SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syariah
Oleh:
Sulaeman Jazuli
082111037
ii
iii
MOTTO
4
u
9 #$ u
O }
M #$ ?n
t #( u $y ?s
u (
3 u )
G 9#$ u h 9 9 #$ ?n
t #( u $y ?s u
>
$)
s 9 #$
x !
#$
) ( !
#$ #( )
? #$ u
"Dan
Dan tolongtolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolongtolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksasiksa-Nya."
Nya.
(AlAl-Maidah: 2)
2)
Saling memberi hadiahlah kamu, karena sesungguhnya hadiah itu
dapat mencabut rasa dendam
dendam
(Al(Al-Hadis)
Saling memberi hadiahlah kamu,
niscaya kamu akan saling mencintai
(Al(Al-Hadis)
iv
Persembahan
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk
Bapak Miftahudin dan Ibu Rohati.
Kakakku tercinta kak Saeful Mukarom.
Tetehku terkasih Nur Rohmah dan kak Masruhan
Adekq tersayang dede Himatul Aliyah (Aliya)
Kelurga besar Bani Brata Wijaya
Adeq Nanda yang telah memberikan motivasi tuk menyelesaikan
skripsi ini
Keluarga besar pondok Pesantren Al-Marufiyah Bringin Wetan
Keluarga
Besar
Pondok
Pesantren
Miftahul
Huda
Sindangjaya
ketanggungan Brebes
Keluarga BINORA Fakultas Syariah IAIN WS Semarang
Guru-guruku yang telah mengajari penulis dari berbagai dimensi
kebenaran
Almamaterku Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
Temen-temen Kos Karonseh Selatan X RT 07 RW 06 Ngaliyan
ABSTRAK
Dalam masyarakat pedesaan yang sangat erat dengan nilai-nilai tradisi, perkawinan
tidak hanya dilakukan dengan tata cara atau peraturan sesuai dengan ketetapan agama. Salah
satu yang terpenting dalam penyelenggaraan sebuah perkawinan adalah adanya mahar.
Desa Sindangjaya yang menjadi lokasi penelitian skripsi ini, selain pemberian
mahar juga ada seserahan yakni pemberian dari calon suami kepada calon isteri berbentuk
barang-barang perlengkapan rumah tangga mulai lemari, dipan/ tempat tidur, kursi dengan
meja, lemari hias, dan sebagainya. Barang-barang ini dibawa ke rumah pihak mempelai
perempuan pada saat penyelenggaraan pernikahan. Seserahan ini dipastikan selalu ada di
hampir semua perkawinan yang berlangsung di Desa Sindangjaya. Seserahan ini tidak
disebutkan dalam prosesi Ijab Qabul seperti halnya mahar tetapi keberadaannya diketahui
semua orang sebagai sebuah tradisi yang dianggap wajib bagi yang mampu. Harta
seserahan ini akan di tarik kembali walaupun sudah campur (dukhul) dan di bagi dua ketika
pernikahan mereka (suami isteri) berakhir dengan perceraian dan belum dikaruniani
keturunan. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana proses dan tradisi
penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang ada di Desa Sindangjaya? Dan
bagaimana pandangan hukum Islam terhadap penarikan kembali harta seserahan pasca
perceraian yang terjadi di Desa Sindangjaya?
Metode penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research). Pengumpulan
data menggunakan metode observasi dan mencari data-data yang diperlukan dari obyek
penelitian yang sebenarnya. Setelah mendapatkan data yang diperlukan, maka data tersebut
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca
perceraian di Desa Sindangjaya adalah adat yang sudah dilaksanakan dari jaman dahulu. Adat
ini dikenal oleh masyarakat Sindangjaya dan sebagian besar melaksanakan adat ini. Proses
penarikan kembali harta seserahan ini dengan cara kekeluargaan dan musyawarah, dari pihak
keluarga suami mendatangi pihak keluarga isteri dan membagi harta seserahan. Tradisi yang
ada di Desa Sindangjaya ini menurut Islam adalah urf yakni segala sesuatu baik berupa
perkataan atau perbuatan yang dilaksanakan masyarakat secara berulang-ulang dan dikenal
oleh semua masyarakat. Urf atau tardisi yag ada di Desa Sindangjaya termasuk urf amali dan
khas karena urf tersebut berupa perbuatan masyarakat dan hanya ada di Desa Sindangjaya.
Tradisi ini juga termasuk pemberian bersyarat karena harta seserahan menjadi milik isteri
sepenuhnya apabila pernikahannya rukun, abadi dan mendapatkan keturunan.
Melihat praktek yang demikian maka dapat disimpulkan bahwa tradisi yang ada di
Desa Sindangjaya boleh dilaksanakan karena tidak bertentangan dengan dalil syara dan tidak
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Kata Kunci: Tradisi, Perkawinan
vi
DEKLARASI
Sulaeman Jazuli
NIM: 082111037
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Maha suci Allah, yang telah melimpahkan nikmat kekuatan fisik, spiritual
maupun intelektual, sehingga penulisan skripsi yang cukup berat nan
melelahkan ini dapat terselesaikan. Tanpa semua nikmat-Nya, tentu saja tulisan
ini tidak akan pernah mengenal kata selesai. Sebab, hanya dengan rida-Nya
pula setiap kesulitan hidup di muka bumi dalam pelbagai dimensinya akan
selalu dapat ditemukan solusinya. Shalawat serta salam senantiasa teriring pada
pemimpin besar revolusi Islam, Sayyid al-Mursalin wa Khair al-Anbiya wa
Habib ar-Rab al-Alamin, Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikut setianya.
Sebagai sebuah produk penelitian, skripsi ini tentunya melibatkan
partisipasi banyak pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung
dalam membantu mempermudah kesulitan-kesulitan yang penyusun alami.
Sejujurnya, bagi penyusun, tugas pengerjaan skripsi ini sangatlah
melelahkan. Tidak saja dari aspek finansial, tetapi juga aspek intelektual yang
terus-menerus diforsir. Oleh sebab itu, sangatlah layak jika skripsi ini tidak
lepas dari berbagai kekurangan, walaupun penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin mencurahkan semua tenaga dan pikiran untuk dapat dipersembahkan
dengan penuh kualitas. Meskipun demikian, skripsi sederhana ini tidak akan
rampung tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Maka, ijinkanlah
terima kasih sedalam-dalamnya penyusun haturkan kepada:
1.
2.
Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang.
3.
4.
5.
viii
6.
Ibu Anthin Lathifah, M.Ag (Kajur AS) dan Nur Hidayati Setiyani, SH.,MH.
(Sekjur AS) yang tiada hentinya memberi motivasi dan pengarahan.
7.
Bapak Drs. Slamet Hambali, M.S.I, selaku dosen pembimbing I serta Bapak
RufiI, M.Ag dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan dalam materi
skripsi ini.
8.
Bapak Iman Fadhhilah, SHI. M.SI, Tedi Khaliludin, SHI. M.Si dan Pak
Rusmadi, S.Th.I.M.Si yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis.
9.
10. Mama, Ibu, Kakak, Teteh, Adekq dan kelurga ku tercinta, saya tidak bisa
membalas semua jerih payah semuanya.
11. Anak-anak BINORA: Nurul, Duke, Sondol, Wahyu, Ahmadi, Ratih,
Aziziah, Rina, Amoy, Auva, Ulum, Mujib, Ayi, Dewi, Bambang, Mas
rofik, Mas Tris, Mas Arif, Mas Aniq, Mas dem, dan semuanya.
Terimakasih kebersamaannya dan canda tawanya. Sabar dan sungguhsungguh mengembangkan BNORA karena semuanya akan memberi
pengalaman dan ilmu.
12. Kawan-kawan ku pecinta bola voly: mas Mumun, mas Abadi, mas Eko,
Bisri, Ficky, Abbas, dan laen-laen. Kebersamaan kita membuat hidup sehat
dan tertawa.
13. Keluarga besar Pon-Pes Al-Marufiyah: Fahmi, Faizin, Ali Pamor, Wawan,
Benjo, Majid, Elvas, dan semuanya.
14. Anak-anak kost: Mas Amin, Ikhsan, Lutfi, Asep, Lukman, Rojikin, dan
Fauzan yang telah menemani setiap langkah dari tidur sampai tidur lagi.
15. Rekan-rekan ku kelas ASB VIII angkatan 2008 yang tidak bisa sebutkan
satu persatu.
16. Tim KKN 2012 posko 34 Desa Sambung Godong Grobogan: Aeni, Iffa,
Anif, Diah, Salma, Mba Ida, Togar, Toni, Ubab, Isa, mas Aji, SafiI yang
telah berjalan bersama demi realisasinya program kerja.
17. Yang pernah ada dihatiku dan yang ada di hatiku (Nanda Ayu), terimaksih
telah memberikan motivasi dan semangat untuk pantang menyerah dan
berjuang terus.
ix
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah swt
senantiasa memberikan balasan. Mudah-mudahan Allah swt selalu menambahkan
Rahmat dan HidayahNya kepada penulis dan mereka semua.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan
dalam arti yang sebenarnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususunya dan pembaca pada umumnya. Hanya kepada-Nya
penulis memohon petunjuk dan berserah diri. Amiiiieennn.
Semarang, 15 Juni 2012
Penulis
Sulaeman Jazuli
NIM: 082111037
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..
iii
HALAMAN MOTTO
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN ABSTRAK....
vi
HALAMAN DEKLARASI...
vii
viii
xi
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang..
B. Perumusan Masalah...
14
C. Tujuan Penilitian
14
D. Manfaat Penelitian
15
E. Kerangka Teori..
16
F. Tinjauan Pustaka
21
G. Metode Penelitian..
25
30
I.
31
BAB II
Sistematika Penulisan
33
65
66
67
68
72
Kembali
Harta
Seserahan
Pasca
Perceraian
di
Desa
Sindangjaya..... 91
SESERAHAN
PASCA
PERCERAIAN
DI
DESA
SINDANGJAYA 95
95
xii
BAB V
PENUTUP.. 107
A. Kesimpulan... 107
B. Saran-Saran... 109
C. Penutup. 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIARAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakat, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 11-12.
M. Hariwijaya, Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa, Yogyakarta:
Hanggar Kreator, 2008, hlm. 1.
2
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan: Refleksi Kiyai Atas Wacana Agama Dan Gender,
Yogjakarta: LKiS, 2001, hlm. 105.
4
Ibid, hlm. 105.
5
Muhammad Bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul Al-Salam Juz 3, Bandung: Dahlan, t.t, Jilid 3,
hlm. 109.
6
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, cet ke-3,
hlm 29.
melaksanakannya
merupakan
ibadah.
Perkawinan
bertujuan
untuk
mengatakan
dengan
kata
thaul.14
Keseluruhan
kata
tersebut
11
Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang,
1974, hlm. 77.
12
Ahmad Rofiq, op.cit, hlm. 100.
13
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat Dan
Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 84.
14
Husein Muhammad, op.cit, hlm. 109.
15
Kompilasi Hukum Islam, op.cit, hlm. 14.
16
Abdul Rahman Ghozali, op.cit, hlm. 85.
sesudah berlangsungnya akad nikah itu. Definisi yang diberikan ulama waktu
itu sejalan dengan tradisi yang berlaku waktu itu. Oleh karena itu, definisi
tepat yang dapat mencakup dua kemungkinan itu adalah pemberian khusus
yang bersifat wajib berupa uang atau barang yang diserahkan mempelai lakilaki kepada mempelai perempuan ketika atau akibat berlangsungnya akad
nikah.17
Dari definisi mahar tersebur di atas jelaslah bahwa hukum taklifi dari
mahar itu adalah wajib, dengan arti laki-laki yang mengawini seorang
perempuan wajib menyerahkan mahar kepada isterinya itu dan berdosa suami
yang tidak menyerahkan mahar kepada isterinya. Dalil dalam ayat Al-Quran
adalah firman Allah dalam surat An-Nisa: 4.
!"$ %* ( ' $ + *$ ,-
. * $ 01$
17
18
Imam Husein Muslim Ibnu Hijaj, Shoheh Muslim Juz 3, Libanon: Daarul Kutub AlIlmiyah, tt, hlm.1041.
20
Amir Syarifudin, op.cit, hlm. 86.
21
Ibid, hlm. 87.
22
Para ahli fiqh sepakat bahwa pemberian mahar itu wajib diberikan suami
kepada istrinya apabila telah tejadi campur (dukhul) dan suami tidak boleh
menguranginya sedikit pun. Firman Allah surat An-Nisa: 20.
25
26
atau belum. Pengakuan salah seorang saja dari suami atau isteri, belum bisa
dijadikan alat bukti bahwa telah terjadi campur antara mereka.27
Menurut Imam Malik, Imam Syafii dan Abu Daud mewajibkan memberi
maskawin secara penuh apabila telah tejadi khalwat (bersendiri), sedangkan
Abu Hanifah tidak mewajibkannya28
Dalam hal isteri di talak oleh suaminya sebelum terjadi dukhul dan
jumlah maskawin telah ditetapkan, maka suami wajib membayar separuh dari
mahar yang telah ditetapkan. Firman Allah:
Dalam riwayat lain Ibnu Ummar dan Ibnu Abbas ra. Dari Nabi saw
bersabda:
27
10
31
11
34
Wawancara dengan Bapak Tjarlam A,ma (Kapala Desa Sindangjaya) pada tanggal 17
Februari 2012 di Kantor Kepala desa Sindangjaya jam 14.00 wib.
35
Wawancara dengan Bapak Rasmud (Mudin Desa Sindangjaya) pada tanggal 18 Februari
2012 di rumahnya jam 6.30 wib.
12
kepada pihak mempelai wanita. Dalam seserahan ini ada proses serah terima
yakni dari pihak mempelai putra memberikan sambutan sebagai penyerahan
barang seserahan dan dari pihak mempelai wanita juga ada sambutan sebagai
penerima barang seserahan yang diberikan.
Tradisi seserahan dalam pernikahan ini memang sudah tidak heran lagi
karena sebagian besar masyarakat di Indonesia mengikuti tradisi seserahan
tersebut, baik pernikahan adat Sunda ataupun pernikahan adat Jawa, akan
tetapi yang menjadi menarik dan aneh yang membuat penulis ingin meneliti
tradisi seserahan di Desa Sindangjaya ini karena harta seserahan tersebut di
tarik kembali pasca perceraian. Harta seserahan yang sudah diberikan suami
kepada isterinya pada saat pernikahan akan ditarik kembali setelah keduanya
resmi bercerai. Harta seserahan tersebut akan dibagi dua, sebagian harta
seserahan untuk isteri dan sebagian lagi untuk suami. Tradisi penarikan
kembali harta seserahan pasca perceraian ini sebagian masyarakat
Sindangjaya bahkan seluruhnya mengikuti tradisi tersebut.
Kasus penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi
di Desa Sindangjaya seperti yang di alami oleh keluarga saudara Abdullah
Iman. Abdullah Iman menikah dengan saudari Iswati yang berasal dari Desa
Cikeusal. Pada saat pernikahan Abdullah Iman membawa barang seserahan
mengikuti adat yang ada di Desa Sindangjaya. Layaknya sebuah keluarga,
Abdullah Iman dan Iswati hidup rukun dan bahagia, akan tetapi beberapa
bulan kemudian sendi-sendi perpecahan keluarga mulai muncul. Isteri
Abdullah Iman dipergoki sedang bermesraan dengan pria lain yang mana pria
13
Wawancara dengan Abdullah Iman pada tanggal 16 Februari 2012 jam 19.30 di
rumahnya RT 10 RW 02 Sindangjaya Ketanggungan Brebes.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk lebih detailnya akan diagendakan
beberapa
persoalan
yang
diharapkan
mampu
menghantarkan
pada
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses dan tradisi penarikan kembali harta seserahan
pasca perceraian di Desa Sindangjaya Kecamatan Ketanggungan
Kabupaten Brebes.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap tradisi penarikan
kembali harta seserahan pasca percerian di Desa Sindangjaya Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes.
15
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan data deskriptif tentang tradisi seserahan pada
saat perkawinan dan pandangan hukum Islam tentang tradisi penarikan
kembali harta seserahan pasca perceraian di desa Sindangjaya Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Secara khusus manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti mengetahui pandangan hukum Islam
tentang tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang
terjadi di Desa Sindangjaya dan sekaligus peneliti menyelesaikan satu
permasalahan yang ada dimasyarakat tentang kejelasan hukum penarikan
kembali harta seserahan pasca perceraian. Selain itu juga peneliti
menyelesaikan satu tugas akademik untuk mendapatkan gelar sarjana
strata satu dalam bidang hukum Islam.
2. Bagi Masyarakat
Terutama bagi masyarakat Desa Sindangjaya, dimana sebelumnya
penelitian sejenis belum pernah dilakukan. Maka hasil penelitian ini
menyelesaikan satu permasalahan dan menghasilkan kejelasan hukum
tentang tradisi penarikan kembali harta seserahan yang terjadi di Desa
Sindangjaya. Hasil penelitian ini juga sebagai dokumen pertama bagi desa
Sindangjaya.
16
E. Kerangka Teori
Tradisi
seringkali
diidentikkan
dengan
kebudayaan.
Padahal
kebudayaan itu bermakna jauh lebih luas daripada tradisi yang sebenarnya
lebih merupakan adat istiadat. Kebudayaan sendiri bermakna produk atau
hasil dari aktivitas manusia, dimana ia memiliki kesejajaran dengan bahasa
yang juga merupakan produk dari aktivitas nalar manusia tersebut.37
Berbicara tradisi berarti berbicara tentang tatanan eksistensi manusia dan
bagaimana masyarakat mempresentasikannya di dalam kehidupannya.38
1. Tradisi dalam perspektif Islam
Jika tradisi adalah adat istiadat dan bukannya kebudayaan, maka
tradisi dalam Islam yang disebut urf bermakna sebagai kebiasaan yang
ada dalam masyarakat yang telah dilakukan berulang kali secara turun
temurun dengan tanpa membedakan tradisi yang mempunyai sanksi dan
tidak mempunyai sanksi.39
37
17
persaksian akal dan kemudian diterima oleh akal sehat, dan keberadaan
urf sendiri dikenal sebagai dasar hukum (hujjah). Sementara itu adat
diartikan sebagai yang dianut atau dilaksanakan oleh masyarakat atas
dasar pertimbangan rasional41
Searah dengan penjelasan di atas, urf diartikan sebagai sesuatu
yang telah diketahui dan dikerjakan oleh manusia kebanyakan, baik
berupa perkataan, perbuatan, atau segala sesuatu yang mereka
tinggalkan.42 Dijelaskan juga bahwa urf dapat dipahami sebagai
kebiasaan mayoritas umat Islam baik berupa perkataan dan atau
perbuatan.43
40
41
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, Jilid II Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, hlm. 362.
Ali Ibn Muhammad Al-Jarjuniy, Kitab Al-Tarifat, Bairut: Maktabah Lubnan, 1990, hlm.
362;
42
Abdul Wahaf Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqih, Cet. 12; tt: Al-anshr Wal tauzik, 1978/1398,
43
Nasrudin Harun, Ushul Fiqih, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm. 138.
124.
18
al-lafdzi
menggunakan
yaitu
kata-kata
kebiasaan
tertentu
masyarakat
dalam
dalam mengungkapkan
19
Rahmat Syafii, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung : Pustaka Setia, 1999, hlm, 128.
Nasrudin Harun, op.cit, hlm, 142.
20
Karena
keduanya
sama-sama
dilahirkan
oleh
manusia
(baca:
masyarakat) itu sendiri. Dalam adat istiadat atau tradisi terdapat sistem
budaya, sistem norma yang secara lebih khusus lagi dapat diperinci ke
dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata yang ada dalam
masyarakat yang bersangkutan.46
Berbeda dengan pandangan agama yang sumber hukumnya jelas
yaitu Al-Quran dan sunnah, maka dalam perspektif sosial, tradisi atau
adat istiadat ini memiliki batasan yang berbeda. Secara sosiologis, tiap
masyarakat
memiliki
kebudayaan
dan
dapat
melahirkan
adat
menyukai
perilaku
tersebut.
Sehingga
penyimpangan
47
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010, hlm. 68.
221.
21
F. Tinjauan Pustaka
Pembahsan dan penelitian tentang pernikahan sudah banyak dilakukan
dalam skripsi, buku maupun kitab-kitab fiqih. Namun pembahasan tersebut
tidak ada yang membahas tentang tradisi penarikan kembali harta seserahan
pasca perceraian.
Dalam bukunya Musthafa Kamal Pasha yang berjudul Fiqh Islam
menjelaskan bahwa mahar ialah suatu pemberian yang disampaikan oleh
48
22
Musthafa Kamal Pasha, Fiqh Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2009, hlm. 274.
Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh Ala Madzhab Al-Khamsah (Fiqh Lima Mazhab
Penrj. Afif Muhammad, dkk), Jakarta: Basrie Press, 1994, hlm. 95.
50
23
Kec. Mojosari Kab. Mojokerto). Adat diteliti adalah petungan / petung bulan
untuk mantu yaitu pemilihan bulan yang menentukan bulan tertentu untuk
melangsungkan pernikahan. Adapun hasil penelitian ini adalah: Bagi
sebagian masyarakat Jawa yang mempunyai hajat perkawinan tidak
melakukan perkawinan begitu saja, tetapi ada proses yang sangat menarik
yaitu proses pemilihan bulan yang diharapkan akan membawa keberuntungan
dan keselamatan dari mara-bahaya, juga hidup kekal dan bahagia bersama
pasangannya. Karena sebagian masyarakat percaya bahwa semua yang di
awali dengan kebaikan, maka yang akan di dapatkan pun baik. Pemilihan
bulan yang disandarkan pada petungan sebenarnya tidak bertentangan
dengan syariat Islam karena sebagian sudah diatur dalam Al-Quran dan
Hadis.
Skripsi Abdul Wasid (2005) dengan judul Proses Perkawinan Adat
Sunda Perspektif Fiqih (Study di Kel. Karang Mekar Kec. Cimahi Tengah
Kab. Bandung). Dalam penelitian ini Abdul Wasid memaparkan mulai dari
awal yaitu prosesi peminangan sampai acara pestanya semua menggunakan
Adat Sunda. Disini ada sembilan tahapan yang harus dilalui dalam prosesi ini:
1. Nanyaan. Tahap awal yang mana pihak laki-laki berkunjung kepihak
perempuan untuk menanyakan statusnya.
2. Neundeun Omong. Tahap musyawarah antara kedua pihak setelah
mengetahui bahwa gadis yang di tanyakan tidak dalam pinangan orang
lain.
3. Nyeureuhan atau Ngalamar. Kepastian bahwa sigadis akan di pinang.
24
25
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya dan dibandingkan dengan standar ukuran
yang telah ditentukan.51 Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode
penelitian yang meliputi :
1) Jenis Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis penelitian merupakan penelitian yang dipakai sebagai dasar
utama pelaksanaan riset. Oleh karena itu, penentuan jenis penelitian
didasarkan pada penilaian yang tepat karena berpengaruh pada seluruh
perjalanan riset. Dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini termasuk dalam
kategori study kasus (cass study). Secara umum, Robert K. Yin dalam Cas
study Research and Methods yang dikutip oleh Imam Suprayogo52
mengemukakan bahwa study kasus sangat cocok untuk digunakan dalam
penelitian dengan menggunakan pertanyaan How (bagaimana) Why
51
26
sebagai
penelitian
deskriptif.
Penelitian
diskriptif
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 10.
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm 23.
55
Lexy Moleong, op.cit, hlm. 9.
54
27
56
Marsi Singgaribun dan Sofyan Efendy, Metode Penelitian, Jakarta: Pustaka LP3S, 1989,
57
hlm. 4.
58
28
59
29
penelitian
yakni
masyarakat
Desa
Sindangjaya
Kec.
60
61
30
31
saat pernikahan dan penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang
terjadi di Desa Sindangjaya melalui pendekatan kualitatif, kemudian
menafsirkannya dengan bentuk deskriptif tentang proses seserahan pada saat
pernikahan dan penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang
terjadi di Desa Sindangjaya tersebut.
I.
Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka,
Metode Penelitian, Metode Analisis Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Merupakan landasan teori yang berisi tentang penjelasan
perkawinan perspektif Islam: pengertian perkawinan, syarat dan rukun
pernikahan, tujuan pernikahan, hukum pernikahan, mahar, hak dan kewajiban
suami istri, dan putusnya pernikahan. Pernikahan ditinjau dari hukum adat:
pengertian dan tujuan perkawinan, azas-azas perkawinan menurut hukum
adat, fungsi perkawinan menurut hukum adat, tradisi seserahan dalam
perkawinan hukum adat.
BAB III: Penarikan Kembali Harta Seserahan Pasca Perceraian di
desa Sindangjaya; Gambaran Umum Desa Sindangjaya: Kondisi Setting
Sosial, Kondisi Mata Pencaharian, Kondisi Pendidikan, Kondisi Ekonomi
Masyarakat, Kondisi Kehidupan Masayarakat. Tradisi Seserahan di Desa
32
BAB II
PERKAWINAN DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT
Muhammad Bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul Al-Salam, Bandung: Dahlan, t.t, Jilid 3, hlm.
109.
2
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, cet ke-3,
hlm 29.
3
33
34
sifat
menghalalkan percampuran
35
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 45-46.
36
Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah
sesuatu yang berada di dalam hakikat dan merupakan bagian atau unsur
yang mewujudkannya, sedangkan syarat adalah sesuatu yang berada di
luarnya dan tidak merupakan unsurnya.7
Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:
a. Adanya calon suami dan isteri yang akan melakukan perkawinan.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
c. Adanya dua orang saksi.
d. Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin lakilaki.8
Sedangkan syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya
perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah
dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami isteri.
Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua:
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin
menjadikannya isteri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang
haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun
untuk selama-lamanya.
2. Akad nikahnya dihadiri para saksi.9
Adapun secara rinci masing-masing syarat sah pernikahan yaitu:
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Isalm Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat Dan
Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 59.
8
Abd. Rahman Ghazali, op.cit, hlm. 49.
9
Ibid, hlm. 49.
37
10
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995,
hlm. 71.
11
38
7. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang,
yaitu calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai
wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi.12
3. Tujuan Pernikahan
Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis,
sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban
anggota keluarga; sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir batin
disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga
timbul kebahagian, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.
Menurut Imam Ghazali tujuan perkawinan yaitu:
a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan
b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan kasih sayangnya.
c. Memenuhi panggilan agama, memlihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak
serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta
kekayaan yang halal.
e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
dan kasih sayang.13
12
13
39
4. Hukum Pernikahan
Kata hukum memiliki dua makna, yang di maksud disini adalah:
sifat syara pada sesuatu (seperti wajib, haram, makruh, sunnah, dan
mubah), dan pengaruh yang ditimbulkan sesuatu menurut syara, seperti
jual beli adalah memindahkan pemilikan barang terjual kepada pembeli
dan hukum sewa menyewa (ijarah) adalah pemilikan penyewa pada
manfaat barang yang disewakan. Demikian juga hukum perkawinan atau
pernikahan berarti penghalalan masing-masing dari sepasang suami isteri
untuk bersenang-senang kepada yang lain, kewajiban suami terhadap
mahar dan nafkah terhadap isteri, kewajiban isteri untuk taat terhaap
suami dan pergaulan yang baik.14
Dalam hukum pernikahan ini dimaksudkan makna yang pertama,
yaitu sifat syara. Maksudnya hukum yang ditetapkan syara apakah
dituntut mengerjakan atau tidak, itulah yang disebut dengan hukum taklifi
(hukum pembebanan).
Secara personal hukum nikah berbeda disebabkan perbedaan kondisi
mukallaf, baik dari segi karakter kemanusiaannya maupun dari segi
kemampuan hartanya. Hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku bagi
seluruh mukallaf. Masing-masing mukallaf mempunyai hukum tersendiri
yang spesifik sesuai dengan kondisinya yang spesifik pula, baik
persyaratan harta, fisik dan akhlak.
14
Abd. Aziz Moh. Azam dan Abd. Wahab Sayyed Hawass, Fiqh Munakahat, Jakarta:
Amzah, 2009, hlm. 43.
40
" #
) ( ' &
(",- .)
Artinya:Tetapi aku berpuasa dan juga berbuka (tidak puasa), mengerjakan
shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang
tidak mengikuti sunnahku, maka ia termasuk bukan golonganku.
(HR. Bukhari).16
Kedua, Orang yang disunnahkan untuk menikah. Yaitu orang yang
syahwatnya
bergejolak,
yang
dengan
pernikahan
tersebut
dapat
15
Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga, cet 1, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2001, hlm. 32.
Imam Husein Muslim Ibnu Hijaj, Shoheh Muslim, Libanon: Daarul Kutbi Al-Ilmiyah, tt,
hlm. 1020.
17
Hasan Ayyub , op.cit, hlm. 31.
16
41
4zsu/ x8
eu; !$# r& >#t s9$# j?| !$s% uu s3n=y9$# ?y$os
ts=9$# zi $w;tu #Yymu #Yhyu !$# zi 7y=s3/ $P%d|
Artinya:Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariyya, sedang ia
tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya),
sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran
(seseorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah, menjadi ikutan menahan dari (hawa nafsu),
dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh. (QS.
Ali Imron: 39).18
Kata al-hasur dalam ayat terakhir ini berarti tidak mencampuri
wanita. Seandainya nikah itu lebih baik, niscaya dia tidak akan memuji
Yahya karena meninggalkannya.19
Sesungguhnya menikah itu lebih dari sekedar kepentingan pribadi,
tetapi ia juga mencakup pemeliharaan agama, perlindungan terhadap
wanita, pengembangan keturunan, serta memperbanyak umat dan
merealisasikan harapan Nabi, dan masih banyak lagi kemaslahatan
lainnya.
Ketiga, orang yang tidak mempunyai nafsu birahi, baik karena lemah
syahwat atau sebenarnya ia mempunyai nafsu birahi tetapi hilang karena
penyakit atau karena hal lainnya. Mengenai hal tersebut ada dua pendapat:
Pertama, ia tetap disunnahkan menikah, karena universalitas alasan yang
18
Departemen Agama, Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung: Dipenogoro, 2003, hlm. 43.
Hasan Ayyub, op. cit, hlm. 32.
19
42
! #
% &#
! ) # +!& # -.
/
Artinya: Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian ada kemampuan
biaya nikah, maka nikahlah. Barangsiapa yang tidak mampu
hendaknya berpuasalah, sesungguhnya ia sebagai perisai
baginya.21
Pada saat seperti di atas, seseorang dihukumi fardu untuk
menikah, berdosa meninggalkannya dan maksiat serta melanggar
keharaman.
20
21
43
b. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib bagi seseorang yang memiliki
kemampuan biaya nikah, mampu menegakan keadilan dalam pergaulan
yang baik dengan isteri yang dinikahinya, dan ia mempunyai dugaan
yang kuat akan melakukan perzinaan apabila tidak menikah. Keadaan
seseorang seperti di atas wajib untuk menikah, tetapi tidak sama dengan
kewajiban pada fardu nikah di atas. Karena dalam fardu, dalilnya pasti
atau yakin (qathi) sebab-sebabnya pun juga pasti. Sedangka dalam
wajib nikah, dalil dan sebab-sebabnya adalah atas dugaan kuat (zhanni),
maka produk hukumnya pun tidak qathi tetapi zhanni.22
c. Sunnah
Orang yang telah mempunyai kemauan dan keamampuan untuk
melangsungkan
perkawinan,
tetapi
kalau
tidak
kawin
tidak
22
Abd. Aziz Moh. Azam dan Abd. Wahab Sayyed Hawass, op.cit, hlm. 45.
Abd. Rahman Ghazaly, op.cit, hlm.19-20.
23
44
24
45
Dalil nash (manqul) yang dijadikan dasar adalah firman Allah swt:
27
28
46
Itulah di antara ciri-ciri mubah, tidak dituntut syara dan tidak dilarang.
Ia dibiarkan berjalan sesuai dengan alur kondisi seseorang, baik secara
psikologi maupun tradisi.29
Sedangkan
menurut
mayoritas
ulama
seperti
Hanafiyah,
"
# ' ;
Artinya:Barangsiapa yang senang fitrahku, hendaklah melakukan
sunnahku dan di antara sunnahku adalah menikah.30
Hadis di atas menunjukan sunnahnya pernikahan secara muakkad
(anjuran kuat, tidak ditinggalkan kalau tidak udzur syari). Syariat Islam
peduli pernikahan karena melihat bahwa hanya dengan menikah urusan
sosial, perumahtanggaan, dan pendidikan generasi akan berjalan dengan
baik dan sempurna.
f. Makruh
Nikah makruh bagi seseorang yang dalam kondisi campuran.
Seseorang mempunyai kemampuan harta biaya nikah dan tidak di
29
30
Abd. Aziz Moh. Azzam dan Abd Wahhab Sayyed Hawwas, op.cit, hlm. 50-51
Imam Husein Muslim Ibnu Hijaj, op.cit, hlm. 1020.
47
31
48
.. y9$$/
$tu
Artinya:. Dan pergaulilah mereka (isteri) dengan baik
(QS. An-Nisa: 19).34
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami isteri dijelaskan
secara rinci, yakni:
a. Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah warahmah yang menjadi sendi dasar
dari susunan masyarakat.
b. Suami isteri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
c. Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
d. Suami isteri wajib memelihara kehormatannya.
32
49
diri
dari
mencampuri
sesuatu
yang
dapat
menyusahkan suami.
d. Tidak bermuka musam di hadapan suami.
e. Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami.37
2) Kewajiban suami terhadap isteri
a. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang pentingpenting diputuskan oleh suami isteri bersama. Suami adalah kepala
rumah tangga.
b. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
35
50
38
39
51
40
M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Fiqh Cinta Kasih: Rahasia Kebahagian Rumah Tangga
(Penerjemah Ahmad Taqyudin ), Kairo Mesir: Erlangga, 2008, hlm. 31-37.
41
M. Thalib, op.cit, hlm. 31-40.
42
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, op.cit, hlm. 537.
52
(4"B@ F" . )
?
? @ B C
D
Artinya: Sesuatu perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah
talak (perceraian). (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan AlHakim).43
Isyarat tersebut menunjukan bahwa talak atau perceraian merupakan
alternative terakhir sebagai pintu darurat yang boleh ditempuh, manakala
bahtera kehidupan rumah tangga tidak dapat lagi dipertahankan
keutuhannya.
Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan
rumah tangga yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutus/
putusnya perkawinan.44
a. Terjadinya nusyuz dari pihak isteri
b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami
c. Terjadinya perselisihan atau percekcokan antara suami dan isteri, dan
d. Lian karena salah satu melakukan fahisyah, terlebih lagi terbukti
melakukan zina, maka jelas penyelasainnya akan memutuskan tali
perkawinan.
Dalam undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 38 menyatakan bahwa
perkawinan dapat putus karena:
1. Kematian
2. Perceraian
3. Atas keputusan pengadilan.45
43
44
53
54
akibat cerai talak, cerai gugat, akibat khulu, akibat lian, dan akibat
kematian suami. 48
1. Akibat talak
Menurut ketentuan pasal 149 Kompilasi Hukum Isalam
dinyatakan sebagai berikut: Bilamana perkawinan putus karena
talak, maka bekas suami wajib:
a. Memberikan mutah yang layak kepada bekas isterinya, baik
berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qabla
dukhul.
b. Memberi nafkah, maskawin dan kiswah (tempat tinggal dan
pakaian) kepada bekas isteri selama dalam masa iddah, kecuali
bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam
keadaan tidak hamil.
c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh
apabila qabla dukhul.
d. Memberikan biaya hadlanah (pemeliharaan, termasuk di
dalamnya biaya pendidikan) untuk anak yang belum mencapai
umur 21 tahun.49 Firman Allah swt:
55
50
56
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz 6, kairo: Maktabah Al- Adab,tt, hlm. 114.
Kompilasi Hukum Islam, op.cit, hlm. 51.
55
Kompilasi Hukum Islam, op.cit, hlm. 31.
54
57
istilah
mahar disebut denagan al-shadaq, al-saduqoh, al-nihlah, al-ajr, alfaridah dan al-aqduh. Menurut istilah syara mahar ialah suatu
pemberian yang wajib diberikan oleh suami kepada isteri dengan
sebab pernikahan.57
Mengikuti tafsiran akta undang-undang keluarga Islam (wilayah
persekutuan)
1984
menyatakan
maskawin
berarti pembayaran
suami
kepada isteri pada masa perkawinan di akad nikahkan, sama ada berupa
uang yang sebenarnya dibayar atau diakui sebagai hutang dengan atau
tanpa cagaran, atau berupa sesuatu yang menurut hukum syara dapat
dinilai dengan uang. Terdapat banyak dalil yang mewajibkan mahar
kepada isteri, firman Allah swt dalam surat An-Nisa ayat 4:
58
58
59
59
sebelum
sempat
bersama
60
61
60
Mahar yang tidak disebut jumlah dan jenisnya dalam suatu akad
nikah. Sekiranya berlaku keadaan ini, mahar tersebut hendaklah di
qiyaskan (disamakan) dengan mahar perempuan yang setara dengannya
dikalangan keluarganya sendiri seperti adik beradik perempuan seibu
sebapak atau sebapak atau ibu saudarnya. Sekiranya tiada, maka di
qiyaskan pula
dengan mahar
setara dengannya
dari
segi
perempuan-perempuan
kehidupan dalam
lain
masyarakat
yang
dan
Islam.64
Selain itu, perincian syarat mahar adalah sebagai berikut:
1. Mahar tidak berupa barang haram, tidak sah mahar berupa
khamar dan babi juga yang telah diharamkan oleh agama.
62
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia, 1999,
hlm. 116-120.
63
Abd. Aziz Moh. Azzam dan Abd Wahhab Sayyed Hawwas, op.cit, hlm. 184.
64
Muammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzha (penrj. Afif Muhammad, dkk),
Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2004, hlm. 365
61
2. Tidak ada kesamaran, jika terdapat unsur ketidak jelasan maka tidak
sah dijadikan mahar seperti mahar rumah yang tidak ditentukan.
3. Mahar dimilki dengan pemilikan sempurna. Syarat ini mengecualikan
yang kurang atau tidak sempurna, seperti mahar sesuatu yang dibeli
dan belum diterima, pemilikan seperti ini tidak sah dijadikan mahar.
4. Mahar mampu diserahkan. Dengan syarat ini mengecualikan yang
tidak ada kemampuan menyerahkan seperti burung di awangawang atau ikan di laut.65
d. Batasan Mahar
Para wali tidak boleh menetapkan syarat uang atau harta (kepada
pihak lelaki) untuk diri mereka, sebab mereka tidak mempunyai hak
dalam hal ini. Ini ialah hak perempuan (calon isteri) semata, kecuali
ayah. Ayah boleh meminta syarat kepada calon menantu sesuatu yang
tidak merugikan puteri dan mengganggu pernikahannya. Jika ayah tidak
meminta persyaratan seperti itu, maka itu lebih baik dan utama. Allah swt
berfirman dalam surat An-Nur ayat 32:
65
62
b. Khitbah (pinangan)
Peminangan merupakan langkah awal menuju kearah perjodohan
antara seorang pria dan seorang wanita. Islam mensyaritkannya agar
66
67
63
68
Apabila
64
70
65
71
66
menunjang hubungan
73
67
75
68
untuk
meneruskan keturunan yang didapat dari hasil perkawinan itu. Oleh karena
itulah di dalam hukum, adat perkawinan itu bukan hanya urusan dari pihak
yang akan melaksanakan perkawinan saja melainkan urusan dari orang tua
kedua belah pihak saja.79
78
69
80
H. A. M. Effendi, Pokok-Pokok Hukum Adat, Semarang: Duta Grafika, 1990, hlm. 124-
81
125.
70
keselamatan,
pakaian
batik
bermakna
mendoakan
kebahagiaan, kain kebaya bermakna mendoakan kebahagiaan, dan buahbuahan bermakna mendoakan keselamatan.
Setelah pihak pengantin pria memberikan seserahan kepada
pengantin wanita, maka pihak pengantin wanita akan memberikan
seserahan balik kepada pihak pengantin pria, akan tetapi hal ini sifatnya
tidak wajib. Isi dari kotak seserahan tersebut di antaranya adalah pakaian
pengantin dan seluruh perlengkapannya yang akan dipakai oleh pengantin
pria pada saat akad nikah/ pemberkatan, keperluan pengantin pria seperti
pakaian, sepatu, parfum, dasi, ikat pinggang, makanan, barang pusaka
milik keluarga pengantin pria, dan lain-lain.
82
http://tipspernikahan.blogspot.com/2011/07/budaya-seserahan-pada-pernikahan.html.
Di akses pada taggal 22 Februari 2012.
71
83
http://tipspernikahan.blogspot.com/2011/07/budaya-seserahan-pada-pernikahan.html. Di
akses tanggal 25 Februari 2012
BAB III
PENARIKAN KEMBALI HARTA SESERAHAN PASCA PERCERAIAN
DI DESA SINDANGJAYA
1
2
Data Monografi Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Ibid
72
73
Data Monografi Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Struktur pemerintahan Desa Sindangjaya Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes
tahun 2012.
5
Arsip Desa Sindangjaya Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes
4
74
Mushola, 24 buah kendaraan roda empat, 482 buah kendaraan roda dua, 32
orang PNS, dan 41 orang Sarjana.6
2. Kondisi Mata Pencaharian
Wilayah Desa Sindangjaya merupakan daerah pegunungan dan
dataran rendah, di sekililing Desa Sindangjaya terdapat gunung-gunung
kecil, area persawahan, perkebunan, dan tegalan. Mayoritas masyarakat
Desa Sindangjaya adalah petani, mereka sehari-sehari mencari rejeki dari
hasil pertanian. Masyarakat Desa Sindangjaya mendapatkan penghasilannya
dari hasil pertanian yakni setelah pertanian mereka panen.
Pertanian yang terkenal di Desa Sindangjaya yaitu perkebunan
Bawang Merah. Kebanyakan masyarakat Desa Sindangjaya bercocok tanam
bawang merah. Pertanian bawang merah ini menjadi andalan dan di
unggulkan oleh masyarakat Desa Sindangjaya, karena apabila harga bawang
merah tinggi dan hasil panen juga baik maka pendapatan yang didapat
cukup banyak, akan tetapi apabila harga tidak mendukung maka kerugian
pun cukup banyak karena biaya yang dibutuhkan untuk menanam bawang
merah cukup banyak.7
Masyarakat Desa Sindangjaya selain penghasil bawang merah juga
penghasil jagung dan padi. Mereka menanam bawang merah, jagung dan
padi secara berurutan dalam setahun, menyesuaikan musim yang ada.
Masyarakat Desa Sindangjaya selain ngurusi pertanian di waktu
tenggangnya mereka ngurusi peternakan, mereka mempunyai hewan ternak
6
75
seperti sapi dan kambing. Akan tetapi tidak semua masyarakat mempunyai
hewan ternak ini. Hewan ternak ini sebagai harta tabungan jikalau suatu saat
nanti ada kebutuhan yang mendadak dan tidak ada uang mereka menjual
hewan ternak tersebut. Hewan ternak yang mereka pelihara juga jumlahnya
tidak banyak, karena memelihara hewan ternak bukan sebagai mata
pencaharian utama, tetapi hanyalah untuk mengisi waktu senggang.8
Mata pencaharian masyarakat Desa Sindangjaya selain sebagai petani,
sebagian masyarakat yang lain juga ada yang menjadi juragan/ bakul
bawang merah, hasil pertanian dan hewan ternak, karena masyarakat Desa
Sindangjaya penghasil bawang merah, pertanian dan hewan ternak.9
Masyarakat Desa Sindangjaya yang lain juga ada yang menjadi
pedagang, mereka membuka warung-warung kecil, kios, dan warung
perlengkapan pertanian di rumahnya seperti obat-obatan pertanian, benih
dan pupuk pertanian.
Masyarakat Desa Sindangjaya memang terkenal dengan pertaniannya
yakni penghasil bawang merah, akan tetapi ada juga sebagian masyarakat
yang lain yang merantau keluar kota seperti Jakarta, Semarang, dan ada juga
yang merantau keluar Jawa seperti ke Kalimantan. Mereka mencari
penghasilan dengan berdagang dan ada juga yang menjadi tukang bangunan
Kehidupan masyarakat Desa Sindangjaya sangat ditentukan dari hasil
pertaniannya, hidup makmur dan tidaknya ditentukan dari hasil panennya.
Mereka mendapatkan pendapatan dari hasil pertaniannya, dan pertanian
8
76
sangat ditentukan dari musim hujan yang datang, karena wilayah Desa
Sindangjaya sistem irigasinya belum ada sehingga sistem pertanian mereka
mengikuti musim hujan yang ada.10
3. Kondisi Pendidikan
Di Desa Sindangjaya terdapat lembaga pendidikan seperti Pondok
Pesantren Miftahul Huda yang berada disebelah barat Desa Sindangjaya,
Madrasah Ibtidaiyah Al Miftah 01, Madrasah Ibtidaiyah Al Miftah 02 dan
Sekolah Dasar Negeri yang terletak di sebelah selatan Desa Sindagjaya.
Pada awalnya tiga lembaga pendidikan inilah yang ada di Desa Sindangjaya,
sehingga apabila sudah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah atau pun Sekolah
Dasar mereka melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Miftahul
Huda, karena tidak ada jenjang pendidikan lanjutan di Desa Sindangjaya,
akan tetapi ada juga yang tidak melanjutkan ke Pondok Pesantren, mereka
memilih membantu orang tuanya untuk pergi kesawah dan kekebun atau
merantau keluar kota untuk mencari pekerjaan.11
Pada tahun 2002 berdirilah Madrasah Tsanawiyah Al Miftah yang
kegiatan belajar mengajarnya di tempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Al
Miftah 02 karena pada saat itu Madrasah Tsanawiyah belum punya gedung,
tetapi setelah mempunyai gedung yang terletak disebelah selatan Desa
Sindangjaya, Madrasah Tsanawiyah ini kegiatan belajar mengajarnya
dipindah ke gedung baru. Keberadaan Madrasah Tsanawiyah ini sangat
membantu masyarakat Desa Sindangjaya, karena dengan adanya Madarasah
10
77
Tsanawiayah
ini
masyarakat
Desa
Sindangjaya
bisa
melanjutkan
12
13
Arsip Kependdudukan Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Ibid
78
14
15
Arsip kependudukan Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Ibid
79
bisa
Arsip kependudukan Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Wawancara dengan Bapak Khoerudin (petani bawang merah) di rumahnya taggal 21
Februari 2011 jam 19.30 wib.
17
80
ini apabila harga dan hasil panennya baik akan mendapatkan hasil yang
baik. Banyak masyarakat yang membeli motor, televeisi, dan perabotan
rumah tangga lainnya setelah panen bawang merah tersebut. Ada juga
masyarakat yang mengandalkan hasil panen bawang merah tersbut untuk
resepsi pernikahan atau untuk menikah.
Apabila musim bawang merah telah berahir disusul dengan menanam
jagung, cabai, kacang tanah dan lain-lain. Masyarakat Desa Sindangjaya
yang mata pencahariannya dari pertanian tidak ada henti-hentinya lowongan
pekerjaan mengurusi pertanian tersebut, karena mereka bercocok tanam
tidak ada hentinya dan tidak memandang musim kemarau ataupun musim
hujan.
Pertanian mereka sangat berpengaruh pada musim hujan yang datang,
selain area persawahan dan perkebunan yang jauh dari irigasi juga ditambah
irigasi yang kurang berjalan dengan lancar. Masyarakat Desa Sindangjaya
yang mata pencahariannya bercocok tanam secara otomatis mendapatkan
penghasilannya dari hasil panen pertaniannya. Semakin baik hasil panen
pertaniannya maka semakin besar pula penghasilan dan pendapatan yang
diraih, akan tetapi apabila hasil panen yang sedikit dan harga pertanian yang
rendah maka penghasilan yang diterima pun sedikit bahkan rugi, karena
tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan.18
Masyarakat Desa Sindangjaya yang lain ada juga yang menjadi bakul
atau juragan. Bakul atau juragan ini yang membeli hasil pertanian yang
18
81
dihasilkan masyarakat Desa Sindangjaya dan juga petrenkan seperti sapi dan
kambing, mereka membeli bawang merah, jagung, padi, dan hasil pertanian
lainnya untuk dijual kembali keluar Desa bahkan keluar kota. Tarap
kehidupan juragan/ bakul ini lebih tinggi dari pada petani, karena terkadang
mereka bisa meraih untung yang tinggi dari hasil penjualan barang pertanian
yang mereka beli. Pengahsilan yang didapatkan tergantung pada musim
panen yang ada, bila datang musim panen maka pendapatan para juragan
atau bakul pun didapat.19
Ada juga masyarakat yang mata pencahariannya sebagai pedagang,
mereka menyediakan kebutuhan sehari-hari, jajanan, perlengkapan rumah
tangga (perabotan rumah), dan perlengkapan pertanian seperti benih, pupuk
dan lain-lain. Para pedagang ini adakalanya berkeliling untuk mencari
konsumen ada juga yang berdagang dengan membuka warung dirumahnya.
Para pedagang bisa mendapatkan hasil yang banyak jika ada kegiatankegiatan seperti pengajian, turnamen voli, dan lain-lain, karena konsumen
pada saat ada acara tersebut lebih banyak. Pendapatan dan penghasilan yang
didapatkan oleh pedagang tidak seperti petani dan juragan/ bakul yang
menunggu hasil panen pertaniannya untuk mendapatkan penghasilan, akan
tetapi pedagang bisa mendapatkan penghasilan tiap hari karena tiap hari
pasti ada yang membeli atau menjadi konsumen.20
Kebutuhan hidup memang sangat banyak dan perlu dipenuhi sehingga
ada sebagian masyarakat yang mata pencahariannya merantau keluar kota,
19
82
seperti Jakarta, Semarang, Kalimatan, bahkan ada yang menjadi TKI seperti
ke Malaysia, Saudi Arabia, dan lain-lain. Mereka mencari pendapatan demi
terpenuhinya kebutuhan hidup dan tarap hidup yang layak.21
Masyarakat Desa Sindangjaya beranggapan bahwa menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) adalah peningkatan status sosial sekaligus ekonomi
tersendiri. Kemapanan hidup dianggap terjamin jika menjadi PNS, karena
itulah setiap ada momen rekruitmen PNS di pemerintah Kabupaten begitu
diminati. Peningkatan taraf hidup dianggap dapat dicapai melalui jabatan
PNS dalam berbagai sektor, baik PNS bagian pendidikan, Pengadilan
Agama, sektor pertanian, perikanan dan lainnya. Dari tahun ke tahun
semakin banyak lulusan sarjana yang menjadi PNS.22
Menjadi PNS merupakan idaman semua masyarakat, karena dengan
menjadi PNS mempunyai pendapatan yang tetap dan tidak ada ruginya
seperti halnya petani, pedagang, dan juragan, sehingga mereka tidak pusing
memikirkan bagaimana mencukupi kebutuhan di masa yang akan datang.
21
22
Arsip kependudkan Desa Sindangjaya Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Tahun 2011
Ibid
83
sosial mereka berbeda tetapi tidak mengurangi tingkat kedekatan satu sama
lainnya.23
Pada
masyarakat
Sindangjaya
kaum
Kiyai
adalah
panutan
yang
berhubungan
dengan
kelahiran
misalnya,
23
Wawancara dengan bapak Tjarlam A,ma (kades Sindangjaya) tanggal 19 Februari 2012
di rumahnya.
24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid
84
27
Wawancara dengan bapak Tjarlam A,ma (kades Sindangjaya) tanggal 19 Februari 2012
di rumahnya
85
86
Ibid
Wawancara dengan bapak Misbahudin (ketua Karangtaruna) Desa Sindangjaya tanggal 8
April 2012 di rumahnya
31
87
Ngomongan (melamar) ini biasanya dilakukan oleh perwakilan dari pihak lakilaki. Pihak laki-laki (perwakilan) mendatangi rumah pihak perempuan dengan
maksud memberitahukan kepada keluarga perempuan bahwa pihak laki-laki
bermaksud meminang pihak perempuan. Pada saat ngomongan ini biasanya
pihak laki-laki memberikan barang sebagai pengikat. Barang yang biasa
diberikan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yakni berupa sarung,
baju (pakaian) atau ada juga yang memakai cincin.32
Setelah ngomongan selesai sehari kemudian dari pihak perempuan ada
tradisi nyorog (memberikan makanan ringan, nasi lengkap dengan lauk
pauknya) kepada pihak laki-laki. Tradisi nyorog ini sebagai ucapan terimaksih
dan diterimanya lamaran dari pihak laki-laki. Nyorog juga bertujuan untuk
memperkenalkan si perempuan kepada pihak keluarga laki-laki. Nyorog ini
biasanya dilakukan tidak hanya karena setelah ngomongan saja, tetapi pada
hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha juga dilakukan nyorog.
Hal ini bertujuan untuk menunujukan kepada masyarakat bahwa hubungan
antara si laki-laki dan perempuan baik-baik saja.33
Menjelang pernikahan di Desa Sindangjaya ada tradisi seserahan yaitu
penyerahan perabotan rumah tangga dari pihak calon suami kepada calon isteri.
Tradisi seserahan ini sudah ada dari zaman dahulu, tidak ketahui sejak kapan
adanya tradisi seserahan, akan tetapi tradisi seserahan ini sekarang sudah
menjadi adat dan dilakukan oleh sebagian masyarakat bahkan seluruhnya di
Desa Sindangjaya. Tradisi seserahan ini tidak ada paksaan untuk diadakan,
32
88
tergantung dari pihak calon suami dan kesepakatan pihak calon isteri untuk
mengadakan seserahan atau tidak.34
Seserahan ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah yakni
malam sebelum akad nikah. Harta seserahan biasnya dibawa oleh kerabat
keluarga memepelai laki-laki dan di serahkan kepada pihak perempuan.
Apabila jarak rumah mempelai laki-laki dan wanita dekat maka penyerahan
harta seserahan dengan jalan kaki, akan tetapi apabila jarak rumah tersebut
jauh biasanya menggunakan mobil pick up untuk membawa harta seserahan
tersebut.
Pada saat penyerahan harta seserahan ada suatu akad serah terima dari
pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Dari pihak laki-laki memberikan
sambutan dan menyerahkan harta seserahan kepada pihak perempuan.
Sedangkan dari pihak perempuan juga sambutan untuk menerima harta
seserahan yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, akan tetapi
sebelum harta seserahan tersebut diterima biasanya pihak perempuan
menanyakan kepada pihak laki-laki apakah harta seserahan ini harta palid di
cai (hanyut di kali) atau harta gagawan (harta bawaan). Hal ini dilakukan
pihak perempuan karena kedua akad tersebut mempunyai akibat hukum yang
berbeda. Kalau harta seserahan tersebut memakai akad harta palid di cai
(hanyut di kali) jika suatu saat nanti kedua mempelai bercerai maka harta
seserahan tersebut dibagi dua, akan tetapi kalu akad harta seserahan tersebut
adalah harta gagawan (harta bawaan) maka jika kedua mempelai bercerai
34
Wawancara dengan Bapak Rasmud (Modin) Desa Sindangjaya pada hari Sabtu 18
Februari 2012 jam 6. 30 di rumahnya.
89
Ibid
Wawancara dengan Bapak K. Abd. Rouf (mantan lurah Desa Sindangjaya) pada hari
Jumat 17 Februari 2012 jam 18.30 di rumahnya Rt 10 Rw 02 Desa Sindangjaya.
37
Wawancara dengan Bapak Khoerudin (warga) Desa Sindangjaya pada hari Minggu 19
Februari 2012 jam 18.30 di rumahnnya.
36
90
dahulu dan menjadi tradisi sampai sekarang. Isteri akan mendapatkan harta dari
nafkah dan mahar, karena nafkah dan mahar tersebut sudah kewajiban suami
yang harus diberikan kepada isteri. Sedangkan apabila telah berumah tangga
status mereka dalam mencari rejeki adalah rejeng kaya (sirkah).38
Pemberian seserahan dari mempelai laki-laki kepada mempelai
perempuan adalah suatu keseriusan mempelai laki-laki untuk berumah tangga
dan membangun rumah tangga dengan mempelai perempuan. Seserahan ini
mencerminkan bahwa suami bertanggung jawab untuk memebri nafkah kepada
isterinya, sehingga orang tua si isteri tidak ketakutan akan kelaparan kalau
berumah tangga nanti. Seserahan ini juga sebagai rasa kasih sayang dari calon
suami dan keluarga memepelai suami kepada memepelai isteri, dan sebagai
bekal awal untuk membangun rumah tangga kedua memepelai nanti. Tujuan
adanya seserahan agar ketika sudah berumah tangga sudah ada modal awal dan
kebutuhan-kebutuhan primer sudah terpenuhi sehingga kedua mepelai tidak
kesusahan dalam menjalani hidup berumah tangga.39
Selain tradisi seserahan di Desa Sindangjaya setelah pernikahan juga ada
tardisi nyembah yaitu memberikan makanan, buah-buahan, nasi dan lauk
pauknya, dan pakaian dari pihak mempelai wanita kepada keluarga dan kerabat
pihak mempelai pria. Sebagai balasannya pihak keluarga dan kerabat mempelai
pria yang di sembah (yang mendapatkan makanan, buah-buahan, nasi dan lauk
pauknya, dan pakaian) ini memebrikan uang kepada mempelai wanita.
38
Wawancara dengan Ust. Musa Asyari pada hari Senin 20 Februari jam 19.00 di
rumahnya (Pondok Pesantren Miftahul Huda) Sindangjaya.
39
Wawwancara dengan Bapak Tjarlam (Kepala Desa Sindangjaya) pada hari Selasa 21
Februari 2012 jam 9.00 di kantor kepala Desa Sindangjaya.
91
Pemberian uang ini dimaksudkan sebagai modal awal untuk menjalani hidup
berumah tangga. Sedangkan tujuan adanya nyembah ini untuk mengenalkan
keluarga pihak laki-laki kepada pihak memepelai wanita, karena dengan
adanya pernikahan tersebut bukan hanya menyatukan dua jiwa tetapi
menyatukan dua keluarga, sehingga satu sama lain harus saling mengenal dan
mengetahui.40
40
Wawancara dengan Ust. Ridwan (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda)
pada hari Kamis 16 Februari 2012 jam 19.30 di rumahnya.
92
41
Wawancara dengan K. Abd. Rouf (matan lurah Desa Sindangjaya) pada hari Jumat 17
Februari 2012 di rumahnya Rt 10 Rw 02 Sindangjaya jam 18.30.
42
Ibid.
93
keperluan wanita untuk mantan isteri dan harta yang bersifat keperluan suami
dikembalikan kepada suami.43
Ketentuan pembagian harta seserahan pasca perceraian ini sama dengan
yang di ungkapkan oleh bapak Rasmud (modin Desa Sindangjaya). Harta
seserahan tersebut dibagi dua apabila suami isteri tersebut belum dikaruniai
anak, walaupun keduanya telah bersetubuh (dukhul). Harta seserahan yang
bersifat untuk keperluan isteri diberikan kepada mantan isteri seperti piring,
gelas, sendok, wajan, buyung, panci, ranjang, pakian perempuan, dan lain-lain.
Sedangkan yang bersifat untuk kebutuhan laki-laki diberikan kepada mantan
suami seperti lemari, kursi (sudut), termos, teko, eskan, pakaian laki-laki, dan
lain-lain.44
Tradisi seserahan dan ketentuan penarikan kembali harta seserahan
pasca perceraian ini adalah murni adat yang sudah berlaku dari dahulu, adat
seserahan ini tidak bisa di samakan atau di pandang dari segi hukum agama
atau pun hukum Negara.45
Pada prinsipnya pembagian harta seserahan pasca perceraian ini atas
dasar keadilan. Harta seserahan yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak
perempuan sebagai bekal awal untuk kedua belah pihak menjalani hidup rumah
tangganya. Harta seserahan ini digunakan untuk keperluan bersama suami
isteri dalam menjalani hidup rumah tangga.46
43
Ibid.
Wawancara dengan Bapak Rasmud (Modin Desa Sindangjaya) pada hari Sabtu 18
Februari 2012 jam 6.30 wib d irumahnya.
45
Ibid.
46
Wawancara dengan Ust. Musa Asyari (Tenaga Pengajar di Pondok Pesantren Miftahul
Huda) pada hari Minggu, 19 Februari 2012 di rumahnya jam 19.30 wib.
44
94
BAB IV
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI
HARTA SESERAHAN PASCA PERCERAIAN DI DESA SINDANGJAYA
1
2
hlm. 105.
3
95
96
Mahar terbagi menjadi dua yaitu mahar musamma dan mahar misil.
Mahar musamma adalah mahar yang disebut dengan jelas jumlah dan
jenisnya dalam suatu akad nikah, sedangkan mahar misil adalah mahar yang
tidak disebutkan jumlah dan jenisnya dalam suatu akad nikah.4
Barang yang dijadikan mahar boleh berupa uang, perhiasan, perabot
rumah tangga, binatang, jasa, harta perdagangan atau benda-benda lainnya
yang mempunyai harga. Di syaratkan bahwa mahar harus diketahui secara
jelas dan detail, misalnya sekarung gandum, dan lain-lain.5
Para wali tidak boleh menetapkan syarat uang atau harta (kepada pihak
laki-laki) untuk diri mereka, sebab mereka tidak mempunyai hak dalam hal
ini. Mahar ialah hak perempuan (calon isteri) semata, kecuali ayah. Ayah
boleh meminta syarat kepada calon menantu sesuatu yang tidak merugikan
putrinya dan mengganggu pernikahannya. Jika ayah tidak meminta persyartan
seperti itu, maka itu lebih baik dan utama.6 Pemberian mahar secara
berlebihan justru dilarang, hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi pemuda untuk melangsungkan perkawinan.7
Para ahli fiqh sepakat bahwa pemberian mahar itu wajjib diberikan
suami kepada isterinya apabila telah terjadi campur (dukhul) dan suami tidak
boleh menguranginya sedikit pun. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 21:
97
98
dikaruniani anak. Seserahan ini adalah adat atau tradisi yang di anggap baik
dan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sindangjaya.10
Seserahan adalah sebagai tanda kasih sayang calon suami kepada calon
isteri dan keluarganya, seserahan juga sebagai tanggung jawab dan kseriusan
mempelai laki-laki untuk berumah tangga dan mampu untuk menjadi
pemimpin bagi keluarga.
Pada saat seserahan biasanya ada dua akad seserahan yakni akad
seserahan harta palid di cai (harta hanyut dikali) dan akad seserahan harta
gawanan (harta bawaan). Kedua akad ini mempunyai akibat hukum yang
bebeda ketika terjadi perceraian.11
Seserahan dengan memakai akad harta palid di cai (harta hanyut di
kali) ini artinya jika suatu saat nanti terjadi perceraian maka harta seserahan
tersebut di bagi dua, sebagian untuk mantan isteri dan sebagian lagi untuk
mantan suami. Sedangkan seserahan dengan memakai akad harta gawanan
(harta bawanan) artinya jika suatu saat nanti terjadi perceraian maka harta
seserahan tersebut seluruhnya ditarik kembali oleh mantan suami.
Barang seserahan yang biasa di bawa di antaranya ranjang, lemari,
kursi, piring, gelas, sendok, wajan, buyung, panci, termos, eskan, ember,
teko, gayung, hewan ternak (ayam), kayu bakar, kebutuhan calon mempelai
wanita, dan emas. Barang seserahan yang biasa di bawa adalah perabot
10
Ibid
Wawancara dengan bapak K. Abd. Rouf (mantan lurah Desa Sindangjaya) tanggal 17
Februari 2012 jam 18.30 di rumahnya.
11
99
rumah tangga dan peralatan dapur serta hasil kesepakatan bersama kedua
mempelai dan disesuaikan dengan kemampuan calon mempelai laki-laki.12
Seserahan ini adalah sebagai modal awal kedua mempelai untuk
menjalani kehidupan berumah tangga dan sebagai modal untuk hidup
bersama sebagai keluarga.
Pernikahan memang tidak selalu berujung dengan kebahagiaan dan
abadi, akan tetapi tekadang pernikahan berujung dengan percekcokan,
pertengkaran, dan berakhir dengan perceraian.
Di Desa Sindangjaya bila terjadi perceraian maka harta seserahan yang
diberikan pada saat menjelang pernikahan akan dibagi dua. Harta seserahan
ini dibagi dua ketika terjadi perceraian karena di Desa Sindangjaya akad yang
dipakai pada saat penyerahan harta seserahan memakai akad seserahan harta
palid di cai (harta hanyut di kali) yakni ketika terjadi perceraian maka harta
seserahan tersebut di bagi dua, sebagian untuk mantan suami dan sebagian
lagi untuk mantan isteri.13
Harta seserahan ini akan ditarik kembali setelah kedua mempelai
(mantan suami dan mantan isteri) resmi bercerai dan sah menurut agama.
Proses penarikan dan pembagian harta seserahan ini dilksanakan dengan cara
musyawarah dan kekeluargaan, dari pihak keluarga mantan suami mendatangi
rumah kelurga mantan isteri dan membicarakan pembagian harta seserahan.
Harta seserahan dibagi dua, sebagian untuk mantan suami yakni berupa
12
Wawancara dengan bapak Khoerudin (petani bawang merah) tanggal 19 februari 2012
jam 18.30 di rumahnya.
13
Ibid
100
barang kebutuhan suami dan sebagian untuk isteri yaitu barag kebutuhan
untuk isteri.14
Harta seserahan ini akan di bagi dua setelah perceraian apabila harta
seserahan yang dibawa pada saat menjelang pernikahan masih ada dan utuh,
dari hasil pernikahannya belum dikaruniani anak, jarak antara pernikahan
dengan perceraian masih dekat atau mantan suami dan mantan isteri hidup
rukun hanya sebentar (gagal menjadi keluarga yang sakinah, mawadah
warohmah yang abadi), dan sudah bersetubuh (dukhul) atau belum tetapi
belum dikaruniani anak. Sedangkan apabila hasil pernikahan mantan suami
dan mantan isteri tersebut sudah dikaruniani anak, maka harta seserahan
sepenuhnya menjadi hak mantan isteri dan anaknya. Harta seserahan ini
digunakan untuk membesarkan anak dan memenuhi kebutuhan anak.
Harta seserahan yang bersifat untuk kebutuhan laki-laki dikembalikan
untuk mantan suami dan barang seserahan yang bersifat untuk kebutuhan
perempuan diberikan kepada mantan isteri. Mantan suami biasanya
mendapatkan kursi, lemari lengkap dengan isinya, termos, piring, sendok,
gelas, dan lain-lain. Sedangkan mantan isteri biasnya mendapatkan ranjang,
wajan, panci, emas, dan lain-lain.15
Tradisi seserahan dan ketentuan penarikan kembali harta seserahan
pasca perceraian ini adalah adat dan tradisi yang berlaku sejak dahulu,
pembagian harta seserahan ini atas dasar keadilan dan tidak merugikan satu
sama lain antara mantan suami dan mantan isteri setelah mereka bercerai.
14
15
Ibid
Ibid
101
Ibid
Satria Efendi, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 153.
18
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Penerjemah Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib),
Semarang: Dina Utama, 1994, hlm. 387.
19
Departemen Agama, op.cit, hlm. 140.
17
102
103
23
24
104
bersama
dan
kebutuhan
bersama
serta
suami
boleh
25
105
atau dibagi dua walaupun sudah terjadi setubuh (dukhul) teatapi belum
dikaruniani anak hasil dari pernikahannya.
7. Mahar menjadi hak isteri sepenuhnya apabila sudah terjadi setubuh
(dukhul) anatar suami isteri, sedangkan seserahan menjdi hak isteri
sepenuhnya apabila hasil dari pernikahannya sudah dikaruniani keturunan
(anak).
Menurut pandangan hukum Islam tradisi seserahan dan penarikan
kembali harta seserahan yang ada di Desa Sindangjaya bisa disamakan
dengan pemberian bersyarat. Pada hakikatnya pemberian dilakukan dengan
tidak mengharapkan balasan dari manusia, baik pemberian itu berbentuk
hibah, hadiah, maupun shadaqah, tetapi pemberian boleh juga dilakukan
dengan persyaratan, seperti seseorang berkata aku berikan ini kepadamu
dengan syarat kamu supaya menyerahkan pulpen kamu kepadaku.
Dalam pemberian bersyarat, apabila syarat tidak dipenuhi boleh
pemberian diminta kembali. Dalam salah satu hadis dikatakan bahwa
seseorang laki-laki memberikan sesuatu kepada Rasulullah saw dengan
mengemukakan beberapa syarat terlebih dahulu, yakni agar Rasul
memberikan sesuatu yang disukainya. Jelasnya, hadis tersebut diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hiban dari Ibnu Abbas r.a. berkata:
" $%&
)*
Artinya: Seorang laki-laki memberikan kepada Rasulullah saw. seekor
unta betina, kemudian pemberian itu dibalas oleh Rasulullah
saw. dan bersabda telah relakah engkau?, laki-laki itu
menjawab: belum, Rasulullah saw. lalu menambahkan
106
() 7 8"/9 8:9
;% - 5 ) . &+ ) - ./ 01&
Artinya: Orang yang menghibahkan hartanya lebih berhak terhadap
hartanya, selama hibah itu tidak diiringi ganti rugi. (HR. Ibnu
Majah, Ad-Daruquthni, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim).28
Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa tradisi
seserahan dan penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang ada
di Desa Sindangjaya disamakan dengan pemberian bersyarat karena harta
seserahan tersebut ditarik kembali oleh pihak mantan suami setelah terjadi
perceraian dan tidak dikaruniani anak hasil dari perkawinan dari mantan
suami dan mantan isteri tersebut.
Harta seserahan yang diberikan calon suami kepada calon isteri pada
saat menjelang pernikahan adalah harta untuk digunakan bersama dengan
syarat terciptanya keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah dan abadi
serta mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan tersebut.
26
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh Juz V, Beirut: Dar al-Fikr, 1989,
hlm 644-646.
27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 214.
28
Wahbah Al-Zuhaili, op.cit, hlm. 644.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan uraian bab pertama sampai bab lima, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat Desa Sindangjaya kaya akan tradisi, seperti tradisi seserahan
pada saat menejelang pernikahan. Seserahan adalah penyerahan perabot
rumah tangga dari calon suami kepada calon isteri. Seserahan ini sebagai
tanda bukti keseriusan dan kemampuan calon suami untuk hidup bersama
dalam sebuah keluarga bersama calon isteri. Seserahan ini juga sebagai
tanda kasih sayang calon suami kepada calon isteri dan keluarganya.
Barang seserahan yang biasa digunakan adalah perlengkapan isi rumah,
perlengkapan dapur, dan perabot rumah tangga seperti kursi, lemari,
ranjang, kasur, bantal, gelas, piring, sendok, termos, perlengkapan isteri,
emas, dan lain-lain. Pada saat penyerahan seserahan biasanya masyarakat
Desa Sindangjaya memakai akad harta palid di cai (harta hanyut di kali)
yang artinya jika suatu saat nanti terjadi perceraian harta seserahan
tersebut di tarik kembali oleh mantan suami dan dibagi dua, sebagian buat
mantan isteri dan sebagian buat mantan suami. Sebagian besar masyarakat
Desa Sindangjaya menganut tradisi ini, sehingga apabila terjadi
perceraian harta seserahan di tarik kembali dan dibagi dua. Proses
107
108
109
B. Saran-saran
Berdasarkan permasalahan yang penulis bahas dalam skripsi ini,
penulis hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Hendaknya seserahan ini tidak memberatkan seorang pria untuk menikahi
seorang perempuan dan seserahan disesuaikan dengan kemampuan si
laki-laki sehingga walaupun seserahan ini sudah menjadi adat kalau tidak
mampu jangan dipaksakan untuk melaksanakan adat seserahan ini.
2. Pada saat akad seserahan seharusnya diperjelas lagi maksud dan
tujuannya seserahan sehingga nantinya menghasilkan akibat hukum yang
jelas dan tidak menimbulkan kesalah pahaman.
110
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
swt. atas segala Rahmat dan HidayahNya yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga dengan kemampuan terbatas penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis sadar, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karenanya diharapkan adanya kritik dan saran inovatif demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah swt, semoga karya ilmiah
ini bermanfaat kepada pembaca, khususnya kepada penulis. Amiiiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Nama
TTL
Jenis Kelamin
Agama
Alamat Asal
Alamat Sekarang
: Sulaeman Jazuli
: Brebes, 25 September 1989
: Laki-laki
: Islam
: Jl. Gunung Kumbang No. 04 RT. 10 RW II Sindangjaya
Ketanggungan Brebes.
: Jl. Karonseh Selatan X RT 07 RW VI Ngaliyan Semarang
Pendidikan Formal
1. MI Al-Miftah 01 Sindangjaya, lulus tahun 2002
2. MTs Al-Miftah Sindangjaya, lulus tahun 2005
3. MA Zainurrahman Cikeusal Kidul, lulus tahun 2008
4. Hukum Perdata Islam Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
angkatan 2008
Pengalaman Organisasi
1. Pengurus HMJ AS Bidang Kesejahteraan Mahasiswa (Anggota) 2009
2. Pengurus HMJ AS Bidang Kesejahteraan Mahasiswa (Transkrip Nilai) 2010
3. Pengurus BINORA (Koordinator Bola Voli) 2010
4. Pengurus BEM Fak. Syariah Bidang Pengembangan UKM 2010
5. Pengurus JQH BIdang Tafsir 2010
6. Pengurus PMII Rayon Syariah Bidang Bakat Minat 2010
7. Ketua Umum UKM BINORA Fak. Syariah 2011/2012
8. Pengurus HMJ AS (Koordinator Kesejahteraan Mahasiswa) 2011
9. Pengurus BEM Devisi Luar Negri 2011
10. Pengurus JQH Devisi Humas 2011
11. Pengurus DEMA IAIN Walisongo Semarang Devisi Mentri Hukum dan
Undang-undang (MENKUMDANG) 2012
No HP
e-Mail
: 087836554959/ 085643323318
: Bivoc_fasya@yahoo.com
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Sulaeman Jazuli
NIM. 082111037
BIODATA MAHASISWA
: Sulaeman Jazuli
Nim
: 082111037
Jurusan/ Fakultas
TTL
Alamat Asal
Alamat Sekarang
HP/e-Mail
: MIftahudin
Pekerjaan
: Wiraswasta
Ibu
: Rohati
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Sulaeman Jazuli
NIM : 082111037