Imron Maulana
Universitas Negeri Sultan Maulana Hasanuddin-Banten
201310020.imron@uinbanten.ac.id
Abstrak
Pendahuluan
Dalam konteks ini, agama memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
sosial masyarakat dengan berbagai fenomena dan fakta sosial. Agama adalah sistem
kepercayaan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu entitas yang dianggap tuhan. Manusia
memperoleh keyakinan pada substansi yang dianggap tuhan melalui pengetahuan diri. Informasi
juga dapat diperoleh dari input eksternal, seperti dari orang tua, guru atau otoritas ilmiah. 1
Peran ulama dalam memimpin berbagai kegiatan keagamaan (sosial keagamaan) dapat
dilihat dari peran imam, peran imam salat berjamaah, memimpin kegiatan peringatan, memimpin
upacara dsb. Ulama juga berperan sebagai pembimbing dan pembimbing dalam kegiatan sosial
keagamaan. Bimbingan dan konseling dilakukan melalui ceramah agama, konsultasi tatap muka
dengan ilmuwan, dll. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran ulama turut andil dalam perilaku
keagamaan masyarakat. Program kerjanya membuat ajaran Islam lebih mudah dipahami, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat baik konsep murni agama maupun kesempurnaan ritual
keagamaan di masyarakat, dan itu juga yang menjadi tujuan para ulama.
Agama sebagai unsur kepercayaan menjadi bermakna ketika manusia hidup dalam
lingkungan sosial. Hidup tidak hanya individualistis, tetapi lebih memiliki implikasi sosial yang
secara filosofis dapat mengubah realitas sosial yang lebih manusiawi. Namun dalam kehidupan
yang sangat kompleks dengan perkembangan teknologi yang tinggi, hal itu mempengaruhi nilai-
1
Ali Amran, “Peranan Agama dalam Perubahan Sosial Masyarakat” Hikmah II, no. 1 (2015): 24.
nilai sosial yang terkadang secara akademis dan ideal tersusun dan terstruktur 2 Dalam
masyarakat, agama merupakan salah satu faktor pendukung dalam kehidupan, terutama dalam
kehidupan spiritual. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa agama akan
menjadi tradisi di kemudian hari, bercampur dengan cara-cara lama yang hidup dalam
masyarakat.3
Metode Penelitian
Jenis penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mengatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
perilaku lisan atau tulisan dari orang-orang yang diamati. 4 Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Kirk dan Miller, bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi ilmu sosial
khusus yang secara mendasar didasarkan pada pengamatan terhadap orang-orang baik di dalam
maupun di luar bidangnya. Penelitian kualitatif adalah penelitian atau memasuki suatu bidang
untuk mempelajari orang-orang tertentu dengan mengumpulkan data dalam jumlah besar. 5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ulama adalah orang yang ahli dalam
hal atau pengetahuan tentang agama Islam. Kata Ulama berasal dari bahasa Arab, yang
merupakan bentuk jamak dari kata “alim”. 'Aalim adalah isim fa'il dari akar kata: 'ilmu. Jadi
“alaim” adalah orang yang berilmu dan “ulama” adalah orang yang berilmu. Menurut Ulama M.
Quraish Shihab Seorang ulama adalah orang-orang yang mengetahui ayat-ayat Allah, baik yang
2
Fuadi, “Memahami Hakikat Kehidupan Sosial Keagamaan Solusi Alternatif Menghindari Konflik”Jurnal Substantia,
No. 1 (2011) : 66
3
Rizal Mubit, “Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia” Episteme, No. 1
4
Basrawi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 1.
5
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), hal. 5.
6
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), hal. 3.
indah maupun Alquran, yang membuat mereka mengetahui kebenaran Allah, takwa dan
khasysyah (takut) kepada-Nya. Menurut Hasan Basr yang dikutip Bahruddin Hsubky, Seorang
Alimin/Ulama itu adalah mereka. yang sangat mengenal Tuhan sehingga mereka takut akan Dia.
Jika Seorang ulama ilmunya sangat dalam, maka selalu dalam rasa takut kepada Allah SWT.7
Ulama biasanya mereka yang mahir dalam berbagai disiplin ilmu agama (Islam), pintar
dan fasih memahami hukum Islam (faqih), tetang hukum-hukum Islam, memiliki pesantren atau
mempunyai santri yang berguru kepadanya, dan diberi gelar ‘kiai’ atau ‘ajengan’ oleh
masyarakat di sekitar desa/kampungnya. Peranan seorang Alimil Ulama dalam memimpin Setiap
kegiatan keagamaan (sosial keagamaan) tampak dalam posisi ulama menjadi imam shalat
berjamaah, memimpin setiap aktivitas berzikir bersama, memimpin upacara selamatan (Tahlil) ,
dan lain sebagainya. Ulama juga dapat berperan sebagai pembimbing dan penasehat dalam
aktivitas sosial keagamaan di Desa Rancagong.
Kata peran dalam Bahasa adalah “perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
seseorang yang berkedudukan dalam masyarakatnya” 9. Maka yang dimaksud dengan peran
tersebut dalam hal ini adalah Ulama memiliki peran dan tugas untuk menjadikan masyarakat
lebih religius, lebih maju, lebih dekat dengan persaudaraan sesama umat Islam.
Kata sosial berasal dari bahasa latin yang berarti socius yaitu segala sesuatu yang lahir,
tumbuh serta berkembang dalam tatanan kehidupan bersama. Dalam strukturnya, Sudarno
menekankan pengertian sosial, yaitu susunan hubungan sosial dalam masyarakat yang
menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok kelas) pada posisi sosial
tertentu, dan nilai-nilai yang berlaku sepanjang masa. sistem norma. Menjaga keamanan
masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah segala sesuatu yang
7
Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 45.
8
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz, 8 , hlm. 126.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka. 2001), h. 69.
berhubungan dengan masyarakat dan yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
bersama. Makhluk hidup atau sesuatu yang seharusnya lebih tinggi dari manusia.10
Alim Ulama merupakan sosok yang sangat berpengaruh di lingkungan masyarakat karena
mereka merupakan salah satu jantung masyarakat Banten pada umumnya dan masyarakat desa
Rancagong pada khususnya. Ulama menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam
Islam tidak hanya karena alasan teologis, tetapi juga karena alasan sejarah dan sosial. Secara
teologis, ulama adalah ahli ilmu pengetahuan dan ahli agama, keduanya adalah warasatul anbiya
(pewaris para nabi), melanjutkan tugas dan fungsi para nabi dalam kitab-kitab kenabian bagi
umat manusia, dalam posisi yang demikian.
Secara historis dan sosiologis, Seorang Alim ulama memiliki otoritas dalam bidang
keagamaan, sehingga menempati kedudukan sosial yang tinggi dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat Desa Rancagong tidak hanya sekedar menghormati dan segan terhadap ulama, tetapi
gagasan dan pemikiran keagamaan para ulama dalam berbagai dimensi dipandang sebagai
kebenaran, dipegang dan diikuti bahkan diikat secara kuat. Inilah realitas ulama yang ada di Desa
Rancagong, sehinga peran serta ulama dalam membina msyarakat sangat diprioritaskan. Dalam
hal ini, ulama sangat berperan aktif dalam membina perilaku beragama masyarakat di Desa
Rancagong.
Ulama adalah pemimpin agama atau seorang yang bertugas melindungi umat dan
memajukan serta membimbing umat baik dalam urusan agama maupun dalam urusan sehari-hari
yang membutuhkan peningkatan dari segi agama dan sosial. Oleh karena itu, Ulama yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah para tokoh agama sebagai Ulama atau guru ngaji di desa-
desa Rancagong, guru TPA di mesjid dan Mushola di desa tersebut.
Agama merupakan sistem yang mencakup cara bertingkah laku, berperasaan yang
bercorak khusus, dan merupakan sistem kepecayaan yang juga bercorak khusus. Dengan hal ini
10
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2000), h. 19.
agama dapat diterima untuk suatu aturan yang mencakup cara-cara bertingkah laku, berperasaan
dan berkeyakinan secara khusus. Keagamaan adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta
ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan suatu kepercayaan itu. 11 Jadi
yang dimaksud keagamaan dalam penelitian ini adalah agama Islam sebagai rahmatan lil’alamin
karena adanya bimbingan ulama atau tokoh masyarakat.
Sedangkan masyarakat adalah sekelompok makhluk hidup yang terjalin erat karena
sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, dan mengarah pada
kehidupan kolektif.12 Masyarakat berfungsi sebagai khalifah di muka bumi, masyarakat terbagi
menjadi dua kelompok utama yaitu para penguasa atau pengeksploitasi, kepribadian masyarakat
terbentuk melalui peleburan individu dan tindakan serta reaksi kulturalnya. Dapat disimpulkan
bahwa masyarakat adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama di suatu tempat atau daerah
dengan membiasakan berkumpul setiap hari.
Menurut Suherman Sebuah perilaku dalam beragama yang dilakukan oleh seorang ulama
terhadap masyarakat Desa Rancagong mendapatkan tanggapan dan respon positif dan bagus dari
masyarakat sendiri khususnya warga Rancagong. Warga senantiasa mendukung dengan penuh
semangat dan keikhlasan serta kecintaannya terhadap pembinaan yang dilakukan oleh para
ulama setempat. Karena ini merupakan sesuatu yang memang harus dan wajib dilakukan oleh
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka), h. 10.
12
Arifin Tajul, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Gunung Djati Press. 2008) h, 45.
13
Hasil wawancara dengan Setiawan, Tokoh pemuda desa Rancagong kec Legok Tangerang, 2 Desember 2022
kyai/ustad dan diterima oleh warga, bahkan masyarakat senantiasa bergotong royong dan
membantu dalam menyukseskan setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan di Desa Rancagong,
baik kegiatan rutin mingguan, rutin bulanan, dan bahkan rutin setiap ada peringatan perayaan
Maulid Nabi ataupun perayaan Nuzulul Qur’an seperti perayaan hari besar islam (PHBI). Karena
setiap kegiatan yang diadakan di Desa merupakan gerakan kegiatan yang mampu membawa
perubahan besar terhadap sikap dan perilaku masyarakatnya, khususnya dalam bidang
keagamaan ke arah yang lebih baik.14
Peran Ulama Dalam Lembaga Pendidikan Islami Di Desa Rancagong Kec. Legok Kab.
Tangerang
Seperti yang Anda ketahui, akademisi menempati posisi yang sangat penting dalam
masyarakat. Karena memiliki kewenangan tidak hanya di bidang agama, sosial dan politik, tetapi
juga di bidang pendidikan. Lembaga pendidikan seperti khutbah, masjid dan madrasah
merupakan sumbangsih para ulama. Melalui lembaga pendidikan yang mereka dirikan dan kitab-
kitab yang mereka tulis, para ulama berperan sebagai penerjemah ajaran Islam yang otoritatif dan
juga sebagai jembatan, terutama dalam proses transmisi nilai-nilai agama melalui pendidikan.
Dalam Islam, ulama memiliki beberapa peran sosial-keagamaan. Pertama sebagai guru yang
mengajarkan cara membaca Alquran dan ajaran Islam. Kedua, sebagai penafsir ayat-ayat Al-
Qur'an yang menjawab beberapa persoalan dalam masyarakat, dan sebagai hakim untuk
memutuskan persoalan-persoalan ketika timbul perselisihan di kalangan umat Islam. Dan ketiga,
sebagai dakwah dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. kp Di Rancagong, ulama biasanya
membuat rumah pertemuan takrim atau nama serupa dengan tujuan memperkenalkan anak-anak
ke Islam dan memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia para
siswa. Silabus Majelis Taklim terbuka dengan menyebutkan pemahaman Al-Qur'an dan Hadits
sebagai dasar untuk mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan Akhlak
Mulia. Bisa dilakukan di masjid, mushola, atau tempat lain yang memenuhi syarat.. 15
14
Hasil wawancara dengan Suherman, Tokoh Masyarakat desa Rancagong kec Legok Tangerang, 2 Desember 2022.
15
Pasal 23 PP Nomor 55 Tahun 2007.
Peranan ulama melalui lembaga pendidikan keagamaan sangat penting artinya. Yang
dimaksud dengan lembaga pendidikan keagamaan di sini ialah masjid, musholla, pondok
pesantren, majelis taklim dan organisasi Islam. Peranan ulama itu ada lima, yaitu sebagai:
Ulama mewarisi tugas para nabi, yaitu menyebarkan ajaran Islam dan
mengupayakan terwujudnya kehidupan sehari-hari yang arif dan bijaksana berdasarkan
Islam. Sebagai pewaris tugas para Nabi, ulama menjalankan fungsi kenabian yaitu
memperjuangkan perubahan hidup agar sesuai dengan ajaran Islam, meskipun
konsekuensinya adalah kritik, tekanan dan ancaman karena perjuangannya bertentangan
dengan sebagian orang. tradisi, budaya dan peradaban manusia.16
Ulama sebagai pemberi fatwa (mufti) kepada umat Islam, baik diminta maupun
tidak diminta. Sebagai pemberi fatwa, ulama menyerap dan menyalurkan aspirasi
berbagai umat Islam. Selain memberi fatwa, ulama juga berperan memberi nasehat
(taushiah) dan memberi peringatan dan renungan (tazkirah).
Ulama sebagai khadimul ummah, yakni melayani umat Islam dan masyarakat luas
untuk mewujudkan harapan, aspirasi dan tuntutannya. Dalam hal ini, para ulama selalu
16
Sekretariat MUI, Profil Majelis Ulama…, hlm. 5.
berusaha untuk memenuhi tuntutan langsung dan tidak langsung umat Islam akan
orientasi dan fatwa keagamaan. Demikian pula, para ulama berusaha untuk selalu berada
di garis depan dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat Islam dan masyarakat
pada umumnya terhadap pemerintah.
Ulama sebagai wahana menegakkan amar ma'ruf nahyi munkar dengan meneguhkan
kebenaran sebagai kebenaran dan kebatilan sebagai kejahatan dengan hikmah dan istiqamah.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, ulama tampil sebagai kekuatan moral, seiring dengan
kemampuan bangsa lain untuk melakukan rehabilitasi sosial. Ulama sebagai khalifah para Nabi
dapat berperan dalam menggerakkan dan mendorong masyarakat untuk membangun bangsa dan
negara, melaksanakan Amar Ma'ruf dan Nahyi Munkar.
Kesimpulan
Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik masyarakat tradisional maupun
masyarakat moden. Pada dasarnya masyarakat bersifat dinamis, seperti bidang sosial,
pendidikan, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Perubahan
tersebut terjadi dan memberi efek bagi masyarakat secara menyeluruh, perubahan di satu bidang
akan diikuti perubahan di bidang lainnya. Dalam proses hubungan sosial, masyarakat mengikuti
dan menjalankan norma-norma tertentu termasuk norma agama. Pergaulan sosial atau interaksi
sosial berjalan lancar yang terjadi antara individu dengan individu lainnya, juga dengan
kelompok sosial dengan menaati pedoman yang sesuai dengan nilai dan norma. Selain norma
agama juga terdapat norma-norma sosial. Secara sosiologis, salah satu tugas individu dalam
masyarakat adalah bagaimana ia bisa mentaati norma dan bagaimana ia menyesuaikan diri
dengan lingkungan masyarakatnya.
Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan perilaku orang-orang yang diamati. Ulama umumnya adalah mereka
yang menguasai berbagai disiplin ilmu agama (Islam), fasih dan paham (faqih) tetang hukum-
hukum Islam, memiliki pesantren atau mempunyai santri yang berguru kepadanya, dan diberi
gelar ‘kiai’ atau ‘ajengan’ oleh masyarakat di sekitar desa/kampungnya. Peran adalah “perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat.
Sedangkan kata sosial berasal dari Bahasa latin yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang
lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama.
Dapat disimpulkan bahwasanya peran ulama sangat dibutuhkan dalam membimbing dan
membina perilaku beragama masyarakat Desa Rancagong. Hal ini terbukti dari salah satu
paparan di atas bahwa setelah rutin mengikuti kajian dari ulama perilaku oknum masyarakat
yang awalnya buruk, seiring waktu cenderung menjadi membaik. Tentunya ini merupakan
semangat dan kerja keras dari para ulama dengan sifat, sopan, santun, lemah lembut dan sifat lain
yang dimiliki ulama menjadikan masyarakat patuh dan tekun dalam mengamalkan dan
menjalankan setiap ajaran dari ulama, sehingga dengan demikian, dari waktu ke waktu
masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik.
Referensi
Ali Amran, “Peranan Agama dalam Perubahan Sosial Masyarakat” Hikmah II, no. 1 (2015):
24.
Rizal Mubit, “Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia” Episteme, No. 1
Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Basrawi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 1.
Arifin Tajul, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Gunung Djati Press. 2008) h, 45.