Anda di halaman 1dari 7

AKTIVITAS TPQ BAITUS SHALIHIN

SEBAGAI KONTROL SOSIAL TERHADAP


PERGAULAN BEBAS REMAJA
(Studi pada Remaja Desa Uteun Pulo, Kecamatan
Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna pelaksanaan penelitian
Tugas Akhir memperoleh Sarjana Ilmu Sosial

Diajukan Oleh :
QQ IRMA LQ
NIM: 170305043

PRODI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2020 M/ 1442 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu ciri kehidupan manusia yang universal adalah
agama. Masyarakat memiliki tata cara berpikir dan pola-pola
perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama‟ (religious).
Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur,
agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan
eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga mengandung
komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam
struktur sosial (Ishomuddin, 2002).

Keberagamaan dapat terwujud dalam berbagai sisi kehidupan


manusia, aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seorang
melakukan perilaku ritual (beribadah). Namun dapat pula terjadi
ketika melakukan aktivitas lain yang tampak dan terjadi dalam hati
seseorang. Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang
lain sebagai teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup
sendirian. Dalam menjalani kehidupannya manusia menempati
lingkungan tertentu, sehingga manusia tersebut dapat melakukan
peranannya dan dapat memenuhi kebutuhannya, yang menyebabkan
manusia berbuat dan bertindak sebagai makhluk sosial. Manusia
sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pergaulan dengan
orang lain, agar mencapai taraf tingkah laku yang baik dalam
hidupnya. Setiap individu bereaksi atau berinteraksi satu dengan
yang lainnya, baik kelompok maupun dalam masyarakat. Dengan
adanya interaksi ini akan menyebabkan adanya pergaulan antar
individu dalam kelompok ataupun dalam masyarakat (Djamaluddin
dan Fuad, 1995).

Penanaman keberagamaan harus dimulai dari masa anak-


anak penanaman atau perasaan keberagamaan akan melekat dalam
diri dan alam pribadi anak, ketika anak mengenal agama sejati dari
kecil. Di zaman semakin maju ini pergaulan dikalangan remaja
berkembang dengan sangat pesat. Akan tetapi, justru maju dalam
pergaulan kearah yang negatif. Pergaulan bebas dikalangan remaja
saat ini sudah banyak yang melampaui batas. Sikap dan tingkah laku
para pelajar terbentuk salah satunya disebabkan oleh pengaruh dari
lingkungan luar. Jika lingkungan luar sudah tidak baik, maka
kepribadian, sikap dan tingkah laku juga dapat terpengaruh.

Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab


manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina
melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Namun, realita
kehiduan menunjukkan bahwa remaja saat ini sudah banyak yang
terjerumus dalam pergaulan bebas tanpa mengindahkan norma-
norma tersebut. Remaja sekarang lebih mampu berekspresi pada
emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyi-sembunyi dan
malu seperti dulu. Sudah lumrah saat ini kita melihat pelajar
mengekspresikan perasaan cinta dan sayang pada pacar mereka
ditempat-tempat umum. Sudah hal yang lumrah dilihat saat ini bila
di mall-mall para remaja biasa bergandengan tangan, berpelukan

3
bahkan berciuman serta cara berpakaian yang ketat, memakai rok
mini, termasuk aktivitas seks pra nikah sudah mewabah dan
menjalar seperti virus yang mematikan. Padahal perilaku keagamaan
seseorang seharusnya mencerminkan kesalehan pribadi dan
sekaligus kesalehan sosialnya. Jika hal seperti itu belum terwujud
berarti terdapat sesuatu yang keliru pada diri orang yang
bersangkutan (Zakiah, 1998).

Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah suatu lembaga


pembinaan. Lembaga pembinaan adalah institusi yang memiliki
perhatian dan kepedulian terhadap tumbuh kembangnya Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPQ) sekaligus berperan dalam pengelolaan
dan pengendalian mutu penyelenggaraannya. Dimana Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPQ) itu sendiri bergerak sebagai satu
lembaga pendidikan non formal yang sengaja dibentuk untuk
memfasilitasi proses belajar mengajar bagi umat Islam dan bersifat
terencana, tersusun serta dioperasikan secara tertib. Prosedur
pendidikannya diatur sedemikian rupa yakni terdapat tenaga
pengajar yang dikenal dengan istilah ustadz (bagi laki-laki) dan
ustadzah (bagi perempuan) dan anak-anak yang dikenal dengan
istilah santri (Direktorat Diniyah dan Pondok Pesantren, 2009).

Keberadaan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ), diharapkan


dapat memberikan dorongan dan motivasi bagi para generasi
Muslim agar mereka dapat belajar membaca al-Qur'an dengan baik,
terutama bagi anak-anak yang orang tuanya kurang perhatian
terhadap pendidikan anaknya, khusus pendidikan agama Islam
(Moeslim, 2006). Begitu pentingnya keberadaan sebuah Taman

4
Pendidikan al-Qur’an (TPQ di lingkungan masyarakat, sehingga
TPQ dianggap sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang
sangat berperan dalam membantu para orang tua dalam memberikan
pendidikan Islam bagi anak-anak mereka serta TPQ juga telah
membantu lembaga formal (sekolah) dalam mengajarkan cara
membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar kepada para
peserta didik usia sekolah (Syarif, 1992).

Pada masyarakat di desa Uteun Pulo, Kecamatan Seunagan


Timur, Kabupaten Nagan Raya terdapat banyak individu yang
memasuki tahap usia remaja. Dari hasil observasi temua yang
diperoleh, sebagian besar dari jumlah mereka adalah remaja yang
mengikuti kegiatan pengajian di salah satu TPQ yang ada di desa
tersebut, yakni TPQ Baitus Shalihin sedangkan selebihnya lagi
tidak. Pengajian tersebut biasanya dilakukan pada sore hari (ba’da
dhuhur) dan malam hari (ba’da maghrib). Pelajaran yang diberikan
pada pengajian-pengajian di TPQ tersebut pada umumnya adalah
baca tulis Al-Qur’an. Namun, selain baca tulis Al-Qur’an pengajian-
pengajian tersebut juga diselingi dengan pelajaran agama Islam
lainnya, seperti ahlak dan fiqih. Pelajaran-pelajaran yang diberikan
tersebut tentu diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
ahlak yang baik dan aturan-aturan yang ada dalam agama Islam.
Akan tetapi, beberapa remaja di desa Uteun Pulo diketahui suka
melakukan kenakalan-kenakalan remaja, seperti mengikuti balap
liar, merokok, berkelahi, bahkan sampai ada yang meminum
minuman keras dan mengkonsumsi obat terlarang. Sebagian besar
kenakalan-kenakalan tersebut dilakukan oleh remaja yang tidak

5
terkontrol oleh orang tua dan tidak dibentengi dengan pengetahuan
agama yang cukup sehingga mereka melakukan kenakalan remaja.

Hal ini tentu tidak sesuai dengan harapan bahwa remaja yang
memiliki pengetahuan agama yang baik akan terlindungi dari hal-hal
yang tidak baik, baik itu pada diri, keluarga dan lingkungan
masyarakat secara khusus. Olehnya itu, hal tersebut dapat dipahami
mengingat bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi
yang berupa akal dan kehendak untuk melakukan perbuatan baik
ataupun buruk sesuai dengan apa yang menjadi keinginannya.
Namun seharusnya kegiatan mengaji yang dilakukan dapat menjadi
pengontrol bagi potensi keburukan yang dimiliki manusia agar tidak
melanggar norma sosial dan agama yang berlaku. Olehnya itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aktivitas
TPQ Babus Shalihin Sebagai Kontrol Sosial Terhadap Pergaulan
Bebas Remaja (Studi Pada Remaja Desa Uteun Pulo, Kecamatan
Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah gambaran umum dari TPQ Darus Shalihin?
2. Apakah visi dan misi dari TPQ Darus Shalihin?
3. Bagaimana peran TPQ sebagai kontrol sosial terhadap
pergaulan bebas remaja di Desa Uteun Pulo, Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya?

6
DAFTAR PUSTAKA

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Cet.


II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia
& UMM Press, 2002).
Moeslim Abdurrahman. Agama Sebagai Kritik Sosial di Tengah
Arus Kapitalisme Globalisasi. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006).
Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 1992).
Tim Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Regulasi
Pendidikan Al-Qur’an Pedoman Pembinaan TKQ/TPQ, (Cet.
I; Jakarta: Direktorat Diniyah dan Pondok Pesantren, 2009).
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet. XV; Jakarta: Bulan
Bintang, 1998).

Anda mungkin juga menyukai