Anda di halaman 1dari 4

Term Of Reference

SEKOLAH ASWAJA
“Aswaja Dalam Multi Perspektif”

A. Dasar Pemikiran

ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jama’ah) yang dalam hal ini masih dianggap sebagai pijakan ideal yang
kerapkali dijadikan sebagai manhaj atau metode berfikir dalam melakukan gerakan sosial keagamaan.
Akan tetapi Aswaja seperti apakah yang kita inginkan sehingga Aswaja yang kita pakai memang benar-
benar kontekstual seiring dengan bergulirnya semangat zaman paradigma berfikir masyarakat.
Sementara disisi lain Aswaja tengah mengalami kesimpangsiuran makna dalam segala aspeknya. Baik
dari segi pemaknaannya serta bagaimana interpretasi atas kelahiran pemikiran Aswaja. Serta bagaimana
ketika Aswaja ditarik dalam konteks Ke-Indonesiaan sehingga bisa dijadikan padanan yang pas dipakai
sebagai landasan gerak masyarakat dalam mengawal perubahan yang memang diidam-idamkan.

Dalam perjalanan kesejarahannya Aswaja sampai hari ini masih mangalami kesimpang siuran
pemaknaan, hal ini tidak bisa dipungkiri karena klaim kelahiran Aswaja tidak akan pernah lepas dari
konstalasi politik pada waktu itu, sehingga hampir setiap entitas yang ada pada waktu itu mangklaim
dirinya sebagai Aswaja. Dan menjadikannya sebagai narasi besar dalam menentukan “kebenaran” dan
seakan-akan bebas nilai dan cenderung memarginalkan kelompok-kelompok yang ada di luar kelompok
Aswaja itu sendiri, sehingga hal yang perlu dipertanyakan adalah dimanakah nilai-nilai toleransi dan
Universalitas Aswaja sebagai manhaj dan metode dalam berfikir dan melakukan perubahan.

Dari berbagai paparan diatas bagaimanakah kira-kira model pemikiran Aswaja ketika ditarik dalam
konteks pemikiran Indonesia???? Keberadaan Aswaja sebagai madzhab aqwali Maupun manhaji telah
memberikan sumbangan yang cukup bearti dalam memberikan tawaran yang transformatif bagi
kehidupan bangsa. Namun harus diakui bahwa sepanjang perjalanannya, banyak kendala dan tantangan
yang harus dihadapi. Bahkan dalam saat-saat tertentu, persoalan tetap mengganga dan masyarakat
terutama yang berada di akar rumput telah menjadi korban yang paling merasakan akibatnya. Terkait
dengan itu, kerusuhan didaerah-daerah kantong komunitas aswaja dapat diangkat sebagai fakta yang
dapat menjelaskan akar persoalan yang sebenarnya. Kejadian itu pada dasarnya bermuara pada ketidak
mampuan masyarakat dalam menyikapi persoalan secara kritis dan arif sehingga mereka gampang
terprovokasi dan gampang direkayasa.

Dengan adanya peristiwa semacam diatas membuktikan bahwa nilai-nilai Aswaja masih belum menjadi
landasan yang kokoh bagi sikap dan perilaku masyarakat, terutama mereka yang terbelakang dibidang
pendidikan dan ekonomi. Meskipun dalam kehidupan masyarakat mereka yang ignorant itu mungkin
telah bersikap toleran dan moderat, tetapi bagaimana dengan mereka yang yang tidak mampu
menjadikannya sebagai worldview yang membentuk keseluruhan kehidupan mereka. Padahal sejatinya
Aswaja perlu dikembangkan kearah sana sehingga menjadi dasar-dasar pandangan tentang manusia dan
posisinya dalam kehidupan, tentang pengaturan kehidupan ekonomi, dan tentang hakekat ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula Aswaja perlu menjadikan pijakan pandangan mengenai
tradisi, cara-cara pengembangan kehidupan masyarakat, dan tentang azas internalisasi dan sosialisasi.
Semua pandangan ini hendaknya mencerminkan secara utuh nilai-nilai dasar yang dikandunganya.

Kejadian semacam itu mengingatkan kelompok ini bahwa kerja-kerja rintisan yang selama ini telah
dilaksanankan perlu dikembangkan secara kreatif dan vialable lagi serta memiliki jangkauan yang lebih
luas. Upaya ini menjadi tidak terelakkan untuk dilakukan apabila dikaitkan dengan kondisi sosial
politik kekinian. Sebab fanomena yang berkembang saat ini menunjukkan bahwa problem yang sedang
dan akan dihadapi masyarakat secara khusus dan bangsa secara umum akan mengalami peningkatan
yang tajam dari berbagai aspek. Kondisi Negara yang masih bersifat transisional akan menyumbangkan
persoalan sendiri dalam bentuk tidak adanya kepastian, baik politik, ekonomi, hukum, budaya maupun
sosial. Berbagai kemungkinan memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang di negri ini
seperti terjadinya permainan politik yang kotor, praktik korupsi yang merajalela, ekonomi rakyat yang
kian merosot dan eskalasi kekerasan sosial yang senyatanya telah merebak sejak beberapa tahun yang
lalu.
Persoalan ini masih diperparah lagi dengan dampak globalisasi yang diyakini oleh banyak kalangan
sebagai bentuk penjajahan dengan wajah baru. Globalisasi dirasakan sebagai system yang hanya
menguntungkan sebagian kelompok (yang kuat saja). Terutama perusahaan multinasional yang berasal
dari Negara maju. Selain itu system dalam globalisasi juga menunnjukkan bahwa Negara maju
menggunakan dictum pasar bebas (sebagai bagian intrinsik dari globalisasi) hanyalah untuk
menguasasi dunia belaka. Dalam kondisi seperti masyarakat dunia ketiga akan kian terpinggirkan serta
hidup dalam ketidak berdayaan yang mana secara teritorial Indonesia merupakan Negara yang
didalamnya komunitas Aswaja sebagian besar masih hidup dalam keterbelakangan akan menanggung
akibat yang paling parah.

Dalam konteks itu pemaknaaan kembali Aswaja secara lenih holistik dan substansial menjadi sesuatu
yang perlu diperhatikan. Sebagai tawaran Aswaja perlu dikembangkan dari madzhab Aqwali dan
Manhaji menjadi sebuah system nilai yang terdiri dari moderasi, keseimbangan, proporsional dan
toleransi yang mana paradigma ini bisa dijadikan landasan dalam keseluruhan proses istinbath hukum
atau rumusan ketentuan yang akan di lakukan. Keberadaannya sebagai system nilai ini menjadikan
Aswaja bernilai signifikan sebagai acuan dalam malakukan analisa sosial, budaya, politik dan ekonomi
politik serta rencana strategis dan dalam praksis kongkrit dengan karakteristiknya yang transformatif
dan lebih integrated, holistik yang dapat menangkap setiap getaran persoalan, dan menyentuh inti
masalah.

Oleh karenanya berangkat dari berbagai paparan diatas Pengurus Komisariat PMII “Sunan Ampel”
Malang berhasrat untuk mengadakan Pelatihan Sekolah Aswaja dengan mengambil tema “Aswaja
Dalam Multi Perspektif” dengan harapan agar peserta lebih bisa memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Aswaja serta bagaimana pandangan tentang Aswaja dalam berbagai disiplin
keilmuan sehingga hasil yang diharapkan dari semua itu adalah lahirnya suatu pandangan yang benar-
benar kritis transformatif, dan mampu memposisikan Aswaja sebagai landasan Ideal dan benar-benar
dapat membumikan nilai-nilai Aswaja dalam segala aspek kehidupan manusia. Yang pada gilirannya,
Aswaja sebagai suatu system nilai tersebut akan menjadikan transformasi sosial sebagai wilayah
garapan yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Pengabaian terhadap hal itu sama dengan
pengingkaran terhadap-nilai-nilai Aswaja itu sendiri. Sebab proses transformasi sosial sejatinya
merupakan aktualisasi dari nilai keseimbangan antara individu dan kelompok, dan masyarakat vis a vis
Negara. Dengan demikian kehidupan mencerminkan kedamaian, kerukunan keadilan dan
kesejahrteraan diharapkan dapat diimplemantasikan secara nyata di masyarakat luas.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Hari/Tanggal : Sabtu-Minggu / 19-20 Mei 2007


2. Tempat : Base Camp Malang Cerdas Perumahan Griya Shanta

C. Materi

1. Stadium General “Membincang Wajah Islam Indonesia”


2. Memahami Alur Pemikiran Aswaja
3. Aswaja Dalam Perspektif Budaya
4. Aswaja Dalam Perspektif Sosial
5. Aswaja Dalam Perspektif Politik
6. Aswaja Dalam Perspektif Hukum
7. General Review “Aswaja Dalam Multi Perspektif”

D. Peserta

1. Dekegasi minimal 3 dab maksimal 5 dari masing-masing rayon se komisariat PMII “Sunan
Ampel” Malang
2. Jumlah peserta dibatasi maksimal 30 orang

E. Penutup

Demikian, atas segala dukungan dan bantuannya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.
JADWAL ACARA SEKOLAH ASWAJA
PMII KOMISARIAT “SUNAN AMPEL” MALANG
Periode 2006-2007

No Hari Jam Materi Nara Sumber


14.00 – 15.00 Chek in Peserta
01 I 15.00 – 17.00 Membincang Wajah Islam Indonesia KH. Marzuki
Sabtu 1. Islam ditinjau dari segi aspek Musytamar
19 Mei 2007 lokalitas budaya Indonesia
2. Signifikansi Islam dalam konteks
Ke-Indonesiaan
17.00 – 19.00 ISHOMA
19.00 – 21.00 Memahami Alur Pemikiran Aswaja Asrori Alfa MAg.
1. Sejarah munculnya pemikiran
Aswaja sebagai madzhab Aqwali
dab Manhaji
2. Pokok-pokok pikiran dalam Aswaja
3. Sepak terjang pemikiran Aswaja
bedasarkan hirarki disiplin
pengetahuan
21.00 – 23.00 Aswaja Dalam Perspektif Budaya Levi Riansyah
1. Memahami posisi Aswaja dalam
budaya Indonesia
2. Relasi kuasa antara Wacana
pemikiran Aswaja dengan wacana-
wacana dominan lainnya.
3. Rekonsiliasi pemikiran Aswaja
dengan budaya lokal
07.30 – 09.30 Aswaja Dalam Perspektif Sosial Sutomo
02 II 1. Aswaja dan perkembangan sosial
Minggu politik di Indonesia.
20 Mei 2007 2. Signifikansi transformasi social
dengan wacana Aswaja
09.30 – 11.30 Aswaja Dalam Perspektif Politik Hikmah Bafaqih
1. Memahami perilaku politik
kalangan elit bangsa dan
masyarakat marginal.
2. Memahami sejarah Aswaja dalam
kaitannya dengan konstalasi politik
nasional.
3. Meneguhkan paradigma Aswaja
ditengah-tengah konstalasi politik
nasional maupun Internasional
11.30 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Aswaja Dalam Perspektif Hukum Robikin Emhas
1. Memahami berbagai bentuk hukum
serta bagaimana perannya dalam
penegakan HAM di Indonesia
2. Kontekstualisasi Aswaja dalam
penegakan hukem di- Indonesia
15.00 – 17.00 General Review Fauzan Alfas
“Aswaja Dalam Multi Perspektif”
1. Rekonstruksi pemikiran Aswaja
sebagai manhajul fikr dan system
nilai dalam melakukan perubahan
2. Memahami dan merumuskan
kembali pemikiran Aswaja dalam
konteks Ke-Indonesiaan

Anda mungkin juga menyukai