Pengarah
Temu Sutrisno
Aswin Saikim
Koordinator
Edi Kuswandi, S.Pd
Anggota
Hariman Podungge
Fatmawati, SE
Zultin Abdullah, SHI
Penyunting
Temu Sutrisno
Edi Kuswandi, S.Pd
Halaman Judul
Kata Pengantar
Sambutan Ketua Umum HMI Cabang Palu
Pendahuluan
- Isi Seputar keharusan menulis sejarah dan nilai penting sejarah
Latar belakang Pendirian HMI
- HMI Secara Nasional
- HMI Cabang Palu
- HMI Cabang Palu
Dinamika Internal HMI Cabang palu
HMI Ditengah Gerakan Mahasiswa dan Rakyat
Perkembangan Pemikiran HMI
Wajah Perkaderan HMI Cabang Palu
34
BAB II
Kelahiran HMI pada tahun 1997 sudah merupakan tuntutan sejarah. Dengan
perkataan lain bahwa HMI lahir sangat ditentukan oleh kondisi yang terkait di
a. Ke Islaman
Pada akhir abad XIX dan awal abad XX, Muhammad Abduh,
pembaharuan yang muncul pada akhir abad XIX dan awal abad XX ini lebih
banyak merupakan pembaharuan sosial dan pemikiran dari pada
pembaharuan keagamaan seperti yang dipahami dari reformasi keagamaan
di Eropa. Ia lahir dalam masa kemunduran sebagai reaksi terhadap ide-ide
peradaban Barat yang mulai masuk kedalam rumah-rumah orang Islam
(Rifyal Ka’bah, 1984:164).
ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji atau yang khusus belajar Islam di
Deliar Noor dalam bukunya ”Gerakan Modrenis Islam”, seperti Syaikh Ahmad
Khatib, Syaikh Thaher Djalaluddin, Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul),
bangsa tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan umat Islam itu sendiri.
Di samping itu, sebagai konsekuensi logis dari suatu penjajahan, maka yang
dengan tidak mengabaikan apa yang terjadi pada pribumi lainnya. Dalam
kondisi yang demikian inilah umat Islam kemudian bangkit mengorganisir diri
beredar. Melaui media inilah Lafran Pane pendiri HMI banyak mengolah
Pada sisi lain, Ummat Islam juga mengalami konflik internal akibat
demikian, kondisi umat Islam seperti ii merupakan salah satu sisi yang
melatar belakangi berdirinya HMI. Oleh karena itu HMI berupaya hadir
sebagai anak kandung dari ummat Islam, bukan anak dari salah satu
b. Ke Indonesiaan
Islam, permasalahan, tantangan dan kendala adalah hal yang lumrah dalam
perjalanan hidupnya. Hidup bagi umat Islam adalah perjuangan. Oleh karenan
Ketika HMI lahir pada tahun 1997, berarti kemerdekaan kita baru
memiliki rencana agresi yang kedua kalinya. Hal ini merupakan ancaman yang
cukup serius bagi bangsa kita yang baru saja merdeka. Berbagai kepentinganpun
c. Ke Mahasiswaan
Pola ini dilakukan pada masa kekuasaan Suharto atau dikenal dengan sebutan Orde
dekade 80-an HMI menunjukkan adanya perubahan sikap dan pandangan (change
of behaviour) terhadap kekuasaan atau pemerintah. Hal itu selain disebabkan oleh
menyatakan bahwa :
(Orsospol) untuk tidak mengambil asas selain asas Tunggal Pancasila, maksudnya
38
Dari pernyataan Rusli Karim di atas menjadi jelas bahwa kebijakan mengenai
pergantian dasar organisasi diterima oleh setiap organisasi masyarakat kecuali tiga
Organisasi Kepemudaan yaitu; HMI MPO, Pelajar Islam Indonesia (PII) dan
organisasi yang berasaskan Islam, sehingga organisasi ini tetap konsisten dengan
mengharuskan asas ormas, termasuk yang selama ini berasaskan Islam, untuk
Pancasila.
39
HMI menolak asas tunggal Pancasila hanyalah salah satu respons politik
Adalah salah satu anggapan yang keliru bila HMI MPO hanya
diidentifikasikan pada penolakan asas tunggal Pancasila saja. HMI MPO
sejak menyatakan diri secara tegas menolak asas tunggal Pancasila telah
menunjukan karakteristik akar yang membedakan dengan HMI Dipo yaitu
pertama, mereka secara konsisten melakukan penyempurnaan paradigma
gerakan sesuai dengan tuntutan sejarahnya. HMI MPO merasa bahwa
kepentingan untuk melanjutkan perjuangan keumatan adalah terlebih dahulu
melakukan reorientasi paradigma gerakan. Kedua, HMI MPO tetap
mempertahankan idependensinya meskipun dengan resiko terbatasnya ruang
gerak dan berkurangnya peluang untuk mengartikulasi peran-peran
intelektual, politik, sosial, dan budaya. Ketiga, HMI MPO secara pasti dapat
memanfaatkan independensi gerakan dan keunggulan ideologinya untuk
membangkitkan spirit perjuangan dalam menciptakan posisi tawar dengan
penentu kebijakan Negara.
akan tetapi sikap tersebut telah membedakannya dengan organisasi lain termasuk
HMI Dipo. Penolakan tersebut juga berarti bahwa HMI MPO tetap konsisten
suratnya kepada Harry Azis Ketua Umum PB HMI periode 1983-1986 (dalam
PB HMI yang menerima Pancasila sebagai asas organisasi. (1) alasan idiologis.
Menurut Hemahua bahwasannya Islam dapat menjadi suatu tawaran sistem nilai
untuk tata dunia baru. Artinya hal-hal pokok menyangkut substansi nilai ajaran
Islam adalah sesuatu yang patut menjiwai seluruh sistem kehidupan dalam tatanan
40
Pancasila sebagai dasar Negara adalah hasil kompromi golongan nasionalis sekuler
dan agamis (Islam) dalam sidang PPKI. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menegaskan
bahwa dasar Negara Pancasila adalah dasar Negara yang dijiwai oleh Piagam
Jakarta. Ketetapan ini diperkuat dengan TAP MPRS 1968 dan dilakukan lewat TAP
MPR RI 1973, maka Pancasila sebagai asas tunggal sangat bertentangan dengan hal
tersebut; dan (4) alasan operasional. Asas tunggal Pancasila adalah suatu paket
politik yang gegabah. Maksudnya adalah jika disebut bahwa UU No. 8/1985 atau
b. Tidak mereduksi makna Pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan dan persamaan
sah; peserta Kongres yang tidak representatif dimana peserta penuh dari Kongres
adalah Pengurus cabang defenitif. Pengurus Cabang yang sah adalah yang terpilih
Pengurus cabang transitif yang disulap PB HMI. Tidak hanya itu, para calon peserta
Kongres XVI di Padang, harus melalui suatu interogasi intelijen ABRI atau pihak
41
Dinas sosial politik pemerintah yang merupakan tindakan di luar kelaziman dan
Pada awal April 1985, jamaah HMI yang ada di tingkatan cabang-cabang
dikejutkan oleh sikap dan pernyataan Pengurus Besar (PB) HMI yang dimuat dalam
media massa, bahwa HMI menerima asas tunggal Pancasila melalui sidang di Ciloto
atau yang kemudian hari dikenal dengan sebutan “Pertemuan Ciloto.” Cabang-
yang ditunjukan PB HMI sebelumnya, yaitu; Ketua Umum PB HMI Harry A. Azis
seluruh Indonesia mengajak seluruh aparat HMI untuk mempertahankan asas Islam
BADKO dan cabang yang mengambil sikap di luar sikap PB HMI; PB HMI
jamaah yang ada di cabang-cabang HMI telah terbentuk sikap yang teguh untuk
sebelumnya. Selain itu, PB HMI telah melanggar konstitusi dalam mengambil sikap
tubuh HMI yang akhirnya, organisasi ini pecah menjadi dua.yakni HMI MPO yang
Didirikannya HMI MPO adalah pada situasi konflik keras yang sangat
diwarnai oleh sikap-sikap emosional kaum muda. Tidak ada tanggal yang
pasti kapan HMI MPO didirikan. Ada yang mengatakan bahwa HMI MPO
lahir sejak adanya dua HMI di Yogyakarta yakni HMI Dagen yang menolak
asas Pancasila dan HMI cabang Timur yang menerima Pancasila. Adapula
yang berpendapat bahwa lahirnya HMI MPO bersamaan dengan terbitnya
buku Berkas Putih, yaitu 10 Agustus 1986. sedangkan di dalam Berkas Putih
sendiri dinyatakan bahwa HMI MPO lahir pada 15 Maret 1986. Namun yang
jelas adalah HMI MPO didirikan di Jakarta oleh sembilan cabang HMI yang
terdiri dari: Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Ujung Pandang, Purwokerto,
Tanjung Karang, Pekalongan, Metro, dan Pinrang. Empat cabang yang
pertama, disebut sebagai cabang pelopor lahirnya HMI MPO.
adanya konflik keras dan sikap emosional kalangan kaum muda sehingga tanggal
yang pasti berdirinya HMI MPO secara formal tidak ada, hal itu diakibatkan karena
kondisi sosial poltik dan adanya sikap pemerintah yang tidak mengakui organisasi
mahasiswa Islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggung jawab atas
berikut; memiliki ilmu dan hikmah, kritis dan teguh pendirian, progresif dalam
berdakwah, hanya takut kepada Allah, dan tekun beribadah. Untuk mencapai
43
sebagai berikut:
(mu’abbid), hanya takut kepada Allah (mujahid), dan mahasiswa yang kritis dan
MPO berisikan unsur-unsur ideologis, yaitu komitmen yang tinggi terhadap Islam.
aktualisasi nilai-nilai dan ajaran Islam sehingga menjadi leluasa dalam melakukan
HMI MPO adalah organisasi kader yang asas perjuangannya adalah Tauhid,
ummah, jama’ah, dakwah, uswah hasanah, tarbiah, ilmiah, dan dasar ikhtiar.
Penolakan HMI MPO terhadap Pancasila tidak bermakna menjadi penghambat dari
arus utama gerakan Islam, melainkan berfungsi untuk memberikan kritik, “nahy
munkar” terhadap gerakan Islam di Indonesia. Oleh karena itu, HMI MPO
mempunyai empat misi; (1), tetap pada arus utama gerakan Islam sebagai induknya;
(2), memanfaatkan dinamika mahasiswa secara cermat; (3), menjadi pemersatu atau
44
kader-kader umat yang sadar sejarah umatnya di masa depan (M. Rusli Karim,
1997:134-135).
Pada tahun 1991, Ketua Badan Koordinasi (BADKO) HMI Indonesia bagian
timur (Inbagtim) atas nama Abdul Azis Kahar Muzakar berkunjung ke Palu untuk
bertemu dengan para aktivis lembaga dakwah kampus guna membicarakan strategi
formal Abdul Aziz Kahar Muzakar bertemu dengan Sudirman Zuhdi salah satu
eksistensi HMI MPO. Pertemuan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal
berdirinya HMI MPO di Palu, namun karena kondisi sosial politik yang tidak
Pada tahun 1997 Ketua Badan Koordinasi (Badko) HMI Indonesia Bagian
pertemuan dengan Pengurus HMI Cabang Palu yang pada saat itu dipimpin oleh
Ahmad Anton untuk membicarakan peluang berdirinya HMI MPO cabang Palu.
Akan tetapi, karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung, maka tawaran Ketua
BADKO Inbagtim untuk memfasilitasi berdirinya HMI MPO cabang Palu tidak
dapat diterima.
Menurut penulis HMI cabang Palu di bawah pimpinan Ahmad Anton tidak
menerima HMI MPO karena HMI cabang Palu semenjak digulirkannya Undang-
Undang Keormasan No. 5 Tahun 1985 menerima Pancasila sebagai asas organisasi,
45
Sudirman Zuhdi karena sama-sama aktivis mahasiswa dan terjalin dalam hubungan
HMI meskipun hanya sekitar tiga hari, artinya tidak ikut pengkaderan sampai
selesai. Pada tahun yang sama 1997 Sudirman Zuhdi diundang secara khusus oleh
PB HMI yang pada saat itu dipegang oleh Lukman Hakim periode 1995-1997,
HMI MPO cabang Palu. Sekembalinya dari Kongres hingga tiga bulan setelah
diberikannya surat mandat kepada Sudirman Zuhdi, usaha pembentukan HMI MPO
cabang Palu mengalami kemandegan, karena belum ada orang-orang yang bersedia
yakni; Dedi Irawan, Abdul Azis, Anas, Sahruddin dan Ogi Farmadi. Tempat
Barat. Adapun Pemateri pada LK I tersebut berjumlah 10 orang yang terdiri dari
46
Pengurus PB, pengurus BADKO Inbagtim dan pengurus HMI MPO cabang
Makasar.
HMI MPO cabang Palu yang pertama. Mengenai Pengangkatan Ketua Umum HMI
MPO cabang Palu, semula diamanahkan kepada Sudirman Zuhdi tetapi karena
aklamasi menunjuk Andi Ridwan sebagai Ketua Umum HMI MPO cabang Palu
mengundang pengurus dan kader-kader HMI, tetapi tidak dihadiri oleh satupun
pengurus HMI karena keberadaan HMI MPO di Palu akan menjadi ancaman besar
bagi eksistensi HMI sebab pentolan-pentolan HMI banyak yang keluar dan
bergabung dengan HMI MPO. Akhirnya pada bulan September 1997, atas upaya
di Palu.
hari sekitar pukul 22.00 WIT di Masjid Al-Munawarah, yang dihadiri oleh tokoh-
tokoh mahasiswa gerakan Islam seperti Muhammad Ridha Saleh, Ogi Farmadi,
Armin Salasa dan Muhammad Fakih Akbar, Ketua Umum PB HMI Imron Fadhil
Syam, dan Staf PB Zainal Abidin. Selain itu, hadir Pengurus Cabang Makassar
Cabang Palu Sudirman Zuhdi menjelaskan bahwa “HMI MPO adalah suatu
47
organisasi pergerakan yang masif dan berbasis pada mahasiswa. Oleh karena itu
HMI MPO menjadi sebuah pilihan wadah gerakan bagi aktivis mahasiswa Islam.
Secara umum gerakan mahasiswa pada saat itu tidak mampu merespons
ketimpangan sosial yang terjadi, sehingga menjadi alasan bagi HMI MPO untuk
mencermati berbagai problem sosial yang sedang dihadapi oleh masyarkat Kota
Palu”.
wadah gerakan bagi para aktifis mahasiswa Islam sebenarnya karena organisasi
tersebut memiliki komitmen yang tinggi terhadap nilai independensi, sehingga tidak
dengan organisasi masyarakat atau kemahasiswaan yang lain terletak pada nilai
independensi, oleh karena itu banyak organisasi mahasiswa yang cenderung tidak
dengan pemerintah tanpa menyadari nilai substansi yang melekat pada organisasi
mulai saat itu di Palu terdapat dua HMI yakni HMI Dipo dan HMI MPO dengan
Palu tidak akan pernah terlepas dari faktor-faktor yang turut memberikan andil dan
tidak dapat diabaikan dalam proses pendirian. Faktor-faktor tersebut terdiri dari
faktor pendukung dan faktor penghambat berdirinya HMI MPO Cabang Palu.
48
Menurut Temu Sutrisno, faktor pendukung dan penghambat berdirinya HMI MPO
mereka ada yang keluar dan lebih memilih bergabung dengan organisasi
untuk itu.
cabang Palu pada masa itu relatif bersesesuaian dengan pemikiran dan
oleh HMI MPO cabang Palu, terdapat satu semangat yakni semangat
Palu.
kota Palu pada saat itu, yang cenderung revolusioner atau radikal.
terhadap Orde Baru sangat tidak didukung oleh tokoh-tokoh gerakan tua
atau tokoh gerakan Islam senior, di Kota Palu, serta Korps Alumni HMI
bagi HMI MPO hal itu merupakan hal biasa dalam perjuangan.
karena selama ini masyarakat hanya mengetahui HMI ada, tetapi masih banyak
yang belum bisa membedakan antara HMI Dipo dan HMI MPO. Karakteristik HMI
MPO yakni tetap berasaskan Islam sesuai dalam Anggaran Dasar Organisasi pasal
mahasiswa Islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggung jawab atas
dalam satu pola yang sifatnya progresif transformatif. Maksudnya, memiliki suatu
kekuatan yang sifatnya dinamis dan transformatif. HMI MPO hadir sebagai salah
maupun konteks masyarakat kota Palu berupa pencerahan dan penyadaran terhadap
Karakteristik yang menonjol bahkan sudah menjadi ciri khas bagi HMI MPO
kader HMI MPO adalah mahasiswa. Hal itu dapat diamati dari kecenderungan
yang dimaksud adalah secara organisasi HMI MPO cabang Palu senantiasa menjadi
organisasi yang konsen dan memiliki ghirah (semangat) yang tinggi terhadap
khususnya. Keinginan perubahan yang ditunjukan oleh HMI MPO cabang Palu
dan masyarakat kota Palu.(Sumber : Hasil wawancara dengan Itho Murthadha pada
idealitas organisasi atau yang dicita-citakan. Agar tujuan dapat dicapai, HMI MPO
prasyarat utama yang harus inhern dalam diri kader agar tujuan ke-HMI-an serta
Hal itu ditunjukan melalui keberadaan HMI MPO cabang Palu yang hingga saat ini
tidak pernah menjadi underbow dari partai politik atau organisasi tertentu, dan tidak
tergantung dengan aliansi-aliansi gerakan lain. Bentuk independen dari HMI MPO
cabang Palu juga dibuktikan melalui sikap organisasi dan secara personal para
kader-kader HMI MPO cabang Palu jika dilihat dari sikap politik membatasi diri
HMI MPO cabang Palu tidak terlalu jauh terlibat dalam politik praktis. Akan
tetapi, sebagai suatu kekuatan politik HMI MPO sebenarnya cukup concern atau
serius dalam menyikapi masalah politik, baik yang bersifat lokal, nasional maupun
internasional. “Pola pembatasan HMI MPO cabang Palu terhadap politik praktis
dan sikap kritisnya dalam menyikapi masalah politik, bagi organisasi lain hal itu
52
kadang tidak kondusif dan tidak strategis karena dengan adanya sikap yang kritis
terhadap politik akan berimplikasi pada rusaknya jalinan politik, biasanya ini terjadi
bagi HMI MPO cabang Palu semua itu adalah sebagai konsekuensi logis dari suatu
Dalam pengamatan penulis, HMI MPO cabang Palu hingga saat ini memang
hingga saat ini HMI MPO cabang Palu tetap sebagai organisasi yang lebih bersifat
korektif atau bisa disebut organisasi oposisi. Keberadaan organisasi oposisi sangat
diperlukan karena prasyarat suatu negara yang memiliki sistem demokrasi perlu ada
bukan dekonstruktif (merusak). Di samping itu, HMI MPO cabang Palu hingga saat
ini tidak menjadi satu komunitas penyangga kebijakan pemerintah apalagi yang
bersifat tidak populis atau tidak menyentuh kepentingan mendasar masyarakat akar
rumput (grass roots). Oleh karena itu HMI MPO cabang Palu senantiasa menyikapi
kebijakan pemerintah baik lokal maupun nasional terutama kebijakan yang tidak
misalnya pada Pemilu tahun 2004. Alasannya karena merasa pesimis dengan pemilu
nantinya. Untuk itu, sebagai sebuah upaya pendidikan politik kepada rakyat, dan
refleksi kritis terhadap wajah demokrasi bangsa yang kian memprihatinkan, HMI
MPO menyerukan kepada seluruh masyarakat Kota Palu untuk Golput pada Pemilu
melakukan golput dan menjadi oposisi karena melihat kondisi sistem pemerintah
dan sistem pemilu yang belum bersih. Demokrasi dalam pemilu nyaris hilang
kebebasan bersuara belum tercipta, politik uang (many politik) terjadi, dan yang
penting rakyat belum memiliki kesadaran kritis terhadap politik, walhasil rakyat
memilih bukan melihat dari apakah calon pemimpin memiliki kualitas, rasionalitas,
kampanye. Selain itu, disebabkan oleh adanya sistem Pemilu yang tidak adil.
HMI MPO tolak sistem Pemilu bukan berarti kami menolak proses Pemilu
yang akan berlangsung. Akan tetapi, penolakan terhadap sistem Pemilu yang
tidak adil. Salah satu bentuk ketidakadilan sistem Pemilu tersebut adalah
adanya pelarangan terhadap warga Negara yang pernah terlibat dalam
organisasi terlarang di masa Orde Lama untuk menjadi anggota legislatif.
Bentuk pelarangan seperti itu seharusnya tidak berlaku lagi, karena sangat
diskriminatif. Negara harus bersikap adil dan menghormati hak-hak politik
warga Negara. Selain itu, ada beberapa ketentuan yang masih menjadi cacat
sistem Pemilu 2004. Diantaranya, toleransi terhadap kasus terdakwa yang
bisa menjadi calon Presiden.
54
Cabang Palu terhadap Pemilu bukan pada proses pelaksanaan pemilu tetapi karena
sistem Pemilu yang tidak adil dan masih adanya perlakuan diskriminatif terhadap
warga negara Indonesia, di samping itu menolak calon-calon pemimpin yang tidak
maka perlu dijelaskan terlebih dahulu struktur organisasi HMI MPO di tingkat
nasional, karena menjadi acuan HMI MPO cabang dan telah terdapat pada
Anggaran Rumah Tangga HMI MPO. Berikut ini akan diuraikan struktur organisasi
HMI MPO yang terdiri dari Struktur Kekuasaan dan Struktur Pimpinan.
a. Struktur Kekuasaan
Yakni; tingkat Pengurus Besar (PB), tingkat Cabang dan tingkat Komisariat.
MSO Cabang.
b. Struktur Pimpinan
Struktur Pimpinan dalam HMI terdiri dari Pengurus Besar (PB), Pengurus
masa jabatannya adalah 2 (dua) tahun. Pengurus Besar terdiri dari Ketua
dan para stafnya. Pengurus Besar adalah anggota HMI yang pernah menjadi
Pengurus cabang, dan atau telah mengikuti Latihan Kader II. Tugas dan
di tingkat Cabang. Pengurus Cabang terdiri dari Ketua Umum dan Pengurus
Pengurus Komisariat dan atau telah lulus Latihan Kader II dengan masa
Konferensi.
tinggi yang sama yang dibentuk oleh Pengurus Cabang. Pengurus Komisariat
57
minimal terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum
mengalami tumpang tindih. Melihat kenyataan yang terjadi pada struktur organisasi
HMI MPO cabang Palu, terdiri dari struktur kekuasaan, dan struktur pimpinan.
dihasilkan oleh struktur kekuasaan. Kalau meninjau struktur kekuasaan pada HMI
MPO cabang Palu terdiri dari dua yakni konferensi cabang dan Rapat Anggota
Komisariat (RAK), sedangkan struktur pimpinan terdiri dari Pengurus Cabang dan
Pengurus Komisariat.
58
sama seperti pada struktur organisasi secara umum yakni mengangkat ketua umum
HMI MPO cabang Palu, merangkap sebagai Formateur dan memilih 4 (empat)
kepengurusan. Mide Formateur akan bubar dengan sendirinya saat pengurus yang
setiap periode kepengurusan terjadi perubahan model struktur. Hal itu disebabkan
oleh adanya sifat timbal balik struktur kepengurusan, maksudnya adalah struktur
kepengurusan berkaitan erat dengan visi gerakan yang dicanangkan dalam setiap
memiliki visi dan tema kepengurusan untuk menggarap intelektual, maka struktur
yang terbentuk selalu diarahkan pada orientasi visi intelektual tersebut. Dengan
adanya model struktur yang disesuaikan dengan visi dan tema kepengurusan, maka
kinerja kepengurusan akan berjalan dengan optimal, sistematis dan sesuai dengan
tujuan.
kondisi eksternal. Kondisi internal dapat dilihat dari ketersediaan jumlah kader yang
eksternal terkait dengan hal-hal yang mendesak diantaranya situasi sosial, politik,
59
ekonomi, dan budaya yang ada di kota Palu yang harus direspons oleh kebijakan
dalam program kepengurusan yang ada dalam suatu periode”. (Sumber: Hasil
wawancara dengan Itho Murthadha pada tanggal 22 Juli 2006 di Jln. Yojokodi No.
35 Palu Timur).
dari dua yakni pengurus cabang dan pengurus komisariat. Untuk menjadi pengurus
cabang harus memenuhi persyaratan, yakni pernah mengikuti dan lulus dalam
intermediate tranning atau Latihan Kader (LK II), sementara untuk menjadi
pengurus komisariat harus telah mengikuti dan lulus LK I serta telah memahami
konstitusi HMI MPO. “Idealnya jenjang kepengurusan HMI MPO harus sesuai
dengan jenjang yang telah berlaku secara nasional akan tetapi ada situasi-situasi
ada kader-kader yang tidak sesuai dan tidak memenuhi persyaratan dapat dipakai
yang telah diuraikan Hariman di atas karena terdapat orang-orang yang duduk di
kepengurusan tanpa melalui jenjang dan persyaratan yang telah berlaku di HMI
MPO secara nasional. Hal itu terjadi karena kondisi perkaderan yang belum
kondusif dan masih kurangnya kemampuan para kader yang akan menduduki dalam
terkait erat dengan kemampuan, kecakapan dan penguasaan ilmu, wawasan dan
manajemen organisasi yang berlaku di HMI MPO cabang Palu dalam setiap periode
begitu juga dengan pengangkatan ketua umum komisariat melewati Rapat Anggota
Komisariat (RAK). Hal itu telah diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga dan
khusus yakni Korps Pengader (KP) dan Korps HMI Wati (Kohati). Keberadaan
yang tidak dapat tertampung dalam struktur lainnya, dan lembaga ini bersifat semi
pengader, sehingga memiliki bangunan intelektual dan spiritual yang mapan. Korps
terciptanya salah satu segmen perjuangan yakni sumber daya pengader terutama
lepasan Senior Course (SC). “Sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab
dalam proses perkaderan maka orang-orang yang duduk dalam lembaga ini
perkaderan terutama materi Latihan Kader (LK. I)”. (Sumber : Hasil wawancara
dengan Amiruddin Ibnu Majid pada tanggal 26 Juli 2006 di Palu Timur).
tanggung jawab terhadap kualitas kader HMI MPO terutama pematangan ajaran
cabang Palu, dalam setiap priode senantiasa memiliki masalah internal terutama
62
perkaderan, tetapi yang menarik dari organisasi ini adalah meskipun terjadi masalah
secara internal hal itu tidak berpengaruh terhadap gerakan HMI MPO cabang Palu
secara umum. Maksud dari masalah internal adalah masalah-masalah yang sifatnya
Korps HMI Wati (Kohati), adalah lembaga khusus yang berada di bawah
naungan HMI dan sekaligus pembantu pimpinan cabang. Sejak berdirinya 1966-
2005 lembaga ini bersifat koordinatif dan merupakan sub struktur dalam
kepemimpinan HMI. Dalam Kongres HMI yang ke-25 pada tanggal 13-20 Agustus
2005 di Palu posisi Kohati sebagai lembaga khusus juga di tempatkan sebagai unsur
berperan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan potensi kader HMI Wati,
periode awal hingga sekarang masih memiliki kelemahan, terutama yang terkait
bahwa “prinsip kerja manajemen harus menunjukan suatu pola kerja yang dinamis
cabang Palu sudah kondusif, akan tetapi dari segi actuating terkadang tidak sejalan
dengan apa yang direncanakan, seperti adanya kerja suatu bidang yang merangkap
kerja bidang lain. Proses gerak menjalankan perencanaan atau yang telah
dirumuskan melalui program kerja setiap periode kepengurusan HMI MPO cabang
Palu belum maksimal, karena masih ada program kerja yang tidak terlaksana dalam
terlaksana program kerja karena HMI MPO cabang Palu belum maksimal dalam
mandiri.
Nama-nama pimpinan HMI MPO cabang Palu dari periode awal berdirinya
tahun 1997 hingga sekarang dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel 4. 4
Nama-Nama Ketua Umum dan Sekretaris Umum HMI MPO Cabang Palu
sejak berdirinya sampai sekarang (1997-2006).
Periode 2000-2001
KETUA UMUM : ABDUL HARIS ABDULLAH
3. SEKRETARIS UMUM : DEDI IRAWAN, diganti
BUNYAMIN MUCHTAR,
diganti MOH. FADLY LADJIN.
Periode 2001-2002
KETUA UMUM : DEDI IRAWAN
4.
SEKRETARIS UMUM : TAUFIK ABDULLAH diganti
ITHO MURTADHA
Periode 2002-2003
5. KETUA UMUM : RAHMAT IRAWAN
SEKRETARIS UMUM : HARIMAN PODUNGGE
6. Periode 2003-2004
64
Berdasarkan tabel di atas, dapat dicermati bahwa HMI MPO cabang Palu
sejak berdirinya pada tahun 1997 hingga sekarang tahun 2006 telah melakukan
ke-30, jika dihitung dari awal berdirinya HMI cabang Palu yakni pada tahun 31 Juli
1965. Pada tahun 1965 sampai 1988 HMI cabang Palu telah melakukan Konferensi
23 kali. Akan tetapi karena pada tahun 1988 HMI Cabang Palu menerima Pancasila
maka mulai tahun 1988 sampai dengan 1997 atau selama 9 (sembilan) tahun bagi
HMI MPO tidak terdapat kepengurusan HMI, kecuali para person-person atau
kader-kader HMI yang pada masa itu keluar dari HMI dan bergabung dengan
organisasi pergerakan yang lain. Nanti pada bulan september 1997 bagi HMI MPO
cabang Palu. Tahun 1997 hingga tahun 2005 HMI MPO melaksanakan delapan kali
Konferensi, jadi dari tahun 1965 hingga tahun 2005 HMI MPO Cabang Palu telah
Ridwan menjabat selama dua tahun berarti telah melanggar batasan periode
HMI MPO bahwa masa jabatan Ketua Umum Cabang adalah satu tahun,
65
menjabatnya Andi Ridwan selama dua tahun dikarenakan posisi HMI MPO masih
Di samping itu dalam kepengurusan HMI MPO cabang Palu terjadi pergantian
internal kelembagaan dan internal kader, misalnya pada masa periode kepengurusan
Umum yakni Dedi Irawan diganti oleh Bunyamin Muchtar karena mengundurkan
diri dan beralih ke direktur lembaga advokasi HMI, dan Bunyamin Mukhtar diganti
oleh Moh. Fadli Lazim atas permintaan sendiri melepaskan jabatan Sekretaris
menjadi wakil Sekretaris karena alasan kerja. Periode kepengurusan Dedi Irawan
HMI MPO cabang Palu tampak menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan
sifatnya sentimen etnisitas dalam pemilihan. Hal itu dapat dilihat dalam uraian
pergantian pimpinan HMI MPO cabang Palu dari awal sampai sekarang
berdasarkan pada berbagai latar belakang suku. Pemimpin pertama HMI MPO
cabang Palu periode 1997-1999, Andi Ridwan Adam latar belakang sukunya adalah
Bugis dan Sekretaris Umumnya Ogi Farmadi suku Jawa. Periode 1999-2000,
Sudirman Zuhdi S.pd suku Bugis dan Sekretaris Umum Temu Sutrisno suku Jawa.
66
dengan tiga kali pergantian Sekretaris Umum, pertama Dedi Irawan suku Kaili,
Bunyamin Mukhtar suku Bugis, Mohammad Fadli Ladjin suku Luwuk. Periode
2001-2002 dipimpin oleh Dedi Irawan suku Kaili, mengalami dua kali pergantian
Sekretaris Umum pertama Taufik Bidullah suku Luwuk Banggai, dan Itho
Murtadha suku Buol. Periode 2002-2003 dibawah pimpinan Rahmat Irawan latar
belakang sukunya Jawa dan Sekretaris Umum Hariman Podungge suku Kaili.
Periode 2003-2004 dipimpin oleh Itho Murtadha latar belakang sukunya adalah
Buol dan Sekretaris Umum Indra Kusuma suku Jawa. Periode 2004-2005 dipimpin
oleh Abdullah Mukarram suku Bugis dan Sekretaris Umumnya Amiruddin Ibnu
belakang suku Kaili, dan mengalami dua kali pergantian Sekretaris Umum, pertama
Ruslan H. Husen suku Bugis, Akhlis suku Kaili. Berdasarkan uraian nama-nama
pimpinan HMI MPO cabang Palu dari awal berdiri sampai sekarang, menunjukan
Palu tidak membatasi pada persoalan etnisitas atau kesukuan. Setiap kader bisa
dikarenakan agar program kerja kepengurusan dan gerakan yang dilakukan bisa
Tema kepengurusan merupakan satu hal yang harus senantiasa ada dalam
setiap kepengurusan sebagai hasil ‘perenungan’ terus menerus dari
kepengurusan sebelumnya. Tema yang digagas hendaknya bersinambung
dengan tema kepengurusan sebelumnya sehingga tidak terjadi keterputusan
tema antar kepengurusan. Tema yang telah dirumuskan akan menjadi arah
gerak, arah perjuangan, dan kerangka organisatoris yang akan memberikan
arah kepada kepengurusan yang mengangkat tema tersebut. Dengan kata
lain seluruh aspek organisatoris harus diarahkan pada upaya untuk
merealisasikan tema yang telah dipilih.
dalam setiap periode menjadi arah gerak. Oleh karena itu senantiasa
mencakup rencana strategis gerakan, skala perioritas dalam suatu gerakan dan
merupakan tema turunan dari tujuan HMI dan desain global perjuangan dan
pergerakan.
Berikut ini akan diuraikan tema-tema kepengurusan HMI MPO cabang Palu
dari periode awal berdirinya 1997-1999 sampai sekarang 2005-2006. pada periode
pengurus periode ini tidak berada di kota Palu. Di samping itu, HMI MPO masih
68
tidak menemukan dokumen dan arsip, karena sekretariat sering pindah. Periode
Maksud dari tema tersebut adalah HMI MPO cabang Palu senantiasa melakukan
Pemberlakuan Syariat Islam”. Adapun penjelasan dari tema tersebut memiliki dua
dimensi garap sebagai berikut ; (1) adalah garapan organisasi secara internal.
Internalisasi nilai profetis yang dimaksud adalah gerakan kedalam, dimana HMI
cabang Palu pada periode berjalan diamanahkan untuk melakukan pembenahan dan
pemapanan organisasi melalui sistem perkaderan ; dan (2) bidang garap secara
HMI secara eksternal untuk turut serta bersama komponen umat yang lain
secara fitrawi cenderung kepada kehanifan. HMI bertekad untuk tetap menegakan
Palu melakukan tiga peran yakni; (1) pencerahan di tengah masyarakat, upaya ini
eksistensi kemanusiaan. (LPJ Pengurus HMI MPO Cab. Palu periode 2001-2002).
global gerak langkah yang akan diambil dalam membentuk cita idealnya. Upaya
penegasan peran kader HMI MPO yang harus diusung senantiasa membutuhkan
kesadaran idiologis yang mengejawantah dalam komitmen moral Islam dan spirit
70
tauhid. Kesadaran adalah kata kunci revolusi tauhid yang digagas oleh peran-peran
modernitas dewasa ini merupakan wajah cerah sejarah yang menandai bangkitnya
perlawanan terhadap materialisme yang selama ini telah mendistorsi substansi nilai-
nilai kemanusiaan”. (LPJ Pengurus HMI MPO Cab. Palu periode 2002-2003).
Berbasis Gerakan Moral dan Intelektual”. Ada tiga maksud dari tema tersebut
diagendakan oleh gerakan sosial dewasa ini belum memiliki landasan konseptual
yang mapan, terkait dengan arah, strategi, tahapan dan model alternatif perubahan
yang hendak dicapai. Dalam lingkup Kota Palu mainstream gerakan yang
itu, akhirnya berimplikasi logis terhadap design perubahan yang monolitik dan juga
karena itu, HMI MPO cabang Palu diamanahi membuat suatu rekayasa gerakan
HMI yang lebih kontekstual dengan situasi lokal tanpa mengabaikan ruh Islam yang
telah dipahami secara haqqul yakin oleh segenap warga Himpunan ; (2) kaum
lemah dan terpinggirkan. Kaum lemah dan terpinggirkan adalah identitas vital
dalam setiap perubahan sosial yang terjadi dimanapun. Proyek perjuangan HMI
secara mondial terhadap nasib kaum lemah dan terpinggirkan mulai dari aspek
71
spiritual ; dan (3) berbasis gerakan moral dan intelektual, maksudnya adalah setting
karakteristik sebuah gerakan dan alur perubahan nantinya. Bagi HMI MPO, nilai-
nilai dasar yang dimaksud adalah aspek moral dan intelektual. Sebab dua aspek
tersebut merupakan ciri terpenting dari sebuah gerakan yang berpandangan dunia
Islam (tauhid). Moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan bagi gerakan Islam
karena dengannya ikhtiar untuk melahirkan suatu tata sosial dan peradaban yang
Maghfirah Ilahi, dapat terwujud.( LPJ Pengurus HMI MPO cab. Palu periode 2003-
2004).
Maksud dari tema kepengurusan tersebut adalah; (1) Penegasan peran intelektual
HMI selalu menggunakan analisa dan takaran berfikir yang konstruktif secara ril,
moral intelektual. Rapuhnya suatu tatanan hidup yang dibangun baik oleh individu
atau sekelompok manusia sangat ditentukan oleh baik atau buruknya fundamen
72
moral-etik yang diberlakukan atau menjadi kebiasaan (budaya), dan (3) pembelaan
kaum lemah dan terpinggirkan. Unsur utama dari entitas yang secara sistemik
masyarakat yang lemah dan terpinggirkan. (LPJ Pengurus HMI MPO Cab. Palu
periode 2004-2005).
HMI MPO cabang Palu memiliki ihktiar dan ijtihad tingkat tinggi untuk mendorong
seluruh kekuatan kognitif, afektif, tenaga dan pikiran, serta pergerakan sosial kearah
konsep tujuan. Tujuan dari gerakan Tamadduni tersebut adalah sebagai berikut; (1)
Tauhid yang kokoh pada batin segenap anggota masyarakat; (2) di tingkat kultur,
tingkat keilmuan, kompetensi dan kapasitas, serta inisiatif dan partisipasi baik
dibidang ekonomi, politik, maupun kebudayaan, dan (3) di tingkat struktur, gerakan
Palu dapat dikatakan sebagai gerakan kota sebagaimana konsep ‘gerakan kota’ yang
Gerakan Kota bukan semata-mata suatu gerakan yang dilakukan oleh orang-
orang yang berada di Kota akan tetapi suatu gerakan terorganisir yang
berasal dari desa dan dilakukan oleh orang-orang desa juga bisa disebut
sebagai gerakan kota selama gerakan tersebut berpijak pada visi etis
masyarakat madani atau cicil society dan sadar akan perubahan. Visi etis
masyarakat madani adalah kondisi ideal sebuah masyarakat yang beradab
(civilized).
Gerakan kota yang dilakukan HMI MPO cabang Palu tampak melalui
menitik beratkan pada pencerahan intelektual dan pembinaan moralitas baik dalam
dalam Anggaran dasar pasal 4 bahwasannya tujuan HMI MPO adalah “terbinanya
mahasiswa Islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggung jawab atas
Insan ulul albab maksudnya adalah insan yang memiliki ilmu dan hikmah,
kritis dan teguh pendirian, progresif dalam berdakwah, hanya takut kepada Allah
dan tekun beribadah. Kata turut dalam tujuan HMI MPO adalah bahwasannya HMI
MPO cabang Palu menyadari untuk mewujudkan masyarakat yang diridhai oleh
Allah membutuhkan banyak elemen gerakan. Pada posisi ini, HMI MPO
74
menempatkan diri dari bagian umat Islam dan gerakan Islam. Selain itu, HMI MPO
senantiasa bertanggung jawab dan turut serta dalam upaya perubahan dan
transformasi sosial, sedangkan masyarakat yang diridhoi Alah SWT adalah kondisi
ideal sebuah masyarakat yang beradab (civilized), dalam HMI MPO kondisi
(civilized) itu tidak bisa dilakukan oleh satu kelompok atau gerakan semata. Akan
tetapi, gerakan kota membutuhkan gerakan dari kelompok yang lainnnya. HMI
MPO Cabang Palu pun demikian, dalam melakukan gerakan di kota Palu senantiasa
pemerintah diantaranya yaitu ; PII, IMM, KAMMI, GEMA, PMII, GMKI, PMKRI,
LMND, dan PRD. Front dan aliansi ini tidak hanya dengan organisasi gerakan yang
GMKI dan PMKRI beridiologikan Kristen, LMND dan PRD sebagai organisasi
dan basis gerakan karena HMI MPO pada substansinya merupakan organisasi
basis gerakan dan telah terdapat pengurus Komisariat adalah sebagai berikut;
HMI MPO tersebut selama ini menjadi tempat untuk basis gerakan sekaligus
sebagai sarana untuk memperkenalkan ide-ide dan gagasan HMI MPO cabang
Palu. Gerakan HMI MPO cabang Palu dalam konteks kemahasiswaan setiap
Kaderisasi bagi HMI MPO cabang Palu merupakan ruh dalam organisasi
kader secara formal terdiri dari tiga jenjang latihan kader, yakni Basic Training
76
kedua; dan Advance Training (LK III). Setiap periode kepengurusan HMI MPO
cabang Palu secara rutin melakukan LK I dan LK II, sedangkan Latihan Kader
III belum pernah melaksanakannya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan para
materi pada forum LK III jika mengacu pada standar perkaderan masih terbatas.
Palu membutuhkan biaya yang besar. Adapun standar pemateri jika mengacu
pada standar perkaderan LK III secara umum adalah harus memiliki kapasitas
keilmuan sesuai dengan bidang akademisnya serta diakui secara nasional dan
syarat menjadi pemandu pada forum LK III adalah harus lepasan LK III”. (Hasil
wawancara dengan Temu Sutrisno pada tanggal 5 Agustus 2006 di Palu Timur).
meskipun hanya menggunakan lilin sebagai penerangnya, karena pada saat itu
kondisi sosial dan politik tidak kondusif serta pemerintah Orde Baru dengan
77
karakter represif tidak layak bagi negara yang menganut sistem pemerintahan
bersikap terbuka terhadap kritik, pada masa pemerintah Orde Baru oposisi
dan bisa melakukan segala apa yang diinginkan dengan merangkul pihak militer.
Menurut pemerintah Orde Baru HMI MPO adalah organisasi yang akan
lengsernya Orde Baru dari tampuk kekuasaan dan lahirnya Orde Reformasi
terang-terangan.
LK I mencapai rata-rata 10 kali dan komisariat empat kali dengan jumlah peserta
pelaksanaan LK II dan Senior Course (SC) selama ini baru dilaksanakan satu kali
Proses kaderisasi tidak hanya secara formal melainkan juga dilakukan dalam
follow up training, tujuan adalah; Agar para lepasan training dapat lebih
apa yang telah didapatnya dalam training, memperkenalkan HMI secara tuntas
kepada kader atau anggota, sehingga para kader memiliki ikatan emosional untuk
ber HMI, selain itu juga dilakukan kajian-kajian dan diskusi sebagai sarana
wawancara dengan Mahful Haruna pada tanggal 23 Juli 2006 di Palu Timur).
kampus sebagai basis gerakannya, HMI MPO Cabang Palu membangun jaringan
yang paling utama lagi dengan lembaga-lembaga dakwah kampus seperti Unit
jaringan dengan organisasi intera kampus adalah agar wacana dan gerakan yang
diangkat oleh HMI MPO cabang Palu dapat berjalan sinergis dengan gerakan
berjalan dengan baik. Dalam konteks kemahasiswaan isu yang digagas adalah
gerakan intelektual dan moral dan juga memformat gerakan politik yang mandiri
dibentuk pada setiap program bidang studi di perguruan tinggi Sulawesi Tengah
yang terdapat pengurus komisariatnya. Institusi kantong dan kelompok studi ini
merekrut anggota atau kader, dan sebagai wadah untuk memperkenalkan ide-ide
pengkaderan dan menjadi kader atau mahasiswa yang sering mengikuti kajian
dan diskusi yang diadakan oleh organisasi tersebut memiliki wawasan keilmuan,
Isu yang sering diusung oleh HMI MPO cabang Palu dalam konteks
secara kritik dan konstruktif dalam upaya pembangunan masyarakat kota palu.
Tujuan gerakan yang dilakukan bukan semata-mata untuk masyarakat kota Palu
saja, akan tetapi lebih diarahkan pada tema-tema besar yang diusung oleh PB
Gerakan dalam konteks masyarakat kota Palu dari priode awal sampai
sekarang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut; Tor Dakwah, perkaderan
disebut dengan Himpunan Pelajar Islam (HPI), pendirian organisasi HPI tersebut
pelajar SMA, pemberantasan buta huruf Al-Quran gratis untuk anak-anak dan
khotbah jum’at dalam masyarakat sebagai media transformasi ide dan gagasan
berbasis keluarga untuk antisipasi dini narkoba dan free sek dikalangan remaja,
mengadakan training politik dalam bentuk seminar dan diskusi sebagai upaya
untuk merubah nalar politik masyarakat kota Palu, mengadakan seminar tentang
kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan di kota Palu. Selain itu, senantiasa
melakukan aksi turun kejalan bersama komponen masyarakat yang lain dalam
kebijakan yang tidak sesuai dengan hati nurani masyarakat kota Palu.
kota Palu secara spesifik belum ada, namun keterlibatan pengambilan kebijakan
yang dimaksud adalah dalam bentuk gerakan ekstra parlementer. Peran gerakan
ekstra parlementer yang sifatnya korektif itu dapat menjadi kontribusi pemikiran
adalah sebagai berikut; gerakan penutupan lokalisasi di Tondo kiri, ini dilakukan
pada masa kepengurusan Sudirman, pada kepengurusan ini HMI MPO sebagai
satu-satunya organisasi yang diundang secara intens oleh Walikota pada saat itu
terutama yang bermukim di lokasi pantai Talise ke perumahan Layana Indah, hal
itu tentunya membuktikan bahwa HMI MPO cabang Palu termasuk organisasi
kondom tersebut.
“Secara umum kontribusi HMI MPO cabang Palu melalui gerakan ekstra
menyikapi pelaku korupsi pejabat daerah, tindak kekerasan dan militerisme, dan
utamanya adalah menyikapi kebijakan pemerintah kota Palu yang tidak sesuai
dengan hati nurani masyarakat”. (Hasil wawancara dengan Aswin Saikim pada
diantaranya; kenaikan BBM dan tarif dasar Litrik, penolakan sistem pemilu yang
bobrok, mengutuk praktek KKN pejabat negara, dan masalah harga kebutuhan
terutama Indonesia.
Peran HMI MPO cabang Palu terhadap perubahan masyarakat kota Palu
dapat dilihat sebagaimana dalam tujuan HMI dan konsep perubahan yang ingin
HMI. Masyarakat cita yang akan diwujudkan HMI adalah suatu tatanan
kondisi masyarakat sesuai dengan masyarakat yang dicita-citakan oleh HMI atau
cita masyarakat HMI. Peran terhadap perubahan masyarakat kota Palu dilakukan
hal ini menurut penulis termasuk pendidikan politik bagi masyarakat, melakukan
seminar, bedah buku dan penyampaian khotbah jumat oleh Pengurus dan kader-
kader HMI MPO cabang Palu dalam masyarakat. Selain itu, gerakan sosial juga
dapat dilihat dengan kondisi masyarakat kota Palu sekarang. Maksudnya adalah
85
masyarakat kota Palu telah memiliki kesadaran kritis terutama dalam menyikapi
pemimpinnya. Masyarakat kota Palu sebagian besar sudah tidak dapat dibohongi
lagi dengan uang atau money politic, sehingga ada istilah ‘ambil
Peran perubahan juga dilakukan oleh para kader dengan menulis opini-
opini baik di buletin, media, surat kabar/Koran hal itu dimaksudkan sebagai
masyarakat, karena menurut HMI MPO cabang Palu pada dasarnya perubahan
itu akan terjadi jika dilakukan oleh orang-orang yang sadar akan perubahan.
F. Cerita Di Balik Aksi: HMI MPO Cabang Palu Dimata Kawan atau Lawan
mengakibatkan HMI di Palu menjadi dua yakni HMI Dipo dan HMI MPO. HMI
Cabang cabang Palu secara resmi berdiri pada tanggal 31 Juli 1965 berdasarkan
kepada Nazaruddin Pakedo. Menurut Rusdi Toana (dalam Aruji Rahmat 1992:60 )
Ada tiga dasar pemikiran yang melatar belakangi berdirinya HMI Cabang Palu,
yaitu :
proses kelahiran HMI di Palu yakni berusaha mendahului berdirinya CGMI yang
merupakan organisasi mantel PKI, hal itu dilakukan karena pada dasarnya kedua
organisasi tersebut berbeda secara idiologi yakni landasan pokok gerak organisasi
(dasar organisasi) atau antara Islam dengan komunis. Selain itu berdirinya
persoalan khilafiyah misalnya antara Qunut dengan tidak disaat sholat subuh, baca
tahlil dan tidak ketika ada yang meningal. Oleh karena itu HMI Cabang Palu
berusaha menengahi persoalan itu sehingga HMI tidak menonjolkan aliran atau
Proses kelahiran HMI Cabang Palu dan periode pertama serta beberapa
periode kemudian sejak Orde Baru lebih banyak diwarnai oleh susasana konflik,
dengan pembatasan yang tidak tegas hingga periode 1972-1973. Dalam periode
kerjanya. Tantangan yang dihadapi kemudian tidak lagi tertumpu pada upaya
Tahun 1985 maka HMI Dipo yang semula menerima Pancasila kembali
menggunakan Islam sebagai Asas Organisasi. Akan tetapi dari kedua HMI tersebut
memiliki karakteristik ditinjau dari format gerakannya, gerakan HMI Dipo lebih
sementara itu, HMI MPO sebagai organisasi yang menolak pemberlakuan asas
dan hingga saat ini lebih menekankan gerakan ekstra parlementer dan membatasi
pada politik praktis, namun peran korektif terhadap pembangunan masih dapat
diperhitungkan.
Berikut ini akan diuraikan pandangan pengurus HMI Dipo cabang Palu
terhadap gerakan HMI MPO cabang Palu. Dalam pandangan HMI Dipo, HMI MPO
tidak memiliki format gerakan dan idiologi yang jelas. “HMI MPO di Kota Palu
tidak memiliki idiologi gerakan yang jelas bahkan cenderung berafiliasi dengan
yang dilakukan HMI MPO mereka lebih mirip dengan gerakan kekiri-kirian, dan
disinilah letak ketidak jelasan pembawaan gerakannya. HMI MPO cabang Palu
berusaha mencampur adukan antara religi dan idiologi kiri”. (Sumber : Hasil
Timur).
88
merupakan bahasa dari pengurus HMI yang menginginkan tidak adanya perbedaan
dalam HMI atau dalam artian mengharapkan adanya gerakan HMI yang sesuai
dengan satu tujuan HMI. Melihat gerakan yang dilakukan HMI MPO cabang Palu,
menjadi jelas bahwa organisasi tersebut tetap konsisten dengan asas Islam,
memiliki tujuan. Mengenai gerakan yang dikatakan kekiri-kirian karena HMI MPO
memiliki kesamaan dengan organisasi kiri yakni progresifitas gerakan tapi HMI
MPO tetap sebagai organisasi yang berdasarkan idiologi Islam bukan kiri.
Membatasi pada politik praktis bagi organisasi lain memang tidak kondusif
terutama bagi organisasi-organisasi underbow dari partai politik tertentu, karena hal
itu akan membawa dampak pada terhambatnya jaringan politik, namun bagi HMI
MPO cabang Palu hal itu sebagai konsekuensi dari suatu perjuangan yang tetap
HMI MPO dilihat dari gerakannya di kota Palu cukup progresif, namun
yang perlu diperhatikan oleh teman-teman MPO adalah gerakan yang diusung harus
Berdasarkan pernyataan di atas yang perlu dilakukan oleh HMI MPO cabang Palu
saat ini adalah harus melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa sehingga mahasiswa lebih tertarik untuk mengikuti setiap kegiatan yang
dilakukan dan hal itu akan mempermudah dalam proses rekrutmen kader.
89
organisasi yang menolak terhadap Asas Tunggal Pancasila. Tujuan PII menurut
yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”.
HMI lahir dari satu rahim yang sama yakni Islam, selain itu memiliki akar historis
yang sama pula karena keduanya adalah organisasi yang melakukan penolakan
terhadap pemberlakuan asas tunggal Pancasila bagi seluruh organisasi atau dikenal
berikut akan diuraikan beberapa pandangan pengurus PII terhadap gerakan HMI
MPO di kota Palu. “gerakan HMI MPO tergolong unik karena dia konsen pada
langsung dengan banyak kelompok bukan hanya gerakan Islam akan tetapi gerakan
di luar Islam. Namun, ada dampak gerakan tersendiri bagi HMI MPO terutama
berasal dari gerakan kelompok Islam tradisional yang terkadang tidak sepakat
dengan pemikiran dan sikap HMI MPO, tapi itu merupakan sebuah pilihan gerakan.
Gerakan jalanan menyikapi isu-isu dan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai
90
dengan nurani rakyat cukup aktif. Kedepan untuk menjadi organisasi yang maju
harus melakukan dua hal yakni gerakan jalanan dan mengusung sampul-sampul isu
transformatif. Kalaupun ada gerakan yang tidak mengambil isu ini bisa muncul
akan tetapi pasti akan mati karena ditinggalkan massanya. Gerakan HMI MPO
cabang Palu di kampus sekarang agak menjauh dari gerakan intelektual, meskipun
usahanya maksimal tapi masif. Kedepan sampul gerakan HMI MPO perlu
dengan Andi Aril Pattalau pada tanggal 1 Agustus 2006 di Palu Timur).
nampaknya apa yang diungkapkan oleh pengurus PII di atas sejalan dengan
kondisionalitas HMI MPO sekarang. Kegiatan atau gerakan di kampus tidak terlalu
nampak padahal sebagai organisasi yang berbasis mahasiswa. Oleh karena itu, jika
intelektual maka gerakan di kampus seperti kajian/diskusi, bedah buku dan kegiatan
yang menyentuh mahasiswa karena selama ini banyak mahasiswa yang enggan
intelektual. Hal itu, karena pada dasarnya organisasi ini adalah organisasi intera
kampus dan basisnya adalah mahasiswa. Dampak gerakan HMI MPO dari gerakan
Disamping itu, sikap politik yang kritis dan membatasi pada politik praktis menurut
di kalangan mahasiswa gerakan HMI MPO masih trend. Kehadiran HMI MPO
HMI MPO di perguruan tinggi terkait dengan gerakan intelektual masih perlu
gaungnya akan lebih baik lagi”. (Sumber: Hasil wawancara dengan Indar Ismail dan
apa yang diungkapkan oleh pengurus PII sejalan dalam relitas gerakan HMI MPO
di kampus atau perguruan tinggi. Oleh karena itu gerakan HMI MPO cabang Palu
di kampus masih perlu ditingkatkan lagi karena kampus adalah basis dan dunia
HMI. HMI MPO cabang Palu harus memperbaiki sampul, isu-isu dan wacana
cukup besar. Akan tetapi, dalam kenyataannya di Kota Palu masih banyak kampus
yang belum tersentuh oleh HMI MPO tersebut, padahal kampus adalah basis
gerakan HMI.
92
Independensi
baik dengan HMI MPO cabang Palu karena pada dasarnya organisasi tersebut
memiliki kesamaan yakni idiologi Islam. Hubungan dan komunikasi terjalin dengan
gerakan-gerakan dalam bentuk aliansi taktis atau front. Gerakan aliansi dan front
yang dilakukan ketika menyikapi isu-isu lokal, nasional, bahkan internasional serta
kebijakan pemerintah yang tidak sesuai baik dengan umat Islam sendiri maupun
Islamiyah yang cukup baik, karena idiologi gerakannya adalah sama yakni Islam
dengan tujuan yang sama kalau ditinjau secara umum yaitu membentuk umat,
mahasiswa dan bangsa pada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan diridhoi
oleh Allah Subhanahu wata’ala. Dalam segi sosial HMI MPO sangat proaktif
baik lokal, nasional maupun internasional. Dalam segi politik HMI MPO cabang
Palu masih tetap teguh untuk menjaga nilai independensinya, sehingga tidak masuk
pada politik praktis dan lebih menekankan pada upaya korektif. Dalam dunia
perguruan tinggi wacana gerakan HMI MPO relatif bersesuaian dengan wacana
Wawancara dengan Abdul Majid Irawan pada tanggal 2 Agustus 2006 di Palu
Timur).
93
HMI MPO memiliki tujuan organisasi yang sama yakni membentuk mahasiswa dan
masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT. Perbedaan yang dimiliki oleh kedua
“Gerakan HMI MPO masih tetap pada porsinya artinya gerakannya masih
dalam kapasitas sebagai gerakan mahasiswa Islam, gerakan HMI MPO juga
gerakan HMI MPO perlu ditingkatkan jangan hanya lebih nampak pada kegiatan
training. Dari segi personal kader HMI MPO harus lebih memiliki komitmen untuk
kader akan mengakar pada lembaga atau organisasi”. (Sumber: Hasil wawancara
Pengurus IMM memandang bahwa yang perlu ditingkatkan oleh HMI MPO
cabang Palu adalah gerakan diperguruan tinggi atau di kampus. Selain itu, dari segi
individu atau person kader HMI MPO harus lebih mencerminkan nilai-nilai
memberikan implikasi terhadap tujuan yang akan dicapai oleh suatu organisasi.
Oleh karena itu, HMI MPO cabang Palu dituntut untuk meningkatkan manajemen
tujuan organisasi.
94
dikenal dengan kelompok gerakan kiri. Gerakan LMND di Kota Palu sangat
progresif dan kental dengan isu-isu gerakan kerakyatan sesuai dengan tujuannya
dengan HMI MPO kedua organisasi ini tampak memiliki kesamaan, dan kesamaan
tersebut akan dipahami ketika mengamati gerakan yang dilakukan, yakni keduanya
ektra parlementer. Terdapat titik temu antara HMI MPO dengan LMND, LMND
hanya HMI MPO. Selama ini LMND dan HMI MPO sering melakukan front-front
pemerintah baik lokal maupun nasional terutama yang tidak berpihak kepada
rakyat. Kelemahan HMI MPO adalah mereka lebih menonjolkan politik agamais
menyikapi isu-isu sara dan spesifik Islam, sebenarnya HMI harus memiliki cara
pandang yang universal dan gerakannya haruslah gerakan yang juga menjadi
95
problem masyarakat secara luas”. (Sumber: Hasil wawancara dengan Aziz Wijaya
konsep gerakan rakyat yang dikenal dengan perjuangan kaum mustadh’afien atau
terpinggirkan atau kaum mustadh’afien dalam HMI MPO cabang Palu menjadi
tema sentral kepengurusan mulai dari periode 2001-2002 sampai dengan periode
sekarang. Menurut penulis gerakan yang dilakukan oleh HMI MPO merupakan
gerakan kemanusiaan jadi tidak tersekat oleh aspek internal keagamaan, misalnya
menyikapi tindakan kekerasan dan kejahatan manusia di atas manusia ini berlaku
universal.
“perpecahan yang terjadi ditubuh HMI sehingga menjadi HMI Dipo dan
HMI MPO sebenarnya karena persoalan perbedaan cara pandang terutama dalam
melakukan strategi dan taktik merespon persoalan yang dihadapi rakyat. Dalam
merespon persoalan yang dihadapi rakyat HMI Dipo lebih menonjolkan pada
sudah tidak bisa dipertahankan lagi akibat dari revolusi 1998 yang gagal, dimana
gerakan mahasiswa saat ini lebih banyak diboncengi oleh orang-orang yang
Dipo bahwa HMI MPO dalam gerakannya lebih menekankan pada gerakan yang
96
HMI Dipo lebih menonjol pada gerakan Birokratis atau berusaha akomodatif
diungkapkan oleh Albar berikut, “Kelamahan gerakan HMI MPO cabang Palu
adalah organisasi tersebut tidak memiliki solusi politik yang jelas terhadap problem
yang dihadapi masyarakat, HMI MPO belum mau terlibat dalam parlemen padahal
untuk memperjuangkan rakyat harus masuk dalam parlemen. Kalau HMI MPO
cabang Palu tidak terlibat dalam politik praktis dan golput sementara LMND
kedepan akan berusaha merespon dan ikut terlibat dalam pemilu dengan
Hasil wawancara dengan Albar pada tanggal 2 Agustus 2006 di Palu Timur)
cabang Palu adalah pada persoalan solusi politik HMI MPO yang belum jelas. Oleh
karena itu menjadi masukan bagi HMI MPO cabang Palu. Tapi yang perlu
diperjelas ukuran solusi politik antara keduanya beda persepsi. Bagi LMND untuk
parlemen. Bagi HMI MPO cabang Palu kejelasan solusi politik terletak pada usaha
yang dilakukan, sehingga organisasi ini mengusung gerakan ekstra parlementer dan
Letak kesamaan antara HMI MPO dengan LMND adalah kedua organisasi
ini memiliki sikap progresifitas, radikal dan semangat yang tinggi dalam gerakan
memperjuangkan rakyat, tapi kedua organisasi ini berbeda dalam aspek idiologis
yaitu Islam dengan Demokrasi Kerakyatan yang pada dasarnya saling bertolak
Beragama
yang dilakukan oleh GMKI cukup aktif dan sering melakukan front dengan
kebijakan pemerintah. Bila ditinjau dari segi idiologis, maka antara GMKI dan HMI
organisasi ini memiliki perbedaan idiologi dengan HMI MPO, namun itu tidak
Hal itu diwujudkan dengan gerakan jalanan bersama dengan membentuk aliansi
Palu.“mengamati gerakan HMI MPO cabang Palu hingga saat ini masih cukup
bagus, sebagai elemen gerakan keagamaan HMI MPO tidak terlalu fanatik.
98
sangat agamais dan ekslusif sementara HMI MPO tidak dan organisasi ini mampu
melakukan gerakan dengan masyarakat secara luas dan tidak kaku serta membawa
wacana-wacana perubahan sosial. HMI MPO cabang Palu sangat sensistif dalam
rakyat. GMKI dan HMI MPO cabang Palu selama ini jika ditinjau dari segi
diskusi dan membentuk front untuk melakukan aksi turun kejalan”. (Sumber: Hasil
GMKI memandang HMI MPO cabang Palu dalam melakukan gerakan tidak
kaku dan dan tidak fanatik. Hal itu dikarenakan HMI MPO adalah oraganiasasi
Islam modern yang dimaksud HMI MPO dari segi gerakannya termotivasi oleh
semangat pemikiran yang digagas oleh para pemikir-pemikir Islam modern seperti,
Mohammad Abduh, Jamaluddin Al’afghani, Rasyid Ridha, Moh. Ikbal dan lain
sebagainya. Sehingga dalam melakukan gerakannya HMI MPO cabang Palu tidak
Jaringan bagi HMI MPO sangat diutamakan karena untuk mencapai perubahan
masyarakat secara luas, sekarang banyak organisasi pergerakan Islam yang sangat
berambisi untuk mendirikan Negara syariat Islam akan tetapi mereka tidak
memahami kalau kemerdekaan yang selama ini dirasakan itu melibatkan banyak
99
dengan Rosalita dan Yanmer pada tanggal, 2 Agustus 2006 di Palu Timur).
rahmatan lil’alamin atau untuk alam semesta tapi HMI MPO memiliki cita-cita
untuk menegakan syari’at Islam, karena organisasi ini memiliki komitmen yang
tinggi terhadap Islam, olehnya pada periode 2000-2001 diamanahi tema tentang
perjuangan secara agamis dan umat Islam memiliki kontribusi yang sangat besar
muslim.
Pada bagian ini penulis menguraikan kondisi HMI MPO cabang Palu
pada masa yang lalu. Masa lalu yang dimaksud mulai dari awal berdirinya tahun
1997 sampai tahun 2000 atau dari periode pimpinan Andi Ridwan dan Sudirman
dipimpin oleh Andi Ridwan Adam. Periode Andi Ridwan Adam ini adalah satu-
satunya pimpinan yang menjabat selama dua tahun, karena pada masa itu masih
para aktivis gerakan dan pentolan-pentolan HMI cabang Palu yang memiliki
100
masa itu merasa senang karena telah memiliki wadah yang strategis untuk
Pengurus pada masa awal memiliki Kesolidan yang tinggi dan personal
kepengurusan siap menerima amanah. Pada periode ini untuk mencari figur
Ketua umum atau pimpinan HMI sangat sulit sehingga untuk pemilihan Ketua
Umum dilakukan secara musyawarah. HMI MPO cabang Palu pada masa itu
pengurus HMI MPO cabang Palu banyak menempati jabatan strategis pada
Andi Ridwan Adam sebagai pimpinan pada masa itu adalah mantan ketua
senat mahasiswa Untad, Ridha Saleh yang juga masuk dalam kepengurusan
adalah mantan ketua senat mahasiswa Untad. Pada masa periode 1999-2000,
Sudirman Zuhdi selain sebagai aktivis lembaga dakwah kampus juga pernah
mahasiswa yang aktif pada lembaga dakwah kampus, pengurus Upim, dan ketua
Taman Pengajian Hizbullah Fakultas Teknik Untad. Ketua bidang PTK dipegang
oleh Dedi Irawan pada saat itu menjabat sebagai ketua Badan Eksekutif
duduk dalam kepengurusan periode awal terdiri dari para aktivis kampus dan
menggulirkan ide-ide dan gagasan. Oleh karena itu, Gerakan HMI MPO menjadi
ekstra kampus.
mengenai keberadaan HMI MPO cabang Palu dan rekrutmen kader. Periode
dimaksudkan agar HMI MPO cabang Palu dapat melakukan gerakan dengan
komponen masyarakat yang lain. Rekrutmen kader menjadi fokus utama pada
sekarang HMI MPO cabang Palu mengalami tujuh kali pindah. Kemapanan
Umumnya Temu Sutrisno. Akan tetapi, masih banyak yang tercecer karena
102
bagus dan mapan dilakukan pada masa periode Abdul Haris Abdullah dengan
Evaluasi terhadap kondisi HMI MPO cabang Palu pada bahagian ini lebih
Perubahan yang dimaksud adalah mahasiswa saat ini lebih cenderung pada
kemahasiswaan saat ini, apa yang diungkapkan oleh Dawam Raharjo (dalam
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa kondisi perguruan tinggi saat ini
bisa dikatakan gagal karena tidak mampu melakukan counter cultur dan
pemikiran dan gaya hidup posmo/gaya hidup postmodernisme yang diusung oleh
neoliberalisme. Dengan kondisi seperti itu maka sikap dan peran mahasiswa
sebagai agen of change dalam masyarakat menjadi kabur dan tidak bermakna.
Tahun 1989, PP Nomor 30 Tahun 1990 dan dijabarkan lebih lanjut dalam SK
oleh, dan untuk mahasiswa, sehingga tercipta hubungan mitra dan dialogis antara
dosen dengan mahasiswa, selain itu juga tercipta otonomi keilmuan, kebebasan
kredit semester (SKS) yang padat kuliah akhirnya membuat sebagian besar
lebih konsentrasi terhadap agenda akademiknya atau hanya kuliah dapat ijazah,
untuk masuk dan aktif dalam organisasi karena hal itu akan merusak nilai Indeks
organisasi saat ini, terutama HMI MPO cabang Palu harus berani melakukan
mengapa mereka cenderung untuk tidak terlibat dalam organisasi dan memahami
substansi kemahasiswaannya, hal itu mungkin saja bisa berasal dari diri
minat dan keberadaannya tidak membuat jenuh para kalangan mahasiswa atau
organisasi tersebut ataukah selama ini tidak pernah melakukan suatu gerakan
pemerintah baik lokal maupun nasional hal itu dapat dilihat dari seringnya aksi
di Kota Palu, menyikapi isu-isu dan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai
dengan hati nurani masyarakat, namun masih ada yang belum maksimal dan
cabang sampai komisariat. Kondisi HMI MPO cabang Palu sekarang senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Arruji Rakhmat (1992) sebagai berikut :
106
maupun tingkatan Komisariat yang ada di beberapa perguruan tinggi. Hasil Pleno
III tanggal 2 Juli 2006, bisa menjadi refleksi kondisi kepengurusan sekarang.
Satu permasalahan kalasik yang secara umum muncul dalam setiap priode
kerja-kerjanya hal ini dapat dilihat dengan masih perlu ditingkatkan kesolidan
antar pengurus dan kader, silaturahmi komisariat (silakom) sebagai sarana untuk
merekatkan hubungan dan silaturahmi antar pengurus dan kader atau cabang
hubungan emosional kader dan mahasiswa pada umumnya tetap terjaga. Bidang
lagi komunikasi dengan institusi kantong sebagai sayap pengemban gagasan dan
lagi pengelolaan Senior Course (SC) dan follow up bagi lepasan SC tersebut
sehingga setiap pengader dapat mengetahui betul tugas dan tanggung jawab
sebagai pengader.
kuantitas jumlah anggota dan kader namun dari segi kualitas kader komisariat
yang aktif terlibat dalam kepengurusan bisa dikatakan sangat minim, hal itulah
bakat dan potensi akademik serta kepemimpinan yang baik tidak sempat
terpantau dan terekrut kedalam anggota/kader HMI MPO, selain itu masih
kerjanya.
108
komisariat selama ini tidak dapat berbuat banyak. Hal itu disebabkan oleh tidak
memahami konstitusi dan tidak memiliki ikatan emosional dengan HMI. Faktor
wacana ke-HMI-an dan tradisi ilmiah sangat sulit diharapkan, bahkan hal itulah
yang membuat banyak kader yang lepas atau keluar dari jamaah.
Salah satu faktor yang penting dan urgen bagi keberadaan suatu organisasi
organisasi. HMI MPO cabang Palu dari kepengurusan awal hingga sekarang
sekarang masih harus menyediakan dana yang cukup besar untuk membayar
ada juga mengalami persoalan yang sama yakni tidak tersedianya komisariat
tetap sehingga terkadang masih numpang dengan sekretariat cabang kalau tidak
di Mushollah kampus.
pelaksanaan program kerja. Mengenai persoalan dana bagi HMI MPO cabang
Palu sudah menjadi persoalan yang sangat klasik, hingga sekarang belum
memiliki sumber dana mandiri, melainkan harus tetap bersabar dan prihatin
109
Dalam dispilin ilmu sejarah masa lalu, masa kini dan akan datang adalah
tiga dimensi waktu yang tidak dapat dipisahkan. Masa kini merupakan produksi
masa lalu, demikian selanjutnya masa yang akan datang adalah reproduksi dari
masa kini. Dalam bagian ini penulis akan mencoba memprediksikan masa depan
HMI MPO cabang Palu dengan berpijak pada kondisi HMI MPO cabang Palu
sekarang.
HMI MPO adalah bahagian integral dari umat Islam dan bangsa
Indonesia, oleh karena itu akan berjalan pada ruang dan waktu yang sama. Arus
komunikasi yang tak terelakan membawa dampak positif dan negatif dengan
akan dapat tercapai jika itu hanya dilakukan dengan melihat kecenderungan
Sesungguhnya pada diri HMI MPO cabang Palu memiliki lima potensi yang
utama serta dapat digunakan dalam menapaki masa depannya. (1), tersedianya
stok kader yang terpenuhi lewat kontinuitas perkaderan dimana anggota atau
kader adalah mahasiswa yang secara tidak langsung dapat mewakili masyarakat
ilmiah Indonesia. (2), sikap independensi yang tetap terjaga sebagai karakteristik
maupun praksis gerakan, tanpa harus merasa takut untuk mengambil sikap dan
tergantung kepada individu atau kelompok lain. (3), kultur himpunan yang tegak
tumbuh berkembang secara bersama dalam intelektual dan moralitas kader. (5),
maupun komisariat pada HMI MPO cabang Palu, maka dapat disimpulkan
secara maksimal. Oleh karena itu, mapannya institusi cabang dan komisariat
pada umumnya, apalagi dalam hal peningkatan kualitas sudah merupakan tema
sentral bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini.
HMI MPO cabang Palu sebagai bahagian yang integral dari umat Islam
dan bangsa Indonesia, maka alternatif satu-satunya yang harus ditempuh adalah
itu, HMI MPO cabang Palu harus serius dalam melakukan gerakan dan upaya
oleh HMI MPO cabang Palu akan diperhitungkan dan senantiasa menjadi faktor
perubahan khususnya di kota Palu. Begitu juga dengan tujuan dan cita
masyarakat yang ingin dicapainya semua itu akan terwujud jika proses kaderisasi
Dalam kehidupan ini pasti tidak akan pernah luput dari yang namanya
tantangan karena dengan tantangan itulah pada dasarnya terdapat pelajaran yang
akan menuju pada tataran yang lebih baik lagi. Begitupula halnya dengan
gerakan HMI MPO cabang Palu juga tidak luput dari tantangan tersebut, dalam
bagian ini penulis akan mencoba memetakakan beberapa tantangan yang kiranya
mulai dari sekarang dan kedepan perlu dipikirkan oleh jamaah HMI MPO cabang
Palu agar eksistensi dan gerakan organisasi ini kedepan akan lebih populis
terutama dalam upaya mencapai tujuan dan cita masyarakat HMI yang
112
diidealkan. Adapun tantangan gerakan HMI MPO cabang Palu berasal dari
a. Tantangan Internal
adalah untuk memiliki out put gerakan yang dapat dilihat secara real dan
tersebut. Oleh karena itu maka perlu ada lembaga kekaryaan sebagai
3. Kondisi personal kader, kondisi personal kader sebagai sesuatu yang sukar
terpisahkan dari dinamika HMI MPO cabang Palu menjadi salah satu
kader sebelum masuk dan tidak bisa habis terkikis secara keseluruhan.
113
harus ada ikhtiar untuk menggali potensi ekonomi yang dapat dikelola
secara mandiri.
b. Tantangan eksternal
hidup yang sesat. Di samping itu, pluralitas mahzab dalam tubuh umat
umat Islam.
2. Sistem dan visi politik, sistem dan visi politik lokal yang belum
cenderung kontra produktif dan menutup ruang gerak HMI cabang Palu
untuk bergerak di wilayah publik. Sistem dan visi politik yang tetap
dari pendidikan yang sebenarnya, ini akan turut menyulitkan bagi HMI
strategi dan praksis gerakan dengan setiap elemen gerakan yang berbasis
dunia pendidikan.
kemasyarakat luas.
bagi pihak HMI MPO cabang Palu nantinya, terutama sebagai referensi
khususnya.