Anda di halaman 1dari 4

Responsif agama atas maraknya diskriminasi sosial

terhadap kaum minoritas dalam perspektif Hadits

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk membahas hadis tentang diskriminasi sosial. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis. Objek formal penelitian ini adalah
ilmu hadis, sedangkan objek materialnya ialah hadis tentang toleransi beragama pada riwayat Muslim.
Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa status hadis berkualitas shahih yang
memenuhi kualifikasi maqbul ma’mul bih bagi pengamalan Islam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
hadis riwayat Muslim No. 4651 relevan digunakan sebagai motivasi mengembangkan toleransi umat
beragama di Indonesia.

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain meski dengan
latar belakang yang berbeda serta macam - macam suku, ras serta agama yang memiliki ciri khas
tersendiri,Namun disebabkan perbedaan tersebut dan timbul rasa paling sempurna dari yang lain maka
muncul budaya diskriminasi khususnya terhadap kaum minoritas pada suatu daerah tertentu.

(Kutipan)

Pada dasarnya islam mengajarkan kita untuk saling menghormati dan mengasihi terhadap satu sama lain
meski dengan latar belakang yang berbeda hal inilah yang kerap membuktikan bahwa islam adalah
agama yang penuh dengan keharmonisan di dalamnya, namun hal ini hanya tercantum dalam konteks
ayat suci Al-qur'an dan belum tercerminkan dalam kehidupan masyarakat muslim sendiri. Bukan hanya
memiliki dampak negatif terhadap umat non muslim diskriminasi kerap terjadi dalam ruang lingkup
umat muslim itu sendiri.

Kerangka berpikir perlu disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana hadits tentang diskriminasi
sosial . Adapun bagan kerangka berpikir di bawah ini:

1.Diskriminasi sosial

2.Hadist tentang diskriminasi sosial

3.Pembahasan hadits tentang diskriminasi sosial

4.kesimpulan

Istilah diskriminasi secara etimologi berasal dari bahasa inggris "diskrimination" Yang berarti suatu
perlakuan, sikap, praktik serta kebijakan tidak adil terhadap suatu kelompok tertentu dengan dasar
karakteristik yang berbeda. Istilah diskriminasi dalam konteks sosial budaya dan agama berarti sikap dan
perbuatan tidak adil terhadap kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu masyarakat

(Kutipan)

Larangan diskriminasi sosial dalam pandangan islam sendiri dapat di pahami dalam hadits, Hadis adalah
apapun yang berasal dari Nabi Muhammad Saw.,baik yang tersebar di dalam kitab-kitab hadis maupun
teraktualisasi di masyarakat, yang dikenal dengan istilah sunnah(Soetari, Ilmu Hadis, 1994).

Antara lain hadits shahih Muslim No. 4651,Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak
melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan
kalian.”

Islam pun menyerukan pergaulan atau interaksi sosial universal ini dengan asas persamaan dan
persaudaraan, untuk saling kenal secara harmonis antarsesama, tanpa melihat latar belakang agamanya
(Suryan, 2015).

Hadits tentang larangan diskrimitasi sosial adalah suatu cerminan islam sebagai agama yang adil dan
tidak membeda-bedakan terhadap seluruh makhluk hidup ciptaan tuhan,sebagai acuan dan salah satu
bentuk pedoman hidup bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian. maka dapat ditarik kesimpulan

bagaimana diskriminasi sosial menurut hadis.

Hasil penelitian terdahulu telah disajikan oleh sejumlah peneliti terkait larangan diskriminasi sosial.
Salah satunya yaitu Muhammad Syachrofi (2021), ”Islam, HAM, dan Diskriminasi: Reinterpretasi Hadis-
Hadis Kepemimpinan secara Kontekstual,“ El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis 10 (1)

(Kutipan)

Penelitian sekarang dan penelitian terdahulu memiliki kesamaan yaitu membahas diskriminasi sosial
dalam perspektif hadits, Dengan demikian penelitian sekarang memiliki tujuan untuk mengembangkan
hasil penelitian terdahulu tersebut.

Landasan teori dibutuhkan untuk pondasi teoritis dalam melakukan pembahasan. Penelitian ini
menerapkan teori ilmu hadis. Di dalam ilmu hadis terdapat ilmu dirayah hadis (Soetari, 2005), yaitu ilmu
yang objek materialnya ialah rawi, sanad, dan matan hadis. Rawi adalah periwayat hadis, sanad ialah
mata rantai periwayat hadis, matan yaitu teks hadis (Darmalaksana, 2018). Ilmu hadis menetapkan
syarat kesahihan (otentisitas) suatu hadis, yaitu: Rawi mesti ‘adl (memiliki kualitas kepribadian terpuji)
dan dhabit (memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni) serta tsiqah (memiliki integritas yang tidak
diragukan) yakni perpaduan antara ‘adl dan dhabit; Sanad mesti tersambung (muttashil) dalam arti tidak
boleh terputus (munfashil); dan Matan tidak boleh janggal (syadz) dan tidak boleh cacat (‘illat)
(Darmalaksana, 2020). Apabila memenuhi seluruh syarat otentisitas, maka status hadis disebut shahih,
sedangkan bila tidak memenuhi salah satu syarat tersebut maka kualitas hadis disebut dhaif
(Darmalaksana, 2020). Menurut ilmu hadis, hadis shahih bersifat maqbul (diterima), sedangkan hadis
dhaif bersifat mardud
(tertolak) (Soetari, 2005). Akan tetapi, hadis dhaif dapat naik derajatnya menjadi hasan li ghairihi bila
terdapat syahid dan mutabi (Soetari, 2015). Syahid adalah matan hadis lain sedangkan mutabi ialah
sanad hadis lain

(Mardiana & Darmalaksana, 2020). Meskipun demikian, tidak setiap hadis maqbul dapat diamalkan
(ma’mul bih), dalam arti ada kategori hadis maqbul tetapi tidak dapat diamalkan (ghair ma’mul bih)
(Soetari, 2005), hal ini

bergantung konteks dalam arti situasi dan kondisi.

Permasalahan utama penelitian ini adalah hadis tentang larangan diskriminasi sosial. Rumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimana hadis tentang larangan diskriminasi sosial. Penelitian ini memiliki tujuan
untuk membahas hadis tentang diskriminasi sosial. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai
tinjauan ilmu hadis. Secara praktis, penelitian bermanfaat sebagai pengetahuan seputar diskriminasi
sosial menurut

hadis.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis


(Bandung, 2020). Jenis data penelitian ini merupakan data kualitatif yang bukan angka. Sumber data
penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer adalah Ensiklopedia
Hadits Kitab 9 Imam (Saltanera, 2015).

Sedangkan sumber data sekunder merupakan literatur yang terkait dengan topik penelitian ini yang
bersumber dari artikel jurnal, buku, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian
kepustakaan (library reseacrh). Teknik analisis data ditempuh melalui

tahapan inventarisasi, klasifikasi, dan interpretasi (Darmalaksana, Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas
Akhir, 2022).Secara khusus, metode deskriptif-analitis dalam penelitian ini diambil dari bidang ilmu
hadis, khususnya metode takhrij hadis dan metode syarah hadis. Takhrij hadis adalah proses mengambil
hadis dari

kitab hadis untuk diteliti otentisitasnya (Darmalaksana, 2020). Sedangkan syarah hadis ialah penjelasan
mengenai matan (teks) hadis untuk diperoleh suatu pemahaman (Soetari, 2015). Terakhir, interpretasi
pada tahap

analisis akan digunakan logika, baik logika deduktif maupun logika induktif (Sari, 2017), hingga ditarik
sebuah kesimpulan.

Hasil penelitian dan pembahasan

1.Hasil penelitian
2.Pembahasan

Kesimpulan

Hasil penelitian menyatakan bahwa status hadist riwayat Muslim No. 4651 mengenai larangan
diskriminasi sosial di nilai shahih. Pembahasan penelitian ini menjelaskan bahwa hadis riwayat Muslim
No. 4651 bersifat maqbul ma’mul bih digunakan dalam mengembangkan kedamaian umat beragama
dan menghilangkan bentuk diskriminatif kepada kaum minoritas khususnya sehingga akan menciptakan
ketenangan serta keharmonisan tanpa ada konflik perbedaan antar umat manusia . Penelitian ini
diharapakan bermanfaat sebagai pengayaan khazanah pengetahuan seputar diskriminasi sosial menurut
hadis. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam melakukan syarah hadis tanpa menyertakan tinjauan
sebab wurud serta analisis secara mendalam, sehingga hal ini menjadi peluang penelitian lebih lanjut
dengan menerapkan analisis secara lebih komprehensif. Semoga penelitian ini menjadi salah satu
rekomendasi bagi lembaga agama islam untuk mulai memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
pentingnya keharmonisan dan saling menghormati satu sama lain meski dengan latar belakang yang
berbeda dengan begitu,terciptanya kedamaian dan ketentraman bukan hanya sebagai mimpi dan
angan-angan saja tetapi menjadi salah satu tujuan dari bentuk pandangan islam terhadap diskriminasi
sosial.

Anda mungkin juga menyukai