Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw keberlangsungan agama Islam dipegang oleh para
sahabat Nabi saw. Sahabat nabi yang medapat tugas amanah yang besar itu disebut Khulafaur
Rasyidin. Terjadi polemik seputar tentang sahabat yang menjadi pengganti kedudukan Nabi saw,
hal ini dapat diamini disebabkan Nabi saw tidak pernah menunjuk langsung salah seorang
sahabat untuk menggantikan Nabi saw.

Pada saat umat islam kehilangan pemimpin yang selama ini menjadi tempat mengadu
membuat para kepala kabilah sepakat untuk mengangkat dan membaiat Abu Bakar menjadi
khalifah pertama. Diakhir kepemimpinan Abu Bakar menjadi Khalifah, Abu Bakar
bermusyawarah dengan pemuka sahabat dan kemudian sepakat untuk mengangkat Umar bin
Khattabuntuk menghindari perpecahan dan perselisihan yang terjadi dikalangan umat islam.
Kebijakan ini kemudian diterima oleh masyarakat dan kemudian sahabat Umar bin Khattab
diangkat dan dibaiat menjadi Khalifah yang kedua. Kemudian diakhir kepemimpinan sahabat
Umar bin Khattab beliau menunjuk 6orang sahabat diantaranya Usman, Ali, Thalhah, Zubair,
Sa’ad bin Abi Waqas dan Abdurrahman bin Auf untuk bermusyawarah siapa yang akan
menggantikan Umar Bin Khattab.[1]
Musyawarah pemilihan khalifah pengganti Umar bin Khattab diadakan dirumah Al-
Musawwir bin Mukhrimah. Pada saat itu terjadi perdebatan sengit antara para sahabat yang sama
mencalonkan dan memilih sahabat lain. Pada saat itu pula terjadi dua kubu, satu kubu
mencalonkan Usman dan kubu lain mencalonkan Ali[2]. Dalam proses yang panjang itu
terpilihlah sahabat Usman bin Affan menjadi khalifah yang ketiga. Pada masa kepemimpinan
Usman bin Affan ekspansi islam telah sampai di negeri tersisa dari Persia dan Transoxania.
Sahabat Usman bin Affan ketika diangkat menjadi khalifaah berumur 70 tahun. Masa
pemerintahanUsman bin Affan selama 12 tahun.
Masa akhir pemerintahan Usman bin Affan terjadi peristiwa yang besar sehingga
menyebabkan Usman bin Affan terbunuh. Pembunuhan Usman bin Affan ditengarai karena sifat
lemah lembut yang dimiliki oleh Usman bin Affan selain itu ketegasan Usman tidak sepadan
dengan sahabat Umar bin Khattab. Kemudian pembunuhan Usman bin Affan juga diakibatkan
keberpihakan Usman yang lebih memilih para kerabat untuk menduduki jabatan-jabatan penting.
[3]
Dari penjelasan di atas menurut penulis telah terjadi peristiwa besar pada masa kekhalifahan
Usman bin Affan, sehingga menyebabkan beliau terbunuh. Sebenarnya apa yang terjadi? apakah
memang benar sifat lemah lembut yang dimiliki Usman bin Affan, keberpihakan Usman kepada
para kerabat menjadi dasar pembunuhan sahabat Usman bin Affan.
Untuk itu dalam mengkaji lebih dalam tentang kebenaran kisah di atas makalah ini ditulis
dengan judul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kekhalifahan Usman bin Affan”
B.       Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan?
2.      Bagaimana sifat-sifat Usman bin Affan?
3.      Apa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya peristiwa Fitnah Al-Kubra?
4.      Mengapa dalam peristiwa Fitnah Al-kubra sahabat Usman bin Affan terbunuh?
C.      Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui sejarah peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan.
2.      Untuk mengetahaui sifat-sifat yang dimiliki Usman bin Affan?
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan muncullnya peristiwa fitnah Al-kubra.
4.      Untuk mengetahaui peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan dalam peristiwa fitnah Al-kubra.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Sahabat Usman bin Affan
Beliau dilahirkan pada tahun ke enam dari tahun gajah. Nama asli beliau adalah Usman bin
Affan bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin
Ka’ab bin Luai bin Ghalib Al-Quraisy Al-Umawi Al-Makki Al-Madani. Ibu beliau bernama
Arwa binti Kariz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdus Syams bin Abdu Manaf.
Nasab Usman bin Affan masih bertemu dengan nasab Nabi Muhammad saw yaitu pada
kakeknya yang bernama Abdul Manaf hal ini membuktikan bahwa Usman bin Affan jika dilihat
dari silsilah beliau masih saudara dengan Nabi Muhammad saw.[4]
Usman bin Affan menikah dengan putri Nabi yang bernama Ruqayyah dan Ummi Kulsum
yang meninggal pada tahun 9 H. Tidak ada seorangpun dari kalangan sahabat yang menikah
dengan putri Rasulullah saw sampai dua kali, oleh karena itu beliau dijuluki dengan Dzun
Nurain.[5]Sangat menarik tidak ada sahabat Nabi yang menikahi dua putri Rasulallah saw
kecuali Usman bin Affan.
Sahabat Usman bin Affan termasuk sahabat yang paling kaya karena pada saat perang tabuk
beliau menafkahkan hartanya melebihi sahabat-sahabat lain, beliau menyediakan 300 ekor unta
lengkap dengan isinya dan 1000 dinar[6]. Usman bin Affan selalu mengikuti peperangan
bersama Rasulallah saw namun pada saat perang badar  beliau tidak ikut karena Usman menjaga
istrinya Ruqaiyyah yang sedang sakit dan pada saat itu pula dikarenakan sakit ini istri Usman bin
Affan wafat.
B.       Peradaban Islam Pada Masa Usman bin Affan
Setelah Umar bin Khattab meninggal dunia, perluasan wilayah dilanjutkan oleh Usman bin
Affan. Peradaban Islam pada masa khalifah Usman bin Affan lebih baik lagi hal ini ditandai
dengan. Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Usman bin Affan dilakukan dengan cara
membentuk angkatan laut untuk menyerang daerah kepulauan yang terletak dilaut tengah.
Pada saat itu pula dibangun kapal-kapal perang sehingga dapat menaklukkan pulau Cyprus
pada tahun 28 H yang di pimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Mu’awiyah juga berhasil
menaklukkan beberapa benteng pertahanan pihak musuh tidak hanya di Cyprus Mu’awiyah juga
menaklukkan Armenia Kecil sampai ke Kikilia sehingga penduduknya berhasil diikat dengan
perdamaian dengan membayar jizyah[7], perluasan wilayah yang dilakukan Usman bin Affan
hanya sampai di daerah Tripoli, Cyprus.[8]
Pertempuran yang sangat dahsyat yang ada di lautan dinamakan dengan Dzatis
Sawari (pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi antara Abdullah bin Abi Sarrah
gubernur Mesir dengan kaisar Constantine dari Bizantium. Pertempuran ini diikuti 1000 buah
kapal 200 kapal kepunyaan islam dan 800 buah kapal kepunyaan Bizantium pada pertempuran
ini dimenangkan oleh Umat Muslim[9].
Selain daerah-daerah ini masa kekhalifahan Usman bin Affan juga berhasil menaklukkan
daerah seperti dengan mengalahkan Konstantinopel. Armada umat islam pada saat itu di
komandoi oleh Yazid bin Muawiyah. Pada tahun 21 H dipimpin Abdullah bin Abi Sarrah kaum
muslimin juga behasil membebaskan negeri-negeri Nubea (daerah Utara Sudan). Abdullah bin
Abi Sarrah juga berhasil membuat kesepakatan dengan mereka. Kesepakatan ini dinamakan
kesepakatan Qibti[10] yang berjalan selama 6 abad. Kesepakatan ini berisi Mesir dan Nubea
harus saling tukar menukar hasil bumi dan tidak boleh berperang.
Pada tahun 31 H, perluasan wilayah dipimpin oleh Busar bin Artha’ah dari Syam Abdullah
bin Abi Sarh bergabung dengan rombongan Mesir jumlah pasukannya keduanya berjumlah 200
perahu. Busar bin Artha’ah melakukan serangan kepada Romawi yang menyatakan akan
menghabisi kaum muslimin.
Peradaban islam pada masa Usman bin Affan selain ditandai dengan berbagai kecanggihan
teknologi kelautan, armada laut, serta angkatan bersenjata yang handal sehingga dapat
mengalahkan kekuatan-kekuatan besar Bizantium, Romawi, serta Konstantinopel. Peradaban
pada masa itu juga ditandai dengan dilakukannya pengumpulan dan penyatuan Al-Qur’an.
Hal ini dilakukan karena pada masa kekhalifahan Usman bin Affan kaum muslimin telah
tersebar diberbagai daerah sehingga daerah-daerah yang jauh terjadi perselisihan antara bacaan
satu sahabat dengan sahabat lain, sampai terjadi pula perpecahan dan pengkafiran. Melihat
perselisihan ini semakin sengit berangkatlah Hudzaifah bin Al-Yamani untuk menemui Usman
bin Affan untuk segera mengatasi permasalahan dan segera menyatukan seluruh baca’an satu
dengan yang lain agar jurang pemisah serta terjadinya pertikaian dapat diselesaikan.
Khalifah Usman bin Affan kemudian bermusyawrah dengan para sahabat dan diputuskan
bahwa Al-Qur’an harus ditulis dalam satu qiroa’ah dan menyatukan seluruh daerah pada satu
bacaan. Kemudian beliau meminta lembaran-lembaran yang dipakai oleh Abu Bakar As-Sidiq,
kemudian dipakai oleh Umar bin Khattab dan dipakai oleh Ummul Mukminin. Usman meminta
kepada Zaid bin Tsabit untuk menuliskannya didektekan oleh Sa’id bin Ash al-Umawy dan
disaksikan oleh Haris bin Hisyam al-Makhzumy. Setelah selesai ditulis maka al-Qur’an dikirim
ke Syam, Mesir, Basrah, Kufah, Mekkah, Yaman dan Madinah.Al-Qur’an yang sudah ditulis
tersebut disebut dengan al-Imamah atau al-Usmaniyah.
Perlu diketahui mengapa pada masa khalifah Usman bin Affan terjadi perbedaan baca’an?
Bagi kaum awam tidak mengerti bahwa sebenarnya al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh bacaan,
hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw yang artinya “al-Qur’an diturunkan dalam tujuh
huruf”[11]maksud hadis ini adalah Qiro’ah sab’ah.
Pemahaman dari hadis ini menjadi dasar mengapa ada perbedaan bacaan terjadi dikalangan
umat islam pada saat itu selain disebabkan oleh keadaan, bahasa, suku dan lughot yang berbeda
dari luasnya daerah kekuasaan islam pada saat itu. Maka muncullah ulama yang benar-
benar tsiqohmenganai tujuh bacaan a-Qur’an dan mereka lebih dikenal dengan sebutan
ulama Qiro’ah Sab’ah.[12]
Dari pejelasan di atas penulis berpandangan bahwa peradaban islam pada masa khalifah
Usman bin Affan selain ditandai dengan perluasan wilayah dengan kekuatan militer dan armada
lautnya, memindah pelabuhan hijaz dari bandar su’aibi ke Jeddah sehingga arus perdagangan
ramai antar alaut tengah dan laut merah, serta ditulisnya mushaf al-Usmaniyah yang menandakan
keahlian tulis menulis para sahabat pada saat itu, juga ditandai dengan usaha yang dilakukan
Usman bin Affan memperluas masjid Nabawi mencapai 160 x 150 hasta, tiang masjid terbuat
dari pualam, dinding batu yang berukir bertahta perak atap yang melengkung serta ka’bah di
mekah diberi kiswah dari mesir. Khalifah Usman juga mendirikan lembaga administrasi negara
sebagai lembaga konstitusi[13]. Usman juga membangun bendungan untuk menjaga arus banjir
yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota.[14]
C.      Sifat-sifat Khalifah Usman bin Affan
Pembaiatan Usman bin Affan tidak serta merta atas keberpihakan salah satu golongan, akan
tetapi pemilihan Usman didasari atas kriteria-kreiteri khusus yakni melalui sifat-sifat beliau yang
didalam hadis Nabi saw banyak menjelaskan tentag keutamaan Usman bin Affan dengan yang
lain.
Nabi saw menjelaskan sifat-sifat Usman bin Affan di dalam hadisnya “umatku yang benar-
benar pemalu adalah Usman”. Usman memiliki sifat malu yang luar biasa dan rasa malu ini
bertambah ketika bertemu dengan orang lain. Abdul Wahab an-Najar menyebutkan sifat-sifat
Usman sebagai berikut:
‫وكان عثمان كريم النفس جوادا بماله سخي اليد في طاعة هللا عز وجل واعاله دينه حتي انه بدل‬
k‫في تجهيز العسرة من ماله مالم يبدله احد فقد حهز دالك الجيش بالف بعير وخمسين فرسا‬ 
Artinya : Adapun usman adalah mulia sifatnya, dermawan, menyerahkan hartanya untuk
taat kepada Allah ‘azza wa jalla, tinggi agamanya sampai Usman menyerahkan 10 persen dari
hartanya yang tidak dilakukan oleh orang lain. Usman juga mempersiapkan tentara dengan
1000 unta dan 500 kuda[15]. Selain sifat di atas Usman juga terkenal dengan sangat lunak,
pemaaf, murah hati, percaya, tangguh, mudah tersentuh hatinya.[16]
Beberapa sifat-sifat mulia dari khalifah Usman bin Affan menurut penulis menjadi dasar
terpilihnya Usman bin Affan menjadi khalifah. Sifat mulia ini juga menjadi bomerang yang
menjadikan khalifah Usman bin Affan terbunuh pada saat tersebar fitnahal-Kubrayang
dipropagandai oleh orang-orang yang tidak suka kepada Usman bin Affan.
D.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Munculnya Fitnah Al-Kubra
Khalifah Usman bin Affan pada saat menjadi khalifah telah menemui berbagai problem.
Problem ini muncul akibat proses terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh Abu Lu’lu yang
membunuh khalifah Umar bin Khattab. Sementara banyak yang berpandangan bahwa
terjadinya fitnah al-kubra juga tidak lepas dari perihal perbedaan dari dua orang khalifah ini,
serta langkah Usman yang tidak sejalan dengan Umar bin Khattab.
Usman bin Affan diangkat menjadi khalifah berumur 70 tahun melalui proses persetujuan
dari dewan majelis syuro yang bersama-sama membaiat khalifah Usman. Usman bin Affan
memiliki cara tersendiri dalam menjalankan pemerintahan dan memiliki karakter yang berbeda
dengan khalifah Umar bin Khattab yang terkenal dengan ketegasannya. Sementara khalifah
Usman terkenal dengan kelembutan dan belas kasihnya kepada orang lain terlebih kepada
keluarganya.
Apabila dicermati bahwa kelembutan Usman bin Affan juga disebabkan umur beliau yang
sudah lanjut. Sangat menusiawi jika manusia yang sudah berumur memiliki sifat-sifat yang
mulia serta berkasih sayang terlebih kepada keluarganya serta butuh dukungan dari orang-orang
yang dekat kepada beliau.
Tentang keutamaan dan sifat-sifat mulia Usman bin Affan tidak menghentikan langkah bagi
orang-orang yang tetap tidak suka dan ingin menggulingkan khalifah Usman. Ketidaksukaan
orang-orang ini disebut dengan fitnah al-Kubra yakni munculnya tuduhan miring kepada Usman
bin Affan sehingga muncul di kalangan umat ketidak percayaan kepada khalifah serta muncul
niat dan mosi tidak percaya kepada khalifah.
Menurut Murodi munculnya fitnah al-Kubrayang berakhir dengan pemberontakan pada
masa Usman bin Affan adalah sebagai berikut:
1.      Perbedaan karakter yang dimiliki oleh Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
2.      Visi politik Usman yang memperbolehkan kaum muhajirin untuk keluar madinah yang pada
masa khalifah Umar hal ini dilarang.
3.      Perubahan sosial dari negara islam menjadi negara besar internasional, masyarakat semakin
komplek serta adanya generasi muslim baru, serta terjadinya pergulatan budaya dan interaksi
sosial yang mengakibatkan ambisi pribadi fanatisme kesukuan dan golongan dan tidak patuh
masyarakat kepada pemerintah.
4.      Merabaknya kelompok saba’iyyah yang dimotori oleh Abdullah bin Saba’ ia merupakan yahudi
dari yaman dan sebagai otak dari berbagai kerusuhan dan fitnah dengan menampilkan konsep
“wasaya”[17].
Dari penjelasan ini dapat diinterpertasi bahwa munculnya fitnah al-Kubra disebabkan isu
yang ada ditengah masyarakat yakni munculnya paham orang-orang yang membedakan karakter
antara Umar bin Khattab dan Usman bin Affan, visi politik keduanya, serta perubahan sosial
masyarakat yang komplek dan telah bersinggungan dengan budaya serta interaksi sosial yang
lebih luas yang memudahkan masyarakat untuk memisahkan diri dan tidak pecaya kepada
khalifah. Khalifah Usman juga tidak dapat melanjutkan kabijakan ekonomi yang dilakukan Umar
bin Khattab.[18]
Fitnah itu juga dipengaruhi oleh kelompok saba’iyah yang dikomandoi oleh Abdullah bin
Saba’. Dia adalah orang yahudi dari San’a Yaman yang masuk islam namun memiliki niat
tersembunyi untuk menggulingkan kekhalifahan Usman bin Affan. Usaha yang dilakukan oleh
Abdullah bin Saba’ adalah dengan mengumpulkan data kesalahan-kesalahan khalifah, membuat
daftar tuduhan, mempelajari seluk beluk kehidupan di Madinah, mempelajari titik lemah dan
kekuatan, mencari berita dari daerah dan kota-kota besar mempelajari para sahabat serta
kedudukan dan pengaruhnya.[19]
text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"> Setelah seluruh data terkumpul maka Abdullah bin Saba’
menyebarkan fitnah keberbagai negeri seperti Kufah, Basrah, Syam, Mesir serta menggalang
kekuatan. Pada awal pergerakkan Saba’ menebarkan isu washoyaatau wasiat yakni
menyampaikan kepada masyarakat bahwa setiap Nabimempunyai seorang penerima wasiat dan
Ali adalah penerima wasiat Muhammad dan penutup para wasiat Saba’ juga mengatakan bahwa
Usman telah mengambil kedudukan Khalifah dari Ali sebagai wari karib Rasulallah secara tidak
sah.[20]Dengan isu ini Saba’ telah menganggap tidak sahnya kekhaifahan Usman dan harus
digulingkan, hal ini diperparah dengan kondisi umat yang saat itu mudah terprovokasi dengan isu
dan turut mendukung gerakan tidak percaya kepada khalifah Usman.
Keberhasilan Abdullah bin Saba’ juga didukung serta dipengaruhi oleh sikap dan prilaku
gubernur dan pejabat dari pihak Bani Umayah yang masa bodoh terhadap suara kecaman,
berbuat semena-mena, berprilaku superior, berlaku lancang kepada Khalifah, mengikuti hawa
nafsu, fanatik kesukuan serta mabuk kekuasaan.[21]Prilaku-prilaku yang menyimpang yang
dilakukan oleh gubernur dan para pejabat sudah diketahi oleh Usman serta sudah diantisipasi
dengan menasehati para gubernur melalui surat peringatan untuk tetap menjalankan
pemerintahan sesuai dengan yang telah digariskan oleh Rasulallah saw.
Usman bin Affan juga dinilai membelanjakan uang kas baitul maalsecara boros tanpa
perhitungan jika akan digunakan oleh rang-orang dari keturunan Bani Umayah. Usman juga
dianggap telah melakukan penyimpangan kebijaan-kebijakan politik serta memlih pejabat yang
dinilai urang memiliki kepribadian dan moral yang tidak disenangi oleh masyarakat sekitar.[22]
Ketidak stabilan kondisi politik dan sosial pada saat itu, menurut penulis menjadi rumusan
penting terhadap mudahnya tersebar isu-isu tentang khalifah Usman serta tidak adanya
kepercayaan lagi kepada khalifah. Kondisi ini sangat manusiawi jika semua orang tidak ada atau
sedikit yang percaya dengan khalifah tentu khalifah akan mengangkat orang-orang yang
memiliki hubungan darah serta masih memiliki kerabat dengan Nabi saw dengan tujuan kerabat
yang masih dapat mempercayai khalifa dan lebih memudahkan untuk membantu langkah-
langkah strategi yang dilakukan dalam menghadapi fitnah.
E.       Peristiwa Terbunuhnya Usman bin Affan
fitnah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada khalifah Usman bin Affan
semakin tersebar diberbagai kota. Gagasan mosi tidak percaya kepada khalifah Usman semakin
luas dan tidak pernah berhenti. Mereka mengajak seluruh kaum muslimin untuk pergi ke
Madinah menghadap kepada khalifah untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepada para
pejabat yang diangkat oleh Usman.
Jumlah para penyebar fitnah sekitar 1000 orang mereka menyusun strategi dengan
membagi menjadi beberapa kelompok, tugas untuk meyebar fitnah di Mesir adalah Abdullah bin
Saba’ dan al-Ghifaqi bin Harb, di Kufah disebarkan oleh Amr bin Ashm dan Zaid bin Shaujan
Al-Abdi, di Basrah disebarkan oleh Harqus bin Zahir dan Hakim bi Jabalah Al-Abdi.[23]
Pada awalnya mereka datang ke Madinah hanya ingin menyampaikan kepada Usman
bahwa mereka meminta khalifah Usman bin Affan mengganti gubernur dan pejabat yang
menyeleweng, setelah permintaan mereka dikabulkan oleh Usman mereka kembali ke Mesir
dengan di komandoi oleh Muhammad bin Abu Bakr. Ditengah perjalanan mereka menemukan
surat yang diberi stempel atas nama Usman bin Affan yang berisi perintah kepada Gubernur
Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakr dan kaumnya. Surat ini menjadi dasar bagi
kemarahan para pemberontak dan mereka segera meminta penjelasan kepada Usman.[24]
Sekembalinya dari mereka ke Madinah, Muhammad bin Abu Bakr bertemu Ali bin Abi
Thalib tentang alasan mereka kembali kemudian Ali menjelaskan bahwa surat itu palsu. Namun
keadaan semakin gaawat karena pemberontak Muhammad bin Abu Bakr segera menyerbu rumah
Usman bin Affan.Pada saat itu Usman berada di dalam rumah dan rumah berliau dijaga oleh
orang-orang Muhajirin dan Anshar berjumlah 700 orang. Usman bin Affan lantas menyampaikan
Nasehat kepada pemerontak tidak dibenarkan mengalirkan darah seorang muslim,kecuali karena
tiga alasan, kafir, berzina dan membunuh.
Namun nasihat ini tidak dihiraukan oleh kaum pemberontak sehingga mereka terus
mengepung rumah Usman bin Affan selama 40 hariserta tetap bersikap kasar kepada Usman bin
Affan kemudian pemberontak dapat masuk kerumah dan mendapati Usman sedang dalam
membaca Al-Qur’an dan sedang berpuasa lalu mereka membunuh Usman bin Affan dengan
kejam.
Pada saat terjadi pembunuhan itu dimanakah para sahabat berada? Tidak adakah bantuan
dari sahabat yang menghalau pemberontak? Para sahabat sebenarnya tidak tinggal diam bahkan
menawarkan beberapa bantuan dan siap membela, namun Usman bin Affan menolak dan hendak
menyelesaikan masalah tanpa terjadi penumpahan darah[25] beliau juga telah mengetahui dari
hadis Rasul saw bahwa Usman akan meninggal dengan terbunuh, Usman juga mengetahui
bahwa jumlah pemberontak sangat banyak dan Usman tidak menginginkan terjadi penumpahan
darah, fitnah menghendaki adanya orang-orang yang tidak berdosa menjadi korban, dan Usman
memilih bersabar agar menjadi saksi kepada para sahabat bahwa perintahnya dan penumpahan
darahnya dengan tanpa alasan yang benar.[26]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Khalifah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah melalui proses musyawarah yang
dilakukan oleh dewan syura selanjutnya Usman bin Affan dibait untuk menjadi khalifah yang
ketiga. Masa kekhalifahan Usman bin Affan selama 12 tahun dalam menjalankan pemerintahan
Usman bin Affan melanjutkan cara-cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab yakni
memperluas daerah kekuasaan hingga sampai ke daerah Cyprus, serta membentuk baitul al-Mal.
Peradaban pada masa khalifah Usman ditandai oleh perluasan daerah kekuasaan dengan
dibentuknya armada-armada laut yang handal sehingga dapat mengalahkan kekuatan Romawi.
Hal ini juga mengisyaratkan adanya teknologi yang dimiliki pada saat itu cukup memadai dan
sangat canggih. Selain itu peradaban ini tandai dengan keahlian para penulis wahyu yang
semakin banyak serta mampu menghimpun Al-Qur’an dalam satu bentuk mushaf Usmaniyah.
pada masa ini juga telah dikenal pengesahan surat dengan menggunakan stempel.
Selain itu pada masa Usman bin Affan telah terbentuk lembaga administrasi yang
mengatasi masalah-masalah, serta dibentuknya bendungan yang menahan laju air banjir serta
mengatur pengaliran air ke kota-kota, pada saat ini juga telah terjadi suatu perdagangan yang
luas dan ramai antara laut tengah dan laut merah.
Pada akhir masa kekhalifahan Usman bin Affan beliau menghadapi kaum pemberontak
yang terpengaruh dengan fitnah yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ untuk menurunkan
kekhalifahan Usman bin Affan serta berusaha menyampaikan tidak percaya kepada para
gubernur dan para pejabat. Abdullah bin Saba’ orang yang bertanggung jawab dalam penyebaran
fitnah dan menyebarkan isu tentang pemerintah nepotisme dan kebijakan yang tidak sejalan
dengan apa yang telah digariskan Rasul, Abu Bakr, Umar. Isu ini telah menyebar sampai di
negeri Syam, Kufah, Basrah, Mesir, Pada masa itu pemberontak berhasil memasuki Madinah dan
berhasil masuk ke rumah dan membunuh khalifah Usman bin Affan, pemberontak selain
membunuh khalifah Usman bin Affan juga menjarah baitul al-Mal.
B.       Saran
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyajikan makalah namun penuis
sadari dalam makalah ini masih dapat kekurangan dan perlu untuk diperbaiki lagi. Untuk itu
penulis mengharap saran dan kritik yang membangun agar dijadikan dasar dalam
menyempurnakan makalah ini. Atas saran dan kritik yang disampaikan diucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Ade Wijdan dkk, Pemikiran dan Peradaban Islam, PT. Satria Insania Press,Yogyakarta: 2007.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II,  PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2010.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam As Siyasi wa Ats Tsaqafi Wa Al-Ijtima (Sejarah Kebudayaan
Islam), PT. Kalam Mulia, Jakarta: Cet Ke-3, 2009.
Imam As-Suyuti, Tarikh Khulafa, diterjemahkan oleh Fachry, Tarikh Khulafa: Ensiklopedi Pemimpin
Umat Islam dari Abu Bakar sampai Al-Mutawakkil, PT. Mizan Publika, Jakarta: 2010. Cet Ket –
1
Umar Abdul Jabbar, Khulashah Nur Al-Yakin Fi Siroti Sayyid Al-Mursalin, tt ...
Imam Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Tarih Al-Khulafa’, Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, Cet Ke -1, Lebanon: 2008.
Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan: Antara kekhalifahan dengan Kerajaan, diterjemahkan
oleh Ali Audah, cet. Ke – 10, PT. Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor: 2012.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam I, PT. Kalam Mulia, Jakarta: 2001.
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, PT. Amzah, Jakarta: 2013.
Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, IAIN-IB Press, Cet Ke – ii, Padang: 2002.
Muhammad Hadi Ma’rifat, Tarikh Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Thoha Musawa, Sejarah Lengkap
Al-Qur’an, PT. Al-Huda, Jakarta: 2010.
Khalid Muhammad Khalid, Khulafaur al-Rasul, diterjemahkan oleh Mahyudin Syah dkk (Mengenal
Pola Kepemimpinan Umat dari Karakeristik Perihidup Khalifah Rasulallah saw, CV.
Dipenogoro, Bandung: 1985.
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, al-Mausu’ah al-Mubassirah fi al-Tarikh al-Islami, diterjemahkan
oleh M.Taufik dan Ali Nurdin, Ensiklopedi Sejarah Islam, PT. AL-Kautsar, Jakarta: 2013.

[1]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II,  PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2010. Hlm. 38.
[2]Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam As Siyasi wa Ats Tsaqafi Wa Al-Ijtima (Sejarah Kebudayaan
Islam), PT. Kalam Mulia, Jakarta: Cet Ke-3, 2009 : 486.
[3]Imam As-Suyuti, Tarikh Khulafa, diterjemahkan oleh Fachry, Tarikh Khulafa: Ensiklopedi
Pemimpin Umat Islam dari Abu Bakar sampai Al-Mutawakkil, PT. Mizan Publika, Jakarta: 2010. Cet Ket – 1.
Hlm. 180.
[4]Umar Abdul Jabbar, Khulashah Nur Al-Yakin Fi Siroti Sayyid Al-Mursalin, tt ... hlm. 45.
[5]Imam Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Tarih Al-Khulafa’, Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, Cet Ke -1, Lebanon: 2008, hlm. 96
[6]Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan: Antara kekhalifahan dengan Kerajaan, diterjemahkan
oleh Ali Audah, cet. Ke – 10, PT. Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor: 2012. Hlm. 41.
[7]Jizyah  adalah hak yang diberikan kepada Allah swt untuk menuntutnya dari pada orang-orang kafir
arena mereka tunduk kepada pemerintahan Islam.
[8]Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam I, PT. Kalam Mulia, Jakarta: 2001. Hlm. 494.
Lihat juga Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, PT. Amzah, Jakarta: 2013. Hlm. 22.
[9]Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, IAIN-IB Press, Cet Ke – ii, Padang: 2002. Hlm.
64.

[11]Muhammad Hadi Ma’rifat, Tarikh Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Thoha Musawa, Sejarah Lengkap


Al-Qur’an, PT. Al-Huda, Jakarta: 2010. Hlm: 225
[12]Qiro’ah Sab’ah, Qiro’ah artinya bacaan dan sab’ah adalah menunjukkan imam-imam yang
dinisbatkan kepada tujuh ulama yang pandai tentang Qiro’ah, mereka adalah Imam Ibnu Amir, Imam Ibnu
Katsir, Imam Ashim, Imam Abu Amr, Imam Hamzah, Imam Nafi’, Imam al-Kisa’i.
[13]Wilaela, Reinterpertasi Sejarah Islam Klasik, Suska Preess, Pekanbaru: 2012. Hlm. 126
[14]Badri Yatim... Op. Cip. Hlm. 39
[15]Abdul Wahab An-Najar, Al-Khulafa Al-Rasyidin, al-Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah, Kairo: 2009.
Hlm. 264.
[16]Wilaela .... Op. Cip. Hlm. 124-125
[17]Murodi, Rekonstruksi Politik Umat Islam Tinjauan Historis Peristiwa ‘Am al-Jama’ah, PT.
Kencana, Jakarta: 2011. Hlm. 28-30.
[18]Ade Wijdan dkk, Pemikiran dan Peradaban Islam, PT. Satria Insania Press,Yogyakarta: 2007. Hlm.
20
[19]KhalidMuhammad Khalid, Khulafaur al-Rasul, diterjemahkan oleh Mahyudin Syah dkk (Mengenal
Pola Kepemimpinan Umat dari Karakeristik Perihidup Khalifah Rasulallah saw, CV. Dipenogoro, Bandung:
1985. Hlm. 368.
[20]Muhammad Husain Haikal... Op. Cip. Hlm. 131
[21]Khalid Muhammad Khalid... Op. Cip. Hlm. 368
[22]Maidir Harun dan Firdaus... Op. Cip. Hlm. 67
[23]Tim Riset dan Studi Islam Mesir, al-Mausu’ah al-Mubassirah fi al-Tarikh al-Islami, diterjemahkan
oleh M.Taufik dan Ali Nurdin, Ensiklopedi Sejarah Islam, PT. AL-Kautsar, Jakarta: 2013. Hlm. 161
[24]Ibid, hlm: 161
[25]Ibnu Kasir, Op. Cip. Hlm. 402
[26]Ibnu Kasir, Op. Cip. Hlm. 404

Anda mungkin juga menyukai