KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang
menjadi panutan semua ummat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan
sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah
kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri, karena
dengan kehendaknya, taufiq dan rahmatnya pulalah akhirnya penulis dapat menyelasaikan
makalah ini guna persyaratan untuk mengikuti Intermediate Training (LK II) Tingkat
Nasional Yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta timur
pada tanggal 21 Februari s/d 28 Februari 2011 di Graha Insan Cita. Adapun judul makalah ini
adalah:
Akhirnya, kepada Allah jualah kita memohon. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan. Dan dengan memanjatkan doa
dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi amal dan mendapat ridha dan balasan
serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang.
Billahittaufiq Wal Hidayah
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
. i
DAFTAR
ISI
ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan
.. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Peran HMI di
Indonesia.
. 3
1. Partisipasi Politik HMI periode 1947 -
1960 4
2. Perjuangan HMI Masa Orde Lama Dan Orde
Baru 5
HMI Masa Orde
Lama.. 5
Peran HMI di Era Orde
Baru.. 6
B. Perjuangan HMI di
Indonesia.. 7
1. Kondisi Islam Di Negara Indonesia Sebelum Terbentuknya HMI.. .. 7
2. Kondisi Perguruan Tinggi Dan Mahasiswa Islam .
9
3. Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)..
.. 9
4. Gagasan Pembaharuan Pemikiran KeIslaman
.10
5. Gagasan Dan Visi Perjuangan Sosial Budaya...
10
6. Komitmen Ke-Islaman Dan Ke-Bangsaan Sebagai Dasar Perjuangan HMI... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Ketika kita berbicara HMI dulu dan masa datang, maka kita tidak akan terlepas
dengan sejarah berdirinya HMI. Seorang mahasiswa, Lafran Pane, mendirikan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1947 bersama rekan-rekan perjuangannya. Mereka
mendirikan HMI, antara lain karena ingin belajar tentang keislaman. Keberadaannya terus
tumbuh dan berkembang di basis-basis perguruan tinggi Islam, seperti UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga menghasilkan kader-kader yang berkualitas seperti, Nurcholis
Madjid, Azyumardi Azra, Komarudin Hidayat, Fachri Ali, Abudin Nata dan kader-kader
terbaik lainnya. Oleh karenanya, peran organisasi Islam ini bukan hanya menawarkan
pengajaran Islam secara khusus, tapi lebih jauh dari itu HMI ingin memberikan pencerahan
intelektual politik serta pemberdayaan potensi kader secara menyeluruh.
Harapan Organisasi HMI dideklarasikan (antara lain) sebagai organisasi mahasiswa
yang independen, kader Umat dan Bangsa, dan tidak menjadi underbouw sebuah partai
politik, termasuk partai politik Islam. Wajar jika Jenderal (Besar) Sudirman saat itu
menyambut HMI sebagai Harapan Masyarakat Indonesia karena dalam HMI berkumpul
orang terpelajar, yang tentunya diharapkan dapat memberi manfaat bagi masa depan
bangsanya. Ada warna ke-Islaman dan ke-Bangsaan sejak kelahirannya. Tidak
mengherankan, ketika RI menghadapi perang kemerdekaan melawan Belanda, mereka juga
mendirikan pasukan bersenjata yang dikenal sebagai Corp Mahasiswa. Dengan cita-cita
pendirian HMI seperti itu, harus diakui, tidaklah mudah memegang khittah HMI di tengah
lingkungan keumatan dan kebangsaan selama ini. Pluralism yang mewarnai umat dan bangsa
tentu menyulitkan formula HMI sebagai kader umat dan bangsa.
Dalam perjalanannya, HMI selalu ditarik ke kanan dan ke kiri untuk berpihak kepada
salah satu kekuatan umat dan bangsa. Sikap independen sering menjadi pertaruhan tidak
mudah. Tidak jarang HMI dikesankan sebagai tidak independen lagi.
Oleh karena itu merujuk kondisi ulyang telah penulis paparkan diatas maka penulis
ingin membahas denganlebih rinci tentang persoalan-persoalan tersebut dalam makalah ini
yang berjudul Peran dan Perjuangan HMI di Indonesia
B. Rumusan Masalah
Dinamika gerakan mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memang tidak bisa
dilepaskan begitu saja dari perannya sebagai gerakan pembaharuan. Sifat, bentuk dan
problematika yang dihadapinya sangat bercorak. Tentunya dengan ciri khas tersendiri HMI
menanggapi problematika Ke-Islaman dan Ke-Bangsaan dalam menjawab tantangan zaman.
Oleh karena itu permasalahan rumusan masalah yang ingin penulis kaji adalah berkaitan
dengan:
1. Peran HMI Di Indonesia
2. Perjuangan HMI di Indonesia
3. HMI Solusi Kesejahteraan Umat
Seperti telah disinggung di atas, bahwasanya HMI tidak bisa pisah dari dari perannya
begitu saja, dengan kekuatan retorika yang dimainkan dan menjawab problematika Ke-
Islaman dan Ke-Bangsaan dalam menjawab tantangan zaman yang maju. Oleh karena itu,
kajian ini untuk melihat dinamika seajarah gerakan dan peran Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) sangat perlu di kaji.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menganalisa dan mengungkap efek positif dan negatif
sejarah dan peran HMI di Indonesia untuk kemajuan Islam dalam beragama dan bernegara,
penulisan ingin mencoba merealisasikan peran HMI dalam Kemajuan Islam di Indonesia dan
mengungkap dinamika dalam beragama dan berbangsa sehingga dapat direspon untuk
mahasiswa atau masyarakat dan mempraktekkannya serta menjaga perdamaian Indonesia
dalam garis Ke-Islaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran HMI Di Indonesia
Karakteristik khas pola gerakan HMI sejak awal berdirinya adalah tidak memisahkan
gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik bagi HMI adalah suatu keharusan,
sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI haruslah dilakukan secara politis. Hal ini
dikuatkan pula oleh pendiri HMI Lafran Pane, bahwa bidang politik tidak akan mungkin
dipisahkan dari HMI, sebab itu merupakan watak asli HMI semenjak lahir.1[1] Namun hal itu
bukan berarti HMI menjadi organisasi politik, sebab HMI lahir sebagai organisasi
kemahasiswaan dan kepemudaan, yang menjadikan nila-nilai Islam sebagai landasan
teologisnya, kampus sebagai wahana aktivitasnya, mahasiswa Islam sebagai anggotanya.
Background kampus dan idealisme mahasiswa merupakan faktor penyebab HMI senantiasa
berpartisipasi aktif dalam merespon problematika yang dihadapai umat dan bangsa, jadi wajar
jika HMI tetap memainkan peran politiknya dalam kancah bangsa ini. Selain itu, argumentasi
lain dikemukakan oleh Rusli karim2[2] dalam tulisannya;
Walaupun HMI bukan organisasi politik, tetapi ia peka dengan permasalahan politik.
Bahkan kadang-kadang karena keterlibatannya yang sangat tinggi dalam aktivitas politik ia
dituduh sebagai kelompok penekan (pressure group).
Watak khas pola gerakan politik HMI ini yang terinternalisasi sejak kelahirannya ini
menjadikan HMI senantiasa bersikap lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas
organisasinya, sehingga kehati-hatian inilah yang melahirkan sikap moderat dalam aktivitas
politik HMI. Lahirnya sikap moderat ini sebagai konsekuensi logis dari kebijakan HMI
memposisikan dirinya harus senantiasa berada diantara berbagai kekuatan kepentingan agar
HMI bisa lebih leluasa untuk melakukan respon serta kritisismenya dalam mencari alternatif
dan solusi dari problematika yang terjadi disekitarnya. Namun sebagai konsekuensi logis pula
12[12] . Dr. M. Ahmad Mufti dan Dr. Sami Shalih Al Wakil, At Tasyri
wa Sannul Qawanin fi Ad Daulah Al Islamiyah, hal. 9-11
Seorang muslim yang meyakini pola pikir itu secara jazim (membenarkannya dengan
pasti), sungguh dia telah murtad dan keluar dari agama Islam. Sebab, pandangan tersebut
berarti menolak nash-nash yang qathi tsubut (pasti sumbernya dari Rasulullah) dan qathi
dalalah (pasti pengertiannya) yang mewajibkan kita untuk terikat dengan hukum-hukum
syara dan menyumberkan hukum-hukum syara itu dari al wahyu semata, bukan yang
lainnya.13[13] Sumber hukum dalam Islam adalah wahyu, bukan kenyataan masyarakat. Allah
SWT berfirman :
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).
(QS Al Araaf :3)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HMI merupakan sebuah organisasi perjuangan yang telah lama hadir di
Indonesia dalam menciptakan kader-kader sebagai leader di bangsa ini,
HMI telah ikut berperan aktiv dalam kancah perpolitikan dan dimensi
ruang social di bangsa yang telah merdeka 66 tahun silam.
Tidak dapat dipungkiri setelah berdirinya HMI di tahun 1947, HMI
langsung memberi kontribusinya untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan bangsa ini, yang saat itu sedang mengalami degradasi
moral setelah dijajah ratusan tahun oleh bangsa luar. Ini juga dikarenakan
alasan atau penyebab Lefran Pane menagmabil inisiatif untuk
mendekalrasikan HMI.
apa yang telah diperbuat selama waktu itu. Sebagai organisasi perjuangan maka kita harus
selalu berpandangan bahwa perjuangan ini masih jauh, dan kita harus meningkatkan amal dan
pengabdian kita untuk terwujudnya tujuan tersebut. Karena pada hakikatnya, hidup ini adalah
suatu perjuangan dan perjuangan itu adalah suatu proses panjang yang harus dilakukan setiap
saat.
HMI tidaklah boleh terus terlena dengan romantisme masa lalu, haruslah ada perubahan
di dalamtubuh HMI, dari semua lini, apakah secara struktural atau kultural di internal HMI
sendiri. Persatuan menjadi modal dasar bagi HMI agar terus eksis.
B. Saran- saran
HMI tidaklah boleh terus terlena dengan romantisme masa lalu, haruslah ada perubahan di
dalamtubuh HMI, dari semua lini, apakah secara struktural atau kultural di internal HMI
sendiri. Persatuan menjadi modal dasar bagi HMI agar terus eksis.
Hmi juga harus mengingat bahwa ini adalah organisasi pengkaderan, dan inilah kita harus
kembali kepada titah perjuangan yang sebenarnya. Tidak terus terseret ke arus politik, karena
HMI bukan hanya mengurusi bidang politik.
Peningkatan kapasitas setiap kader juga harus ditingkatkan, buat apa kita sebagai organisasi
besar tetapi kader yang kita miliki hanya penjadi pengekor tanpa kapasitas untuk diri sendiri.
Moral para kader juga harus diperhatikan kembali.
Melakukan reformasi keagamaan untuk meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam bagi setiap individu anggota
HMI, memperkokoh kembali tradisi intelektual HMI yang pernah diraihnya, sebagai pewaris
dari generasisebelumnya, HMI harus menghindari kepentingan politik sesaat dan harus berani
untuk melakukan koreksi, kritikan terhadap alumni HMI dimanapun berada, sebagai
konsekuensi dari sifat indenpendensi HMI.
DAFTAR PUSTAKA