Anda di halaman 1dari 15

Tradisi Cocokan Dalam Menyambut Bulan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Di Jalan Rasau Jaya Gang Karomah Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya
Oleh : Yazid Imam Bustomi
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2020
E-MAIL:Yazidimambustomi@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah diterimanya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi keagamaan


masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu-Budha), tidak bisa dilepaskan dari cara
dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kala itu yang ramah dan bersedia
menghargai kearifan budaya dan tradisi lokal. Sebuah pendekatan dakwah yang terbuka dan
tidak antisipati terhadap nilai-nilai normatif di luar Islam melainkan mengalkuturasinya
dengan membenahi penyimpangan-penyimpangan didalamnya kemudian memasukkan ruh-
ruh keislaman kedalam substasinya. Maka lumrah jika kemudian corak amaliah ritualitas
muslin di Nusantara hari ini kita saksikan begitu kental dengan tradisi budaya khas lokal,
seperti slametan, kenduri, ritual/slametan penyambutan terhadap apa yang di anggap sakral
dan lain-lain.
Tradisi adalah suatu pola kebiasaan sekelompok masyarakat yang dipercaya memiliki
nilai religi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi suatu adat istiadat di suatu daerah.
Bangsa Indonesia dikenal dengan banyaknya suku, ras dan etnik yang berbeda-beda.
Terdapat juga kebudayaan yang dipandang sebagai bagian warisan manusia secara turun-
temurun melalui proses belajar dari para leluhur. Suatu daerah kebudayaan pada mulanya
berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru
yang mendesak unsur-unsur lama ke arah pinggir, jika ingin memperoleh unsur-unsur budaya
kuno maka tempat untuk mendapatkannya adalah daerah-daerah terpencil dan masih
tradisional.

1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi mempunyai dua arti: Pertama, adat
kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan masyarakat. Kedua, penilaian atau anggapan
bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. 1 Dengan
demikian, tradisi merupakan istilah generik untuk menunjuk segala sesuatu yang hadir
menyertai kekinian.2
Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus
bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa
kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk
meubah atau mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat,
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa,
bukan diwariskan secara biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu
keseluruhan yang terpadu.
Diketahui bahwa kebudayaan itu selalu berubah-ubah. Lebih-lebih jika ada pengaruh dari
luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul
kebudayaan baru. Pengolahan anasir asing oleh kebudayaan yang terpengaruh itulah yang
menentukan corak baru itu dan perkembangan selanjutnya. Demikianlah kebudayaan saat ini
adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu “sekali-kali bukannya
menjadi pengganti, melainkan lanjutan”. Maka untuk mengetahuinya dan mengenalnya,
lebih-lebih untuk dapat menyelaminya benar-benar, perlulah ditinjau dari sejarahnya.
Memang anasir-anasir yang memberi cap atau yang menjadi corak khusus bagi suatu
kebudayaan, hanyalah dapat dititik dalam hubungan sejarah. Bagaimana perkembangan dan
jadinya sesuatu kebudayaan hanyalah dapat ditelaah, jika kebudayaan itu telah mencapai
kebulatan dan bentuk yang nyata.
Dari definisi diatas masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang berbeda dengan
kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar Pulau Madura),
meskipun Madura masih berada di wilayah Indonesia tapi karena factor letak membuat
kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah-ke daerah lain pasti
memiliki perbedaan kebudayaan.
Pada era modern ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara turun temurun
dari nenek moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat. Demikian juga yang terjadi
di masyarakat Madura khususnya Jl. H.M. Soeharto Gang Karomah Desa Kuala Dua

1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka
1998) , hlm : 589
2
Rumadi,Post-Tradisionalisme Islam, Wacana Intelektualisme Dalam Komunitas
NU, ( Jakarta : Depag RI, 2007) , hlm : 9

2
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Yang masih memegang kuat tradisi warisan
leluhur yaitu “cocokan”. Nama yang agak aneh jika menurut suku lain. Namun tidak masalah
karena setiap suku mempunyai nama atau julukan masing-masing terhadap budaya mereka
sendiri. Yang terpenting adalah nilai dan norma serta esensi yang ada pada tradisi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu cocokan...?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan cocokan ini...?
3. Apa perbedaan dan persamaan antara cocokan dengan maulid nabi...?
4. Bagaimana islam memandang tradisi ini...?

C. Tujuan Penelitian
1. mengetahui apa yang dimaksud dengan cocokan...?
2. mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan cocokan...?
3. mengetahui perbedaan dan persamaan antara cocokan dengan maulid nabi...?
4. mengetahui bagaimana islam memandang tradisi ini...?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa Itu Cocokan

Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang anggota – anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas
kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.
Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau tentulah memiliki banyak suku
atau etnis pula sebab pasti dari jumlah pulau maupun suku tersebut pastilah ada perbedaan
yang menimbulkan ketidaksamaan identitas dan ciri khas .Antara suku satu dan suku yang
lainnya pastilah muncul adanya masyhurul ahwal baik dari segi sejarah, sistem teknologi,
mata pencaharian, kesenian, tradisi, budaya dan agama
Masyarakat Madura di satu sisi merupakan masyarakat yang agamis dengan
menjadikan Islam sebagai agama dan keyakinannya, Hal ini tercermin dalam
ungkapan “Abhantal syahadat, asapo’ iman, ben apajung Allah”. (berbantalkan sahadat,
berselimmutkan iman dan berpayung Allah) yang menggambarkan bahwa orang Madura itu
berjiwa Agama Islam.
Tradisi cocokan adalah salah satu tradisi masyarakat madura yang telah berkembang
sejak zaman nenek moyang terdahulu hingga sampai pada saat ini. Tradisi ini telah dilakukan
oleh masyarakat Madura khususnya di gang Karomah. Dalam pelaksanaannya tradisi
cocokan dilaksanakan pada malam hari tanggal 30 Shafar tepatnya satu hari sebelum maulid
Nabi sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia akan datangnya bulan kelahiran nabi
Muhammad SAW.
Cocokan ini dalam kata lain Jam’un diambil dari kata Masdar yang artinya sebuah
“kumpulan atau ikatan” maka yang diantara hubungan cocokan dengan Maulid Nabi kedua-
duanya saling terikat dan sama-sama berkumpul dalam satu tujuan dengan hal tersebut
sebagaimana untuk mengagungkan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan penelitian penulis dalam tradisi cocokan ini tidak banyak orang
menggunakan tradisi ini hanya saja suku Madura dan itupun hanya sebagian kampung
tertentu . Tradisi ini mereka hanya mengikuti apa yang leluhur terdahulu lestarikan agar

4
tradisi yang sejak lama dijalankan tidak terhapus dan tertinggalkan oleh pesatnya
perkembangan zaman. Oleh karena itu sampai sekarang tradisi ini sampai sekarang eksis
walau hanya di desa dan kampung tertentu.
Didalam tradisi cocokan ini bagi masyarakan muslim Madura khususnya di gang
Karomah berstatement bahwasannya cocokan ini menjadikan suatu ajang sambutan atau
dalam bahasa Maduranya “Ambean” satu hari sebelum bulan maulid untuk kelahirannya,
dengan menggunakan 3 tahap membaca Al-Quran , bersholawat atas Nabi , mengkaji sirah
Nabawi . masing-masing memiliki aktifitas yang berbeda namun tetap dalam satu rangkaian
acara , dengan adanya tradisi ini sangat berpengaruh bagi masyarakat muslim Madura karena
melalui tradisi ini kaum remaja dan pemuda dapat mengetahui dan mengkaji lebih dalam
keutamaan-keutamaan dalam menyambut bulan kelahiran nabi.
maka dilaksanakan tepatnya pada 1 Rabiul Awal yang dilaksanakan pada masjid atau
musholla yang dilakukan pada malam hari ketika selesai sholat maghrib.Tradisi cocokan ini
tidak memberatkan atau tidak mempersulit kepada masyarakat setempat ,tradisi ini bisa apa
saja makanan yang berbentuk makanan halal yang pada intinya. Akan tetapi lebih identik
kepada kue snack dengan 7 macam rasa yang.3
Menurut pendapat Ustadz Abu Ubaidah Yusuf as Sidawi, “Sesungguhnya kelahiran
Nabi SAW ke dunia ini merupakan nikmat yang sangat agung. Karna dengan kelahiran
beliau SAW berarti lahirlah seorang nabi yang penuh kasih dan berjasa besar dalam
mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan masa jahiliah menuju Islam yang
keindahan cahayanya dapat kita rasakan hingga detik ini” .4
Menurut Hasan Al-Bashri adalah seorang tabi'in yang agung, lahir di kota Madinah
al-Munawwarah pada dua tahun menjelang berakhirnya pemerintahan khalifah Umar Bin al-
Khattab ra. Beliau menjumpai lebih dari 100 shahabat nabi dan wafat pada bulan Rajab,116
H dalam usia 89 tahun. Jadi tidak salah kalau kita mengikuti anjuran Sahabat Anas bin Malik
yang bertanya kepada al-Imam al-Hasan al-Bashri tentang perayaan maulid Nabi saw sebagai
berikut :"Hasan Bashri berkata : andai saja aku memiliki emas sebesar gunung uhud, maka
sungguh aku akan dermakan itu semua untuk penyelenggaraan perayaan peringtan Maulid

3
Wawancara kepada tokoh masyarakat (moh tholi) 2020
4
Abu Ubaidah Yusuf As Sadawi,Polemik Perayaan Maulid Nabi, (Jakarta: Pustaka Nabawi,2017) hlm. 5

5
5
Nabi". Pernyataan tersebut Ditulis Syeikh Abu Bakr Bin Muhammad Syatha Al-Dimyati
dalam kitab syarah I’anah Al-Tholibin, Jus 3 halaman 225.

Pelaksanan tradisi cocokan ini dilakukan di mana saja namun agar lebih kelihatan
kompak maka diadakan di masjid atau musholla dan bahkan bisa juga dilaksanakan dirumah
sendiri. Cocokan ini lebih identik kepada makanan ringan yang dimaksud makanan ringan 7
macam kue snack karna untuk menunjukkan rasa kemeriahan didalam tradisi ini, sebab
tradisi cocokan ini lebih mencondong terhadap berkumpulnya orang-orang dan anak-anak
didalam satu tempat yang dilaksanakan Masjid atau Musholad untuk membacakan doa
bersama dan bersholawat bersama,sehingga dalam penyambutan maulid Nabi lebih meriah
dan bahkan juga dalam bermacam makanan snack akan dapat berbagi kepada orang-orang
yang telah menghadirinya.
B. Tata cara pelaksanaan cocokan
1. Membaca surah Yasin sebanyak 3 kali

Mengapa didalam tradisi ini diawali pembancaan surah yasin sebanyak 3 kali.? Pertama
ada hadis atau maqal

‫إن لكل شيئ قلبا وقلب القرآن يس‬


“sungguh pada setiap sesuatu ada hatinya, dan hatinya Al Qur'an adalah Yasin"

dengan landasan inilah acara cocokan ini diadakan pembacaan surah Yasin. Selanjutnya
Karena fadilah pembacaan surah Yasin yang sangat baik bahkan termaktub dalam hadis
nabi:

ُ‫َم ْن قَ َرأَ سُوْ َرةَ ( يس ) فِي لَ ْيلَ ٍة أَصْ بَ َح َم ْغفُوْ رًا لَه‬
“ Barang siapa yang membaca yasin pada malam hari dengan mengharap keridhaan
Allah maka diampuni dosa-dosanya” (HR. Thabrani ).

Selanjutnya surah yasin adalah hatinya al-qur’an maka dari itu setidaknya setiap ada majelis
akan dibacakan surah ini. Yang terakhir adalah karena Al-Qur’an adalah mukjizat sekaligus
wahyu yang hanya diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Maka di dalam tidak salah
dalam menyambut bulan Rabiul Awal dibacakanlah surah ini.

Didalam pembacaan surah Yasin yang diulang sebanyak 3 kali ini ada doa khusus
disetiap mengulang bacaan Ayat Suci Al-quran sebagaimana dibawah ini:

5
Syeikh Abu Bakr Bin Muhammad Syatha Al-Dimyati, Syarah I’anah Al-Tholibin, Jus 3 Halaman
225.

6
1. Doa terhadap nabi
2. Doa terhadap keselamatan terhadap keluarga
3. Doa untuk diri sendiri

2. Pembacaan Sholawat

Setelah selesai pembacaan surah Yasin Pada sesi kedua ini maka dilanjutkanlah dengan
pembacaan shalawat untuk menjunjung dan memuji makhluk yang paling agung di dunia
yaitu nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Allah berfirman ;

َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي ۚ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ُ‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi wahai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera
kepadanya.” (QS. Al-Ahzab; 56) 6 .

Dengan dalil ini pula dalam acara tersebut diadakan pembacaan shalawat tidak dilupakan
untuk selalu dilantunkan. Shalawat yang biasa dibaca adalah Asyroful Anam.

3. Mengkaji sirah Nabawi

Setelah fase acara kedua selesai dilanjutkan dengan mengkaji sirah nabawi yang
disampaikan oleh tokoh agama (ustad atau kiai) agar mengetahui kisah-kisah Nabi dengan
menunjukkan rasa kebahagiaannya dan bahkan untuk bisa memahami dalam perjuangan nabi
untuk para generasinya maka di sirah ini menempatkan Nabi Muhammad sebagai suri
tauladan. baik dari perkataan maupun prilakunya dinilai ibadah bagi seluruh makhluk maka
ketika saat lahir sampai wafatnya beliau adalah menjadikan suatu peran yang sangat penting
didalam tokoh agama muslim sehingga terkenal.

Menurut Dr.Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqhus sirah (Damaskus :Dar al-fikr).
Mengkaji sirah nabawi ini adalah mengakaji sejarah hidup nabi dengan maksud akan
memahahami islam dengan pecahan-pecahan yang nampak tidak padu maksudnya dengan
memahami sirah nabawi maka akan bisa memahami bagaimana syariat islam diterapkan oleh
masyarakat yang dipimpin oleh nabi SAW. Dan pada saat datangnya Nabi Muhammad
rekaman seluruh mata rantai perjalanan Nabi Besar Muhammad SAW dari kecil, remaja,
dewasa, pernikahan, menjadi Nabi, perjuangannya yang heroic dan tantangan tantangan besar
yang dilaluinya, hingga wafatnya.7

Membaca sirah Nabawiyah, bagaikan menelusuri tapak tapak kehidupan Sang Rasul
secara detail dan rinci. Membaca Sirah Nabi, laksana mengurai perjalanan hidup Sang Nabi

6
QS.Al-Ahzab;56
7
Ibnu Hisham,sirah Nabawiyah,(Bekasi: Darul Falah,2017), hlm 5

7
yang penuh warna. Perjalanan hidup yang kaya nuansa. Perjalanan hidup yang penuh cita
rasa. Oleh karena itu dalam ajang tradisi cocokan ini setidaknya mendidik juga memberi
tambahan ilmu kepada masyarakat yang hadir.

C. Persamaan dan perbedaan antara cocokan dan maulid nabi

Persamaan dalam cocokan dan maulid adalah dalam rangka sama-sama menyambut
kelahiran nabi Muhammad SAW,berkumpul bersama dalam suatu majelis, dan tidak lupa
membacakan doa serta memberikan berbagai macam makanan,

Sedangkan perbedaan nya adalah masyarakat yang hadir tidak terlalu banyak seperti
maulid biasanya. Dari segi runtutan acara ada banyak hal yang mencolok perbedaanya.
Terlebih adalah cocokan dilaksanakan tidak pas pada bulan maulid (tanggal 1 Rabiul Awal)
melainkan pada tanggal 30 shafar malam.

D. Islam memandang tradisi cocokan

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa cocokan adalah suatu tradisi yang dalam
rangka menyambut bulan kelahiran nabi Muhammad SAW. Maka penulis akan memaparkan
dalil-dalil yang berkaitan dengan perayaan maulid nabi.

1. Merayakan hari kelahiran Nabi SAW. termasuk perkara yang membesarkan dan
memuliakan baginda. Bagi setiao orang yang merayakan dan memperingatinya akan
diberikan kejayaan dunia dan akhirat. Firman Allah Taala:

‫ي†ل يَ†أْ ُم ُرهُم‬ ِ ‫ي الَّ ِذي يَ ِج ُدونَهُ َم ْكتُوب†ا ً ِعن† َدهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َوا ِإل ْن ِج‬ َّ ‫ي األُ ِّم‬ َّ ِ‫الَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ال َّرسُو َل النَّب‬
‫ض † ُع َع ْنهُ ْم‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ِ‫ت َويُ َح††رِّ ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَ††آئ‬
ِ ‫†ر َوي ُِح† لُّ لَهُ ُم الطَّيِّبَ††ا‬ ِ †‫ُوف َويَ ْنهَ††اهُ ْم َع ِن ْال ُمن َك‬
ِ ‫†ال َم ْعر‬ ْ †ِ‫ب‬
‫ي‬ ْ †‫َص†رُوهُ َواتَّبَ ُع‬
َ ‫†وا النُّو َر الَّ ِذ‬ َ ‫†وا بِ† ِه َو َع† َّزرُوهُ َون‬ ْ †ُ‫َت َعلَ ْي ِه ْم فَالَّ ِذينَ آ َمن‬ ْ ‫إِصْ َرهُ ْم َواألَ ْغالَ َل الَّتِي َكان‬
١٥٧- َ‫نز َل َم َعهُ أُوْ لَـئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫أ‬
ُ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa
baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada
mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk
bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka.** Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah
orang-orang beruntung.” (Q.S. al-A’araf: 157).

keterangan:

**Dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak ada lagi beban yang
berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya: Mensyariatkan membunuh diri untuk
sah-nya tobat, wajib qishash pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak tanpa boleh
membayar diat (ganti rugi), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang
atau menggunting kain yang kena najis

8
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Sahihnya, begitu juga Isma’il dan Abdul Razak,
mengatakan bahwa

‫قد جاء في البخاري أنه يخفف عن أبي لهب كل يوم اإلثنين بسبب عتقه لثويبة جاريته لما‬
‫ وهذا الخبر رواه البخاري في الصحيح في‬.‫ب ّشرته بوالدة المصطفى† صلى هللا عليه وسلم‬
‫ ورواه اإلمام عبد الرزاق الصنعانيفي‬.‫كتاب النكاح معلقا ونقله الحافظ ابن حجر في الفتح‬
٤٧٨ ‫ص‬ ٧ ‫المصنف ج‬

“Diringankan azab yang ditimpakan kepada Abi Lahab pada hari senin kerana
memerdekakan Suwaibah”. Yang mana Suwaibah adalah hambanya yang menceritakan kabar
gembira tentang kelahiran Nabi SAW..

Hadits ini menunjukkan bahwa:

1. Barang siapa yang mengungkapkan kegembiraannya dengan membesarkan hari kelahiran


Rasulullah diberi pahala yang besar kerana Abu Lahab yang kafir, Nabi SAW. Bersabda
yang intinya bahwa. diringankan azabnya Abu Lahab, apa lagi orang-orang yang muslim.
Seperti yang dikatakan oleh Al-Hafiz Nasiruddin ibnu Syamsuddin Ad-Dimasyqi dan
Imam Al-Qurra Al-Hafiz Syamsuddin Muhammad Al-Jazri.
2. Dianjurkan memuliakan dan membesarkan Nabi Muhammad SAW. dengan mengambil
hari kelahirannya sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad. Hari kelahiran Baginda
merupakan ‘Hari Kebesaran Islam’ dan hari yang mempunyai keindahan tersendiri.
Seperti yang diriwayatkan oleh Qatadah Al-Ansari, ‘ Bahawasanya Nabi ditanya tentang
berpuasa hari senin, berkata Nabi SAW., “Itulah hari yang dilahirkan aku padanya dan
diturunkan kenabian keatas ku.” ( Riwayat Muslim dan lainnya ).
3. Melakukan amalan kebaikan (yang dilakukan Abu Lahab adalah memerdekakan
Suwaibah, hadits berpuasa hari isnin dan hadits berpuasa hari A’syura yang akan datang)
sama keutamaannya dengan memuliakan hari kelahiran Nabi SAW. seperti membaca al-
Qur’an, bersolawat, memuji Nabi, bersedekah, menjamu makanan, berbuat baik kepada
fakir-miskin dan lain-lain.
4. Didalam Sahih Bukhari dan Muslim, bahawa Nabi datang ke Madinah dan mendapati
kaum Yahudi berpuasa hari A’syura lalu baginda bertanya kepada orang Yahudi tersebut,
dan mereka menjawab, “hanya hari di mana Allah menenggelamkan Fir’aun dan
menyelamatkan Musa. Kami berpuasa pada hari ini kerana mensyukuri Allah ta’ala.”
Lalu nabi berkata, “ Kami (kaum muslimin) terlebih utama dengan Musa…”.

Diambil pengertian daripada hadits ini, kita disarankan mensyukuri atas nikmat
pemberian Allah pada hari tertentu yang mempunyai kelebihan kemuliaan atau hari
diturunkannya musibah. Menyambut Maulid Nabi adalah menampakkan kegembiraan secara
nyata dan mensyukuri nikmat serta rahmat Allah. Ini kerana, sebesar apapun kenikmatan
yang sempurna adalah lahirnya nabi kita Muhammad SAW. sebagaimana berkata Ibnu Hajar
Al-Haitami, Al-Hafiz Ibnu Hajar Assqalani, Sayuti dan lain-lain.

2. Meneguhkan Kembali Kecintaan kepada Beliau

Meneguhkan kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad. Bagi seorang mukmin,


kecintaan kepada Nabi adalah sebuah keharusan, salah satu untuk meningkatkan keimanan

9
dan ketaqwaan. Kecintaan kepada nabi harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi
kecintaan kepada istri, anaknya, bahkan  kecintaan diri sendiri.

‫ال يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين‬.
Artinya:“Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori Muslim).

Maka dengan momentum inilah masyarakat secara luas bisa kembali mengingat-
ngingat apa yang ada pada diri Rasulullah. Yang akan membangkitkan semangat introspeksi

3. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW.

Tidaklah seorang pun yang lebih mulai dari nabi Muhammad karena sifat beliaulah yang
membuat semua masyarakat Mekkah dan Madinah kagum kepada beliau. Bahkan mereka
saat itu melihat dalam setiap gerak-gerik dalam kehidupan nya. Allah SWT bersabda dalam
surah Al- Ahzab:21

‫ُول هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬
ِ ‫قَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬
Artinya : “Sesunggunya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”.

Kita tanamkan keteladanan Rasulullah ini dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai hal
terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan akhirat. Tanamkan
juga keteladanan terhadap Rasulillah ini kepada anak-cucu kita, melalui kisah-kisah sebelum
tidur misalnya. Sehingga nantinya mereka tidak menjadi pemuja dan pengidola figur publik
berakhlak rusak yang mereka tonton melalui media tv atau yang lainnya.

Selanjutnnya penulis akan membahas bagaimana islam memandang isi dari acara
tradisi cocokan tersebut.

Pertama dalam pembacaan surah Yasin. Apapun surah yang dibaca adalah tetap
masuk kepada satu esensi sama yaitu sama-sama al-Qur’an. Dan barangsiapa yang membaca
Al Quran dia tidak akan merugi sebagaimana firman Allah;

َ ‫صاَل ةَ َوأَنفَقُوا ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم ِس ّراً َو َعاَل نِيَةً يَرْ جُونَ تِ َج‬
‫ارةً لَّن‬ َّ ‫َاب هَّللا ِ َوأَقَا ُموا ال‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬
‫ُورهُ ْم َويَ ِزي َدهُم ِّمن فَضْ لِ ِه إِنَّهُ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬ َ ‫ لِي َُوفِّيَهُ ْم أُج‬.‫تَبُو َر‬
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-
diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukur”. (QS Al
Fathir: 29-30)

Selanjutnya membaca al-Qur’an pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana nabi


bersabda;
10
ٌ ِ‫ف َولَ ِك ْن أَل‬
‫ف‬ ٌ ْ‫ب هَّللا ِ فَلَهُ بِ ِه َح َسنَةٌ َو ْال َح َسنَةُ بِ َع ْش ِر أَ ْمثَالِهَا اَل أَقُو ُل الم َحر‬
ِ ‫َم ْن قَ َرأَ َحرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬
‫ف‬ٌ ْ‫ف َو ِمي ٌم َحر‬ ٌ ْ‫ف َواَل ٌم َحر‬ ٌ ْ‫َحر‬
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya sebuah kebaikan. Dan
sebuah kebaikan dilipatgandakan sepuluh kalinya. Saya tidak mengatakan aliflammim
sebagai satu huruf tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR
Tirmidzi]

Dan keutamaan membaca al-qur’an yang diambuil penulis sebagai terakhir dari
banyak keutamaannya adalah sabda nabi berikut ini;

ُ‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َوعَلَّ َمه‬


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya”.

Kedua, tentang pembacaan shalawat kepada nabi Muhammad SAW ada banyak dalil
yang membahas tentang keutamaan bershalawat diantaranya penulis akan memaparkan tiga
saja.
Di antara hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disyari’atkan Allah Subhanahu
wa Ta’ala atas ummatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau.
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para Malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para
hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي ۚ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ُ‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Diriwayatkan bahwa makna shalawat Allah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah pujian Allah atas beliau di hadapan para Malaikat-Nya, sedang shalawat Malaikat
berarti mendo’akan beliau, dan shalawat ummatnya berarti permohonan ampun bagi beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam ayat di atas, Allah telah menyebutkan tentang
kedudukan hamba dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tempat
yang tertinggi, bahwasanya Dia memujinya di hadapan para Malaikat yang terdekat, dan
bahwa para Malaikat pun mendo’akan untuknya, lalu Allah memerintahkan segenap
penghuni alam ini untuk mengucapkan shalawat dan salam atasnya, sehingga bersatulah
pujian untuk beliau di alam yang tertinggi dengan alam terendah (bumi).

‫ َو َم ْن‬،‫َش†رًا‬ ْ ‫ص†لَّى هللاُ َعلَ ْي† ِه بِهَ††ا ع‬


َ ً‫ص†الَةً َوا ِح† َدة‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ص†لَّى عَل‬
َ ‫ { َم ْن‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
‫ َو َم ْن‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه بِهَا ْألفً††ا‬ َّ َ‫صلَّى َعل‬
َ ً‫ي ِمائَة‬ َ ‫ َو َم ْن‬،ً‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه بِهَا ماِئَة‬َ ‫ي َع ْشرًا‬ َّ َ‫صلَّى َعل‬ َ
.}ُ‫ي ْألفًا لَ ْم تَم َّسهُ النَّار‬ َّ َ‫صلَّى َعل‬ َ
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang membaca shalawat atasku sekali, maka Allah akan
bershalawat untuknya sepuluh kali, siapa yang membaca shalawat atasku sepuluh kali, maka

11
Allah akan bershalawat atasnya seratus kali, siapa yang bershalawat atasku seratus kali, Maka
Allah akan bershalawat untuknya seribu kali, dan siapa yang shalawat atasku seribu kali,
maka api neraka tidak akan menyentuhnya.”

َّ َ‫صلِّ َي َعل‬
‫ فإذا‬، ‫ي‬ َ ُ‫ { َما ِم ْن ُدعا ٍء إال بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ السَّما ِء ِح َجابٌ َحتَّى ي‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
.}‫الح َجابُ َو ُرفِ َع ال ُّدعَا ُء‬
ِ ‫ك‬ َ ِ‫ق ذال‬ َّ َ‫صلَّى َعل‬
َ ‫ي ا ْنخ ََر‬ َ
Nabi saw. bersabda, “Tidak ada doa kecuali antaranya dan langit terdapat penghalang
sampai ia bershalawat atasku, jika ia bershalawat atasku maka hijab (penghalang) itu akan
terkoyak dan doa akan diangkat (tembus ke langit).”

Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa manfaat dari


mengucapkan shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau
menyebutkan ada 40 manfaat. Di antara manfaat itu adalah:

1. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


2. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bagi yang bershalawat sekali untuk beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat tersebut.
4. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafa’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
jika ketika mengucapkan shalawat diiringi dengan permohonan kepada Allah agar
memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada hari Kiamat.
5. Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa-dosa.
6. Shalawat merupakan sebab sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab orang
yang mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.8

Yang terakhir yaitu tentang kajian sirah nabawi yang di agenda acara cocokan
tersebut berada di akhir. Allah berfirman dalam al-Qur’an

ُّ ‫ك فِي هَـ ِذ ِه ْال َح‬


‫ق َو َموْ ِعظَةٌ َو ِذ ْك َرى‬ ُ ‫َو ُكـالًّ نَّقُصُّ َعلَ ْيكَ ِم ْن أَنبَاء الرُّ س ُِل َما نُثَب‬
َ ‫ِّت بِ ِه فُؤَا َد‬
َ ‫ك َو َجاء‬
َ‫لِ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬
Artinya: “Kami ceritakan kepada engkau setiap perkhabaran daripada kisah-kisah Nabi
yang menguatkan hati engkau dengannya dan datang kepada engkau di dalam perkhabaran
ini, kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang yang beriman.” (Q.S. Hud: 120)

Begitulah kira-kira penjelasan al-Qur’an tentang mengapa kita harus mengingat dan selalu
mengkaji sirah-sirah semua nabi yang wajib di imani yang terlebih nabi yang diutus oleh
Allah untuk kita yaitu nabi Muhammad SAW.

8
Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan ,Aqiidatut Tauhiid , hlm. 158

12
Kesimpulan

Kebudayaan merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Menurut Sir Edward Tylor (1871, vo. 1, hal. 1) Kebudayaan merupakan suatu
yang sangat pentin dan yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun temurun sejak
dulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah
kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk
dihilangkan. Kepercayaan-kepercayaan yang masih berkembang dalam kehidupan suatu
masyarakat, biasanya dipertahankan melalui sifat-sifat lokal yang dimilikinya. Dimana sifat
lokal tersebut padd akhirnya menjadi suatu kearifan yang selalu dipegang teguh oleh
masyarakatnya menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang bersifat
superorganic, karena kebudayaan bersifat turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya,
walaupun manusia yang ada didalam masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan
kematian dan kelahiran.

Maka dari itu sebagai generasi penerus kita harus tetap menjaga dan terus
melestarikan tradisi dan budaya peninggalan leluhur terdahulu agar tidak lapuk dimakan
badai dan tidak usang dilewati zaman selagi itu tidak menyimpang dari ajaran atau syariat
islam itu sendiri. Untuk itu di era modern yang sangat pesat masuk dan berkembangnya
budaya luar sehingga kadang-kadang penerus suatu suku lupa dan menganggap budaya dan
tradis yang sudah turun temuruh dilakukan tidak lagi relevan dan zaman.

13
Daftar Pustaka

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta :
Balai Pustaka 1998)

Rumadi,Post-Tradisionalisme Islam, Wacana Intelektualisme Dalam Komunitas NU,


( Jakarta : Depag RI,2007)

Wawancara kepada tokoh masyarakat (moh tholi) 2020

Abu Ubaidah Yusuf As Sadawi,Polemik Perayaan Maulid Nabi, (Jakarta: Pustaka


Nabawi,2017)

Syeikh Abu Bakr Bin Muhammad Syatha Al-Dimyati, Syarah I’anah Al-Tholibin, Jus 3
Halaman 225.

Ibnu Hisham,sirah Nabawiyah,(Bekasi: Darul Falah,2017),

Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan ,Aqiidatut Tauhiid

14
Dokumentasi
Sumber : https://sahaqkillyou.blogspot.com/2014/01/tradisi-cocokan-di-
madura.html? m=1

15

Anda mungkin juga menyukai