata-
mata. Akibatnya, nilai-nilai moral dan agama dianggap tidak penting dalam kehidupan
modern, dan nilai-nilai agama hanya dianggap sebagai masalah pribadi dan masalah
akhirat (Yusuf, 2016). Oleh karena itu, suatu pembrontakan yang luar biasa terhadap
agama muncul di era baru ini, yang akhirnya menyebabkan pemutusan hubungan antara
agama dan Tuhan dari kehidupan masyarakat modern. Faktanya, pemutusan hubungan
antara kebertuhanan dan keberagaman dari ranah kehidupan umat manusia semakin
ekstrim di masyarakat modern, di mana agama dan Tuhan hanya dianggap sebagai urusan
pribadi (Yusuf, n.d.).

Masyarakat di era kontemporer selalu berpikir pragmatis, dengan pola pikir


mereka tersebut ditujukan dalam setiap tindakan yang harus menghasilkan sesuatu.
Pragmatisme dalam bahasa yunani memiliki artian yaitu tindakan dan perbuatan.
Pragmatisme adalah realitas sebagaimana diketahui. Kepercayaan juga pragmatisme,
kepercayaan bukan hanya sekedar aturan-aturan bertindak atau idea untuk siap
bertindak, kepercayaan merupakan sesuatu yang berguna dalam membentuk sesuatu,
dalam membentuk sesuatu pasti benar. Pragtmatisme dapat digunakan sebagai metode
mengatasi persoalan dengan cara menemukan akibat-akibat praktis yang timbul
penerapan ide. Jika ditanya mana yang benar antara materialisme atau spritualisme,
maka cukup dijawab akibat-akibat praktis apa yang ditimbulkan oelh kedua aliran itu,
persoalan yang ada diantara kedua-duanya memang tidak pernah selesai.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
672 dari 676

Di era modern, agama menghadapi tantangan karena orang tidak mau


menerimanya karena tidak terbukti secara ilmiah. Ini karena agama adalah kebenaran
yang belum selesai, seperti halnya sains. Kebenaran agama kurang mencukupi jika dilihat
dari sudut sains, akan tetapi secara pragmatis agama berguna bagi manusia. Kehidupan
beragama erat kaitannya dengan metafisika, metafisika yang berlandaskan dasar-dasar
teori pengetahuan, yang mampu menggantikan pandangannya yang statis terhadap
perubahan didunia ini, dengan adanya psikologi dapat membantu menenangkan pikiran,
persepsi, kesadaran, konsep dan sebagainya (Abstrak, n.d.). Di era modern, agama
dipahami dengan cara yang unik, mencakup keyakinan dan praktik dalam kehidupan
manusia, dan tidak dapat disamakan dengan aspek lain dari kehidupan.

Adanya krisis keagamaan yang menyebabkan krisis kemanuisaan pada manusia


kontemporer, tidak terlepas dari tidak berdayanya kaum beragama dalam perubahan
(Hudaeri & Kontemporer, n.d.). Disebakan pola pikir masyarakat kontemporer ini hanya
terapku pada kemajuan zaman, yang pada akhirnya dapat membuat manusia itu sendiri
menjadi jauh dari nilai-nilai keagamaan. Maka dari itu tantangan agama disini yaitu
mengembalikan lagi nilai-nilai kemanusian yang harus berkaitan dengan moral dan
agama. Transformasi ajaran agama kepada tingkah laku kehidupan masyaarakaat
sangatlah signifikan, sebagian dari mereka melakukan kegiatan dengan cara yang sudah
diketahui dan dipahami sejak dulu tanpa mereka sadari itu ada kaitannya dengan agama.

Penerapan nilai-nilai keagamaan

Strategi dalam penerapan nilai-nilai agama untuk meningkatkan moral agama


pada kehidupan kontemporer ini yaitu penerapan nilai-nilai agama merupakan salah satu
cara untuk membentuk pribadi yang bermoral atau berakhlak mulia sesuai dengan ajaran
agama islam. Dengan berkembangnya moralitas pada masyarakat sangat memerlukan
bantuan dalam beberapa aspek seperti pembentukkan karakter, kepribadian, serta sosial.
Pemebentukkan karakter pada diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat (Eni, 1967).

Adapun penerapan nilai-nilai agama yang dapat dikembangkan yaitu:

1. Nilai religius

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
673 dari 676

Nilai religius adalah sikap atau perilaku yang menunjukkan kepatuhan


terhadap perintah Tuhan dan menjahui segala larangannya yang diterapkan pada
kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, kita dapat melihat seberapa patuh
seseorang terhadap ajaran agama mereka.(Ahmaliya & Rif’an, 2023).

Penerapan ini juga dapat kita mulai melalui pendidikan, kepribadian


individu akan terbina sesuai nilai-nilai kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
Penerapan pendidkan karakter religius sekarang ini mutlak diperlukan bukan
hanya di lingkungan sekolah saja tetapi juga dilingkungan rumah dan masyarakat
setempat. Selain itu, karakter dapat didefinisikan sebagai watak, akhlak, tabiat,
atau kepribadian seseorang yang dihasilkan dari internalisasi berbagai kebijakan
yang dipercaya seseorang dan berfungsi sebagai dasar untuk cara mereka melihat,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam era ini, karakter religius sangat penting
karena untuk menghadapi perubahan zaman (Mudkir, 2023).

2. Nilai akhlak
Nilai akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang terwujud dalam
pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai ini juga merupakan salah satu hal
penting yang harus diterapkan oleh setiap orang. Dengan adanya nilai akhlak ini
dapat mebentuk karakter suatu individu menjadi lebih baik. Untuk membentuk
suatu akhlak yang baik perlu dukungan atau dorongan dari lingkungan
disekitarnya, sebab dengan adanya dukungan tersebut penerapan nilai
keagamaan lebih mudah diterapkan. Nah disini lingkungan yang baik dimulai dari
lingkungan keluarga, keluarga atau orang tua berperan dalam mendidik anak-anak
mereka agar memiliki moral serta akhlak yang baik, keharmonisan serta baiknya
hubungan orang tua dan anak akan lebih mudah membentuk karakter anak dalam
menjalani ajaran-ajaran agama.
3. Nilai kejujuran

Dalam buku Edi Mawardi, ahli Mohammad Mustari menjelaskan kejujuran


sebagai suatu prilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, dan tindakan,
baik untuk dirinya maupun orang lain. Kejujuran juga sangat penting karena

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
674 dari 676

dengan kejujuran seseorang mendapatkan kebaikan bagi dirinya sendiri.


(Ahmaliya & Rif’an, 2023).

4. Cinta damai

Nilai cinta damai dideskripsikan sebagai sikap, perkataan, dan tindakan


yang dapat membuat seseorang merasa aman, nyaman dan senang atas kehadiran
dirinya. Dengan adanya nili cinta damai ini dapat menciptakan suasana menjadi
nyaman. Tindakan tersebut dapat dimulai dari 3S-JT (Senyum, Salam, Sapa dan
Jabat Tangan) (Ahmaliya & Rif’an, 2023).

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini membahas tentang pemahaman keushuluddinan sebagai


pondasi penguatan nilai-nilai keagamaan pada kehidupan kontemporer. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa banyak sekali tantangan agama dalam meningkatkan kembali
nilai-nilai agama yang semakin hari semakin terkikis. Penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai menambah ilmu pengetahuan seputar ilmu ushuluddin dalam
meningkatkan nilai-nilai agama pada era kontemporer ini. Penelitian ini memiliki
keterbatasan karena hanya membahas tentang pemahaman dan tantangan agama di era
kontemporer. Penelitian ini direkomendasikan penelitian lanjutan dengan metode yang
berbeda agar hasil lebih baru dan valid.

REFERENSI

Abstrak, M. J. (n.d.). Sinergitas filsafat dan agama bagi masyarakat di era kontemporer.

Adhimah, S. (2020). Peran orang tua dalam menghilangkan rasa canggung anak usia dini
(studi kasus di desa karangbong rt. 06 rw. 02 Gedangan-Sidoarjo). Jurnal Pendidikan
Anak, 9(1), 57–62. https://doi.org/10.21831/jpa.v9i1.31618

Ahmaliya, N. L., & Rif’an, A. R. (2023). Penerapan Nilai-Nilai Keagamaan Dalam Mengatasi
Kedisiplinan Siswa Di Madrasah Aliyah Integratif Nahdlatul Ulama Al-Hikmah Jeru
Tumpang. Journal Islamic Studies, 5(1), 77. https://doi.org/10.32478/jis.v5i1.1509

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
675 dari 676

Apriyani. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Sejarah Ali Bin Abi Thalib Dan
Relevansinya Di Era Kontemporer. 1(1), 108.

Eni. (1967). penerapan nilai-nilai agama untuk meningkatkan moral agama islam anak
usia dini di pos paud kamboja 69 kabupaten jember. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 19(Mi), 5–24.

Hidayaturrohim, M. (2019). KEHIDUPAN KONTEMPORER DALAM WACANA


EKSISTENSIALISME MARTIN HEIDEGGER. 1, 116–124.

Hudaeri, M., & Kontemporer, K. (n.d.). Mohamad hudaeri. XV(90).

Ibrahim, F. W. (2014). Ilmu-Ilmu Ushuludin Menjawab Problematika Umat Islam Dewasa


Ini. Ar-Raniry, International Journal of Islamic Studies, 1(1), 41–58.
https://doi.org/10.20859/jar.v1i1.3

Ichsan, A. S. (2018). Memahami Struktur Sosial Keluarga di Yogyakarta. Jurnal Al-Adyan,


5(2), 153–166.

Mudkir, M. (2023). PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER RELIGIUS MELALUI


KEGIATAN KEAGAMAAN. Aleph, 87(1,2), 149–200.
https://repositorio.ufsc.br/xmlui/bitstream/handle/123456789/167638/341506.
pdf?sequence=1&isAllowed=y%0Ahttps://repositorio.ufsm.br/bitstream/handle/
1/8314/LOEBLEIN%2C LUCINEIA
CARLA.pdf?sequence=1&isAllowed=y%0Ahttps://antigo.mdr.gov.br/saneamento/
proees

Nurdin. (2019). Substantia, Volume 21 Nomor 1, April 2019 https://jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/substantia. Substantia, 21(April), 41–60.

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. In Journal Equilibrium: Vol. 5 No. 9 (pp. 1–8).
yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf

Saleh, F. (2014). Fakultas Ushuluddin Dan Penguatan Kearifan Lokal Untuk Membangun
Karakter Bangsa. Ar-Raniry, International Journal of Islamic Studies, 1(1), 241–260.
https://doi.org/10.20859/jar.v1i1.8

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: 2 (Desember 2023)
676 dari 676

Soehadha, M. (2021). MENUJU SOSIOLOGI BERAGAMA: Paradigma Keilmuan dan


Tantangan Kontemporer Kajian Sosiologi Agama di Indonesia. Jurnal Sosiologi
Agama, 15(1), 1. https://doi.org/10.14421/jsa.2021.151-01

Suradarma, I. B. (2018). Revitalisasi Nilai-Nilai Moral Keagamaan Di Era Globalisasi


Melalui Pendidikan Agama. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan,
18(2), 50–58. https://doi.org/10.32795/ds.v9i2.146

Suwardin, S. (2022). Nilai Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Keagamaan


Masyarakat. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 8(1), 160.
https://doi.org/10.31332/zjpi.v8i1.3030

Yusuf, H. (n.d.). Eksistensi tuhan dan agama dalam perspektif masyarakat kontemporer. 6,
215–234.

Yusuf, H. (2016). URGENSI FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


KONTEMPORER: Tinjauan Filsafat Islam terhadap Fungsi Moral dan Agama. Jurnal
THEOLOGIA, 27(1), 51–72. https://doi.org/10.21580/teo.2016.27.1.926

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022/manageIssues#future

Anda mungkin juga menyukai