Anda di halaman 1dari 119

APLIKASI RENCANA STRATEGIS DALAM PENGELOLAAN ZAKAT

DI BADAN PELAKSANA URUSAN ZAKAT MUHAMMADIYAH


(BAPELURZAM) PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH (PCM)
WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 1430 H/ 2009 M

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

MASRUROH
071311017

FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2011

NOTA PEMBIMBING

ii

PENGESAHAN

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 14 Desember 2011

Masruroh

iv

MOTTO



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan (QS. Al-Hasr: 18)

PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini untuk
Orang-orang yang penulis cintai yang selalu hadir mengiringi hari-hari penulis
Dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh cucuran keringat dan air mata
Penulis persembahkan bagi mereka yang tetap setia mendukung & mendoakan
Penulis Di setiap ruang & waktu dalam kehidupan penulis khususnya buat:
1.

Ayah dan Ibunda tercinta (Bpk Abdul Rokhim & Siti Khafsoh)
Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu
mencurahkan kasih sayang, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda
dalam sagala hal. Dan juga adik penulis (Sikembar Ifa & Ima, de Anam) Semoga
Allah SWT selalu melindungi mereka. Kalian semua sumber inspirasi penulis

2. Yth. Dr. H. Awaludin Pimay.Lc,M.Ag. dan Suprihatiningsih, S.Ag, M.Si


Yang telah berkenan meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing
penulis,

mendukung dan mendoakan penulis. Kesabaran dan ketabahannya

menjadi sumber inspirasi dan penyemangat dalam perjuangan hidupku.Semoga


Allah SWT senantiasa memberinya kekuatan.
3. Keluarga besar PP. Al-Marufiyah (KH. Abas Masruhin beserta keluarga)
Yang telah memberikan banyak ilmu dan nasehat penulis, semoga bermanfaat dan
Semoga selalu dalam lindungan-Nya.
4.

Sahabat-sahabat keluarga besar MD (Manajemen Dakwah) 2007


Khususnya (Zaenal Arifin, Dwi Mekarsari, Siti. K)Yang telah memberi
senyuman, menghibur penulis & selalu memotifasi penulis. Semoga perjuangan kita
akan memberikan kesuksesan.

vi

5. Sahabat-sahabat penulis di PP Al-Marufiyah (Muniasyaroh, Eka, Nina,


Rina, Ilif, Dian, Ainun, Anis, Azah, Tsalis, Aini, Tutut, uswatun, Ana,
Mihlah, Ibah, Kartini, fitri, Faizah, Lia, Ela, Yanti, Indri & Kang-kang
Pondok).
Yang senantiasa memberiku dukungan & doa, memberi senyum saat ku sedih,
memotifasi disaat ku rapuh, thanks atas doa dan dukungan kalian semua baik
moril maupun materiil. Kalian semua telah member warna baru dalam hidupku
thanks for All.
6. Kepada Semua pihak & teman-teman penulis
Yang telah menyumbangkan ide, saran, dan kritik bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

vii

ABSTRAK
Lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, sebagai
langkah awal bagi Islam untuk mendirikan amil zakat. Penulis melihat bahwa di
Weleri daerah Kendal, telah berdiri amil Zakat yang dikenal dengan istilah
BAPELURZAM, lembaga ini dikelola oleh Muhammadiyah, walaupun
BAPELURZAM telah beroperasi kurang lebih selama 30 tahun, namun telah
menunjukkan mekanisme pengelolaan dengan model teori manajemen. Adapun
pokok permasalahan dalam penelitian ini antara lain: Bagaimana rencana strategis
dalam pengelolaan zakat di Bapelurzam PCM Weleri Kab. Kendal? Apa
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan zakat di
Bapelurzam PCM Weleri Kab. Kendal?
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu peneliti melihat sudut
kualitas/mutu dari obyek peneliti ini. Adapun pendekatan dalam penelitian ini
adalah pendekatan manajemen. Pengumpulan data penelitian, peneliti telah
melaksanakan wawancara, observasi maupun pengumpulan dokumentasi sebagai
pelengkap dalam penelitian ini. Isi pokok pembahasan penelitian ini adalah
aplikasi rencana strategis dalam pengelolaan zakat dari segi pengumpulan maupun
dari segi pendistribusian. Dana zakat sebagai upaya untuk mendidik bagaimana
menjadi seorang yang Dermawan akan kepeduliannya terhadap saudara-saudara
yang kurang mampu atau di bawah garis kemiskinan. Dengan adanya kebiasaan
zakat tersebut dapat merubah kesejahteraan dari kaum yang lemah ekonominya
menuju kesetaraan taraf hidup yang makmur dan hilangnya rasa kesenjangan
sosial antara sikaya dan simiskin, sehingga tercipta kehidupan yang sama dan
merata sesuai cita-cita bangsa dan agama.
Adapun hasil temuan Bapelurzam Cabang Weleri daerah Kendal bahwa
Bapelurzam merupakan salah satu lembaga yang cukup tua lembaga ini
mendeklarasikan diri sebagai amil yang mengelola zakat amwal bukan zakat mal.
Dengan menggunakan konsep zakat amwal. Bapelurzam memberikan pengertian
bahwa zakat amwal lebih diarahkan pada zakat kepemilikan harta secara
menyeluruh dengan nishab 2,5 %. Mekanisme pemungutan zakat amwaal,
sebagaimana tercantum dalam QS. 9:103 zakat harus dijemput, peranan amil
untuk memungut dengan alokasi waktu selama bulan Ramadhan. Penyimpanan
zakat diserahkan pada Kospin jasa Weleri. Mekanisme pendistribusian dengan
prosentase sebagai berikut: 85 % dikelola oleh PCM Weleri dan 15 % dikelola
oleh Bapelurzam Atasan.

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan, kelancaran,


ketenangan, dan kesehatan serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan skripsi ini berjudul
APLIKASI RENCANA STRATEGIS DALAM PENGELOLAAN ZAKAT
DI

BADAN

PELAKSANA

URUSAN

ZAKAT

MUHAMMADIYAH

(BAPELURZAM) PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH (PCM) DI


KECAMATAN WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 1430H/ 2009 M
tanpa suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan kita.
Penulis menyadari bahwa sekripsi ini mungkin belum memadai. Penulis
telah berusaha dengan segala daya dan kemampuan. Semoga di masa yang akan
datang penulis dapat lebih baik. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
peran serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Muhammad Sulton, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Dr. H. Awaludin Pimay, Lc,M.Ag, selaku pembimbing I dan Ibu
Suprihatiningsih, S.Ag, M.Si, selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
sejak awal penulisan hingga menyelesaikan sekripsi ini dengan penuh
kesabaran.
3. Thohir Yuli Kusmanto, S.Sos,M.SI, selaku dosen wali studi.
4. Para Dosen dan staf-stafnya yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan.
5. Keluarga besar PP. Al-Marufiyah (KH. Abas Masruhin beserta keluarga)
yang telah memberikan banyak ilmu dan nasehat penulis, semoga bermanfaat
dan Semoga selalu dalam lindungan-Nya.

ix

6. Sahabat-sahabat keluarga besar MD (Manajemen Dakwah) 2007 yang telah


menghibur penulis & selalu memotifasi penulis. Semoga perjuangan kita akan
memberikan kesuksesan.
Dengan segala kerendahan hati dan juga puji syukur kepada Allah yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya, semoga amal Bapak dan Ibu beserta
para staf-stafnya dan juga semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu diterima semua amal shalehnya di sisi Allah SWT, Amin.
Akhirnya, skripsi ini dapat selesai, meskipun sangat sederhana dan masih
banyak kekurangan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi semua orang dan
khususnya bagi penulis sendiri.

Semarang, 14, Desember 20011


Penulis,

Masruroh

Daftar Tabel

1. Tabel II. 1

Cara Perhitungan Sederhana ......................................

41

2. Tabel III. 1

Pembagian Wilayah Kecamatan Weleri ......................

52

3. Tabel III. 2

Susunan Amilin ........................................................

57

4. Tabel III. 3

Waktu Kegiatan .........................................................

59

5. Tabel III. 4

Bagian Fuqoro-Masakin Konsumtif Periode 32


Tahun 1430 H/2009 M ..............................................

65

6. Tabel III. 5

bagian fisabilillah periode 32 tahun 1430 h/2009 M ...

67

7. Tabel III. 6

Laporan Pengelolaan Zakat Amwaal Periode 32 Tahun


Zakat 1430 H / 2009 ..................................................

8. Tabel III. 7

72

Perkembangan Perolehan Zakat Amwal Bapelurzam


Cabang Weleri Tahun 1979-2009 ...............................

xi

73

Daftar Lampiran

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

Lampiran 2

Letak Kantor/Sekretariat BAPELURZAM PCM Weleri

Lampiran 3

Pengurus Amilin BAPELURZAM PCM Weleri Tahun


1430H/2009M

Lampiran 4

Dokumentasi Ranting Karang Anom) dengan jenis usaha Warung


pecel dan makanan kecil

Lampiran 5

Surat Keputusan PCM Weleri Kabupaten Kendal

Lampiran 6

Kwitansi (Bukti Pembayaran) zakat untuk Muzakki

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ..

iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

vi

ABSTRAKSI ...............................................................................................

viii

KATA PENGANTAR .................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

xiii

BAB I

: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...........................................................

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................

1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................

1.3.2. Manfaat Penelitian ...............................................

1.4. Tinjauan pustaka ..............................................................

1.5. Metode Penelitian ............................................................

12

5.1.1. Jenis Penelitian ....................................................

12

5.1.2. Sumber Data ........................................................

13

5.1.3. Teknik Pengumpulan Data ...................................

13

5.1.4. Teknik Analisis Data ............................................

16

1.6. Sistematika Penulisan ......................................................

16

BAB II : KERANGKA TEORITIK


2.1

Rencana Strategis .............................................................

18

2.1.1. Pengertian Dan Teori Rencana Strategis ...............

18

2.1.2. Proses Perencanaan Strategis ...............................

25

2.1.3. Manfaat Renstra (Perencanaan Strategis) .............

17

xiii

2.2

Pengertian Pengelolaan ....................................................

28

2.3

Pengertian Dan Dasar Hukum Zakat ................................

30

2.3.1. Pengertian Zakat ..................................................

30

2.3.2. Dasar Hukum Zakat .............................................

35

2.3.3. Macam- Macam Zakat .........................................

39

Syarat-Syarat Zakat dan Penerima Zakat .........................

40

2.4.1. Syarat- Syarat Zakat .............................................

40

2.4.2. Penerima Zakat ....................................................

42

2.5

Tujuan Zakat ....................................................................

44

2.6

Pengelolaan Zakat dalam Islam ........................................

46

2.7

Pengertian BAPELURZAM .............................................

50

2.4

BAB III : GAMBARAN UMUM BADAN PELAKSANA URUSAN ZAKAT


MUHAMMADIYAH (BAPELURZAM) PIMPINAN CABANG
MUHAMMADIYAH (PCM) DI KECAMATAN WELERI
KABUPATEN KENDAL TAHUN 1430 H/ 2009 M
3.1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian ...................................

52

3.1.1. Letak Geografis BAPELURZAM di Kecamatan


Weleri Kabupaten Kendal ....................................

52

3.1.2. Sejarah Singkat Badan Pelaksana Urusan Zakat


Amwal Muhammadiyah .......................................
3.2. Rencana Strategis Dalam Pengelolaan Zakat Badan

54

Pelaksana

Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah .............................

54

3.2.1. Visi, Misi dan Program Badan Pelaksana Urusan


Zakat Amwal Muhammadiyah .............................

54

3.3. Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat Amwaal ............

62

3.3.1. Penarikan atau Pengumpulan Zakat Amwaal ........

62

3.3.2. Distribusi Zakat Amwaal ......................................

63

3.4. Mekanisme Pelaksanaan Program dan Persyaratannya ....

68

3.4.1. Mekanisme Pelaksanaan Program 69


3.4.2. Persyaratan Umum Untuk Program yang dibantu

xiv

Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah


Weleri Melalui Ranting Tiap Desa .......................

69

Persyaratan Umum Untuk Program Baru yang


ditangani BAPELURZAM langsung dan pihak
BPRS Artha Suraya Barokah ................................

69

3.5. Mekanisme Pengembalian ................................................

70

3.5.1. Mekanisme Pengembalian yang ditangani Majelis


Ekonomi ..............................................................

70

3.5.2. Mekanisme Pengembalian yang ditangani Bapelurzam


langsung dan BPRS Artha Surya Barokah ............

70

3.6. Realisasi Program ............................................................

71

3.7. Laporan ...........................................................................

71

3.8. Perkembangan Zakat Amwaal BAPELIURZAM Cabang


Weleri ..............................................................................

73

3.9. Hambatan-Hambatan yang dihadapi Dalam Pelaksanaan


Rencana Strategis Di BAPELURZAM Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Weleri Kab. Kendal .

74

BAB IV : ANALISIS TENTANG RENCANA STRATEGIS DALAM


PENGELOLAAN ZAKAT DI BAPELURZAM PCM
KECAMATAN WELERI KABUPATEN KENDAL
TAHUN 1430 H/ 2009 M
4.1. Rencana Strategis Dalam Pengelolaan Zakat Di
BAPELURZAM PCM Weleri Kab. Kendal .....................

79

4.2. Hambatan-Hambatan yang dihadapi Dalam Pelaksanaan


Rencana Strategis Di BAPELURZAM Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Weleri Kab. Kendal.

91

BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................

97

5.2. Saran-saran ......................................................................

98

5.3. Penutup ............................................................................ 100

xv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Zakat adalah ibadah maliyah ijtimaiyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari
sisi pembangunan kesejahteraan umat. Keberadaan zakat dianggap malum
min ad-din bi adl-dlarurah atau diketahui secara otomatis adanya dan
merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang (Gustian Djuanda, 2006:
14).
Sesungguhnya penanaman zakat bukanlah karena menghasilkan
kesuburan bagi harta, tetapi karena mensucikan masyarakat

dan

menyuburkannya. Zakat merupakan manifestasi dari kegotong royongan


antara para hartawan dengan fakir miskin. Pengeluaran zakat merupakan
perlindungan bagi masyarakat dari bencana kemasyarakatan, yaitu
kemiskinan kelemahan baik fisik maupun mental. Masyarakat yang
terpelihara dari bencana-bencana tersebut menjadi masyarakat yang hidup,
subur dan berkembang keutamaannya. Pengertian inilah yang harus kita
gunakan, karena berdasarkan firman allah SWT: QS. At-Taubah: 103

Artinya: Ambillah sedekah dari harta-harta mereka, engkau


membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengan sedekah
itu (Departemen RI, tt : 297-298).

Dengan demikian nyatalah bahwa zakat merupakan manifestasi dari


hidup sosial dan harus ditangani pelaksanaannya oleh pemerintah (Hasbi
ash-Shiddieqy, 2009: 7).
Zakat dalam pelaksanaannya harus ditetapkan dan diatur oleh agama
dan negara, baik dari segi jenis harta yang dizakatkan, para wajib zakat
(Muzakki) maupun para penerima zakat (Mustahiq), sampai pada
pengelolaanya oleh pihak ketiga, dalam hal ini pemerintah untuk mengelola
zakat demi kemaslahatan bersama (Umat). Negara atau lembaga inilah yang
akan membantu para muzakki, untuk menyampaikan zakatnya kepada para
mustahiq, atau membantu para mustahiq dalam menerima hak-haknya. Pada
tataran inilah, zakat bukan merupakan urusan individual, tapi merupakan
urusan masyarakat, urusan dan tugas pemerintah baik melalui organisasi
resmi yang langsung ditunjuk oleh pemerintah atau organisasi seperti
yayasan, Lembaga swasta, Masjid, Pondok Pesantren dan lainnya yang
berkhidmat untuk mengatur pengelolaan zakat mulai dari pengambilannya
dari Muzakki sampai kepada penyalurannya kepada para Mustahiq.
Niat baik dan keseriusan umat Islam, khususnya negara /lembaga
zakat sangat penting, apalagi mengingat negara Indonesia bukan negara
Islam. Banyak masalah yang akan timbul apabila hal ini tidak dimulai
dengan niat baik dan ditangani secara baik dan benar sesuai dengan
ketentuan dan nilai-nilai ajaran Islam. Pihak yang dapat melakukan itu
semua adalah umat Islam sendiri, khususnya para tokoh agama dan
cendekiawan yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah agama

dan bangsa, yang ditopang dengan pemerintah yang adil dan bijaksana.
Apabila

ketentuan-ketentuan

hukum

mengenai

zakat

diterapkan

dikembangkan dengan merumuskan kembali hal-hal yang berhubungan


dengan sumber zakat (harta yang wajib dizakatkan) dan pendayagunaan
(Pendistribusian) zakat, yang ditopang oleh manajemen yang baik, maka
peran dan fungsi zakat akan dapat terwujud. Ketentuan-ketentuan yang
mengatur pembagian zakat hakikat, makna dan fungsi zakat yang begitu
banyak, akan terwujud apabila pengelolaan zakat dilakukan secara baik dan
profesional. Misalnya menggunakan metode pembagian (Pendistribusian)
zakat yang lebih sesuai dengan kebutuhan para mustahiq, yaitu menyentuh
kepada akar permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq (Asnaini,
2008 : 5).
Di Indonesia, lemahnya sistem pengelolaan disebut sebagai faktor
yang dominan yang menjadikan hilangnya ruh zakat. Hal ini dibuktikan
bahwa upaya penghimpunan zakat terhitung sangat kecil dibanding negara
tetangga kita seperti Malaysia. Karena undang-undang pengelolaan zakat di
Indonesia baru terwujud dua tahun yang lalu sehingga selama ini
pengelolaan zakat di Indonesia masih dilakukan dengan sistem yang masih
tradisional dan konvensional (Masjfuk Zuhdi, 1991: 256).
Pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun
1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA)
No. 58 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 38 tahun 1999
dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan

Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis pengelolaan zakat.
Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masih
banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak dijatuhkan sanksi
bagi muzaki yang melalaikan kewajibannya (tidak mau berzakat), tetapi
Undang-Undang

tersebut

mendorong

upaya

pembentukan

lembaga

pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat.


Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat dalam
QS. At-Taubah: 60,


Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana
(Departemen RI, tt : 288).

Juga pada firman Allah SWT dalam QS. at-Taubah: 103,




Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui (Departemen RI, tt : 297-298).

Dalam surah at-Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu


golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah orang-orang
yang bertugas mengurus urusan zakat (amilina alaiha). Sedangkan dalam
at-Taubah: 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orangorang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian
diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang
mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (amil). Imam
Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut (At-Taubah: 60) menyatakan
bahwa amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/
pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan
zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada
yang berhak menerimanya (Didin Hafidhuddin, 2002:126).
Pengelolaan zakat agar langkahnya dapat lebih produktif dan
mempunyai nilai yang lebih dari saat sekarang, sebaiknya diperlukan
metode-metode yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk menentukan
arah dan tujuan yaitu dengan perencanaan strategis. perencanaan strategis
merupakan sebuah alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu
maksud saja menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik
(Michael Allison, 2005: 1).
Pada saat ini banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga
amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing, semua itu
adalah untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim. Sebagai
contoh telah berdiri Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah

(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Kecamatan


Weleri Kab. Kendal. Lembaga ini dikelola oleh Muhammadiyah, dan telah
beroperasi kurang lebih 30 tahun. Pengelolaan zakat di BAPELURZAM
mengenai sistem pengumpulan maupun pendistribusian dana zakat lebih
bersifat transparan. Dana zakat sebagai upaya untuk mendidik bagaimana
menjadi seorang yang dermawan akan kepeduliannya terhadap saudarasaudara yang kurang mampu atau di bawah garis kemiskinan. Dengan
adanya kebiasaan zakat tersebut dapat merubah kesejahteraan dari kaum
yang lemah ekonominya menuju kesetaraan taraf hidup yang makmur dan
hilangnya rasa kesenjangan sosial antara sikaya dan simiskin, sehingga
tercipta kehidupan yang sama dan merata sesuai cita-cita bangsa dan agama.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan membahas bagaimana
rencana strategis dalam pengelolaan zakat di BAPELURZAM PCM Weleri
Kabupaten Kendal dalam skripsi berjudul
STRATEGIS

DALAM

PELAKSANA

PENGELOLAAN

URUSAN

ZAKAT

APLIKASI RENCANA
ZAKAT

DI

BADAN

MUHAMMADIYAH

(BAPELURZAM) PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH (PCM)


DI KECAMATAN WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN
1430H/2009M

1.2. Rumusan Masalah


Beberapa pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
yaitu:

1. Bagaimana penerapan rencana strategis dalam pengelolaan zakat di


Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM)
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Kecamatan Weleri Kab.
Kendal?.
2. Apa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana strategis di
Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM)
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Weleri Kab. Kendal?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan
skripsi ini adalah untuk :
a. Mengkaji penerapan rencana strategis dalam pengelolaan zakat
di

Badan

Pelaksana

Urusan

Zakat

Muhammadiyah

(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM ) di


Kecamatan Weleri Kab. Kendal.
b. Mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan rencana
Strategis di Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah
(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di
Kecamatan Weleri Kab. Kendal?

1.3.2. Manfaat Penelitian


1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu tentang Manajemen
Strategis dalam Pengelolaan zakat.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pemahaman tentang Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat.
b. Bagi akademis, semoga hasil penelitian dapat membantu
dalam menambah wawasan dan referensi keilmuan mengenai
zakat.
c. Bagi pemerintah, semoga dengan hasil penelitian ini dapat
membantu memberikan informasi mengenai penerapan
rencana strategis dalam pengelolaan zakat.

1.4. Tinjauan pustaka


Untuk menghindari kesamaan penulisan, berikut ini dicantumkan
beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan skripsi ini. Diantara
penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam Fiqhu al-Zakat-nya Yusuf al-Qardhawi yang diterjemahkan
oleh Lukman Hakim dan kawan-kawan barangkali termasuk dalam sedikit
karya ilmiah yang mengkaji zakat selain lengkap dan komprehensif. Dalam

kitab tersebut, Yusuf tidak saja menulis tentang sisi normatif zakat
melainkan juga telah menginjak pada pembahasan tentang menejemen
pengelolaan zakat untuk diterapkan pada masa sekarang ini. Alasan ini yang
dikemukakan Yusuf tampak sangat kuat dan akan mendorong masyarakat
muslim

modern

untuk

memahami

bahwa

zakat

dengan

berbagai

kelebihannya merupakan sarana penting bagi peningkatan kehidupan sosioekonomi masyarakat.


Skripsi yang ditulis oleh Maftukhah, tahun 1992 yaitu Peran serta
BAPELURZAM

Dalam

Meningkatkan

Kesejahteraan

Umat

dan

Pembiayaan Dakwah di Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Skripsi ini


merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan
menggunakan kerangka berfikir deduktif. Dalam skripsi ini membahas
tentang peran serta BAPELURZAM dalam meningkatkan kesejahteraan
umat di kecamatan Weleri Kabupaten Kendal dengan mendistribusikan
zakat melalui 2 cara, pertama memberikan zakat dalam bentuk langsung
pakai seperti sembako yang diberikan dalam bentuk produktif yang berupa
uang untuk modal usaha yang diberikan kepada pedagang kecil yang
kekurangan modal usaha, dan selain itu BAPELURZAM juga berpindah
dalam pembiayaan dakwah melalui program-program keagamaan yang
telah dibuat untuk masyarakat Kecamatan Weleri Kab. Kendal. Inti dari
penelitian ini adalah proses pendistribusian zakat untuk meningkatkan
kesejahteraan.

10

Skripsi yang ditulis oleh Dwi kristiono, tahun 2006 yaitu Sistem
Pengelolaan Zakat Amwal Studi analisis terhadap Badan Pelaksana Urusan
Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM). Skripsi ini lebih menekankan
pada sistem pengelolaan zakat amwalnya bukan zakat mal. Dengan
menggunakan konsep zakat amwal. Bapelurzam memberikan pengertian
bahwa zakat amwal lebih diarahkan pada zakat kepemilikan harta secara
menyeluruh dengan nishab 2,5 %.
Skripsi yang ditulis oleh Sayidi, tahun 2007 yaitu Pengelolaan Zakat
Mal dari hasil penangkapan ikan pada masyarakat nelayan di Bapelurzam
Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Jenis penelitian ini adalah bersifat
kualitatif yaitu peneliti melihat dari sudut kualitas/mutu dari obyek
penelitian. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
manajemen. Pengumpulan data penelitian, peneliti telah melaksanakan
wawancara,

observasi

maupun

pengumpulan

dokumentasi

sebagai

pelengkap dalam penelitian ini. Isi pokok penelitian ini adalah sistem
pengelolaan zakat mal baik dilihat dari segi pengumpulan maupun dari segi
pendistribusian yang dilakukan oleh nelayan sendiri tanpa melalui lembaga
amil zakat maupun yang melalui amil zakat.
Skripsi yang ditulis oleh Nurul Fatikhah, 2009 yaitu tentang
Manajemen Strategik Pengelolaan zakat Produktif (Studi Kasus Pada Pos
Keadilan

Peduli

Ummat

Cabang

Yogyakarta)

menekankan pada pengelolaan zakat produktif.

yang

isinya

lebih

11

Skripsi yang ditulis oleh A. Muhtadi Ridwan, tahun 2010 yaitu


Aplikasi Pengelolaan

ZIS pada lembaga Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

(LAZIS) Kota Malang. Skripsi ini meneliti tentang Aplikasi Pengelolaan


Dana ZIS yang bertujuan untuk mengkaji secara mendalam model dan
mekanisme pengelolaan dana ZIS, baik penghimpunan, pendistribusian, dan
pendayagunaannya. Kajian ini secara khusus melihat bagaimana sistem
perencanaan, sistem pengorganisasian sistem pelaksana dan sistem
pengawasannya yang difokuskan pada lembaga Zakat, Infak dan Shadaqah
(LAZIS) Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan

adalah

penelitian kualitatif dengan model pendekatan studi kasus, yaitu suatu


pendekatan yang lebih menekankan pada keutuhan dan kedalaman subyek
yang diteliti.
Dari berbagai penelitian yang disebutkan di atas tampak jelas bahwa
belum ada peneliti yang melakukan penelitian secara khusus tentang
Aplikasi Rencana Strategis dalam pengelolaan zakat di Badan Pelaksana
Urusan Zakat

Muhammadiyah (BAPELURZAM)

Pimpinan Cabang

Muhammadiyah (PCM) di Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal tahun


1432H/2009M. Penelitian yang akan dilakukan ini memfokuskan kajiannya
pada perencanaan strategis dalam pengelolaan zakat. Oleh karena itu
penelitian ini layak untuk dilakukan.

12

1.5. Metode Penelitian


Metode riset ilmiah merupakan salah satu alat pendekatan ilmiah
yang digunakan untuk mencari kebenaran atau untuk menemukan suatu
pengetahuan yang baru, menguji teori, menjawab suatu pertanyaan atau
untuk mencari pemecahan suatu masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu,
untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai harapan, suatu penelitian
harus sisitematis, teliti, skeptis, logis dan objektif. Maka pendekatan dalam
proses pengumpulan data menjadi syarat utama dalam pelaksanaan sebuah
penelitian (Sumarsono, 2004: 6).
5.1.1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research) yang bersifat kualitatif, yaitu prosedur penelitian lapangan
yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa data-data tertulis atau
lisan dari orang-orang dan penelitian yang diamati (Lexy Moleong,
2001: 3).
Bogdan dan Taylor (1975: 5) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif memfokuskan kajiannya terhadap fenomena secara holistif
dan tidak mereduksi fenomena itu ke dalam variabel-variabel yang
kemudian dicari hubungannya secara parsial, akan tetapi fenomena
tersebut dilihat sebagai sebagian dari suatu keseluruhan. Adapun
penelitian ini yang bertumpu pada lapangan dan telaah teks.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif.

13

5.1.2. Sumber Data


Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari (Saifuddin, 2010: 91). Sumber data primer diperoleh
dari semua informan melalui teknik wawancara dan observasi
terhadap obyek penelitian tentang rencana strategis dalam
pengelolaan zakat di BAPELURZAM PCM Weleri Kab. Kendal.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari fihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya.

Data

sekunder

biasanya

berwujud

data

dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saifuddin, 2010:


91). Adapun sumber data ini diperoleh dari perpustakaan,
dokumen-dokumen rencana strategis dalam pengelolaan zakat
yang berhubungan dengan BAPELURZAM

PCM Weleri

Kabupaten Kendal.
5.1.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk

14

tujuan tertentu (Sumarsono, 2004: 66). Untuk memperoleh data


empiris tentang Aplikasi Rencana Strategis dalam pengelolaan zakat
di Bapelurzam PCM di Kecamatan Weleri Kab. Kendal, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data tersebut melalui beberapa
metode yaitu:
1. Wawancara
Metode wawancara atau metode interview, yaitu cara yang
dipergunakan seseorang dalam malakukan penelitian, untuk
mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, dengan
berdialog

dengan

face

to

face

terhadap

orang

lain

(Koentjaraningrat, 1994: 129). Jenis wawancara yang digunakan


adalah

wawancara

terstruktur

pertanyaan-pertanyaannya

telah

berupa

wawancara

yang

disusun

sedemikian

rupa,

sehingga pewawancara tinggal mencentang jawaban responden


sesuai daftar pertanyaan yang ada (Thohir, 2008: 30). Dialog yang
dilakukan

oleh

pewawancara

(interviewer)

adalah

untuk

memperoleh informasi dari yang diwawancarai (interviewee)


selanjutnya diadakan pencatatan untuk dijadikan data dalam
penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengetahui data sebagai
berikut:
2. Informasi tentang rencana strategis dalam pengelolaan Zakat di
Badan

Pelaksana

Urusan

Zakat

Muhammadiyah

15

(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)


Weleri Kabupaten Kendal, dengan sumber informasi dari Ketua,
dan para pegawai BAPELURZAM.
3. Informasi tentang hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
rencana strategis di BAPELURZAM PCM Weleri Kab. Kendal,
dengan sumber informasi dari para pegawai BAPELURZAM.
Beberapa orang yang terkait untuk diajui pertanyaan
dengan lembaga zakat tersebut diantaranya adalah: Ketua
Pimpinan Cabang Muhammadiyah, para pegawai, dan anggota
pengelola zakat.
4. Dokumentasi
Yaitu suatu penyelidikan terhadap benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 1998 : 145 ). Metode ini digunakan untuk memperoleh
data yang berupa dokumen di Bapelurzam PCM di Kecamatan
Weleri Kab. Kendal pada praktek sistem pengolahan zakat.
5. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena
sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda,
dan simbol-simbol tertentu selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat,
merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data

16

analisis (Suprayogo, 2001:167). Metode ini peneliti gunakan


untuk memperoleh data tentang pelaksanaan serta keadaan secara
langsung obyek yang akan diteliti yaitu perencanaan strategis
dalam pengelolaan zakat di Bapelurzam PCM di Kecamatan
Weleri Kab. Kendal.
5.1.4. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data, penulis
menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Suprayogo, 2001 : 136).
Yaitu

memberikan

deskripsi

secara

menyeluruh

bagaimana

perencanaan strategis dalam pengelolaan zakat di Bapelurzam PCM


di Kecamatan Weleri Kab. Kendal, dari penghimpunan sampai
pengelolaannya, kemudian data akan dianalisa dan disimpulkan
dengan metode induktif.
Berfikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari
data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori (Saifuddin
Azwar, 2010: 40).

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam melakukan penulisan dan memahami
penelitian ini akan ditulis dalam sistematika sebagai berikut:

17

BAB I : Pada bab awal ini berisi tentang pendahuluan penulisan skripsi
yang terdiri dari latar belakang masalah, pokok permasalahan
yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab kedua berisi tentang landasan teori skripsi, yaitu pengertian
dan teori rencana strategis, pengelolaan, pengertian zakat, dasar
hukum zakat, tujuan zakat, serta pengelolaan zakat dalam Islam,
pengertian Bapelurzam.
BAB III : Bab ketiga berisi tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan yang dilakukan di Bapelurzam PCM di Kecamatan
Weleri Kab. Kendal. Data tersebut meliputi profil Bapelurzam
PCM di Kecamatan Weleri Kab. Kendal, perencanaan/rencana
strategis dalam pengelolaan zakat, hambatan yang dihadapi dalam
pelakasanaan Perencanaan/rencana Strategis di (BAPELURZAM)
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Kecamatan Weleri
Kab. Kendal.
BAB IV : Bab keempat adalah analisa tentang perencanaan/rencana strategis
dalam pengelolaan zakat di Bapelurzam PCM Kecamatan Weleri
Kab. Kendal dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perencanaan strategis di BAPELURZAM PCM Kecamatan
Weleri Kab. Kendal.
BAB V : Bab penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kesimpulan
hasil penulisan skripsi, saran-saran dan penutup.

BAB II
KERANGKA TEORITIK

2.1 Rencana Strategis


2.1.1. Pengertian Dan Teori Rencana Strategis
Rencana strategis terdiri dari dua kata yaitu rencana dan
strategis. Pada setiap kata yang terkandung dalam kata rencana dan
kata strategis terdapat pengertian-pengertian yang penting untuk
diketahui dalam mendefinisikan pengertian rencana strategis secara
keseluruhan. Oleh karena itu sebelum mendefinisikan rencana
strategis, terlebih dahulu kita bahas pengertian rencana dan pengertian
strategis

baik

menurut

bahasa

(etimologi)

maupun

istilah

(terminologi).
Perencanaan dalam tata bahasa berasal dari rencana yang berarti
rancangan (Pius AP,et all. 1994:6001). Kemudian jika dilihat dari segi
manajemen para ahli memberikan definisi perencanaan satu sama lain
berbeda. Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa
yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan
apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai (G.R Terry &
Lesly W Rue, 1992: 43).
Rencana adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman
untuk

mencapai

suatu

tujuan tertentu.

Jadi,

setiap

rencana

mengandung dua unsur yaitu tujuan dan pedoman ( Malayu S.P.

18

19

Hasibuan, 2000: 249). Di dalam karangan bukunya Dr. H. B Siswanto,


M.Si perencanaan sebagai fungsi manajemen, Hayashi (1976: 2)
mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses bertahap dari
tindakan yang terorganisasi untuk menjembatani perbedaan antara
kondisi yang ada dan aspirasi organisasi. Perencanaan merupakan
suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam
kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum
diadakan pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada (Siswanto,
2009: 42). Perencanaan (planning), adalah 1) pemilihan atau
penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem, dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak
terlibat dalam fungsi ini (T. Hani Handoko, 1986: 23).
Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan
(rumusan) sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang
akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu. Tjokroamidjojo (1992, 12) mendefinisikan perencanaan
sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan
merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan

20

dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa (http:// ovalhanif.


Wordpress. com perencanaan-strategis/ strategic planning, 11 juni
2011).
Perencanaan atau Planning adalah proses penyusunan dan
penetapan tujuan dan

bagaimana

menempuhnya

atau proses

identifikasi ke mana anda akan menuju dan bagaimana cara anda


menempuh tujuan tersebut (Azhar, 2003: 36).
Perencanaan (takhthith) merupakan starting point dari aktifitas
manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas
manajemen

tetap

membutuhkan

sebuah

perencanaan.

Karena

perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam


bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang
optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada
dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka
usaha mencapai tujuan. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat
signifikan, karena ia merupakan dasar dan titik tolak kegiatan
pelaksanaan selanjutnya (M. Munir & Wahyu Ilaihi, 2009: 94-95).
Menurut Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Perencanaan
bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam berbagai
macam ragam tergantung dari sudut pandang mana melihat, serta latar
belakang apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan
definisi. Diantara beberapa definisi tersebut dirumuskan sebagai
berikut.

21

1. Menurut Prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah perhitungan dan


penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai
tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana (Abin, 2000).
2. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Bintoro Tjokroamidjojo,
1977).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan itu
dapat pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian
kebijakan untuk

mengendalikan masa depan sesuai

yang

ditentukan. perencanaan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk


memadukan antara cita-cita nasional dan resources yang tersedia
yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut (M. Fakry,
1987).
Perencanaan adalah fungsi dasar dari manager, sebab tanpa
adanya perencanaan tidak mungkin ada fungsi-fungsi lain. Penyusunan
rencana yang baik sangat membantu dalam mencapai tujuan, sebab
adanya perencanaan dapat memusatkan perhatian dan tindakan, serta
memungkinkan penggunaan semua faktor produksi seekonomis dan
semaksimal mungkin. Setiap perencanaan yang baik di dalamnya
memuat atau menjawab enam unsur, yang dikenal 5W + 1 H yaitu:

22

1. What will be done (Apa yang akan dikerjakan)


2. Why will it be done (mengapa dikerjakan)
3. Where will it be done (dimana akan dikerjakan)
4. When will it be done (kapan akan dikerjakan)
5. Who will do it (siapa yang akan mengerjakan)
6. How will it be done (bagaimana akan mengerjakan), (Harbangan
Siagian, 1993: 72).
Dari beberapa definisi di atas, dapat kita analisis dan tarik
beberapa butir penting yang perlu dijadikan pegangan dalam
menyusun suatu rencana. Butir-butir tersebut, yaitu: a) berhubungan
dengan masa depan, b) seperangkat kegiatan, c) proses yang
sistematis, dan d) hasil serta tujuan tertentu. Dengan memiliki
pemahaman akan pengertian perencanaan, kita dapat merumuskan
sendiri fungsi dan tujuan perencanaan. Fungsi perencanaan adalah: (a)
sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian, (b) menghindari
pemborosan sumber daya, (c) alat bagi pengembangan qualitys
assurance,

dan

(d)

upaya

untuk

memenuhi

accountability

kelembagaan (Udin Syaefudin Saud, 2005: 5).


Penggambaran kedua dari perencanaan strategis adalah kata
strategis berasal dari istilah militer yang berasal dari bahasa Yunani
Stratego yang berarti merencanakan pemusnahan musuh lewat
penggunaan sumber-sumber yang efektif (Azhar, 2003 : 26).

23

Strategis menurut kamus bahasa Indonesia berarti mengenai


(menurut) siasat perang; direncanakan menurut siasat perang, Bagus
(Baik) letaknya (Poerwadarminto, 2006 : 217 ). Menurut (Amstrong,
2003) dalam bukunya Triton, kata strategi dalam bidang manajemen
memang pernah tersentuh oleh Drucker pada tahun 1955 dengan
ungkapannya tentang manfaat keputusan strategis yang didefinisikan
sebagai semua keputusan pada sasaran bisnis dan pada cara untuk
mencapai sasaran tersebut (Triton, 2007: 14).
Dari penjelasan di atas strategi dapat diambil pengertian bahwa
strategi adalah suatu siasat yang digunakan oleh Lembaga/organisasi
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan mewujudkan sumber
daya secara efektif yaitu mempersiapkan hal dalam menghadapi
perubahan lingkungan.
Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan dalam rangka pembuatan alternatif-alternatif. Dalam
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, menyebutkan bahwa
perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada
hasil yang ingin dicapai pada kurun waktu satu sampai lima tahun
dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang
mungkin timbul. Rencana Strategis mengandung visi, misi, tujuan,
sasaran,

cara

mencapai

tujuan

dan

sasaran

yang

meliputi

kebijaksanaan, program dan kegiatan yang realistis dan disusun


sedemikian rupa dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

24

Dalam menyusun perencanaan strategis, terlebih dahulu setiap


lembaga perlu menentukan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai, mengingat bahwa perencanaan strategis merupakan keputusan
yang mendasar yang nantinya akan dijadikan acuan operasional
kegiatan lembaga terutama dalam rangka pencapaian tujuan akhir
lembaga (Akdon, 2007 : 277).
Perencanaan Strategis adalah salah satu cara untuk membantu
organisasi dan komunitas mengatasi lingkungan mereka yang telah
berubah (John M. Bryson, 1999: 24).
Perencanaan Strategis adalah proses pemilihan tujuan-tujuan
organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-program
strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut, dan penetapan
metoda-metoda yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan
kebijaksanaan telah diimplementasikan. Ada tiga alasan yang
menunjukkan pentingnya perencanaan strategis yaitu:
1. Pertama, perencanaan strategis memberikan kerangka dasar dalam
mana semua bentuk-bentuk perencanaan lainya harus diambil.
2. Kedua,

pemahaman

terhadap

perencanaan

stategis

akan

mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.


3. Ketiga, perencanaan strategis sering merupakan titik permulaan
bagi pemahaman dan penilaian kegiatan-kegiatan manajer dan
organisasi. Perencanaan strategis tidak hanya merupakan kegiatan
perencanaan suatu organisasi; tetapi perencanaan strategis lebih

25

merupakan salah satu peranan manajemen yang paling kritis (T.


Hani Handoko, 2003: 92-93).
Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati
organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder- utama
tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap
lingkungan operasi (Michael Allison, 2005: 1).
Perencanaan strategis merupakan jenis perencanaan yang
penting. Banyak tugas yang tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan perencanaan biasa. Perencanaan tersebut menjadi
semakin penting karena perubahan lingkungan yang semakin cepat
dan karena semakin kompleksnya organisasi. Proses perencanaan
strategis dimulai dengan perumusan misi dan tujuan, analisis tujuan
dan strategi saat ini, analisis lingkungan dan sumberdaya organisasi,
identifikasi kesempatan strategis, pengambilan keputusan strategis,
pelaksanaan strategi, dan evaluasi perencanaan strategis (Mamduh M.
Hanafi, 1997: 71).
2.1.2. Proses Perencanaan Strategis
Langkah-langkah proses penyusunan strategis dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyatan umum
tentang misi, falsafah maksud, dan tujuan organisasi. Perumusan
misi dan tujuan merupakan tanggung jawab kunci bagi manajer
puncak.

26

2) Pengembangan profil lembaga, yang mencerminkan kondisi


internal dan kemampuan lembaga. Langkah ini dilakukan dengan
mengidentifikasikan tujuan-tujuan dan strategi strategi yang ada
sekarang (existing).
3) Analisa

lingkungan

eksternal,

dengan

maksud

untuk

mengidentifikasikan cara-cara dalam mana perubahan-perubahan


lingkungan ekonomi, teknologi, social/budaya, dan politik dapat
secara tidak langsung mempengaruhi organisasi.
4) Analisa internal lembagakekuatan dan kelemahan organisasi.
Analisa

ini

dilakukan

dengan

memperbandingkan

profil

perusahandan lingkungan eksternal.


5) Indentifikasi kesempatan

dan ancaman strategis. Indentifikasi

tujuan dan strategi, analisa lingkungan, serta analisa kekuatan dan


kelemahan organisasi dipadukan dalam langkah ke lima : penetuan
berbagai kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan ancamanancaman yang harus dihadapinya.
6) Pembuatan keputusan Strategis. Langkah selanjutnya mencakup
identifikasi, penilaian dan pemilihan berbagai alternatif strategis.
7) Pengembangan strategi lembaga. Setelah tujuan jangka panjang
dan

strategi

dipilih

dan

ditetapkan,

organisasi

perlu

menjabarkannya ke dalam sasaran-sasaran jangka pendek (tahunan)


dan strategi-strategi operasional.

27

8) Implementasi strategi, yang menyangkut kegiatan manajemen


untuk mengoperasikan strategi. Implementasi berarti peletakkan
strategi menjadi kegiatan.
9) Peninjauan kembali dan evolusi. Proses ini sering disebut
strategic control. Setelah strategi diimplementasikan, manajer
perlu senantiasa memonitor secara periodik, atau pada tahap-tahap
kritis untuk menilai apakah organisasi berjalan kearah tujuan yang
telah ditetapkan atau tidak (T. Hani Handoko, 2003 : 94).
2.1.3. Manfaat Renstra (Perencanaan Strategis)
Menurut beberapa penulis (Steiner, 1979; Barry, 1986; Bryson,
Freeman, dan Roering, 1986; Bryson, Van de Ven, dan Roering, 1987)
berkeyakinan bahwa manfaat perencanaan Strategis dapat membantu
suatu organisasi:
1)

Berfikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi


yang efektif;

2)

Memperjelas arah masa depan.

3)

Menciptakan prioritas;

4)

Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi


masa depan;

5)

Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi


pembuatan keputusan;

6)

Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang


yang berada di bawah kontrol organisasi;

28

7)

Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;

8)

Memecahkan masalah utama organisasi;

9)

Memperbaiki kinerja organisasi;

10) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;


11) Membangun kerja kelompok dan keahlian (John M. Bryson,
1999: 12).

2.2

Pengertian Pengelolaan
Menurut Haryoso (1977: 121) pengelolaan adalah istilah yang berasal
dari kata kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk
menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
mencapai tujuan tertentu.
Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan hal
ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang
berbeda- beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,
kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan.
Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung
pengertian dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa
ahli yakni menurut Wardoyo (1980: 41) memberikan definisi sebagai
berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan

29

perencanaan

,pengorganisasian

pengerakan

dan

pengawasan

dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (http://id.shvoong.com


pengertian-pengelolaan, 22 Oktober 2011).
Pengelolaan adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh
individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai
suatu tujuan. Robret Kritiner mendefinisikan pengelolaan sebagai suatu
proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan yang efektif
dan efisien terhadap penggunaan sumber daya manusia. Pengertian
pengelolaan juga dapat diartikan sebagai kemampuan bekerja dengan orang
lain dalam suatu kelompok yang terorganisasi guna mencapai sasaran yang
ditentukan dalam organisasi ataupun lembaga (M.Munir & Wahyu Ilahi,
2009, 9-10).
Menurut Stoner dalam bukunya T. Hani Handoko pengelolaan adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (T.
Hani Handoko, 2003: 8). Pengelolaan juga berarti ketrampilan dan
kemampuan untuk memperoleh hasil melalui kegiatan bersama orang lain
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Azhar, 2003: 4).
Pengelolaan

didefinisikan sebagai

suatu

proses

perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian pekerjaan anggota


organisasi, serta pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai

30

tujuan organisasi (Arif Suadi, 2001: 6). Menurut Hasibuan pengelolaan


adalah proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Hasibuan, 2007: 9).
Haiman (1962: 1) mengatakan pengelolaan adalah fungsi untuk
mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu-individu untuk mencapai tujuan bersama. Pengelolaan dalam arti
luas atau umum, adalah suatu proses pencapaian tujuan dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. Pencapaian tujuan itu dapat dicapai
melalui kegiatan atau proses serta dengan mempergunakan struktur
(Harbangan Siagian, 1993: 9).

2.3 Pengertian Dan Dasar Hukum Zakat


2.3.1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berasal dari kata dasar ) ( yang berarti
tumbuh, bersih, atau suci, berkah, baik (Ahmad Warson Munawwir,
1984: 615). Sesuatu dikatakan zakat berarti sesuatu itu tumbuh dan
berkembang, seseorang dikatakan zakat berarti seseorang itu baik
(Yusuf Qardhawi, 1999: 34). Oleh karena itu benda dan harta yang
dikeluarkan untuk zakat dinamakan zakat, karena akan mendatangkan
kesuburan dan kesucian baik bagi harta tersebut maupun muzakki
(Teuku M. Hashbi As-Shieddiqi, 1999: 3). Sebagaimana firman Allah
SWT:

31


Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (QS. AlTaubah (9): 103) (Departemen RI,tt : 297-298).
Dalam bukunya Asnaini, bahwa Zakat dikatakan berkah, karena
zakat akan membuat keberkahan pada harta seseorang yang telah
berzakat. Dikatakan suci, karena zakat dapat mensucikan pemilik harta
dari sifat tama, syirik, kikir, dan bakhil. Dikatakan tumbuh, karena
zakat akan melipat gandakan pahala bagi muzakki dan membantu
kesulitan para mustahiq. Disebut dengan kata zakat, sebagaimana
terungkap dalam firman Allah SWT:

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taat lah
kepada rosul, supaya kamu diberi rahmat, (QS. Al- Nur
(24): 56) (Departemen RI,tt : 358).

Artinya: Dan dirikanah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah
beserta orang-orang yang ruku, (QS. Al- Baqarah (2): 43)
(Departemen RI,tt : 8).
Sedangkan menurut istilah Zakat adalah
1. Menurut H. Sulaiman Rasyid, zakat adalah kadar harta yang
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan
beberapa syarat (H. Sulaiman Rasyid, 1994: 192).
2. Menurut Ahmad Rofik zakat adalah ibadah dan kewajiban sosial
bagi para aghniya (hartawan) setelah kekayaannya memenuhi

32

batas minimal (nishab) dan rentang waktu setahun (haul).


Tujuannya

untuk

mewujudkan

pemerataan

keadilan

dalam

ekonomi. Menurut Umar bin al-khathab, zakat disyariatkan untuk


merubah mereka yang semula mustahik (penerima) zakat menjadi
muzaki (pemberi / pembayar zakat) (Ahmad Rofik, 2004: 259).
3. Menurut Muhammad Bagir Al-Habsyi Zakat Adalah sejumlah
harta (berupa uang atau benda) yang wajib dikeluarkan dari milik
seseorang, untuk kepentingan kaum fakir miskin serta anggota
masyarakat

lainnya yang memerlukan bantuan dan berhak

menerimanya (Muhammad Bagir Al-Habsyi, 1999: 273).


4. Menurut Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi mengatakan,



Artinya: Zakat itu sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta
yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk
diberikan kepada golongan tertentu.
5. Menurut Asy-Syaukani


.
Artinya: Memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai
nisab kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak
bersifat dengan sesuatu halangan syara yang tidak
membolehkan kita memberikan kepadanya. (Hasbi ashShiddieqy, 2009: 5).
6. Menurut mazhab Maliki zakat adalah mengeluarkan sebagian dari
harta yang khusus yang telah mencapai nishab (batas kuantitas

33

minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak


menerimanya (Nuruddin, 2006: 6).
7. Menurut mazhab Hanafi zakat adalah menjadikan sebagian harta
yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang
khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah swt.
8. Menurut mazhab Syafii zakat adalah sebuah ungkapan untuk
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus.
9. Menurut

mazhab Hambali Zakat

adalah hak

yang

wajib

dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus


pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam Al-quran (Wahbah
Al-Zuhayly, 1995: 84).
10. Menurut Abd al-Rahman al- Jazair Zakat adalah sebagian (kadar)
harta tertentu yang memenuhi syarat minimal (nishab) dalam
rentang waktu satu tahun (haul) yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat tertentu (Kutbudin
Aibak, 2009: 157).
11. Menurut Yusuf Qardhawi zakat adalah Sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak, di samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri. (Yusuf Qardhawi, 1999: 35).
12. Menurut Khalid bin Ali al-Masyiqah zakat adalah Mengeluarkan
sejumlah bagian yang telah ditentukan menurut syara dari harta

34

yang ditentukan dan diserahkan kepada golongan-golongan dan


dengan cara tertentu (Khalid bin Ali al-Masyiqah, 2007: 3).
13. Menurut Elsi Kartika Sari Zakat adalah nama suatu ibadah wajib
yang dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu
dari harta milik sendiri kepada orang yang berhak menerimanya
menurut yang ditentukan syariat Islam (Elsi Kartika Sari, 2006:
10).
Pengertian zakat sebagaimana tersebut di atas secara umum
tidak ada perbedaan dengan pendapat K. Abdul

Barie Shoim,

penggagas Zakat Kita. Abdul Barie menyebut bahwa pengertian


zakat baik lughowi maupun istilahi ada keselarasannya yaitu bahwa
zakat adalah suatu sistem kesucian dan usaha sadar pensucian sosial
ekonomi

umat

secara

periodik

(tahunan)

sehingga

tercapai

tuthohhiruhum wa tuzakkiihim bihaa, yakni suci bersih dan tumbuh


berkembang hartanya, manusia pemiliknya, transaksi-transaksi sosial
ekonominya dan bahkan umat seutuhnya (Shoim: 1994).
Menurut (Shoim: 1987) Zakat juga berarti ibadah kepada Allah
SWT yang penjabaran dan realisasinya merupakan sistem pemerataan
kesejahteraan sosial ekonomi muslimin lahir batin yaitu dengan
dipungutnya sebagian harta kekayaan kaum mampu (aghniya) sesuai
kebutuhan oleh petugas yang berwenang (Amil) zakat dengan
manajemen yang bersih bertanggung jawab, diberikan untuk

35

menyantuni kelompok tidak mampu (dhuafa) dan sebagiannya untuk


menunjang pembiayaan dakwah fi sabilillah (Musman, 2011: 24 ).
2.3.2. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Zakat juga
merupakan salah satu kewajiban yang ada di dalamnya. Zakat
diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijri.
Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadan dan zakat
fitrah. Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para nabi. Pendapat yang
terakhir ini disepakati para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai
penyucian untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para nabi
terbebas dari hal demikian. Lagi pula, mereka mengemban titipantitipan Allah di samping itu mereka tidak memiliki harta, dan tidak
diwarisi.
Dalam Al-Quran, zakat digandengkan dengan kata shalat
dalam delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Zakat diwajibkan dalam Al-Quran, Sunah, dan Ijma ulama.
Dalil-dalil yang terdapat dalam Al-quran adalah sebagai berikut
(Wahbah Al-Zuhayly, 1995: 89).


Artinya: Dan dirikanlah shalat tunaikanlah zakat dan rukulah
bersama orang-orang yang ruku (QS: Al- Baqoroh (2) : 43)
(Departemen RI,tt : 8).

36


Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (QS: AtTaubah (9) : 103) (Departemen Agama RI 297).


Artinya: Dan tunaikanlah haknya sewaktu dituai hasilnya (QS: AlAnam: 141) (Departemen Agama RI 147).



Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan padanya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian
itu adalah agama yang lurus (QS: Al- Bayinah (98) :5)
(Departemen Agama RI 599).



.
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS: At-Taubah: 60)
(Departemen RI, tt : 288).
Adapun hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar
bahwasanya Rasulullah bersabda :

:
.

37

Artinya: Islam didirikan dari lima sendi: Mengaku bahwa tidak ada
Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Allah dan
Muhammad adalah Utusan Allah; mendirikan shalat;
mengeluarkan zakat; mengerjakan haji dan berpuasa dibulan
Ramadhan (Hasbi ash-Shiddieqy, 2009: 14).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, terutama yang menempatkan
kata zakat, yang mengiringi kata shalat, maka dapat ditentukan bahwa
status zakat sebagai ibadah wajib yang sama pentingnya seperti shalat.
Ini berarti bahwa zakat itu salah satu sendi satu tiang utama dari
bangunan Islam. Demikian zakat sebagai rukun Islam, meninggalkan
zakat bagi yang mampu, batallah status orang sebagai penganut ajaran
Islam (Elsi Kartika Sari, 2006: 11).
Ibnu Hazm, berkata bahwa orang yang enggan mengeluarkan
zakat adalah diambil zakatnya itu darinya, suka atau tidak. Bila ia
mencoba mencegahnya maka ia boleh diperangi, dan apabila ia
berbohong ia dianggap murtad. Bila ia menyembunyikannya tetapi
tidak menghalangi petugas berwenang yang akan mengambilnya, ia
hanya dianggap melakukan suatu kemungkaran. Hendaknya ia diberi
pelajaran dengan memukulnya sampai ia membayarkan kewajibannya,
jika tidak demikian, ia meninggal dalam laknat Allah (Yusuf
Qardhawi, 1995: 98).
Abdullah bin Masud mengatakan bahwa shalat tanpa zakat
adalah pekerjaan yang sia-sia, karena Allah memerintahkan kita
mengerjakan keduanya. Ibnu Zaid juga berpendapat bahwa zakat dan
shalat diwajibkan bersama-sama, tidak terpisah-pisah. Khalifah Umar

38

pun bersumpah akan memerangi orang yang memisahkan zakat dan


shalat. Bahkan para sahabat Nabi sepakat untuk membunuh orangorang yang enggan mengeluarkan zakat (Yusuf Qardhawi, 1995: 6364).
Orang yang enggan mengeluarkan zakat akan mendapatkan
siksaan di akhirat dan di dunia. Di akhirat, dia akan mendapatkan
siksaan yang pedih. Pernyataan ini berdasarkan ayat berikut.

,
.
Artinya : . Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa maereka akan
mendapatkan) siksaan yang pedih. Pada hari dipanaskannya
emas dan perak itu di neraka jahanam. Dengannya dahi
mereka dibakar. Kemudian kepada mereka dikatakan,
Inilah harta bendamu yang kalian simpan untuk dirimu
sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang
kamu simpan (QS 9: 34-35).
Adapun siksaan dunia yang akan diterima oleh orang yang
enggan mengeluarkan zakat dan meremehkannya ialah bahwa harta itu
akan diambil, dia akan dicela, dipandang sebagai orang yang memiliki
utang harta, dan setengah hartanya diambil oleh hakim secara paksa.
Rasulullah saw pernah bersabda:

39

Artinya: Barang siapa memberikannya (zakat) karena berharap


mendapatkan pahala, baginya pahala. Dan barang siapa
yang enggan mengeluarkannya, kami akan mengambilnya
(zakat) dan setengah untanya sebagai salah satu uzmah
(kewajiban yang dibebankan kepada para hamba) oleh Allah
swt. Tidak sedikit pun dari harta itu yang halal untuk
keluarga Muhammad (Wahbah Al-Zuhayly, 1995: 91).
2.3.3. Macam- Macam Zakat
1. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah merupakan zakat untuk
menyucikan diri. Dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak
pada bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul
Fitri). Zakat ini dapat berbentuk bahan pangan atau makanan pokok
sesuai daerah yang ditempati, maupun berupa uang yang nilainya
sebanding dengan ukuran/harga bahan pangan atau makanan pokok
tersebut.
2. Zakat Mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat
(Gustian Juanda, 2006: 18).
Dalam

bukunya

Didin

Hafiduddin

(2002:

91-121)

mengemukakan jenis harta yang wajib dizakati sesuai dengan


perkembangan perekonomian modern saat ini meliputi:
1. Zakat profesi.
2. Zakat perusahaan.
3. Zakat surat-surat berharga.
4. Zakat perdagangan mata uang.
5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan.

40

6. Zakat madu dan produk hewani.


7. Zakat investasi property.
8. Zakat asuransi Syariah
9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung wallet, ikan hias, dan
sektor modern lainnya yang sejenis.
10. Zakat sektor rumah tangga modern.
Sedangkan dalam Undang- Undang No. 38/1999 Bab IV, Pasal
11 (2) tentang pengelolaan Zakat, disebutkan tujuh jenis harta yang
dikenai zakat, yaitu:
1. Emas, perak dan uang.
2. Perdagangan dan perusahaan.
3. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan.
4. Hasil pertambangan.
5. Hasil peternakan.
6. Hasil pendapatan dan jasa.
7. Rikaz. (Asnaini, 2008: 37).
2.4 Syarat-Syarat Zakat dan Penerima Zakat
2.4.1. Syarat- Syarat Zakat
1. Islam.
2. Merdeka.
3. Milik Sempurna.
4. Cukup satu Nishab (batas minimal).
5. Satu tahun (al-haul) untuk beberapa jenis zakat.

41

Cara penghitungannya secara sederhana dapat dilihat dalam


table berikut:
TABEL II. 1
Cara Perhitungan Sederhana
No Jenis Barang
1.

Nishab
5 - 9 ekor
10 -14 ekor
30 -39 ekor
40 59 ekor
60 69 ekor
40 120 ekor
120- 200 ekor
210 399 ekor

Zakat
1 kambing
2 kambing
1 kerbau
1 kerbau
2 kerbau
1 kamb. Betina
2 kamb. Betina
3 kamb. betina

Emas

20 misqal

2,5%= 0,5
misqal

Perak

200 dirham

2,5%= 5
dirham

20 misqal

2,5 %= 0,5
misqal

Ternak Unta
Ternak
Kerbau
Ternak
kambing

2.

3.

4.

Perhiasan
diluar
kewajaran
(simpanan)
Makanan
pokok
(mengenyang
kan)
Buah-buahan

Lebih dari 5
wasaq=200
dirham
Lebih dari 5
wasaq=
200dirham

Analog dgn
emas 93,6
gram
Analog
dgn
emas
93,6
gram
jika
digunakan rata6. Provesi
rata
2,5%,
setiap
Rp1.000.000,= Rp 25.000,(Ahmad Rofiq, 2004: 266)
5.

Perniagaan

1/10 irigasi
alam
1/20 irigasi
biaya
1/10 irigasi
alam
1/20 irigasi
biaya

Keterangan
Usia 2 tahun
2 tahun (dst)
2 tahun

2 tahun
20 misqal =93,6 gr
di luar perhiasan
wajar
200 dirham= 624
gram

Setiap panen 1
wasaq = 40 dirham

Setiap panen 1
wasaq = 40 dirham

2,5 %

1 tahun dr awal
perhitungan

2,5% x Rp
7.488.000,=Rp
187.200,00-

Harga emas 1
gram = Rp
80.000,93,6xRp 80.000, =
Rp 7.488.000,-

42

2.4.2. Penerima Zakat


Penerima zakat ialah orang-orang yang berhak menerima harta
zakat

(mustahiq)

dapat

diperinci

menjadi

delapan

golongan

sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah: 60, Sesungguhnya


zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk jalan Allah
dan orang-orang yang sedang dalam melakukan perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha bijaksana.
1. Fakir
Fakir (Al-fukara) adalah Orang tidak berharta dan tidak pula
mempunyai pekerjaan atau usaha tetap guna mencukupi kebutuhan
hidupnya (nafkah).
2. Miskin
Orang-orang yang tidak dapat

mencukupi hidupnya,

meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil


usahanya belum mencukupi kebutuhannya dan orang yang
menanggungnya tidak ada (Elsi Kartika Sari,2006: 37).
3. Amil Zakat atau Pengumpul Zakat (Al-Amilin Alaihan)
Amilin (Amilun), kata jama dari mufrad Amilun.
Menurut Yusuf Qardhawi, Amilun ialah semua orang yang
bekerja dalam mengurus perlengkapan administrasi urusan zakat,

43

baik

urusan

pengumpulan,

pemeliharaan,

ketatausahaan,

perhitungan, pendayagunaan, dan setrusnya (Asnaini, 2008: 54).


4. Muallaf atau Qulubihim (Orang yang Dibujuk Hatinya)
Muallaf adalah orang fakir yang ada harapan masuk Islam
dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
Atau orang-orang yang selama ini sangat anti pada Islam dan
sangat kasar pada orang Islam, dengan pemberian ini akan dapat
dilunakkan hatinya atau dinetralisir sehingga tidak lagi menentang
Islam (Zakiah Daradjat, 1995: 240).
5. Fi Riqab (Memerdekan Budak)
Riqab artinya budak yang dimerdekan. Maksudnya adalah
karena Islam tidak menyukai adanya perbudakan, maka melalui
instrument

zakat

inilah,

budak-budak

dibebaskan,

sehingga

menjadi merdeka dan memiliki kesetaraan dengan yang lain


(Ahmad Rofiq, 2004: 280).
6. Al Gharim (Orang-Orang yang Berhutang)
Gharim adalah mereka yang mempunyai hutang, tidak dapat
lagi membayar hutangnya, karena telah jatuh fakir. Termasuk
kedalamnya, mereka yang berhutang untuk kemaslahatan sendiri,
kemaslahatan umum, dan kemaslahatan bersama yang lain (Hasbi
ash-Shiddieqy, 2009: 162).

44

7. Fi Sabililah (di Jalan Allah)


Kata ibnu Asir, makna Sabilillah adalah semua amal
kebaikan yang dimaksudkan mendekatkan diri kepada Allah
Swt. Bukan hanya pada peperangan, dan bukan pula lebih jelas
maknanya terhadap peperangan (Sulaiman Rasjid, 1994: 213-214).
8. Ibnu Sabil ( Orang yang sedang dalam Perjalanan)
Ibnu Sabil adalah orang-orang yang bepergian (musafir)
untuk melaksanakan suatu hal yang baik (thaah) tidak termasuk
maksiat.

2.5 Tujuan Zakat


Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah
dimensi hablum minallah dan dimensi minannas. Ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai oleh Islam dibalik kewajiban zakat adalah sebagai berikut.
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan
hidup dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh gharim, ibnu
sabil, dan mustahiq dan lain-lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta kekayaan.
5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orangorang miskin.

45

6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin


dalam suatu masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
9. Sarana pemerataan pendapat (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.
Berdasarkan uraian di atas maka secara umum zakat bertujuan untuk
menutupi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan
sebagai perwujudan dari rasa tolong-menolong antara sesama manusia
beriman (Elsi Kartika Sari, 2006: 12-13).

2.6 Pengelolaan Zakat dalam Islam


Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 pengelolaan zakat
adalah

kegiatan

perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan,

dan

pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan


zakat (Gustian Juanda, 2006: 3). Telah dijelaskan bahwa zakat merupakan
potensi sosio-ekonomi yang cukup menjanjikan, sehingga zakat harus
dikelola secara optimal dan untuk tetap menjaga tujuan zakat yaitu
mengentaskan kemiskinan.
Pengelolaan Zakat adalah hasil harta yang terkumpul dari muzakki
dialokasikan

kepada

mustahik

dengan

memberikan

perkakas

yang

memungkinkan ia bekerja dalam bidang keterampilannya untuk mencukupi

46

kebutuhan pokoknya. Atau bagi yang tidak berniaga, juga tidak mempunyai
suatu keterampilan dalam usaha tertentu, maka kepadanya diberikan jaminan
dengan jalan menanamkam modal, baik dalam harta yang tidak bergerak
(tanah) maupun pada harta yang berkembang seperti peternakan (masyriah)
yang penghasilannya dapat mencukupi kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, prosesnya dilakukan oleh institusi yang dalam
Islam dikenal dengan nama Baitul Maal sebagai lembaga pengelola harta
negara, dan harta zakat disimpan dalam Baitul Maal zakat (Ali Yafie, 1994 :
236).
Zakat merupakan sarana penciptaan kerukunan hidup antara golongan
kaya dengan kaum fakir

miskin.

Zakat

merupakan sumber dana

pembangunan umat Islam. Sebagai sumber dana zakat dapat menjadi


kekuatan modal yang sangat besar apabila ditunjang oleh cara pengelolaan
zakat yang baik. Untuk menciptakan pengelolaan zakat yang baik diperlukan
persyaratan-persyaratan tertentu yaitu antara lain:
1) Kesadaran masyarakat akan makna, tujuan serta hikmah zakat.
2) Amil zakat benar-benar orang-orang terpercaya, karena masalah zakat
adalah masalah yang sensitif. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
kejujuran dan keikhlasan amil zakat untuk menumbuhkan adanya
kepercayaan masyarakat kepada amil zakat.
3) Perencanaan, dan pengawasan atas pelaksanaan pemungutan zakat yang
baik (Daradjat, 1995: 246)

47

Aktifitas pengelolaan zakat yang telah diajarkan oleh Islam dan telah
dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan penerusnya yaitu para sahabat. Untuk
melaksanakan pengelolaan Islam memberikan perintah untuk membentuk
petugas atau lembaga yang disebut Amil. sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya zakat itu untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk
hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan sebagai suatu yang diwajibkan oleh Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S.At-Taubah (9) : 60)
(Departeman Agama RI, Hal 288).
Menurut Yusuf al-Qardhawi Amillina alaiha sebagai salah satu
golongan yang wajib menerima zakat adalah dalil paling tegas yang
menjelaskan bahwa harus ada orang-orang yang di tugaskan secara khusus
untuk mengurus zakat.
Dalam ayat lain yaitu Surat At Taubah ayat 103 Allah SWT
berfirman:



Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan harta itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka,dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa
bagi mereka. (Q.S.At-Taubah (9) : 103) (Departemen Agama RI,
Hal 297-298).

48

Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan


Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang bertanggung jawab mengurus
urusan kaum muslimin sesudah Nabi untuk mengambil zakat. Setelah jelas
keterangan tentang perlunya zakat diurus oleh para petugas khusus, persoalan
berikutnya adalah siapa yang berhak menunjuk atau mengangkat petugas
zakat (Yusuf Qardhawi, 1999: 733 ).
Menurut Yusuf al-Qardhawi, alasan yang kuat bahwa penguasa
adalah orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan serta mengelola zakat,
baik ia sendiri secara langsung atau wakilnya (membentuk amil). Sementara
itu dari beberapa keterangan lain didapatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
telah menunjuk seorang laki-laki dan Azad untuk menjadi petugas dalam
urusan zakat. Demikian juga khalifah Umar pernah mengutus Ibnu Sadi
untuk mengurus zakat (Yusuf al-Qardhawi, 1995: 119).
Bagian terpenting dalam proses manajemen pengelolaan zakat adalah
tahap alokasi dan pendistribusian dana zakat. Karena proses inilah yang
langsung bersentuhan dengan sasaran penerima zakat. Al Quran telah
memberikan ketentuan yang jelas tentang orang-orang yang berhak menerima
zakat yaitu sebagaimana dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 60 di atas.
Perhatian Al-Quran terhadap proses ini tentunya tidak lepas dari motivasi
zakat sebagai sarana untuk mengentaskan kemiskinan, sehingga fakir dan
miskin diletakkan sebagai golongan pertama dan paling utama diantara
delapan golongan penerima zakat.

49

Hal yang tak kalah penting lainnya adalah berkaitan dengan


pendistribusian zakat untuk mencapai tujuannya adalah berkaitan dengan
berapakah dan dalam bentuk apakah zakat sebaiknya diberikan kepada
mustahiq zakat. Hal ini penting karena berkaitan dengan manfaat zakat
sehingga benar-benar berguna dan manfaatnya dapat dirasakan serta tidak
habis hanya untuk konsumsi mustahiq zakat.
Menurut Yusuf al-Qardhawi adalah kurang tepat jika dikalangan
masyarakat berkembang suatu pemikiran bahwa zakat hanyalah sekedar
penutup kekurangan sesaat sehingga zakat tidak harus

diberikan dalam

bentuk konsumtif yang habis sekali pakai dan kemudian para mustahiq
tersebut kembali menderita.

Hal ini bertentangan dengan tujuan zakat

sebagai sarana untuk mengentaskaan kemiskinan.


Zakat hendaknya diberikan dalam upaya mengurangi penderitaan
seorang mustahiq. Sehingga jika seorang miskin, maka zakat yang diberikan
untuknya

diusahakan

dalam

bentuk

yang

lebih

produktif

untuk

mengangkatnya dari jurang kemiskinan dan dapat hidup dengan layak.


Pendapat ini dikemukan oleh Imam Nawawi dan Imam Syafii.
Pengikut Imam Nawawi mengatakan bahwa kepada orang yang
mampu berbuat sesuatu ketrampilan agar diberi modal untuk menjalankan
pekerjaannya itu. Modal tersebut boleh diberikan dalam bentuk uang seharga
kebutuhan untuk membeli alat-alat ataupun dalam bentuk barangnya.
Sehingga dapat dimanfaatkan untuk bekerja memperoleh penghasilan (zakat
produktif).

50

Pendapat-pendapat di atas juga sejalan dengan apa yang pernah


dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab. Beliau berkata Apabila anda
hendak memberi, usahakanlah sampai mencukupi (Yusuf al-Qardhawi,
1995: 121).
Untuk semua kepentingan di atas, maka amil dalam melaksanakan
rencana strategis dalam pengelolaan zakat harus memiliki data-data yang
lengkap berkaitan dengan nama-nama mustahiq dan tingkat kesejahteraan
hidupnya serta kebutuhannya.

2.7 Pengertian BAPELURZAM


BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah)
adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh
masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah. lembaga ini dikelola oleh
Muhammadiyah dan bersifat swasta. Lembaga ini didirikan di daerah PDM
Kab. Kendal. BAPELURZAM termasuk Lembaga Amil Zakat.
Dalam peraturan perundang-undangan, yaitu: UU No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999
tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam

dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000

tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.


Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
1. Nasional, dikukuhkan oleh Menteri Agama.

51

2. Daerah provinsi, dikukuhkan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor


Wilayah Departemen Agama Provinsi.
3. Daerah Kabupaten atau Kota, dikukuhkan oleh Bupati atau Walikota atas
usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota.
4. Kecamatan, dikukuhkan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan.
Untuk dapat dikukuhkan oleh pemerintah, sebuah LAZ harus
memenuhi dan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
1. Akte pendirian (berbadan hukum).
2. Data muzakki dan mustahik.
3. Daftar susunan pengurus.
4. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
5. Neraca atau laporan posisi keuangan.
6. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Setelah mendapat pengukuhan, LAZ memiliki kewajiban sebagai
berikut:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat.
2. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan .
3. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media
massa.
4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah (Gustian Juanda, 2006 : 7-8).

BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN PELAKSANA URUSAN ZAKAT
MUHAMMADIYAH (BAPELURZAM) PIMPINAN CABANG
MUHAMMADIYAH (PCM) DI KECAMATAN WELERI
KABUPATEN KENDAL TAHUN 1430 H/ 2009 M

3.1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian


3.1.1. Letak

Geografis

BAPELURZAM

di

Kecamatan

Weleri

Kabupaten Kendal
Kecamatan Weleri sendiri terletak di jalur utama pantai utara
Kabupaten Kendal, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kecamatan Rowosari

Sebelah Selatan : Kecamatan Pageruyung


Sebelah Barat

: Kecamatan Batang

Sebelah Timur : Kecamatan Gemuh


Keberadaan Kantor BAPELURZAM terletak di Jl. KH. Ahmad
Dahlan No. 47 terletak di pusat kota dan komplek perguruan dan amal
usaha Muhammadiyah (SMK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah,
Panti Asuhan Muhammadiyah), dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Batas-batas Wilayah Kantor BAPELURZAM :
Sebelah Utara

: Dibatasi SMK Muhammadiyah

Sebelah Selatan : Pemukiman Warga

52

53

Sebelah Barat

: Pemukiman

warga

dan

perguruan

Muhammadiyah.
Sebelah Timur : Pemukiman warga dan Pertokoan
Tabel III. 1
Pembagian Wilayah Kecamatan Weleri
No

DESA

DUSUN/

RUKUN

RUKUN

DUKUH

WARGA

TETANGGA

Sidomukti

42

Penyangkringan

17

60

Bumiayu

24

Manggungsari

22

Sumberagung

10

29

Ngasinan

10

Weleri

44

Nawangsari

24

Karangdowo

14

10

Penaruban

26

11

Sambongsari

27

12

Karanganom

19

13

Payung

14

Pucuksari

18

15

Tratemulyo

13

16

Montongsari

12

49

97

402

Jumlah

Sumber : BPS kabupaten Kendal Tahun 2008 (Wawancara dengan


Bambang Purwanto, S. PdI. Sekretaris BAPELURZAM PCM Weleri
tahun 2011, di Kantor, 18 September 2011).

54

3.1.2. Sejarah

Singkat

Badan

Pelaksana Urusan

Zakat

Amwal

Urusan

Zakat

Muhammadiyah
BAPELURZAM

(Badan

Pelaksana

Muhammadiyah) Cabang Kecamatan Weleri adalah Lembaga Amil


Zakat atau Lembaga Filantropi Islam yang berdiri sekitar tahun 1979
yang dipelopori oleh Abdul Barie Shoim selaku pencetusnya. Badan
amil ini mendeklarasikan diri sebagai amil yang mengelola zakat
amwal bukan zakat mall saja, dengan menggunakan konsep zakat
amwal yaitu: lebih diarahkan pada zakat kepemilikan harta kekayaan
secara menyeluruh. Badan ini juga menghimpun dana infaq, shadaqah,
wakaf produktif serta berbagai dana kedermawanan lainnya yang
selanjutnya didayagunakan sebesar-besarnya untuk pemberdayaan
masyarakat (Wawancara dengan H. Yusuf Darmawan, Ketua
BAPELURZAM PCM Weleri tahun 2009, di Kantor, 20 September
2011).

3.2. Rencana Strategis Dalam Pengelolaan Zakat Badan Pelaksana Urusan


Zakat Amwal Muhammadiyah
3.2.1. Visi, Misi dan Program Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah
1. Visi
Menjadi Lembaga Amil Zakat yang amanah, transparan
dan

professional

dengan

mengoptimalkan

pemberdayaan

55

masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah


menuju cita-cita Masyarakat Utama.
2. Misi
Mengoptimalkan kualitas pengelolaan zakat yang amanah
dan professional. Membantu mustahik, melalui program-progarm
pemberdayaan yang trasparan, terukur, tepat sasaran dan
berdayaguna.
3. Tujuan
Membersihkan,

mensucikan

atau

memutihkan

dan

pemutihan harta kekayaan dan jiwa muslimin muzakki, sekaligus


bermakna :
a. Menyantuni, membimbing dan mengentaskan sosial ekonomi
kaum dhuafa.
b. Ikut membiayai dakwah dan mengantisipasi ekspansi dakwah
agama lain.
c. Membina serta memupuk kualitas ukhuwah Islamiyah yang
tangguh.
(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri Kab. Kendal
Visi Misi dan Tujuan tahun 2009)
4. Program
a. Pemberdayaan

Ekonomi

Masyarakat

Program

Dhuafa

produktif yang dibantu oleh Majelis Ekonomi Pimpinan


Cabang Muhammadiyah Weleri melalui Pimpinan Ranting di

56

Desa masing-masing. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Program Pendampingan Dhuafa Prodduktif Plus yang
ditangani oleh BAPELURZAM langsung dan BPRS Artha
Surya Barokah sebagai Baitul mallnya.
b. Santunan Dhuafa Konsumtif Program Pemberian Santunan
Kepada Dhuafa (Wawancara dengan Drs. Nur Rofiq Tim
penyuluh tahun 2011, di Kantor, 18 september 2011).
5. Susunan Kepengurusan
SUSUNAN AMILIN
BAPELUZAM CABANG WELERI
PERIODE : 32 TAHUN ZAKAT 1430 H / 2009M
Penasehat

: 1. H. Muslim R
2. H. Muslikhin

Penanggung Jawab

: Pimpinan Cabang Muh. Weleri

Koordinator Cabang : H. Yusuf Darmawan


Wakil Koordinator

: 1. H. Mulyono Syafaat
2. M. Sani Abdi Rahman

Sekretaris

: H. Badaruddin

Wakil Sekretaris

: 1. Akhmad Sukarno, S.Pd


2. Abdul Malik
3. Agus Sunaryo

Bendahara

: Drs. Nuryadi

Wakil Bendahara

: 1. Sri Mulyono
2. Heru Ardiasaputra

57

Anggota Pleno/Tim Penyuluh :

1. H. Suud Nasroh
2. Drs. H. Musthofa
3. Ali Muzi
4. Drs. A. Rofiq.

Tabel. III.2
Susunan Amilin
No.
1.

Nama Desa
Weleri

Koordinator

Operasional

Drs. Heru

1. Sulis Mardiono

Purnomo

2. Munawir, BA
3. Sutarman
4. Sujari

2.

Bumiayu

Suparman, S.Pd

1. Ahmad
2. Tarmidi
3. Ngapin
4. Rohmadi
5. Samin

3.

Nawangsri

Aris Mulatno

1. Tirah Priyono
2. Jumadiono
3. Nashoha

4.

Ngasinan

H. A Salim Arif

1. Paryono
2. Imam Mujahidin

5.

Karangdowo

Bambang

1. Ariyanto

Tribobowo

2. Sabit Sujarwadi
3. Imam Tobirin
4. Novianto
5. Moh. Zaenuri

6.

Penaruban

Muh Absori

1. Waluyo
2. Nur Azis
3. Edy Winarto

58

4. M Sadzali Nugroho
7.

Pucuksari

Jazuri, BA, H

1. Mabrur

8.

Karanganom

MasfuI Hisam

1. Mufli Khairul Huda


2. Khumaidi

9.

Payung

Suripto

1. Jurahman
2. Drs. Subakir
3. Sumaryadi

10. Sidomukti

M. Busro, ST

1. Subandi
2. Imam Nashoha
3. Suryono
4. Marman
5. Pujiono, S.Pd
6. M. Suprayan

11. Sambongsari

Masykuri

1. Suswanto

Setiabudi

2. Sriyanto, S.Pdi
3. Solikhin
4. Imam Sobirin
5. Ikhsan, S.Pd.I
6. Ariyanto

12. Tegalsari

M. Maruf

1. Abdul Somad
2. Bagas Chairil A

13. Montongsari

Muchtar

1. Manto

14. Tratemulyo

Drs. H. Kasiyanto

1. Edi Supriyadi

15. Sumberagung

Supriyanto

16. Manggungsari

Supratikno

17. Sekepel

F. Soetijono, S.Pd 1. Mardiyanto, S.Pd

1. Subuid

2. M. Sukis R
3. Budi Joko Waluyo
18. Kendayan

1. Sukatmo
2. Zaenal A

59

19. Krajan

1. Rumadi, S.Pd
2. Prasojo

20. Kedonsari. 1

Abd Khanan

1. M. Heri Nugroho
2. Fery Andriyamto

21. Kedonsari. 2

1. Syahidin
2. Joko Ardi N

22. Kedonsari. 3

1. Subur R Basuki

23. Kedonsari. 4

1. Wahid Asyari
2. Henri

24. Kedonsari. 5

1. Drs Wahid Asyari

2. M. Dwi Priyanto
25. Rsi kendal

Joko Mulyadi

26. Akper

Bambang

1. Parni
-

Purwanto
27. Sma muh

Sinwan,

S.Pd.Ekop
28. Smea muh

AW D Wartomo

29. Stm muh

Sobirin

30. Smp muh

Muslikh, S.Ag

31. Ma/mts muh

Fahruddin, S.Pdi

6. Waktu Kegiatan BAPELURZAM Cabang Weleri tahun 1430


H/2009
Tabel III. 3
Waktu Kegiatan
No

TANGGAL

JENIS KEGIATAN

1 - 6 Ramadhan 1430 H

Penyampaian edaran

22 27 Agustus 2009 M

kepada calon Muzakki

60

6 27 Ramadhan 1430 H
2

Penarikan Zakat
27 17 Agustus 2009 M
27 Ramadhan 1430 H

Cheking I
17 September 2009 M
10 Syawal 1430 H

Cheking II
29 September 2009 M
17 Syawal 1430 H

Cheking III Pra Tasyaruf


6 Oktober 2009 M
24 Syawal 1430 H

Tasyaruf
13 Oktober 2009 M
16 Dzulqoidah 1430 H

7
4 Nopember 2009 M

Laporan pertanggung
jawaban kepada Muzaki

(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri Susunan Pengurus


Tahun 2009).
7. Sosialisasi Gerakan Zakat Amwal
BAPELURZAM

(Badan

Pelaksana

Urusan

Zakat

Muhammadiyah) ini sebagai amil yang mengelola zakat amwal,


konsep zakat amwal yaitu: seluruh kekayaan atau harta terpadu,
bukan hanya harta kekayaan tertentu atau sebagian harta kekayaan
atau harta yang berkotak-kotak atau sektoral. Zakat sektoral atau
terkotak-kotak, seperti zakat zuru; pertanian (tanaman-tanaman),
masyiyah; peternakan, naqdain; perhiasan, tijarah; perdagangan,
makdan; barang tambang dan rikaz; barang temuan/harta karun,

61

semuanya merupakan bagian dari sumber realisasi zakat.


Begitupun profesi termasuk zakat sektoral.
Sosialisasi dilaksanakan pada bulan Rajab, Syaban dan
Ramadhan. Dilaksanakan melalui pengajian rutin, khutbah
(Jumat, acara insidental), arisan, pengajian bulan Ramadhan,
Pengajian Tajilan sebelum

berbuka puasa

dan disegala

kesempatan yang memungkinkan. BAPELURZAM dan petugas


operasional harus memberi tuntunan sejelas-jelasnya tentang cara
menghitung zakat agar mendapat hasil yang tepat.
Sosialisasi

ini

dilakukan

oleh

para

Mubalighat

Muhammadiyah, ustadz dan Amil yang diberi mandat. Sosialisasi


akan lebih berhasil dengan melibatkan pejabat pemerintah (Carik,
Lurah, Camat dan sebagainya) dan tokoh masyarakat berbagai
golongan. Tentunya mereka terlebih dahulu harus memahami
tuntunan zakat.
Sosialisasi juga dilakukan dengan menerbitkan edaran
kepada masyarakat Muslim. Di dalam edaran tersebut termaktub
beberapa ketentuan dan jadwal pelaksanaan zakat. Pada masa
sosialisasi ini pula, BAPELURZAM mendata calon Muzakki
dalam daftar calon Muzakki. Daftar calon Muzakki ini diperoleh
dari hasil observasi maupun informasi dari warga Muhammadiyah
setempat.

62

Bersamaan dengan sosialisasi, pada bulan Ramadhan akhir


BAPELURZAM menarik zakat fithrah dan membagikan kepada
yang berhak. Efektif pelaksanaan menarik dan mendistribusikan
zakat

fithrah pada tanggal 28,

29 dan

30 Ramadhan

(Menyesuaikan waktu Sholat Idul Fithri) (Wawancara dengan H.


Yusuf Darmawan Ketua BAPELURZAM PCM Weleri tahun
2009, di Kantor, 20 September 2011).

3.3. Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat Amwaal


3.3.1. Penarikan atau Pengumpulan Zakat Amwaal
Setelah BAPELURZAM melaporkan kegiatan zakat fithrah,
segera melakukan penarikan atau pemungutan zakat Amwaal. Amil
BAPELURZAM tidak menunggu jawaban dari muzakki atas surat
edaran yang telah disampaikan sebelumnya. Amil bertanggung jawab
untuk mendatangi door to door ke Muzakki, tidak perlu mengundang
balik Amil. Bila sampai bulan akhir Syawal, zakat Amwaal belum
dipungut juga, Muzakki dapat menyerahkanya ke Amil.
Pada saat penarikan, Muzakki juga menyerahkan usulan daftar
Mustahiq yang diharapkan (secara pribadi) dapat menerima zakatnya.
BAPELURZAM memang memberikan hak dan kewenangan kepada
Muzakki untuk turut menentukan Mustahiq ini adalah kelompok fakir
miskin yang berada di lingkungan sekitar Muzakki. Metode ini
dilakukan oleh BAPELURZAM guna membantu mempermudah

63

amilin zakat menentukan Mustahiq. Namun usulan dari Muzakki


tersebut tidak bersifat mutlak dan mengikat karena penyaluran zakat
oleh BAPELURZAM juga melalui Musyawarah (Wawancara dengan
Drs. H. Nuryadi Wakil Ketua 1 Tahun 2011, di Kantor 18 September
2011).
3.3.2. Distribusi Zakat Amwaal
Dalam pendistribusian Badan Amil ini dua macam kategori
yaitu distribusi konsumtif dan distribusi produktif. Distribusi
konsumtif diprioritaskan 8 asnaf sama halnya dengan yang distirbusi
produktif, namun dalam distribusi produktif diprioritaskan untuk
golongan fakir miskin dalam perekonomian yang sulit.
Program Pendampingan Dhuafa Produktif Plus adalah
program pemberian bantuan modal usaha atau tambahan modal kepada
pengusaha kecil, dengan tujuan membantu mengembangkan usaha
sehingga dapat tercipta perekonomian yang stabil dan mandiri.
Badan ini bekerjasama dengan dua baitul mall, pertama dengan
Majlis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang dibantu
melalui Pimpinan Ranting di seluruh Desa di Kecamatan Weleri.
Kedua BPRS Artha Surya Barokah Weleri selaku pihak Baitul
mallnya. Keduanya mempunyai fungsi :
1) Sebagai Baitul Mall
2) Sebagai perantara keuangan
3) Alur atau prosedur aliran dana

64

4) Pihak manajemen dan Fasilitator


BAPELURZAM melembagakan dana zakat ini dalam bentuk
semacam koperasi untuk para mustahiq. Majelis Ekonomi sistem
kerjanya dibantu oleh pimpinan Ranting di desa masing-masing.
Sedang pihak BPRS Artha Surya Barokah hanya sebagai baitul mall
saja, pelaporan keuangan juga terpisah tidak ikut dalam pelaporan
keuangan BPRS Artha Surya Barokah. Jadi keduanya hanya sebagai
perantara keuangan, pihak manajemen dan Baitul mall sedang
mustahiq adalah sebagai investor atau pemilik dana. Karena konsep
zakat sendiri adalah dana itu hak mustahiq. Para mustahiq diserahi
dana pinjaman zakat berupa uang tetapi ditarik kembali sebagai
tabungan si mustahiq untuk keperluan cadangan modal atau investasi
mereka.

Jika

sewaktu-waktu

masih

membutuhkannya

biar

mengambilnya. Program ini hampir sama dengan produk Qordul


Hasan, dimana mustahiq hanya mengembalikan pokoknya saja tanpa
adanya tambahan, adapun suatu ketika usaha mustahiq kurang berhasil
dan tidak biar mengembalikan pinjamannya tidak masalah karena itu
adalah hak mereka.
Inti program ini adalah merubah posisi dari mustahiq menjadi
muzakki untuk jangka panjangnya, untuk jangka pendeknya yaitu
merubah kondisi ekonomi mustahiq agar terampil dan mandiri.
Program ini dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis ekonomi global

65

yang dampaknya sangat terasa di Indonesia, sehingga banyak usaha


kecil yang bangkrut.
Sasaran Program Pendampingan Dhuafa Produktif Plus ini
adalah Warga Muhammadiyah, anggota dan simpatisan (pada
umumnya), tetapi diutamakan pengurus ranting dengan maksud untuk
menegakkan

perekonomian

pimpinan

ranting

sehingga

yang

bersangkutan dapat berjuang menegakkan Islam dalam bingkai


Persyarikatan Muhammadiyah dengan tenang (pada khususnya)
(Wawancara dengan H. Yusuf Darmawan Ketua BAPELURZAM
PCM Weleri Tahun 2009, di Kantor, 20 September 2011).
TABEL III. 4
BAGIAN FUQORO-MASAKIN KONSUMTIF
PERIODE 32 TAHUN 1430 H/2009 M

NO

RANTING

Weleri

Bumiayu(Lebo/Tim)

JUMLAH

JUMLAH

ZAKAT (Rp) MUZAKKI


37.554.000

86

6.721.000

43

Bumiayu (Tempel)

10.295.000

45

Nawangsari

18.393.500

Ngasinan

5
6

BAG.

MUSTAHIQ

KONSUMTIF
@. Rp 50.000

328

16.400.000

184

9.200.000

58

245

12.250.000

9.033.375

23

76

3.800.000

Karangdowo

60.738.000

51

420

21.000.000

Penaruban (Selatan)

43.584.750

53

Penaruban (Utara)

16.120.000

44

343

17.150.000

Pucuksari

6.445.000

18

70

3.500.000

Karanganom

6.366.500

24

73

3.650.000

66

Payung

7.125.700

31

116

5.800.000

10

Sidomukti

9.486.000

56

69

3450.000

11

Sambongsari

29.690.950

91

240

12.000.000

12

Tegalsari

13.706.250

47

61

3.050.000

13

Montongsari

8.105.000

29

113

5.650.000

14

Tratemulyo

6.450.000

14

78

3.900.000

15

Sumberagung

16

Manggungsari

350.000

15

750.000

17

Sekepel

11.401.000

39

56

2.800.000

18

Kendayaan

13.000.000

44

132

6.600.000

19

Krajan

13.255.000

35

101

5.050.000

20

Kedonsari. 1

25.915.000

26

167

8.350.000

21

Kedonsari. 2

39.725.000

30

139

6.950.000

22

Kedonsari. 3

46.525.000

25

134

6.700.000

23

Kedonsari 4

23.724.500

40

82

4.100.000

24

Kedonsari 5

36.163.000

31

143

7.150.000

25

RSI Kendal

59.266.305

186

373

18.650.000

26

AKPER MUH

2.218.912

200.000

27

SMA MUH 1

5.295.100

17

86

4.300.000

28

SMK MUH 1

7.557.025

46

18

900.000

29

SMK MUH 3

8.568.000

56

45

2.250.000

30

SMP MUH 1

3.240.000

20

21

1.050.000

31

MTS/MA

5.474.500

26

50

2.500.000

32

PAY Putri

500.000

18

90.000

JUMLAH

591.993.367

1.348

(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri Tahun 2009).

4.000

200.000.000

67

TABEL III. 5
BAGIAN FISABILILLAH
PERIODE 32 TAHUN 1430 H / 2009 M

NO

NAMA USAHA

JUMLAH

JUMLAH

TENAGA

PERTAHUN

KETERANGAN

Play Group

2.160. 000

Dikelola PC Aisyiyah

TK ABA Penyangk.

11

3.960. 000

cq Majelis Dikdasmen

TK ABA Karanganom

1.080. 000

Weleri dan diberikan

TK ABA Bumiayu

1.440. 000

setiap awal bulan @Rp

TK ABA Bumiayu

1.440. 000

30.000,-

TK ABA Ar Rahman

10

3.600. 000

13.680.000

MI Muh Tegalsari

2.880. 000

Dikelola PCM Weleri

SD Muh Weleri

17

6.120. 000

cq. Majelis Dikdasmen

MTS/ MA Muh Weleri

22

7.920. 000

Weleri dan diberikan

10

SMP Muh Weleri

17

6.120. 000

setiap awal bulan

11

SMA Muh Weleri

3.240. 000

@Rp 30.000,-

12

SMEA Muh Weleri

3.240. 000

13

STM Muh Weleri

13

4.680. 000

Operasional Majelis
14

3.000. 000

TPQ & Guru Ngaji

37.200.000
Dikelola PCM Weleri

60

21.600. 000

cq Majelis Tablight cq.


Majelis Dikdasmen

Operasi Tablight

Jumlah (a)

3.000.000

193

75.480.000

24.600.000

68

No

Nama
Ortom/Amal Usaha

Jumlah

Prm
Muhammadiyah

Jumlah

PC Muhammadiyah

29.579.688 Bumiayu

1.000.000

PC Aisyiyah Weleri

1.000.000

Nawangsari

1.000.000

PC Pemuda Muh Weleri

1.000.000

Weleri

12.000.000

PC NA Weleri

1.000.000

Pucuksari

500.000

PC IRM Weleri

500.000

Ngasinan

750.000

TK ABA Pengangkiran

500.000

Montongsari

1.000.000

TK ABA Karanganom

500.000

Karangdowo

3.000.000

TK ABA Bumiayu

500.000

Sumberagung

TK ABA Penaruban

500.000

Penaruban

10

TK ABA Ar Rahman

500.000

Manggungsari

11

TPA Amanah Weleri

500.000

Karanganom

1.500.000

12

TPA Assalam Weleri

500.000

Tratemulyo

500.000

13

MI Muh Weleri

15.000.000 Sambongsari

2.000.000

14

SD Muh Weleri

5.000.000

Tegalsari

3.000.000

15

MTS Muh Weleri

2500.000

Sidomukti

1.500.000

16

MA Muh Weleri

2500.000

Payung

1.000.000

17

SMP Muh Weleri

1000.000

Penyangkringan

23.000.000

18

SMEA Muh Weleri

2.000.000

19

SMA Muh Weleri

3.000.000

20

PAY Putri Muh Weleri

3.000.000

21

PAY Putra Muh Weleri

3.000.000

22

Masjid Al Huda Weleri

2.000.000

Jumlah (c)

55.250.000

Jumlah (b)

75.579.688

Jumlah Total bagian Sabililah a+b+c


(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri tahun 2009)

3.000.000
500.000

206.309.88

69

3.4. Mekanisme Pelaksanaan Program dan Persyaratannya


3.4.1. Mekanisme Pelaksanaan Program
Makanisme tentang pelaksanaan Program Pendampingan
Dhuafa Produktif ini diatur dalam Surat Keputusan Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Weleri Nomor: 010/IV.6/G/2009 Tentang
ketentuan dan persyaratan peserta program pendampingan dhuafa
produktif plus.
3.4.2. Persyaratan Umum Untuk Program yang dibantu Majelis
Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Melalui
Ranting Tiap Desa:
1. Warga Muhammadiyah.
2. Sudah memiliki rintisan usaha atau belum.
3. Maksimal pinjaman Rp. 50.000,4. Persyaratan Administrasi.
5. Foto copy KTP (@ 2 lembar).
6. Foto copy Kartu Keluarga (2 lembar).
7. Surat

pengantar

persetujuan

dari

pimpinan

Ranting

Muhammadiyah setempat.
8. Diajukan kepada Majelis Ekonomi.
3.4.3. Persyaratan Umum Untuk Program Baru yang ditangani
BAPELURZAM langsung dan pihak BPRS Artha Suraya
Barokah:
1. Warga Muhammadiyah (diutamakan Pimpinan Ranting).

70

2. Sudah memiliki rintisan usaha.


3. Maksimal pinjaman Rp. 5.000.000,-.
4. Persyaratan Administrasi.
5. Foto copy NBM/KTA (@ 2 lembar).
6. Foto copy Kartu KTP (2 lembar).
7. Foto Copy Kartu Keluarga (2 lembar).
8. Surat pengantar dari pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat.
9. Menandatangani surat akad peminjaman uang (suami isteri) dengan
pimpinan ranting sebagai saksi.

3.5. Mekanisme Pengembalian


3.5.1. Mekanisme Pengembalian yang ditangani Majelis Ekonomi:
1. Tenggat waktu pengembalian (mulai menyicil) tidak ditentukan.
2. Angsuran dilakukan tiap pengajian rutin pada tiap ranting.
3. Besaran angsuran semampunya.
4. Angsuran disetorkan pimpinan Ranting atau pada Majelis
Ekonomi.
3.5.2. Mekanisme Pengembalian yang ditangani Bapelurzam langsung
dan BPRS Artha Surya Barokah:
1. Tenggat waktu pengembalian (mulai menyicil) satu tahun.
2. Angsuran dilakukan tiap bulan.
3. Besaran angsuran Rp. 200.000,-.
4. Angsuran disetorkan pada BPRS Artha Surya Barokah.

71

3.6. Realisasi Program


Program Pendayagunaan zakat produktif ini telah terealisasi dan
dengan keterbatasan dana yang tersedia baru bisa diikuti oleh 221 orang
terhitung tahun penggunaan dana zakat produktif mulai tahun 2008-2010:
1. Dibantu Pimpinan Cabang Muhammadiyah Majelis Ekonomi dan dibantu
melalui Ranting masing-masing ada 209 orang.
2. Ditangani Bapelurzam langsung dan BPRS Artha Surya Barokah ada 12
orang (Wawancara Bp. Nawawi Ketua Majelis Ekonomi PCM Weleri
tahun 2011, 18 September 2011).

3.7. Laporan
Seluruh BAPELURZAM baik ditingkat Daerah, Cabang maupun
Ranting menyusun laporan pertanggung jawaban kepada masing-masing
pemberi mandat. Untuk BAPELURZAM tingkat Daerah laporan diberikan
kepada PDM, PCM se Daerah, PWM dan PP beserta uang hak kelolanya.
Bagi BAPELURZAM tingkat cabang memberikan laporan kepada PCM,
PRM se Cabang, BAPELURZAM Daerah, PDM, Muzakki dan LPPKMPDM.
Laporan disusun berdasarkan program kerja yang telah disusun
BAPELURZAM di awal pembentukannya. Untuk BAPELURZAM Daerah,
di dalam laporannya menampilkan data dari seluruh PCM yang berisi jumlah
Muzakki, jumlah pemasukan zakat amwaal, alokasi untuk PDM, PWM dan

72

PPM. Laporan juga menampilkan tasarruf zakat amwaal yang diterima PDM
kepada Mustahiq beserta nominal angkanya.
Sedangkan untuk BAPELURZAM Cabang, laporan disusun lebih
lengkap dengan menampilkan daftar nama Muzakki, asal Ranting dan jumlah
amwaal. Di dalam laporannya juga ditampilkan tasarruf zakat kepada
Mustahiq dan nominal Amwaal yang diserahkan Kepada PDM, PWM dan
PPM.
TABEL III. 6
LAPORAN PENGELOLAAN
ZAKAT AMWAAL PERIODE 32 TAHUN ZAKAT
1430 H / 2009
Jumlah Zakat Amwaal terkumpul

Rp. 591.993.363

Jumlah Muzakki

1.348 orang

Jumlah Mustahiq

4.000 orang

Pengelolaan Zakat Amwaal ditasyarufkan sebagai berikut :


Dikelola Bapelurzam : Atasan

15 %

Rp.

88.799.337,-

85%

Rp.

503.194.362,-

1. Fuqoro dan Masakin

49%

Rp.

246.565.237,-

2. Amilin

6.6%

Rp.

33.210.828,-

3. Muallaf

0.3%

Rp.

1.509.583,-

4. Riqab

0.3%

Rp.

1.509.583,-

5. Gharim

0.3%

Rp.

1.509.583,-

6. Fisabilillah

41%

Rp.

206.309.688,-

7. Ibnu Sabil

2.5%

Rp.

12.579.859,-

Dikelola Bapelurzam : Cab.


Weleri

(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri Laporan Pengelolaan Zakat


Amwal tahun 2009).

73

3.8. Perkembangan Zakat Amwaal BAPELIURZAM Cabang Weleri


TABEL III. 7
PERKEMBANGAN PEROLEHAN ZAKAT AMWAL
BAPELURZAM CABANG WELERI
TAHUN 1979-2009
No TAHUN

JML ZAKAT

JML MUZAKKI

1979

415.000

65

1980

1.456.100

94

1981

1.837.200

105

1982

1.597.500

103

1983

2.115.120

115

1984

2.612.750

115

1985

2.391.500

104

1986

3.567.400

114

1987

4.347.555

147

10

1988

7.225.960

181

11

1989

12.500.000

332

12

1990

18.554.100

495

13

1991

22.625.760

590

14

1992

28.000.000

716

15

1993

31.435.175

754

1994)*

30.871.600

421

1995

37.775.000

467

1996

40.320.325

483

1997

46.268.425

520

20

1998

51.775.200

551

21

1999

92.750.000

587

16

17
18

19

KETERANGAN

*Tahun 1994
PCM Weleri di
Pecah menjadi 2:
1. Wil Selatan
PCM Weleri
2. Wil Utara
PCM Rowosari

74

22

2000

122.763.000

633

23

2001

170.400.000

774

24

2002

194.320.000

864

25

2003

220.822.000

914

26

2004

247.000.000

1.078

27

2005

278.950.000

1.083

28

2005/20

313.500.000

1.034

06
29

2006

348.500.000

1.073

30

2007

394.400.000

1.162

31

2008

498.800.000

1.192

32

2009

591.993.367

1.348

(Dokumentasi BAPELURZAM PCM Weleri Perkembangan Perolehan Zakat


Amwal tahun 2009)

3.9. Hambatan-Hambatan yang dihadapi Dalam Pelaksanaan Rencana


Strategis Di BAPELURZAM Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)
Kecamatan Weleri Kab. Kendal.
Seiring dengan perkembangan BAPELURZAM sejak tahun 1979
terdapat beberapa hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut satu sisi pada
aspek substansi ijtihad dan sisi yang lain pada persoalan teknis management
BAPELURZAM. Hambatan tersebut antara lain :
1.

Hasil ijtihad PDM Kendal tentang zakat kita belum semuanya


dipahami dan diterima oleh sebagian ulama di lingkungan Majelis Tarjih
Jawa Tengah. Bila ditinjau dari aspek pemahaman agama, ijtihad zakat
bukan hal yang popular karena selama ini pemahaman tentang
pelaksanaan zakat tidak beranjak dari pemahaman Kitab dan pemahaman

75

Mufasir abad pertengahan perkembangn Islam yang dianggap cukup


kuat. Sikap Majelis Tarjih dengan memberikan kelonggaran sebenarnya
merupakan refleksi atas sikap kehati-hatian. Dari hasil interview dan
diskusi yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung, secara implisit
beberapa

kalangan

baik

akademisi,

ulama

maupun

pimpinan

Muhammadiyah bisa menerima hasil ijtihad. Namun kemudian kendala


kembali muncul karena persoalan perbedaan pendapat dan penafsiran
atas teks ajaran agama yang tidak bisa dipaksa untuk sama. Hasil ijtihad
yang dimaksud di atas adalah:
Pertama, ijtihad tentang amwaal yang wajib dikeluarkan zakat,
bila merujuk pada beberapa keterangan yang ditulis dalam makalah K.
Abdul Barie Shoim (1987, 1994) menegaskan bahwa zakat yang selama
ini dipahami dianggap diskriminatif, sektoral dan tidak asas keadilan.
Perubahan yang terjadi di masyarakat mutakhir tidak terakomodir dalam
konsep zakat konvensional tersebut terutama menyangkut harta yang
wajib dikeluarkan zakat (istilah zakat konvensional merujuk pada
pendapat Abdul Barie Shoim).
Kedua, ijtihad tentang nishab yang memberi definisi nishab
sebagai batas garis kemiskinan yaitu garis semu yang merupakan batas
antara kondisi miskin dan kondisi kaya seseorang. Mendasarkan kepada
pengertian amwaal sebagai kekayaan kumulatif dengan multi pekerjaan
yang dimiliki oleh seseorang, maka perhitungan harta yang dikeluarkan
zakatnya menggunakan pemahaman pada nishab yang berarti batas garis

76

kemiskinan. Untuk menghitung kekayaan yang wajib dikeluarkan zakat


adalah dengan menghitung kekayaan terpadu seluruhnya (kekayaan
bruto) dikurangi hutang terpadu seluruhnya (hutang bruto) dan harta
yang dizakati adalah sisa plusnya (kekayaan netto).
Ketiga, ijtihad tentang sahnya zakat bila melalui amil zakat. Hal
ini didasarkan kepada terpenuhinya asas keadilan dan pemerataan pada
tasaruf zakat.
2.

Belum adanya rujukan yang lebih jelas dan mendetail baik dari AlQuran maupun Hadist untuk memperkuat ijtihad. Persoalan ini
merupakan rangkaian dari problematika yang pertama. Beberapa rujukan
yang dikemukakan dan dituangkan dalam buku pedoman Zakat Kita
belum sepenuhnya memberikan argumentasi yang kuat. Selain itu
keterangan-keterangan yang lebih mendetail dengan mengajukan
argumentasi

berdasarkan

realita

perkembangan

zaman

belum

sepenuhnya terakomodir. Buku Pedoman Zakat Kita sejak diterbitkan


tahun 1979 belum pula mengalami revisi dan penyempurnaan.
3.

Masih dikemukakan sebagian kecil Muzakki yang mentasyarrufkan


sendiri separoh dari zakatnya dan separoh sisanya ditasyarufkan melalui
BAPELURZAM. Bila merujuk pada data penelitian bahwa 80%
responden Muzakki menyatakan bahwa zakat yang benar adalah
dipungut oleh Amil dan bukan didistribusikan sendiri oleh Muzakki,
maka problematika ini ada benarnya (kuesioner no 1). Artinya masih ada
20% Muzakki yang mendistribusikan sendiri zakatnya. Menurut

77

keterangan

yang

dihimpun dari

Amilin

zakat

BAPELURZAM

menyatakan bahwa upaya membangun kesadaran pada gerakan zakat


yang sesuai dengan ketentuan dalam buku pedoman Zakat Kita
memang tidak bisa 100% langsung diterapkan. Ada idiom yang menarik
dari Amilin zakat yang mengatakan bahwa pelaksanaan syariat zakat
menisbatkan pada metode pelaksanaan syariat shalat. Di dalam shalat
sering dikenal dengan istilah Rubuh-rubuh Gedhang (bahasa jawa) yang
artinya ikut-ikutan dulu . Artinya dalam pengamalan syariat melalui
beberapa tahap dan proses yang berlangsung tidak sekaligus. Demikian
halnya dengan pelaksanaan syariat zakat ini.
4.

Belum terselenggaranya pembinaan Mustahiq yang diarahkan pada hal


produktif dalam berbagai bentuk usaha yang tepat guna. Zakat yang
ditasyarrufkan kepada dhuafa produktif, yang kemudian dikelola oleh
Majelis Ekonomi, ternyata tidak sepenuhnya diikuti dengan instrument
monitoring dan pembinaan pada usaha yang tepat guna. Kondisi ini
memang sangat disayangkan oleh pimpinan Cabang dan Daerah
Muhammadiyah di Kendal. Lemahnya pembinaan dan monitoring
ditengarai karena kurang tersedianya Sumber Daya Manusia yang
memiliki kualifikasi yang memadai untuk menggerakkan usaha ekonomi.
Bila

dana

ini

langsung

diberikan

kepada

dhuafa

produktif,

dikhawatirkan akan berubah fungsinya menjadi konsumtif. Sehingga


beberapa tahun terakhir ini, dana yang terkumpul di Majelis Ekonomi
belum sepenuhnya dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

78

5.

Masih lemahnya sistem pelatihan dan pembinaan yang dilakukan Amilin


zakat kepada Mustahiq. Selama ini pelatihan bagi Amilin zakat hanya
menggunakan satu buku pedoman yaitu buku pedoman Zakat Kita
yang belum pernah mengalami revisi atau bahkan penambahan dalil-dalil
yang memperkuat ijtihad. Selain itu pelatihan belum dipandang sebagai
sebuah sistem untuk mempersiapkan calon-calon Amil zakat dari
generasi yang lebih muda. Tidak dimilikinya lisensi khusus menjadikan
pelatihan

kurang

memiliki

bobot

dan

diragukan

kemampuan

intelektualnya. Selain itu belum adanya pola pembinaan yang intensif


kepada mustahiq sehingga mampu menggerakkan kesadaran untuk
mereka untuk meningkatkan kualitas kehidupan (terutama bagi dhuafa
konsumtif). Atau bahkan mampu mendorong mustahiq menjadi muzakki.
6.

Kurangnya ketepatan waktu pada saat penarikan / pemungutan zakat


amwal. Hal ini dikarenakan Muzakki masih lambat dalam menghitung
zakat yang akan dikeluarkan kepada BAPELURZAM. Pada penarikan
ini BAPELURZAM juga memberikan wewenang terhadap muzakki
untuk menyerahkan usulan daftar Mustahiq yang diharapkan (secara
pribadi) dapat menerima zakatnya (Wawancara dengan H. Muslim
Penasehat Tahun 2011 ).

BAB IV
ANALISIS TENTANG RENCANA STRATEGIS DALAM
PENGELOLAAN ZAKAT DI BAPELURZAM PCM KECAMATAN
WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 1430 H/ 2009 M

4.1. Rencana Strategis Dalam Pengelolaan Zakat Di BAPELURZAM PCM


Weleri Kab. Kendal
Rencana strategis dalam pengelolaan zakat di BAPELURZAM PCM
Weleri dapat dikatakan berhasil dan tercapai dengan tujuan awal yang ingin
dicapai, yaitu menjadi lembaga amil zakat yang amanah, transparan dan
professional, walaupun terdapat kendala atau hambatan dalam pelaksanaan,
namun setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini terbukti bahwa caracara yang dipergunakan BAPELURZAM dalam menggerakkan potensi
umat guna membangun kesadaran zakat sangat efektif. Dengan manajemen
BAPELURZAM yang sistematis, transparan dan amanah sehingga mampu
membangkitkan public trust (kepercayaan publik) untuk menyerahkan zakat
melalui BAPELURZAM.
Perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam
bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang
optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha
mencapai tujuan. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat signifikan,

79

80

karena ia merupakan dasar dan titik tolak `dari kegiatan pelaksanaan


selanjutnya (M. Munir, 2006: 94).
Rencana strategis dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan
prioritasnya sebagai jawaban terhadap lingkungan yang berubah dan untuk
memastikan agar anggota-anggota organisasi itu bekerja kearah tujuan yang
sama (Michael Allison, 2005: 1). Tentu rencana-rencana saja tidaklah
membawa hasil. Tetapi, rencana yang disusun dengan baik meningkatkan
peluang bahwa kegiatan sehari-hari organisasi itu akan menjurus ke hasil
yang dikehendaki.
Perencanaan menolong anggota organisasi untuk memfokuskan
perhatian pada prioritas yang tepat, dan itu memperbaiki proses orang
bekerja sama sewaktu mereka mengejar prioritas ini. Agar rencana strategis
dapat berjalan dengan sukses dalam memperbaiki proses orang bekerja
sama, maka dibutuhkan beberapa hal berikut ini yaitu:
1. Menciptakan forum untuk memahami mengapa organisasi itu ada dan
nilai bersama yang seharusnya mempengaruhi keputusan .
2. Memupuk komunikasi yang sukses dan kerja regu diantara dewan
direktur dan staf.
3. Meletakkan dasar bagi perubahan yang bermakna dengan merangsang
pemikiran strategis dan memusatkan perhatian pada apa yang benarbenar penting bagi keberhasilan organisasi dalam jangka panjang.
4. Yang paling penting, mempersatukan orang untuk mengejar peluang
agar lebih baik memenuhi kebutuhan klien (Michael Allison, 2005: 10).

81

Menurut teori yang dipaparkan di atas Rencana strategis yang sukses


yang dilakukan BAPELURZAM dalam memperbaiki proses orang bekerja
sama, adalah:
1. Pembentukan BAPELURZAM yang dicetuskan oleh K. Abdul Barie
Shoim ini mendeklarasikan diri sebagai amil yang mengelola zakat
amwal bukan zakat mall saja, konsep zakat amwal adalah lebih
diarahkan

pada

zakat

kepemilikan

Pembentukan BAPELURZAM

harta

secara

menyeluruh.

menggunakan ketentuan dari PP

Muhammadiyah Majelis Wakaf dan kehartabendaan tahun 1979 dan


1980. BAPELURZAM dibentuk di tingkat Daerah dan Cabang. Dimulai
dari surat Tugas atau Cabang pada bulan Jumadil Akhir atau Rajab. Isi
surat tersebut meminta kepada anggota persyarikatan yang mampu, mau,
bersemangat dan terpercaya untuk membentuk atau memimpin Amilin
(BAPELURZAM) dengan tugas khusus menyukseskan realisai gerakan
zakat tahun bersangkutan.
2. Setiap satu periode pimpinan atau ketua baik Cabang maupun Ranting,
amilin, dan tokoh masyarakat mengadakan perkumpulan guna memupuk
komunikasi dan membahas rencana yang akan datang dalam pengelolaan
zakat yang bertepatan pada bulan Rajab sampai bulan Djulhijjah.
3. Dalam menyusun perencanaan strategis, terlebih dahulu setiap lembaga
perlu menentukan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, visi
dari BAPELURZAM tersebut adalah menjadi Lembaga Amil Zakat yang
amanah,

transparan

dan

professional

dengan

mengoptimalkan

82

pemberdayaan

masyarakat

Muhammadiyah

menuju

mengoptimalkan kualitas
professional,

membantu

dalam
cita-cita

rangka

mencapai

masyarakat

utama.

pengelolaan zakat
mustahik

melalui

yang

tujuan
Misinya

amanah dan

program-program

pemberdayaan yang transparan, terukur, tepat sasaran dan berdayaguna.


Tujuannya membersihkan, mensucikan harta kekayaan dan jiwa
muslimin muzakki, menyantuni, membimbing dan mengentaskan sosial
ekonomi kaum dhuafa. Sasaran yang ingin dicapai adalah 8 asnaf.
4. Sosialisasi yang dilasanakan oleh BAPELURZAM adalah pengajian
rutin, khutbah (Jumat, acara insidental), pengajian bulan Ramadhan,
Pengajian Tajilan sebelum berbuka puasa, materi sosialisai adalah
tentang

kajian

zakat

dan

dilakukan

oleh

para

Mubalighat

Muhammadiyah, ustadz dan Amil yang diberi mandat. Sosialisasi juga


dilakukan dengan menerbitkan edaran kepada masyarakat Muslim, yang
berupa brosur dan pamflet tentang zakat (Wawancara dengan Abdul
Wakhid, Wakil Ketua 2 BAPELURZAM PCM Weleri Tahun 2011, 26
Oktober 2011 ).
Penyusunan rencana strategis yang baik sangat membantu dalam
mencapai tujuan, sebab adanya rencana strategis dapat memusatkan
perhatian

dan

tindakan,

serta

memungkinkan

penggunaan

semua

semaksimal mungkin. Setiap rencana strategis yang baik di dalamnya


memuat atau menjawab enam unsur, yang dikenal 5W+1H yaitu:
1) What will be done (Apa yang akan dikerjakan)

83

2) Why will it be done (mengapa dikerjakan)


3) Where will it be done (dimana akan dikerjakan)
4) When will it be done (kapan akan dikerjakan)
5) Who will do it (siapa yang akan mengerjakan)
6) How will it be done (bagaimana akan mengerjakan) (Harbangan Siagian,
1993: 72).
Menurut teori yang dijelaskan di atas BAPELURZAM dapat memuat
atau menjawab enam unsur dalam rencana strategis yang baik yaitu:
1) BAPELURZAM mengelola zakat dengan manajemen yang sistematis,
transparan dan amanah sehingga mampu membangkitkan kepercayaan
publik untuk menyerahkan zakat melalui BAPELURZAM.
2) BAPELURZAM berdiri karena untuk kesejahteraan masyarakat, dalam
hal ini yang paling penting adalah orang yang kurang mampu untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk membersihkan, mensucikan harta
kekayaan dan jiwa muslimin muzakki, menyantuni, membimbing dan
mengentaskan sosial ekonomi kaum dhuafa.
3) Keberadaan kantor BAPELURZAM terletak di pusat kota dan komplek
perguruan dan amal usaha Muhammadiyah (SMK Muhammadiyah, SD
Muhammadiyah, Panti Asuhan Muhammadiyah) PCM Weleri Kab.
Kendal. Untuk bagian operasional terletak di beberapa ranting/ desa yang
berjumlah 31 desa.

84

4) Sejak tahun 1979, kepengurusan BAPELURZAM dibentuk untuk masa


satu tahun atau masa kerja BAPELURZAM dimulai pada bulan Rajab
sampai bulan Dzulhijjah.
5) Orang yang mengelola dan mengurusi zakat tersebut adalah amilin yang
sudah dibentuk dalam susunan kepengurusan. Susunan kepengurusan
BAPELURZAM minimal terdiri dari 5 orang yaitu Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Kepengurusan tersebut dibantu oleh
tenaga

operasional

sebagai

petugas

lapangan

yang

jumlahnya

menyesuaikan dengan wilayah kerja. Adapun susunan kepengurrusan


BAPELURZAM dapat dicantumkan di bawah ini yaitu:
SUSUNAN AMILIN
BAPELUZAM CABANG WELERI
PERIODE : 32 TAHUN ZAKAT 1430 H / 2009M
Penasehat

: 1. H. Muslim R
2. H. Muslikhin

Penanggung Jawab

: Pimpinan Cabang Muh. Weleri

Koordinator Cabang

: H. Yusuf Darmawan

Wakil Koordinator

: 1. H. Mulyono Syafaat
2. M. Sani Abdi Rahman

Sekretaris

: H. Badaruddin

Wakil Sekretaris

: 1. Akhmad Sukarno, S.Pd


2. Abdul Malik
3. Agus Sunaryo

Bendahara

: Drs. Nuryadi

85

Wakil Bendahara

: 1. Sri Mulyono
2. Heru Ardiasaputra

Anggota Pleno/Tim Penyuluh : 1. H. Suud Nasroh


2. Drs. H. Musthofa
3. Ali Muzi
4. Drs. A. Rofiq.
6) Setelah susunan kepengurusan terbentuk, Ketua BAPELURZAM
menyusun konsep program kerja dan schedule kerja yang efektif.
Program kerja ini disahkan melalui rapat Amilin dan ditetapkan melalui
Surat Keputusan Pimpinan Muhammadiyah di tingkat bersangkutan. Isi
dari program kerja ini harus dijelaskan secara mendalam kepada Amilin
hingga ke petugas lapangan pemungut zakat yang akan berhadapan
langsung dengan para calon Muzakki. Yang dimaksud dengan program
kerja di atas adalah:
a. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Program Dhuafa produktif
adalah program pemberian bantuan modal usaha atau tambahan
modal

kepada

pengusaha

kecil,

dengan

tujuan

membantu

mengembangkan usaha sehingga dapat tercipta perekonomian yang


stabil dan mandiri.
b. Santunan Dhuafa Konsumtif Program Pemberian Santunan Kepada
Dhuafa. Dalam hal ini berbentuk memberi beasiswa pendidikan dari
tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan tinggi, menyantuni setiap
bulan para guru, kiyai dan Mubaligt

86

Dalam proses perencanaan strategis yang baik, maka diperlukan


beberapa langkah proses penyusunan Strategis. Langkah-langkah tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1.

Penentuan misi dan tujuan.

2.

Pengembangan profil lembaga.

3.

Analisa lingkungan eksternal.

4.

Analisa internal lembaga kekuatan dan kelemahan organisasi.

5.

Indentifikasi kesempatan dan ancaman strategis.

6.

Pembuatan keputusan strategis.

7.

Pengembangan strategi.

8.

Implementasi Strategi.

9.

Peninjauan kembali dan evolusi (T. Hani Handoko, 2003: 94).


Dari teori langkah-langkah proses penyusunan strategis yang

dijelaskan di atas Misi dari BAPELURZAM adalah menjadi Lembaga Amil


Zakat yang amanah, transparan dan professional dengan mengoptimalkan
pemberdayaan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah
menuju cita-cita Masyarakat utama. Tujuannya membersihkan, mensucikan
harta kekayaan dan jiwa muslimin muzakki, sekaligus menyantuni,
membimbing dan mengentaskan sosial ekonomi kaum dhuafa. Selain
BAPELURZAM terdapat juga lembaga amil zakat yang berdiri di daerah
Kab. Kendal, namun BAPELURZAM memiliki visi, misi, tujuan dan
program kerja yang berbeda sehingga masih tetap dapat mencapai muzakki

87

dan dana zakat yang ingin dicapai atau sesuai dengan target yang ingin
dicapai.
Program-program

di

BAPELURZAM

adalah

pemberdayaan

ekonomi masyarakat berupa Program Pendamping Dhuafa Produktif Plus


dan santunan dhuafa konsumtif berupa Program Pemberian Santunan
Kepada Dhuafa, ini dapat dijadikan kekuatan bagi BAPELURZAM, tetapi
terdapat kelemahan juga yaitu muzakki masih ada yang mengeluarkan
zakatnya tidak melalui lembaga amil zakat. Dalam pengembangan strategi
yang digunakan BAPELURZAM adalah sosialisai dilaksanakan melalui
pengajian rutin, khutbah (Jumat, acara insidental), arisan, pengajian bulan
Ramadhan, pengajian tajilan sebelum berbuka puasa dan di segala
kesempatan yang memungkinkan. Sosialisasi juga dilakukan dengan
menerbitkan edaran kepada masyarakat Muslim yang berupa pamflet
tentang zakat dan brosur yang didalamnya termaktub beberapa ketentuan
dan jadwal pelaksanaan zakat.
Adapun dari beberapa langkah proses penyusunan rencana strategis
yang sudah diuraikan ada sebagian langkah yang tidak dilaksanakan oleh
BAPELURZAM. Namun keberadaan BAPELURZAM terus mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dilihat dari jumlah muzakki
dan perolehan zakat amwaal yang dikelola.
Diungkapkan oleh Ibrahim (1998: 125), bahwa citra baik mengenai
pengumpulan zakat semasa kehidupan Rasulullah dilakukan dengan cara
mengumpulkan zakat perorangan dan membentuk panitia pengumpulan

88

zakat. Rasulullah juga memerintahkan kepada mereka (para pejabat)


bagaimana berperilaku dan mempermudah urusan masyarakat. Banyak
diceritakan dalam haditsnya agar para pengelola zakat bekerja dengan baik
dan tidak serakah hanya mengutamakan kepentingan diri dengan melupakan
kepentingan fakir miskin. Pesan terakhir yang disampaikan beliau untuk
umatnya adalah agar menjaga sholat dan zakat serta berbuat baik kepada
budak belian (Muhammad, 2002: 37).
Dalam

pengumpulan

Zakat

Amwal

Amil

BAPELURZAM

memberikan surat edaran atau pemberitahuan kepada para muzakki, Amil


tidak menunggu jawaban dari muzakki atas surat edaran yang telah
disampaikan. Amil bertanggung jawab untuk mendatangi door to door ke
Muzakki, tetapi Bila sampai bulan akhir Syawal, zakat Amwaal belum
dipungut juga, Muzakki dapat menyerahkanya ke Amil. BAPELURZAM
memberikan hak dan kewenangan kepada Muzakki untuk turut menentukan
Mustahiq ini adalah kelompok fakir miskin yang berada di lingkungan
sekitar Muzakki.
Islam mengatur secara detail orang-orang yang berhak menerima
zakat, yakni ada delapan kelompok (ashnaf tsamaniyah), yang skala
prioritasnya disebutkan menurut urutan redaksionalnya, seperti dijelaskan
dalam QS. Al-Taubah: 60 berikut:


Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf

89

yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang


yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS: AtTaubah: 60) (Departemen RI, tt : 288).
Di dalam pendistribusiannya Umar bin al-Khatab berpendapat bisa
saja diberikan kepada salah seorang mustahiq, bisa juga dibagi rata. Namun
yang perlu dipertimbangkan adalah, bahwa tujuan zakat adalah untuk
merubah mereka dari penerima zakat menjadi pembayar zakat (muzakki).
Selama ini yang dipraktekkan dalam masyarakat, pembagian zakat lebih
diorientasikan pada pembagian konsumtif, sehingga begitu zakat dibantu,
pihak yang menerima hanya dapat memanfaatkannya untuk kepentingan
konsumtif dan temporer.
Pembagian

zakat

secara

konsumtif

perlu

ditinjau

dan

dipertimbangkan kembali secara proporsional. Menurut hemat saya,


pembagian zakat secara konsumtif boleh jadi masih diperlukan, namun tidak
semua harta zakat yang dihimpun dari para aghniya dihabiskan.
Maksudnya, ada sebagian lain yang porsinya lebih besar, untuk dikelola dan
didistribusikan secara produktif, untuk memberikan dana, untuk kegiatan
usaha tersebut, mereka dapat secara lambat laun memiliki kemampuan
ekonomi yang memadai. Bagi mereka yang masih dalam usia harus belajar,
maka pemberian zakat dapat diwujudkan dalam bentuk beasiswa yang
langsung diberikan kepada lembaga pendidikannya, agar mereka dapat
memperoleh keterampilan dan bekal pengetahuan yang memadai, sehingga

90

dalam mengarungi derasnya tantangan kehidupan global, memiliki


keunggulan kompetitif (Ahmad Rofiq, 2004: 312).
Para ulama Imam Syafii, Imam Nawawi menyatakan bahwa jika
mustahiqq zakat yang mempunyai keterampilan atau keahlian tertentu, misal
perdagangan, diberikan modal berdagang, yang punya keterampilan
menjahit, potong rambut, berkebun, petani dan sebagainya diberi modal alatalat yang sesuai dengan keahliannya. Jumlah modal kerjanya tentu
disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan kondisi orang tersebut, sehingga
dengan modal usaha yang diberikan memungkinkan mereka memperoleh
keuntungan

yang

dapat

memenuhi

kebutuhan

pokoknya

(Didin

Hafidhuddin, 1998: 201).


Dalam pendistribusian BAPELURZAM ini ada dua macam kategori
yaitu distribusi konsumtif dan distribusi produktif. Distribusi konsumtif
diprioritaskan 8 asnaf sama halnya dengan yang distribusi produktif, namun
dalam distribusi produktif diprioritaskan untuk golongan fakir miskin dalam
perekonomian yang sulit. Disamping itu yang memiliki keterampilan atau
keahlian dan usaha kecil-kecilan yang sudah berjalan pada saat ini misalnya
bengkel motor, warung makan, dagang pakaian, toko sembako, optik,
dagang padi, warung kantin, servis computer, dagang karung, warnet,
warung makan, penjahit pakaian, pembuatan seragam. Semua itu diberikan
modal alat-alat yang sesuai dengan keahliannya.
Peran dan fungsi amil sangat menentukan dalam keberhasilan
manajemen dan pengelolaan zakat. Maka dari itu BAZ atau LAZ perlu

91

memiliki perencanaan yang matang, meliputi penghimpunan, pengelolaan,


pendistribusian, pencatatan (pendokumentasian), dan pelaporan. Semenjak
tahun 1979 sampai 2009 yang lalu (30 periode kepengurusan) keberadaan
BAPELURZAM terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan
dilihat dari jumlah muzakki dan perolehan zakat Amwaal yang dikelola.
Rencana strategis yang dilakukan oleh BAPELURZAM PCM Weleri Kab.
Kendal ini dapat dicontoh oleh lembaga lain baik itu lembaga pemerintah
atau lembaga perekonomian umat lainnya.

4.2. Hambatan-Hambatan yang dihadapi Dalam Pelaksanaan Rencana


Strategis Di BAPELURZAM Pimpinan Cabang Muhammadiyah
(PCM) Kecamatan Weleri Kab. Kendal.
BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah)
adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh
masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah. lembaga ini dikelola oleh
Muhammadiyah dan bersifat swasta. Badan amil ini mendeklarasikan diri
sebagai amil yang mengelola zakat amwal, selain membantu para muzakki
untuk mentasyarufkan zakatnya badan amil ini juga menbantu para mustahiq
dan orang-orang yang membutuhkan.
Setiap organisasi/lembaga dalam mencapai hasil yang memuaskan,
maka diperlukan kerja yang sungguh-sungguh serta berdasarkan peraturan.
Hal ini merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan bersama, juga
diperintahkan dalam ajaran Islam, tetapi meskipun demikian, sebuah

92

organisasi/ lembaga itu belum dapat dikatakan berhasil dengan rencana yang
sudah diatur dan ditetapkan sebelumnya. Seperti halnya BAPELURZAM,
seiring dengan perkembanganya sejak tahun 1979 sampai tahun 2009 ini
terdapat beberapa hambatan yang dihadapi. Untuk mengetahui hambatanhambatan tersebut dapat dilihat dengan metode analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan

untuk

mengevaluasi

Kekuatan

(Strength),

Kelemahan

(Weakness), Peluang (Opportunity), dan Ancaman (Threat) yang terjadi


dalam proyek atau di sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini
produk sendiri maupun pesaing. Untuk melakukan analisis, ditentukan
tujuan usaha atau mengidentifikasi objek yang akan dianalisis. Kekuatan
dan Kelemahan dikelompokkan ke dalam faktor Internal, sedangkan
Peluang dan Ancaman diidentifikasi sebagai faktor Eksternal (Siagian,
2008: 173).
Adapun analisis SWOT pada BAPELURZAM adalah sebagai
berikut:
1. Kekuatan (Strength).
a) PP Muhammadiyah sudah mengeluarkan Surat keputusan Nomor
02/P.P/1979 tentang Intruksi Melaksanakan Gerakan Zakat.
b) BAPELURZAM memiliki program kerja yang berbeda dengan
lembaga zakat lain.
c) Bekerja sama dengan dua Baitul mall yaitu Majelis Ekonomi
Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan BPRS Artha Surya Barokah.

93

d) BAPELURZAM memiliki kantor atau tempat untuk bekerja yang


sangat strategis.
e) Dana zakat dan muzakki BAPELURZAM selalu meningkat.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Sebagian umat Islam di Kabupaten Kendal khususnya Kecamatan
Weleri belum sadar akan hukum zakat.
b) Sebagian Amilin BAPELURZAM masih lemah dalam pembinaan
dan pelatihan kepada mustahiq.
c) Belum terselenggaranya pembinaan Mustahiq yang diarahkan pada
hal produktif dalam berbagai bentuk usaha yang tepat guna.
d) Pendistribusian/pentasyarufan zakat masih kurang merata hanya
masih pada lingkup Muhammadiyah.
e) Pengurus Amil BAPELURZAM belum dapat fokus dalam mengurusi
dan mengelola zakat dikarenakan masih sibuk dengan pekerjaan.
f) Belum adanya rujukan yang lebih jelas dan mendetail untuk
memperkuat ijtihad.
3. Peluang (Opportunity)
a) BAPELURZAM berdiri mulai dari tingkat Daerah, Cabang dan
Ranting.
b) BAPELURZAM tidak hanya menghimpun zakat, tetapi juga infaq,
shodaqah, dan wakaf.
c) Memiliki seorang Mubaligh-Mubalighat Muhammadiyah, dan ustadz
untuk mensosialisasikan zakat.

94

d) BAPELURZAM memberikan hak dan kewenangan kepada muzakki


untuk turut menentukan Mustahiq yang akan menerima zakatnya.
4. Ancaman (Threat)
a) Masih kurangnya kepercayaan para muzakki untuk mentasyarufkan
zakatnya ke BAPELURZAM. Hal ini terbukti masih sebagian kecil
Muzakki separoh menyalurkan sendiri.
b) Muzakki masih lambat dalam menghitung zakatnya yang akan
dikeluarkan kepada BAPELURZAM, sehingga waktu yang sudah
direncanakan sebelumnya belum dapat terlaksana.
c) Ada lembaga zakat lain yang berdiri di daerah Kabupaten Kendal.
d) Masih ada sebagian para ulama yang kurang memahami dan
menerima hasil ijtihad dari PDM Kendal tentang zakat kita.
Untuk menganalisa SWOT para manajer menggunakan empat
langkah strategi. Empat strategi itu meliputi:
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi yang pertama ini adalah strategi yang digunakan
perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang
dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang. Dalam hal ini
BAPELURZAM memanfaatkan atau mengoptimalkan program kerja
yang berbeda dengan lembaga zakat lain sehingga dapat dijadikan
peluang dalam menarik Muzakki untuk mengeluarkan zakatnya.

95

2. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi yang kedua ini adalah strategi yang digunakan dengan
seoptimal

mungkin

meminimalisir

kelemahan

yang

ada

untuk

memanfaatkan berbagai peluang. Dalam hal ini BAPELURZAM


mempunyai kelemahan sebagian Amilin masih lemah dalam pembinaan
dan pelatihan kepada mustahiq,

Belum terselenggaranya pembinaan

Mustahiq yang diarahkan pada hal produktif dalam berbagai bentuk


usaha yang tepat guna. Pengurus Amil BAPELURZAM belum dapat
fokus dalam mengurusi dan mengelola zakat dikarenakan masih sibuk
dengan pekerjaan.
Melihat

kelemahan-kelemahan

itu

BAPELURZAM

dapat

memanfaatkan peluang yang sudah ada yaitu PP Muhammadiyah sudah


mengeluarkan Surat keputusan Nomor 02/P.P/1979 tentang Intruksi
Melaksanakan Gerakan Zakat, sehingga para amilin tidak akan bertindak
semaunya sendiri walaupun mempunyai kesibukan sendiri namun tetap
bertanggung jawab dengan tugasnya menjadi amil di BAPELURZAM.
Memiliki seorang Mubaligh-Mubalighat Muhammadiyah, dan ustadz
untuk mensosialisasikan zakat serta membina para mustahiq untuk
diarahkan pada hal produktif, sehingga dapat tercapai mengubah
mustahiq menjadi muzakki.
3. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi yang ketiga ini adalah strategi yang digunakan


perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk

96

mengurangi berbagai ancaman. Dalam hal ini BAPELURZAM dapat


memaksimalkan kekuatan yang ada yaitu Dana zakat dan muzakki selalu
meningkat, dan Memiliki kantor atau tempat untuk bekerja yang sangat
strategis. Dari kekuatan itu maka dapat mengurangi berbagai ancaman
diantaranya Masih kurangnya kepercayaan para muzakki untuk
mentasyarufkan zakatnya ke BAPELURZAM.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi yang keempat ini adalah strategi yang digunakan untuk
mengurangi kelemahan dalam rangka meminimalisir atau menghindari
ancaman. Dari kelemahan-kelemahan yang ada BAPELURZAM harus
dapat

mengurangi

atau

menutupinya

dengan

menyelenggarakan

penyuluhan dan pengajian khusus tentang zakat khususunya bagi para


Amilin dan calon muzakki (Purwanto, 2008:132).

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai aplikasi
rencana strategis dalam pengelolaan zakat di BAPELURZAM PCM Weleri
Kabupaten Kendal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Rencana strategis dalam pengelolaan zakat di BAPELURZAM PCM
Weleri Kab. Kendal adalah sudah sesuai dengan teori manajemen, yaitu
bahwa menurut Akdon dalam menyusun perencanaan strategis, terlebih
dahulu setiap lembaga perlu menentukan visi, misi, tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, mengingat bahwa perencanaan strategis merupakan
keputusan yang mendasar yang nantinya akan dijadikan acuan
operasional kegiatan lembaga terutama dalam rangka pencapaian tujuan
akhir lembaga. BAPELURZAM sendiri sudah menetukan visi, misi,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Badan amil ini mendeklarasikan
diri sebagai amil yang mengelola zakat amwal bukan zakat mall saja,
dengan menggunakan konsep zakat amwal yaitu: lebih diarahkan pada
zakat kepemilikan harta kekayaan secara menyeluruh. Dalam setiap
tahun hasil pengelolaan zakat selalu meningkat, sehingga dapat memberi
manfaat untuk kepentingan dakwah dan menjawab apa yang dibutuhkan
umat.

97

98

2. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana strategis di Badan


Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM) (PCM)
Weleri Kab. Kendal adalah :
a.

Semua umat Islam belum sadar akan hukum zakat.

b.

Berkaitan dengan ketepatan waktu, yaitu Muzakki lambat dalam


menghitung zakat yang akan dikeluarkannya. Berati jadwal yang
telah direncanakan belum tercapai.

c.

Hasil ijtihad PDM Kendal tentang Zakat Kita belum semuanya


dipahami dan diterima oleh sebagian ulama di lingkungan Majelis
Tarjih Jawa Tengah. Sehimgga muncul perbedaan pendapat dan
penafsiran atas teks ajaran agama yang tidak bisa dipaksa untuk
sama.

d.

Masih lemahnya sistem pelatihan dan pembinaan yang dilakukan


Amilin zakat kepada Mustahiq.

e.

Pengurus Amil belum dapat fokus dalam mengurusi dan mengelola


zakat dikarenakan masih sibuk dengan pekerjaan.

5.2. Saran-saran
1. Perlunya dilakukan revisi dan penyempurnaan buku pedoman Zakat
Kita. Sejak diterbitkan tahun 1979, buku pedoman ini belum pernah
dilakukan kritisi atas materi, sistematika, dan dalil pendukung. Revisi dan
penyempurnaan disesuaikan dengan kondisi sekarang dan perkembangan
zaman serta perkembangan pemikiran. Revisi dan penyempurnaan juga

99

harus memperhatikan nilai keindahan pencetakan sehingga membawa


kesan menarik bagi pembacanya.
2. Perlunya

mendirikan

lembaga

yang

khusus

yang

dimiliki

BAPELURZAM. Dengan mempunyai tugas mengelola pelaksanaan


pelatihan bagi calon Amiliin zakat. Lembaga ini didukung dengan
sistematika pengajaran dan kurikulum sebagai bahan ajaran yang efektif
dan berorientasi pada pemahaman secara mendalam tentang persoalan
zakat di era kontemporer.
3. Masalah pengelolaan zakat secara produktif memang masih menjadi
perdebatan yang diakibatkan oleh penafsiran yang berbeda-beda dari
ayat-ayat yang menjelaskan tentang

kewajiban mengelola zakat oleh

penguasa atau pemerintah muslim. Namun langkah yang diambil oleh


BAPELURZAM patut menjadi teladan dalam mengusahakan zakat secara
produktif meskipun dalam skala kecil.
4. Pengelolaan zakat untuk usaha produktif perlu dikembangkan sebagai
usaha untuk pengentasan kaum dhuafa dari jurang kemiskinan dengan
memberikan modal kerja dan keterampilan yang dananya berasal dari
zakat, sehingga maslahat-nya sampai kepada mustahiq.
5. Untuk membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan,
umat Islam khususnya harus mampu mengembangkan potensi yang
dimiliki karena saat ini jumlah penduduk miskin makin bertambah,
seiring dengan belum pulihnya perekonomian negara akibat badai krisis.

100

6. Semua komponen masyarakat baik pemerintah, para ulama harus saling


tolong menolong dan bertukar fikiran dalam pemberdayaan masyarakat
melalui zakat. Kepada lembaga pengelola zakat baik milik pemerintah
(BAZ) atau lembaga yang didirikan oleh umat (LAZ) harus bersikap
profesional dalam mengelola amanah yang telah dititipkan kepadanya.

5.3. Penutup
Akhirnya, puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah mengaruniakan taufiq, hidayah dan pertolonganNya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam tidak
lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW seorang juru selamat
yang selalu dinantikan akan syafaatnya oleh seluruh umat manusia kelak di
hari kiamat.
Penulis menyadari sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan
kemampuan dalam penyusunan skripsi ini, namun masih terdapat
kekurangan di sana-sini untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang budiman guna perbaikan selanjutnya. Dan penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat
menambah khazanah keilmuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, 2007, Strategic Management For Educational Management, Cet.2,


Bandung: Alfabeta.
Al- Habsyi, Muhammad Bagir, 1999,Fikih Praktis Menurut Al-Quran, As-sunah,
dan Pendapat Para Ulama, Cet. I, Bandung: PT Mizan Pustaka anggota
IKAPI.
Allison, Michael, 2005, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Al-Qardhawi, Yusuf, 1995, (Musykilah al Faqr Wakaifa Aalajaha al Islam),
Penerjemah: Syafril Halim, Kiat Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan,
Cet I, Jakarta: Gema Insani Press.
-------. 1999, Fiqhuz Zakat, Penerjemah, Salman Harun dkk, Cet. V, Bandung: PT.
Litera Antar Nusa dan Mizan.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:
Renika Cipta, Zuhdi.
Arsyad, Azhar, 2003, Pokok-Pokok Manajemen Pengetahuan Praktis bagi
Pimpinan dan Eksekutif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ash-Shidieqy, Teuku M. Hasbi, 2009, Pedoman Zakat, Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
Asnaini, 2008, Zakat Produktif Dalam Prespektif Hukum Islm, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar Saifuddin, 2010, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bryson, John M., 1999, Perencanaan Strategis bago Organisasi Sosial,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djuanda, Gustian, 2006, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Departemen RI, tt, Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Intermasa,
Fatikhah, Nurul, 2009, Manajemen Strategik Pengelolaan zakat Produktif (Studi
Kasus Pada Pos Keadilan Peduli Ummat Cabang Yogyakarta), Skripsi
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Hafidhudin, Didin, 2002, Zakat Dalam Perekonomian Moderen, Jakarta: Gema


Insani Press.
-------. 1998, Zakat Untuk Ekonomi Produktif, Republika.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P., 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Kristiono, Dwi, 2006, Sistem Pengelolaan Zakat Amwal Studi analisis terhadap
Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM),
Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Koentjaraningrat, 1994, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Kurnia, Hikmat & Ade hidayat, 2008, Panduan Pintar Zakat, Jakarta: Qultum
Media.
Kusmanto, Thohir Yuli, 2008, Metodologi Penelitian, Semarang.
Maftukhah, 1992, Peran serta BAPELURZAM Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Umat dan Pembiayaan Dakwah di Kecamatan Weleri
Kabupaten Kendal, Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Masjfuk, 1991, Masail Fiqhiyyah, CV. Haji Masagung.
M. Hanafi, Mamduh, 1997, Manajemen, Yogyakarta: (UPP) AP YKPN.
Miner, B.Jhon dan GeorgeAstainer, 1998, Kebijakan dan Strategi Manajaemen,
Jilid II.Jakarta : Erlangga.
Munawwir, Ahmad Warson, 1984, Kamus Arab Indonesia al- Munawwir,
Yogyakarta: Ponpes al- Munawwir.
Munir, M & Wahyu Ilahi, 2009, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Musman, 2001, BAPELURZAM Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah
Sebagai Sistem PendidikanSadar Zakat, Cet.II, Surakarta: Centre for
Developing Academic Quality (CDAQ) STAIN Surakarta.
Poerwadarminto, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rasjid, Sulaiman, 1994, Fiqh Islam, Cet. 27, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ridwan, A. Muhtadi, 2010, Aplikasi Pengelolaan ZIS pada lembaga Zakat, Infaq,
dan Shodaqoh (LAZIS) Kota Malang.
Rofiq, Ahmad, 2004, Fiqh Kontekstual Dari Normatif Ke Pemakaian Sosial,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saud, Udin syaefudin & Abin Syamsudin Makmun, 2005, Perencanaan
Pendidikan, program Pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sayidi, 2007, Pengelolaan Zakat Mal dari hasil penangkapan ikan pada
masyarakat nelayan di Bapelurzam Kecamatan Rowosari Kabupaten
Kendal, Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Siagian, Harbangan, 1993, Manajemen Suatu Pengantar, Semarang: Satya
Wacana.
Suadi, Arief, 2001, Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Sugiono, Syahu, 2006, Kamus Manajemen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarsono, Sony, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suprayogo, Imam, 2001, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Terry, George R., 1992, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Triton, 2007, Manajemen Strategis Terapan Perusahaan dan Bisnis, Yogyakarta:
Tugu Publisher.
Yafie, Ali, 1995, Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan Anggota IKAPI.
Wawancara dengan Abdul Wakhid, Wakil Ketua 2 BAPELURZAM PCM Weleri
Tahun 2011, Rabu, 26 Oktober 2011, di Kantor BAPELURZAM.
Wawancara dengan Bambang Purwanto, S. PdI. Sekretaris BAPELURZAM PCM
Weleri tahun 2011, Minggu, 18 September 2011, di Kantor
BAPELURZAM.
Wawancara dengan Nuryadi Wakil Ketua 1 Tahun 2011, Minggu, 18 September
2011.

Wawancara Nawawi Ketua Majelis Ekonomi PCM Weleri tahun 2011, Minggu,
18 September 2011.
Wawancara dengan Yusuf Darmawan, Ketua BAPELURZAM PCM Weleri tahun
2009, Selasa, 20 September 2011, di Kantor BAPELURZAM.
http://id.shvoong.compengertian-pengelolaan,22Oktober2011.
http://Ovalhanif.Wordpress.com_perencanaanstrategis/strategicplanning,11juni2011

Anda mungkin juga menyukai