Anda di halaman 1dari 12

Religious: Jurnal Studi Agama-agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious
ISSN 2528-7249 (online) ISSN 2528-7230 (print)

Metode Perbandingan Agama Proporsional


dalam Persepsi W.C. Smith
Ilim Abdul Halim
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
E-mail: ilimhalim@uinsgd.ac.id
______________________________
Abstract
Pada umumnya para pengakaji agama sering membandingkan fenomena keberagamaan dengan tidak
sejajar, ketika menempatkan objek yang dibandingkannya. Kajian tersebut berkaitan dengan doktrin dan teologi
agama-agama. Namun ada metode perbandingan yang digunakan untuk menganalisis agama-agama secara
proporsional. Salah satu tokohnya adalah Wilfred Cantwell Smith. Terdapat tiga hal yang menjadi perhatian penulis
yaitu Pertama, keberadaan Smith sebagai seorang ahli kajian Islam dan Ilmu Perbandingan Agama, Kedua, konsep
personifikasi yang terdiri atas beberapa tingkatan dan tingkatan yang menjadi puncak yaitu yang memiliki nilai
kebersamaan, tanggung jawab dan parallel, Ketiga cara membandingkan doktrin atau teologi dari beberapa agama
menggunakan metode perbandingan agama secara proporsional. Objek yang dibandingkan berdasarkan pada
keyakinan masing-masing penganut agama tersebut. Metode perbandingan Agama yang dikaji Smith merupakan
suatu cara menganalis agama-agama dengan membandingkan di mana objek yang dibandingkan itu memiliki
hubungan paralel atau kesejajaran. Metode perbandingan ini merupakan cara bersikap seorang analis dalam
mengumpulkan informasi keberagamaan.

Keywords: Metode, Perbandingan Agama, Proporsional, Smith


________________________________________

Abstrak
In general, religious reviewers often compare the phenomenon of diversity with misalignment when
placing the object being compared. The study is related to the doctrine and theology of religions. But there is a
comparative method used to analyze religions proportionately. One of the characters is Wilfred Cantwell Smith.
There are three things that concern the author: First, the existence of Smith as an expert in Islamic studies and the
Science of Comparative Religion, Second, the concept of personification which consists of several levels and levels
that become the peak, which has the value of togetherness, responsibility and parallel. Third, how to compare the
doctrine or theology of several religions uses proportional methods of comparative religion. The object being
compared is based on the beliefs of each adherent of that religion. The comparative method of Religion that Smith
studies is a way of analyzing religions by comparing where the object being compared has a parallel or parallel
relationship. This comparison method is a way of behaving by an analyst in gathering religious information.

Kata Kunci: method, comparative religion, proportional, Smith


__________________________

Nabi sesuai dengan doktrin yang diyakininya,


pemahaman Muslim itu tidak bisa diterima
A. PENDAHULUAN oleh penganut Kristiani. Karena bagi orang
Metode perbandingan merupakan salah Kristiani bahwa Yesus adalah Tuhan atau
satu metode yang digunakan dalam mengkaji Anak Allah (Son of God), sehingga
ekspresi agama secara akademik yang bertentangan dengan sistem keyakinan para
menekankan persamaan dan perbedaan. Pada penganut Kristiani. Begitu pula apabila
umumnya para pengakaji agama sering seorang Kristiani memahami Alquran sebagai
menggunakan metode perbandingan ini buku yang bersifat material, pemahaman itu
dengan tidak sejajar, ketika menempatkan bertentangan dengan sistem keyakinan para
objek yang dibandingkannya. Kajian itu penganut Islam. Karena bagi para penganut
terutama berkaitan dengan doktrin dan teologi Islam, secara teologi, Alquran adalah wahyu
dari agama-agama yang dibandingkan atau Firman Tuhan words of God. Kajian
tersebut. Salah satu contohnya, ketika seorang perbandingan Kristen dan Islam yang tidak
Muslim memahami Yesus Kristus sebagai sejajar itu pernah dilakukan beberapa teolog
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

dari kedua belah pihak pada zaman dulu. mengkaji ekspresi pengalaman keberagamaan
Beberapa teolog dari pihak Kristen telah dengan menempatkan objek yang dibanding-
mengkaji Agama Islam di antaranya St. John kan itu secara proporsional. Kajian metode
of Damascus (675-753), Theodore Abu Gurrah perbandingan agama secara proporsional ini
(740-825), Cathololicos Thimothy (728-823), penting dikaji, karena metode ini merupakan
Ammar Al Basri (800-850), Elias Al- Nasibi suatu langkah kemajuan dalam memahami
(975-1046) dan Paus Gregorius VII (1020- agama orang lain. Selain itu metode per-
1085). Di dalam kajiannya mereka bandingan proporsional ini penting terutama di
menunjukkan kebenaran doktrin Kristen dan masyarakat multikultural dan adanya pen-
penolakan terhadap kenabian Muhammad dan duduk yang mayoritas dan minoritas. Metode
otentisitas alquran.1 Pihak Teolog Muslim di ini merupakan suatu langkah maju untuk
antaranya Ali bin Sahl al-Thabari yang memahami doktrin dan teologi dari masing-
meninggal tahun 855, Ibnu Hazm (994-1064), masing agama yang memiliki persamaan dan
Al-Ghazali (1059-1111), Ibnu Taymiyah perbedaan yang menempatkan masing-masing
(1263-1329). Karya-karya dari para teolog doktrin atau teologi masing-masing agama
Muslim itu menunjukkan sanggahan terhadap berada dalam kesejajaran. Ada tiga hal yang
pemikiran Kristen, ketimpangan isi Bibel dan menjadi perhatian penulis dalam menganalisis
Injil dengan Alquran. Karya –karya dari teolog metode perbandigan yang dijelaskan Smith
Kristiani dan Islam itu menunjukkan bahwa yaitu keberadaan Smith, konsep personifikasi
Karya-karya dari pihak agama terntu tidak bisa dan cara membandingkan doktrin atau teologi
diterima oleh pihak agama lainnya. Hal dari beberapa agama. Dengan demikian di
lainnya ketika ketika penganut agama tertentu dalam tulisan ini, ada tiga hal yang menjadi
memahami penganut agama orang lain, di pertanyaan penulis. Pertama, siapa Wilfred
mana penganut agama orang lain itu dianggap Cantwell Smith itu? Kedua, bagaimana konsep
rendah oleh penganut agama tertentu. personifikasi sebagai motode perbandingan
Pemahaman atau anggapan dari penganut agama proporsional dalam perspektif Wilfred
agama tertentu tersebut, tentu tidak bisa Cantwell Smith. Ketiga, bagaimana metode
diterima oleh penganut agama lain. perbandingan agama secara proporsional ini
Pemahaman-pemahaman dari para penganut digunakan dalam membandingkan beberapa
agama tertentu tersebut menunjukkan tidak doktrin dan teologi Kristen dan Islam?
sejajar, sehingga pemahaman-pemahamannya
tidak bisa diterima oleh penganut agama lain B. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bersangkutan. 1. Wilfred Cantwell Smith
Namun ada metode perbandingan Wilfred Cantwell Smith adalah ahli Ilmu
digunakan untuk menganalisis agama-agama Perbandingan Agama yang mengkaji agama
yang menekankan proporsional. Salah satu dengan metode perbandingan agama secara
tokoh yang terkenal yang melakukan kajian proporsional. Smith dikenal seorang teolog
perbandingan agama secara proporsional itu dan sejarawan agama yang lahir di Toronto
adalah Wilfred Cantwell Smith. Ia tidak hanya pada tanggal 21 Juli 1916. Ia merupakan salah
dikenal sebagai ahli kajian Islam, tetapi juga seorang sejarawan terbaik dalam bidang ilmu
dikenal sebagai ahli tentang tujuan dan perbandingan Agama pada abad keduapuluh.3
metode-metode Ilmu Perbandingan Agama Teologi keberagamaan Smith dipahami
(the comparative study of religion).2 Ia dengan sulit oleh ahli teologi, karena Smith

1
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap
Terbuka Dalam Beragama (Bandung: Mizan, 1998), 47.
2
Antonio Roberto Gualtieri, ―Faith, Tradition, 3
Livingston James C, ‗Religious Pluralism and
and Transcendence : A Study of Wilfred Cantwell The Question of Religious Truth in Wilfred C. Smith‘,
Smith,‖ Canada: Canadian Journal of Theology XV, 2 Journal for Cultural and Religious Theory, 4.3 (2003),
(1969): 102. 58.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 39
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

memiliki komitmen dengan ahli sejarahnya.4 memahami doktrin Kristiani metodis hanya
Di satu sisi Smith harus bersikap rasional sebatas literal dan hal ini menajadi
subjektif dengan teologinya. Di sisi lain ia pengalaman berharga bagi dirinya. Smith
mesti menempatkan rasional objektif dengan kemudian memahami doktrin tidak hanya
keahlian sebagai sejarawannya. secara literal, tetapi ia menafsirkan dan men-
Sebagai anak kedua dan bungsu dari jabarkan secara intelektual dan terbuka.
seorang keluarga, ia berasal dari keluarga yang Pemikiran Smith mengalami perubahan,
berstatus ekonomi mapan. Orang tuanya me- ketika ia menjelang dewasa. Semula ia cen-
miliki perusahaan Ballpoint Parker di Kanada. derung berpikiran ortodoks, namun seiring
Pada usia antara delapan dan tujuh belas tahun dengan bertambahnya usia, ia mampu bersikap
dia memasuki lembaga pendidikan bernama modern dan semangatnya sangat terbuka dan
Upper Canada College. Keluarga Smith ter- pluralis. Ia tidak setuju tentang pemahman
masuk keluarga yang berada dalam bidang konsep keselamatan yang dipahami hanya
akademik maupun dalam bisnis. Kakak Smith untuk orang Kristiani. Namun menurut pan-
yaitu Arnold Cantwell Smith banyak berkiprah dangannya bahwa semua umat yang beragama
dalam urusan diolomatik di Negara Kanada. Ia mendapatkan kasih sayang dari Tuhannya.
tidak hanya pernah menjadi duta besar Kanada Smith memahami bahwa keselamatan manusia
untuk pemerintah Mesir dan Uni Soviet, tetapi berdasarkan keyakinannya sehingga manusia
juga menjadi sekjen Negara-negara persemak- mesti cinta kepada Tuhan dan cinta pada
muran bekas penjajahan kerajaan Inggris. tetangga.5
Latar belakang keberagamaan keluarga Konsep Smith tentang komunitas agama
Smith adalah agama Kristiani, sekte Pres- bukan merupakan milik suatu sekte dalam
bitarian. Dengan latar belakang keluarga Kris- agama, tetapi kebersamaan dan kesatuan
tiani ini, Smith termasuk orang yang taat dan agama. Hal ini yang menjadi titik acuan bagi
saleh dalam menerapkan ajaran agamanya. Ia Smith untuk mengembangkan ide-ide menge-
adalah aktivis gereja yang dominan dan sangat nai agama. Sejak dia memasuki jenjang per-
fanatik terhadap keyakinan yang dipegangnya, guruan tinggi, dia telah tertarik mengem-
mungkin karena pengaruh dari sikap ke- bangkan gagasan ekumene, yaitu gagasan
agamaan dan pengalaman keagamaan yang untuk menyatukan semua mazhab dalam
telah menjadi sebuah kepribadian yang me- melakukan misi. Ide ini pertama dikembang-
lahirkan sikap ―Close System‖ dalam me- kan sejak awal abad ke-20 dan sasarannya
nerima pendapat ajaran Kristiani dan sekte kepada missionaris di luar negeri dan di kam-
yang lain. Biasanya setiap sekte dalam ajaran pus di mana Smith kuliah pada saat itu.
Kristiani mempunyai sikap dominasi yang Ketika Smith masih kecil dia sekolah di
cenderung berlebihan, kadang menimbulkan Upper college dan Lyceee Hampolion,
konflik sosial dan politik. Mungkin sikap Grenoble, Prancis. Saat Smith masih sekolah
tersebut dipengaruhi dengan semangat ke- di kedua lembaga itu, ia menunjukkan kemam-
bebasan beragama di Eropa. Sikap kompetitif puan dan otoritas di bidang bahasa dan
antara sekte, dialami oleh Smith dalam sejarah, sehingga kelak pendekatan sejarah itu
kehidupan sebagai seorang yang beragama. mewarnai corak pengkajian dan studi
Terkadang muncul sikap emosi dan sikap agamanya.
menyudutkan di antara para penganut sekte- Smith kemudian masuk perguruan tinggi
sekte agamanya itu. dan menamatkan sarjananya di Universitas
Keluarga Smith yang menganut agama Toronto, Kanada dalam bidang orientalis
Kristiani dalam anggota keluarganya itu ber- studies. Kemudian dia melanjutkan studinya
sifat plural. Ibunya adalah penganut aliran
Kristiani metodis. Ketika masih muda Smith 5
Richard J. Jones, ‗Wilfred Cantwell Smith
and Kenneth Cragg On Islam as a Way of Salvation‘,
4
James C, Religious Pluralism and The International Bulletin of Missiounary Research, 1992,
Question of Religious Truth in Wilfred C. Smith‘, 65. 106.

40 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

ke West Minister College Universitas Agama dengan metode perbandingan pasca


Cambridge dalam studi bahasa Arab sampai perang dunia kedua.7
perang dunia ke-2. Pada selang waktu antara Metode perbandingan Agama secara pro-
tahun 1941-1945 dia menyempatkan waktu porsional yang dikaji Smith ini merupakan
untuk mengajar di India. Di India ia suatu cara menganalis agama-agama dengan
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi membandingkan di mana objek yang diban-
langsung dengan berbagai penganut agama dingkan itu memiliki hubungan paralel atau
dan berbagai ideologi politik termasuk kesejajaran. Metode perbandingan propor-
gerakan Islam di India.6 sional yang diungkapkan Smith ini merupakan
Setelah Smith menyelesaikan tugasnya di sikap seorang analis dalam mengumpulkan
India, ia kembali ke Amerika untuk informasi keberagamaan dan dalam berdialog
menyelesaikan studi doktoralnya di Univer- dengan agama lain. Pandangan Smith tentang
sitas Princeton dengan pembimbingnya adalah metode perbandingan ini dapat dilihat dari
Prof Philip K. Hitti. Smith diangkat menjadi karya-karyanya. Karya yang berkaitan dengan
professor untuk studi Ilmu Perbandingan metode perbandingan proporsional itu adalah
Agama di Universitas Mc. Gill Institute of karya yang membahas personifikasi dan per-
Islamic Studies. Pada Tahun 1964 ia menjadi bandingan doktrin tologis antara Kristiani dan
direktur Harvard Unversity’s Center for the Islam. Untuk memahami pemikiran metode
Study of World Relgions. Baik di Harvard perbandingan Agama secara proporsional dari
maupun di McGill ia mengumpulkan para pemikiran Smith, penulis perlu menjelaskan
mahasiswa dan staf pengajar yang berlatar hasil pemikiran Smith tentang personifikasi
agama-agama besar untuk mempelajari sikap dan beberapa persamaan dan perbedaan
keberagamaan mereka. Smith menyusun teori- Kristiani dan Islam.
teori yang dapat diterima orang Yahudi, Islam
Kristiani, Buddha dan yang lainnya. Teori itu 2. Konsep Personifikasi
disusun bersumber dari hasil diskusi maha-
siswa-mahasiswa dan para staf pengajar yang Dalam kajian personifikasi, Smith men-
beragama. Teori-teori itu disusun guna jelaskan bahwa orientasi pribadi (personality)
meyakinkan penganut agama dalam tradisi untuk dirinya, orang lain dan alam merupakan
akademis. jawaban total dengan melihat, bertindak dalam
Banyak karya ilmiah dengan berbagai dimensi transenden.8 Dengan kata lain, apabila
bentuk sudah dihasilkan Smith. Di antara seorang penganut melihat, merasa dan
bentuk karya itu berupa buku dan tulisan bertindak atas dirinya dan orang lain juga alam
artikel. Penulis menemukan sebelas judul sekitarnya, senantiasa menggunakan dimensi
buku dan dua puluh delapan tulisan artikel kebenaran ketuhanan berdasar doktrin atau
yang ditulis Smith. Dari hasil karya-karyanya, teologi yang diyakininya. Smith menjelaskan
Smith sangat memelihara tradisi humanistik, bahwa ada beberapa pandangan dari penganut
yang memandang agama sebagai sesuatu yang agama tertentu terhadap penganut agama lain.
hidup dan memiliki peranan untuk mengem- Pandangan itu dapat dilihat dari cara
balikkan hakikat manusia yang sesungguhnya. penyebutan agama tertentu terhadap agama
Nilai kesejajaran dalam setiap agama mewar- atau penganut agama lain dengan meng-
nai setiap studi perbandingan Agama. Setelah gunakan kata ganti (pronoun). Ada beberapa
Smith meninggal dunia pada tanggal 7 Feb- istilah penyebutan agama atau penganut
ruari 2000, para kolega menempatkannya agama dengan menggunakan kata ganti
sebagai salah satu pemikir Studi Agama-
7
http://news.harvard.edu/gazette/2001 /11.29/
6
William A. Graham, ―Wilfred Cantwell 27-memorialminute.html diunduh pada tanggal 14
Smith and Orientalism,‖ in Conference Presentation, Januari 2012.
8
Fortcoming in E Aitken/ A. Sharma (Mc. Gill Wilfred Cantwell Smith, Faith and Belief
Converence Vol, 2017), 5. (Princeton: Princeton University Press, 1972), 12.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 41
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

tertentu. Pertama, penganut agama tertentu kan bahwa pada model keempat ini merupakan
memandang agama orang lain itu dengan gambaran tentang kita semua sedang ber-
menggunakan kata ganti benda yaitu ―it‖. bicara dengan yang lainnya tentang kita.
Dengan menggunakan kata ganti ―it‖ itu Sebagaimana Eliade dan Kitagawa kutip, ―We
menunjukkan bahwa agama orang lain itu all are talking with each other about us.‖9
dianggap sebagai benda. Istilah ―it‖ yang Model sikap keempat yang menggunakan
menunjukkan agama atau penganut agama kata ganti ―we‖ ini sesuai dengan pesan Max
orang lain sebagai benda itu merupakan Muller bahwa para peneliti agama atau ahli
tingkatan yang sangat rendah. Bahkan ung- perbandingan Agama tidak menghilangkan
kapan ―it‖ ini dapat dipahami sebagai ung- atau menganggap rendah sesuatu yang diang-
kapan ―penghinaan‖ bagi orang lain yang gap esensi dari agama.10 Jika peneliti agama
menerima atau merasakannya. Kedua, penga- bersikap jujur dan seimbang, hasil kajiannya
nut agama tertentu memandang agama atau akan berhasil atau beruntung. Dengan kata lain
penganut agama lain dengan kata ganti ‖they‖. peneliti agama tidak menganggap agama
Penggunaan kata ganti ‖they‖ yang berarti orang lain lebih rendah dari agamanya para
‖mereka‖ menunjukkan lebih tinggi derajat peneliti anut. Lebih dari itu, peneliti agama
pengakuannya daripada ‖it‖ atau benda, tidak mesti menyalahkan dan menghina agama
karena kata ganti ‖they‖ menunjukkan adanya yang di luar agama yang dianut peneliti.
pengakuan sebagai orang. Tetapi penggunaan Dengan cara menggunakan kata ganti
kata ganti ‖they‖ ini tidak ada dialog secara ‗we‖ ini di antara penganut agama menun-
langsung. Agama atau penganut agama lain jukkan adanya kesejajaran atau paralel. Para
dianggap asing yang tidak memiliki keter- penganut agama memiliki proporsi sehingga
kaitan dengan yang menganggapnya sehingga perbedaan di antara penganut agama cen-
di antara mereka tidak ada kepedulian. Ketiga, derung melebur menjadi nilai dan sikap
penganut agama tertentu memahami agama kebersamaan atau adanya titik temu, dan
atau penganut agama lain dengan kata ganti tanggungjawab bersama. Kedua belah pihak
‖you‖. Penggunaan kata ganti ‖you‖ ini lebih memiliki tanggung jawab yang sama dan
tinggi derajat pengakuannya dari pada kata sejajar. Walau ada nilai- nilai perbedaan di
ganti ‖they‖, karena kata ganti ‖you‖ antara penganut agama, tetapi nilai nilai
menunjukkan tidak hanya adanya pengakuan perbedaan itu di dalam cara keempat ini tidak
sebagai manusia tetapi juga adanya komuni- terlalu ditampakkan. Dengan kata lain, nilai-
kasi langsung dan hubungan timbal balik dari nilai kebersamaan muncul di dalam perbedaan
kedua belah pihak. Pada tingkatan ketiga ini itu.
adanya hubungan dekat yang berupa dialog, Di samping itu, istilah ―we‖ bukan ―we
antara satu dengan yang lain saling ber- and They‖ dari padangan Smith itu dinilai oleh
interaksi (mutually), Namun penggunaan kata ilmuwan Barat sebagai anti tesis dari pan-
‖you‖ ini adanya batas yang menonjol, sehing- dangan Edward Said mengenai sikap tradisi
ga perbedaan sangat nampak. Keempat, orientalis.11 Pandangan Smith dinilai memiliki
penganut agama tertentu terhadap agama atau paralel, sejajar dalam membandingan orang-
penganut agama lain dengan menggunakan orang yang memiliki latar belakang keyakinan
kata ganti ‖we‖. Penggunaan kata ganti ‖we‖ yang berbeda. Sedangkan Edward Said
menunjukkan derajat kebersamaan yang ter-
tinggi, karena adanya pengakuan parallel yang 9
Mircea Eliade and Josepth M. Kitagawa, The
memiliki nilai-nilai persamaan dan tanggung History of Religions, Essays in Methodology (Chicago
jawab. Model keempat ini merupakan model and London: The University of Chicago Press, 1973),
34.
tertinggi dari personalisasi dan sikap yang 10
Friedrich Max Muller, Introduction to The
mesti digunakan para analis agama dalam Science of Religion (London: Longman, Green and Co.,
menganalisis agama yang berbeda dangan 1873), 10.
11
agama yang dianut peneliti. Smith menjelas- A. Graham, ―Wilfred Cantwell Smith and
Orientalism‖, 10.

42 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

memandang bahwa gaya orientalis sebagai menggunakan ungkapan,‖Kehendak Tuhan‖


pengkaji Timur yang berasal dari Barat yaitu sebagai doktrin. Dalam pandangan Smith,
mendominasi, restrukturisasi dan memiliki ke- orang-orang Kristiani telah biasa mengguna-
wenangan melebihi Timur, sehingga hubungan kan ungkapan ―kehendak Tuhan‖ itu dalam
pengkaji Barat (occident) dan pengkaji Timur doa-doa mereka, karena Kristus mengajarkan
(orient) merupakan hubungan kekuasaan, mereka (orang Kristiani) dengan berkata,
dominasi dan berbagai tingkatan hegemoni.12 ―Kamu akan diperlakukan‖. Ungkapan ini ber-
kaitan dengan suatu aspirasi terhadap urusan
3. Perbandingan Kristiani dan Islam duniawi sesuai dengan pola yang lebih tinggi
Cara lain untuk memahami metode per- yaitu kedatangan ―Kerajaan Tuhan‖. Pemaha-
bandingan proporsional dari Smith itu dapat man tersebut menurut Smith merupakan
dilihat dari karyanya mengenai beberapa ungkapan yang penuh makna dan kehendak
persamaan dan perbedaan antara doktrin Tuhan memiliki konotasi moral yang sangat
Kristiani dan Islam. Secara historis, interaksi besar. Bagi orang Kristiani berjuang untuk
Islam dan Kristiani terus berlanjut mengalami mencapai kehendak Tuhan merupakan pang-
dinamika. Di satu sisi sejarah Islam telah dan gilan tertinggi –dan kegagalan besar jika tidak
terus menjadi persoalan pengalaman manusia berjuang. Smith mengembangkan pemikiran
tentang ketuhanannya yang disebut sebagai ―kehendak Tuhan‖ itu dengan proporsi orang-
kompleks Ilahi manusia (a divine-human orang Kristiani. Menurut Smith, imbangan
complex). Di sisi lain sejarah Kristiani masih atau perbandingan bagi orang-orang Kristiani,
mengalir, belum sempurna, kreatif dan mereka juga kadang-kadang menyebut ke-
dinamis.13 hendak (will) secara rancu, tetapi masalah
Secara khusus, Smith mengkaji hubungan teologi hubungan perintah Tuhan dan ma-
proporsional antara Kristiani dan Islam itu shiah-Nya sering ditempatkan dalam lingkaran
dalam sub judul, Muslim- Christian Relations: orang Kristiani dalam istilah ―pengetahuan
Some Similarities an Some Differences Tuhan‖, ―nasib‖, ―takdir‖, ―kedaulatan‖ dan
Between Christianity and Islam.14 Smith sebagainya.
membandingkan beberpa doktrin atau teologi, Di dalam doktrin Islam, Smith menun-
antara Kristiani dan Islam secara proporsional. jukkan istilah teologi yaitu ridha, ridwan,
Beberapa doktrin atau teologi yang dipahami mardl yang berarti ―senang‖ atau ―rido‖. Salah
para penganut Kristiani dan Islam itu memiliki satu tujuan perbuatan orang-orang Islam
proporsinya masing-masing dalam studi per- adalah mendapat rida Allah. Istilah ‖ridha‖
bandingan menurut perspektif Smith. Penulis berarti kasih sayang Tuhan kepada orang-
menemukan sembilan materi yang diban- orang Islam. Sebagian orang-orang Islam
dingkan Smith dari doktrin dan teologi Kris- berkeyakinan bahwa apabila seseorang berbuat
tiani dan Islam itu. sesuatu yang dianggap baik menurut manusia,
Pertama, doktrin kehendak Tuhan (The tetapi orang itu tidak mendapat kasih sayang
Will of God)15 dibahas Smith dengan mem- Tuhan, maka orang itu akan merugi. Tetapi
bandingan doktrin Krisitini dan Islam. Menu- Smith menegaskan pula bahwa istilah yang
rut Smith, orang-orang Kristiani dan Islam lebih umum bagi orang Muslim adalah amr
yang berarti ―perintah‖.16 Istilah amr atau
12
Edward Said, Orientalis (New York: Vintage perintah itu menjadi popular di sebagian besar
Book, 1978), 3-5. orang-orang Islam. Doktrin amr itu memiliki
13
Wilfred Cantwell Smith, ―Wilfred Cantwell makna kewajian bagi orang-orang Islam.
Smith, Participation: The Changing Christian Role in Manusia atau orang-orang Islam mendapat
Other Cultures,‖ New York: Occasional Bulletin from
the Missionary Research Library Vol. XX (1969), 2.
amr atau ―diperintah‖ oleh Tuhan untuk ber-
14
Wilfred Cantwell Smith, On Understanding buat baik selama hidupnya seperti berdoa,
Islam Selected Studies (New York: Mouton, 1981), 233.
15 16
Cantwell Smith, On Understanding Islam Cantwell Smith, On Understanding Islam
Selected Studies, 237. Selected Studies, 238.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 43
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

menyembah, saling tolong menolong sesama kenal secara politik Masyarakat atau Negara
manusia, menjaga alam mengatur masyarakat, Islam.
menjadi wakil Tuhan di dunia dan sebagainya. Dalam pandangan Smith, ada seseorang
Sebaliknya di dalam doktrin Islam ada kata menghubungkan konsep kehendak Tuhan
yang berlawanan dengan amr yaitu nahyi dalam Kristiani sebanding dengan syariah
berarti ―larangan‖. Tuhan melarang manusia (hukum Islam). Perbandingan tersebut menu-
atau orang-orang Islam untuk berbuat yang rut Smith merupakan bersifat ―kasar‖ dan
dilarang Tuhan, seperti politeisme atau ―tidak berbahaya‖ karena setiap orang akan
musyrik, membunuh, mencuri, minum atau menilai kurang proporsional atau proporsional
makan yang memabokkan, berjudi dan terhadap hubungan tersebut yang bisa
sebagainya. mendorong beberapa orang melihat hubungan
Smith menunjukkan dua kata lainnya parsial.
yang berkaitan dengan istilah ―kehendak Kedua, perbandingan mengenai doktrin
Tuhan‖ dalam Islam yaitu mashiah dan Kristiani dan Islam yang menjadi perhatian
iradah. Menurut Smith, Kehendak Tuhan bagi Smith adalah masalah Alquran dan Yesus
Islam bukan apa yang seharusnya manusia Kristus.17 Dalam pandangan Smith bahwa
kerjakan, tetapi apa yang Tuhan kerjakan. Alquran dipahami oleh orang-orang Muslim
Bagaimanapun juga Kehendak Tuhan sebagai Firman Allah atau perkataan Tuhan.
beroperasi, dengan sangat menarik. Bagi Biasanya banyak orang memandang bahwa
Smith bahwa Kehendak Tuhan itu akan tidak kedudukan Alquran dalam pandangan muslim
berarti dalam kegiatan berdoa, apabila dibandingkan sejajar dengan kedudukan Bibel
kehendak Tuhan itu sungguh-sungguh diperl- menurut keyakinan para penganut Kristiani.
akukan Tuhan. Pada kenyataannya, barangkali Pemikir Muslim modern yaitu Mahmoud
hal itu akan menjadi berbeda, jika seseorang Ayoub mengkaji Agama Kristen dalam
berkata, ‖Karena perbuatannya (manusia) persfektif Islam Modern.18 Dalam pembahas-
terhadap kehendak Tuhan, Tuhan menen- annya ia mengkaji Yesus dalam persfektif Al-
tukannnya‖. Dengan kata lain manusia Qur‘an, Yesus dalam literatur Syiah, kematian
―merayu Tuhan‖. Ini bukan konsep moral Yesus dalam literature Tafsir, kesucian Kristen
melainkan Tuhan yang menentukan sesuatu dalam persfektif Islam dan Umat Kristen
(determinist one). dalam persfektif Islam kontemporer. Hasil
Bagi orang-orang Muslim kehendak kajian semacam itu sering tidak diterima oleh
Tuhan merupakan apa yang terjadi dan telah penganut agama yang dijadikan objek pem-
diperintahkan Tuhan. Dalam istilah manusia bandingnya. Ketika Alquran dibandingkan
―Kehendak Tuhan‖ itu merupakan apa yang dengan Injil, para penganut Kristiani tidak bisa
seharusnya terjadi. Smith menegaskan pema- menerima pandangan bahwa Yesus men-
haman orang Islam bahwa seseorang bisa tidak dapatkan Injil yang diturunkan Tuhan Allah.
memenuhi perintah Tuhan, tetapi tidak ber- Menurut Smith perbandingan Al-Qur‘an
tentangan dengan kehendak-Nya. dalam Islam dan Bible dalam Kristiani
Dalam istilah yang sangat umum, Smith sungguh masuk akal, diakui secara luas, dan
mengungkapkan bahwa semua orang bisa mungkin dikatakan valid pada tingkatan
memohon. Seorang Muslim sesuai dengan sederhana. Namun penyelidikan lebih dekat
ayat ―Kamu akan diperlakukan‖ sesuai dengan menunjukkan bahwa perbandingan itu menjadi
kata ―Islam‖. Seorang Muslim didefinisikan terlalu sederhana. Alquran merupakan pusat
sebagai orang yang menerima perintah untuk
memiliki peraturan yang berlaku di bumi. 17
Cantwell Smith, On Understanding Islam
Sebagaimana mereka kerjakan di Surga seperti Selected Studies, 239.
orang-orang Kristiani, untuk memiliki ke- 18
Mahmoud Mustofa Ayoub, Mengurai
datangan kerajaan-Nya. Di dalam Islam di- Konflik Muslim Kristen Dalam Persfektif Islam,
Terjemaham Ali Noer Zaman (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2007), 9.

44 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

dalam kehidupan muslim, tetapi Bibel bagi Sedangkan utusan Tuhan yang dipahami
orang Kristiani bukan menjadi pusat orang-orang Kristiani adalah Santo Paul. Santo
kehidupannya. Bibel belum memainkan peran Paul adalah penyebar berita (―nabi) dari Yesus
sentral dalam kehidupan Kristiani dan Barat sebagai Tuhan dalam keyakinan orang-orang
sebagaimana Alquran telah memainkan peran Kristiani. Santo Paul adalah yang menyebar-
sentral dalam kehidupan Islam.19 Smith kan ajaran Kristiani, mendisain atau meng-
mengajukan perbandingan lebih internalistik koordinir ajaran-ajaran dan komunitas Kris-
yaitu kedudukan Alquran yang diyakini para tiani sehingga komunitas itu menjadi Kerajaan
penganut Muslim itu sejajar dengan Yesus Tuhan di Dunia.
yang diyakini Kristiani. Secara mendasar Akibat dari pemaham Muhammad dan
dalam jiwa keagamaan menurut Smith agak Santo Paul di dalam Islam dan Kristiani
lebih valid yaitu perbandingan Al-Qur‘an tersebut adalah adanya pemahaman perban-
dalam Islam sebanding dengan pribadi Yesus dingan proporsional keempat yaitu perban-
Kristus dalam Kristiani. Dalam pandangan dingan proporsional antara Hadith dengan
Mu‘tazilah Alquran sebagai firman Tuhan atau Bible.21 Menurut Smith, Bibel merupakan
wahyu tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan itu catatan wahyu, bukan wahyu itu sendiri. Ke-
sendiri. Jika dalam pandangan Islam bahwa benaran sejati ini jelas telah merebut pe-
Alquran sebagai wahyu yang bisa berbentuk mahaman secara lebih kuat dalam pemikiran
teks kitab, secara proporsional sebanding orang Kristiani baru-baru ini daripada kejadian
dengan pemahaman Kristiani bahwa Yesus pada masa lalu. Menurut pandangan Smith
sebagai Tuhan atau anak Tuhan yang sudah bahwa banyak penafsiran orang-orang Muslim
berbentuk daging. Smith menunjukkan intinya tentang Yesus (Isa) dan Injil tidak bisa
bahwa sentral sistem Islam yang berfokus diterima orang-orang Kristen. Misalnya,
pada wahyu itu adalah Alquran, yang apabila orang-orang Muslim menafsirkan
merupakan karunia Tuhan bagi manusia dan bahwa Tuhan telah mewahyukannya (Injil)
inti Agama. kepada Isa (Yesus), sebagaimana dalam Al-
Hubungan paralel ketiga antara doktrin Qur‘an surat ke-57 ayat ke-27). Hal ini tidak
Kristiani dan Islam dalam pandangan Smith bisa diterima dalam doktrin teologi Kristiani,
adalah Muhammad dan Santo Paul atau 12 dan dianggap kesalahan oleh orang-orang
rasul.20 Smith membandingkan antara Muham- Kristiani. Hal itu mengakibatkan beberapa
mad dan Santo Paul yang diyakini para orang-orang Kristiani tersenyum dan yang
penganut Katolik Roma. Muhammad dalam lainnya melakukan protes. Orang-orang
pandangan Islam adalah Nabi dan rasulullah Kristiani tidak mengakui atau meyakini
atau utusan Tuhan). Muhammad merupakan bahwa Yesus menerima Kitab suci dari Tuhan.
pribadi yang menyampaikan pesan ini kepada Dalam pandangan Smith, apabila orang
setiap manusia, mendakwahkannya, dan Muslim mengatakan bahwa Yesus membawa
implikasinya mengorganisir masyarakat yang Injil, sebanding dengan perkataan orang-orang
diterimanya sebagai sesuatu yang bersifat Kristiani bahwa Muhammad membawa
normatif. Komunitas ini secara bertahap sahthan atau al-kutubu al-sittah. Smith
tumbuh sebagai kesatuan literatur yang mem- menyimpulkan, pemikiran itu menjadi jelas
perhatikan secara lengkap dan implemen- bahwa tiga unsur dalam skema yaitu Al-
tasinya dijelaskan secara lengkap pula bahwa Qur‘an, Nabi (prophet) dan Hadits memiliki
pesan ini terangkum dalam sunnah kedekatan atau sebanding dalam Kristiani
nabawiyah. yaitu Yesus, Santo Paul (atau duabelas rasul
atau sejaman dengan Santo Paul) dan Bibel
19
Wilfred Cantwell Smith, ―Study of Religion
(khususnya Kitab Perjanjian Baru). Secara
and Study of Bible Dalam Buku Rethinking Scripture‖ singkat hal itu menggambarkan bahwa sesuatu
(State University of New York: Albany, 1989), 22.
20 21
Cantwell Smith, On Understanding Islam Cantwell Smith, On Understanding Islam
Selected Studies, 239. Selected Studies, 239.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 45
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

telah menjadi masalah karena hubungan Hubungan perbandingan proporsional


paralel antara Al-Qur‘an dan Perjanjian Baru keenam yaitu Hukum Islam dengan Teologi
atau salah satu dari empat kitab orang Muslim Kristiani.24 Perbandingan ini mengarahkan
–termasuk beberapa orang Kristiani, telah orang beragama baik Muslim maupun
menjadikannya secara fasih. Sebenarnya Kristiani untuk memahami hubungan paralel
hubungan paralel antara Perjanjian Baru – lainnya yang jelas dan standar, juga keduanya
khususnya empat Kitab Injil (perjanjian Baru), tidak bisa disangkal antara peran teologi dalam
dengan Hadits nampak menjadi dekat dengan Kristiani dan peran hukum dalam Islam.
pemikiran orang-orang. Persamaan Alquran Walaupun hal itu absah, Smith mengingatkan
dan Bibel apabila dilihat dari perannya sebagai bahwa adanya bahaya akibat dari terlalu
kitab suci. Dalam pandangan Smith bahwa penyederhanaan itu. Bagi orang-orang Kris-
kitab suci (scripture) berperan sebagai tiani, teologi sejak awal telah menjadi sentral
pengatur ide-ide, images (gambar-gambar) dan pengetahuan kognitif beragama. Menurut
emosi keberagamaan juga menghidupkan Smith, orang-orang Kristiani bisa menduga
simbol-simbol.22 kebenarannya bahwa teologi dan doktrin
Perbandingan proporsional kelima adalah adalah sentral juga dalam keyakinan lainnya.
perbandingan dengan mengungkapkan bahwa Memang kadang-kadang ungkapan pertanyaan
keselamatan dari dua tradisi keagamaan Islam mereka mengenai agama-agama yang dianut
dan Kristiani adalah dengan keyakinan-keya- seseorang dapat diungkapkan dalam pertanya-
kinan kepada Tuhan dan wahyu-Nya. Bagi an, Apa yang mereka yakini? Walaupun apa
orang Muslim keyakinan itu adalah keyakinan yang orang-orang yakini itu secara nyata
terhadap apa yang Muhammad bawa. Keya- bukan masalah pokok keagamaan, dan sering
kinan itu tidak hanya dalam sebuah kitab (dalam Mesir Kuno, dan Polinesia modern)
tetapi apa yang terdapat dalam kandungan dengan susah menyamakan dengan masalah
kitab. Apa yang terkandung dalam Alquran pokok itu. Hal ini dipersulit dengan kekacauan
harus katakan itu secara fundamental adalah menggunakan kata ―keyakinan (belief)‖ pada
pentingnya sebuah moral yaitu keyakinan kepercayaan yang sangat berbeda. Untuk
yang bermaksud meluruskan dirinya sendiri alasan tertentu, pengaruh tradisi Yunani
secara aktif dengan orientasi moral. Karena terhadap perkembangan awal Kristiani dan
hukum itu menyangkut komunitas dan um- unsur terbesar Yunani dalam budaya Barat
mah, maka hukum itu bersifat sosial. Hubu- secara umum sangat penting. Teologi telah
ngan paralel di kalangan orang-orang Kris- memainkan dan terus memainkan peran yang
tiani, menunjukkan bahwa keyakinan berada sangat dominan dalam Kristiani. Ungkapan
dalam Tuhan dan Kristus yang berarti hidup intelektual dari keyakinan telah dianggap
dalam naungan Kristus, juga berhubungan atau sebagai ungkapan utama. Secara sederhana
berpartisipasi di dalam Gereja.23 Hubungan ungkapan intelektual keyakinan itu bukan
lebih lanjut yang Smith bayangkan, bahwa masalah dengan Islam. Menurut Smith begitu
mediator antara manusia dan Tuhan dalam banyak masalah ini yang dia argumentasikan
Islam adalah kebajikan. Kebenaran sejati ini dalam beberapa cara yang menganggap bahwa
juga terdapat dalam Keyakinan Yahudi (bah- hukum bagi Islam sejajar dengan teologi
kan sebelum tradisi agama Semit). Oleh sebab dalam Kristiani.
itu St. Paul menitikberatkan bahwa keyakinan Sedangkan teologi Islam dapat diban-
Abraham (Ibrahim) terkandung baginya ke- dingkan secara proporsional pada perban-
bajikan dan tersedia juga bagi para pendosa. dingan ketujuh dengan Filsafat Agama
Kristiani.25 Para pengkaji Kristiani kadang-

22 24
Cantwell Smith, ―Study of Religion and Cantwell Smith, On Understanding Islam
Study of Bible Dalam Buku Rethinking Scripture.‖, 22. Selected Studies, 240.
23 25
Cantwell Smith, On Understanding Islam Cantwell Smith, On Understanding Islam
Selected Studies, 240. Selected Studies, 241.

46 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

kadang menemukan bahwa para pemimpin makna sebagai bangunan lokal gereja, tempat
keagamaan dari beberapa orang Muslim telah fokus jemaah atau tempat kumpulan manusia,
menyangkal teologi sebagai materi studi yang namun makna utamanya adalah komunitas
tidak penting, hanya selingan atau kesia-siaan pribadi-pribadi (community of persons).
manusia. Untuk melengkapi masalah tersebut, Aspirasi komunitas total orang-orang Kristiani
Smith menjelaskan bahwa teologi (ilm al- dipraktekkan dalam kumpulan mereka sehing-
kalam) bagi Islam sejajar dengan filsafat ga kumpulan mereka merupakan jemaah
agama bagi orang-orang Kristiani. Hal ini seperti dalam Gereja Presbyterian, orotodox
merupakan sesuatu yang serius, materi dan sebagainya. Sebuah bangunan gereja lokal
pelajaran yang sangat penting bagi orang- adalah sebuah gereja (dan bukan kapel) sejauh
orang yang memperhatikan soal tersebut. Hal ia memiliki persetujuan yang diformalkan dari
itu berguna sebagai pembelaan, tetapi bukan komunitas yang lebih luas.
masalah pokok dalam perkembangan utama, Seorang Kristiani adalah anggota suatu
dianggap tidak penting, dan mengandung gereja. Sedangkan seorang Muslim terkadang
kecurigaan. bukan anggota suatu mesjid. Terbukti telah
Perbandingan proporsional kedelapan disebutkan bahwa tidak ada pertentangan
adalah mengenai Mesjid dan Kapel. Mesjid dalam Islam mengenai gereja orang-orang
bagi Islam sejajar dengan kapel bagi Kristiani. Pada satu sisi poin ini valid, di sisi
Kristiani.26 Sepintas bahwa mesjid dalam lain, seseorang berargumen bahwa dalam
Islam sejajar dengan gereja dalam Kristiani. beberapa cara secara khusus menganggap
Pada awalnya mungkin hal itu dianggap benar. berbagai macam gereja orang Kristiani
Namun dengan lebih hati-hati, perbandingan (denomination) sebanding dengan persau-
terhadap mesjid adalah kapel (gedung gereja daraan Sufi dalam dalam Islam. Dengan
dalam Kristiani). Mesjid adalah suatu gedung ketentuan-ketentuan tertentu, Smith mengusul-
pertemuan, lebih dari itu adalah sebuah kan persamaan kedua agama tersebut bahwa
institusi yang bersifat eklesia (komunitas tariqah bagi Islam sejajar dengan gereja bagi
keagamaan). Perbedaan mendasar dalam per- Kristiani. Perbandingan poroporsional tariqah
soalan orang Kristiani kembali dengan sejarah. di dalam masyarakat Islam itu sebanding
Hal itu nampak pada perbedaan kehidupan dengan ordo di masyarakat Katolik. Tariqat
keagamaan Yahudi dan awal munculnya dan ordo sebagai komunitas moral memiliki
Kristiani, antara tempat beribadah cultic ikatan persaudaraan yang berdasarkan spiri-
(Kristiani awal) dengan tempat beribadahnya tualitas bagi anggota- anggotanya. Perban-
tipe kumpulan yang menjadi sinagog (tempat dingan Gereja dengan Tariqah dalam pan-
beribadah Yahudi). Gereja Kristiani memiliki dangan Smith ini sesuai pula dengan pan-
kedua unsur tersebut. Islam menyangkal dangan Van Bruinessen. Bruinessen mema-
kependetaan, tidak pernah mengenal tipe cultic hami bahwa setiap tarekat merupakan se-
sehingga tidak pernah mengenal tempat ibadah macam keluarga besa dan semua anggotanya
itu kecuali semacam al- Haramain. Istilah itu menganggap diri mereka bersaudara satu
berarti pencerahan, selain di dua kota Mekah dengan yang lainnya.28
dan Madinah, mesjid-mesjid di seluruh dunia Perbandingan kesepuluh adalah doktrin
secara teknis tidak ditahbiskan pada Trinitas dengan Asmaul husna. Kedua doktrin
bangunan-bangunan. ini dalam pandangan Smith memiliki
Selanjutnya perbandingan proporsional proporsional. Istilah Trinitas berasal dari
kesembilan adalah Gereja dan Tariqah.27 bahasa Latin yaitu ―trinus‖ yang berarti
Walaupun Istilah ―gereja‖ (Church) memiliki rangkap tiga. Doktrin Trinitas dipahami orang-
orang Kristiani bahwa Allah adalah tiga
26
Cantwell Smith, On Understanding Islam
28
Selected Studies, 241. Martin van Bruinessen, Tarekat
27
Cantwell Smith, On Understanding Islam Naqsyabandiyah Di Indonesia Survei Historis,
Selected Studies, 242. Geografis Dan Sosiologis (Bandung: Mizan, 1996), 15.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 47
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

pribadi atau hipostasis (tiga hakikat) yaitu C. SIMPULAN


Tuhan Bapak, Yesus Kristus dan Roh kudus. Dari uraian tersebut di atas penulis dapat
Pemahaman trinitas dalam sistem keyakinan menunjukkan kata-kata simpul. Pertama,
Kristiani ini dalam pandangan Smith se- Wilfred Cantwell Smith adalah seorang ahli
banding dengan asmaul husna (nama sifat tentang kajian Islam dan Ilmu Perbandingan
Allah yang baik) dalam Islam. Keduanya Agama. Ia memiliki latar belakang kehidupan
merupakan konsep Tuhan yang memiliki beragama di mana keluarganya mengalami
bentuk hakikat. Di dalam doktrin Kristiani perdebatan tentang kebenaran agama. Kedua,
Tuhan memiliki tiga hakikat pribadi. Di dalam konsep personifikasi sebagai motode
doktrin Islam bahwa secara konsep Tuhan perbandingan agama proporsional dalam
memiliki 99 nama hakikat. Tuhan Bapak perspektif Wilfred Cantwell Smith memiliki
dipahami orang-orang Kristiani sebagai pen- beberapa tingkatan. Tingkatan yang menjadi
cipta alam semesta dan Yesus Kristus sebagai puncak adalah tingkatan yang memiliki nilai
anak Tuhan atau wahyu Tuhan yang berbentuk kebersamaan, tanggung jawab dan parallel.
daging. Sedangkan roh kudus dipahami orang- Tingkatan puncak teersebut diungkapkan
orang Krisiani sebagai Petunjuk dari Tuhan. dengan istilah kata ganti ―we‖. Ketiga, metode
Sehingga Smith membandingkan doktrin roh perbandingan agama secara proporsional ini
kudus (Spirit) dalam Kristiani sebanding dapat dilihat dari perbandingan doktrin dan
dengan Tuhan yang bersifat al Hadi29 (yang teologi Kristiani dan Islam. Objek yang bisa
memberi petunjuk) dalam doktrin Islam yang dibandingkan dari doktrin atau teologi kedua
menjadi bagian dari Asmaul husna. agama tersebut berdasarkan pada keyakinan
Secara ringkas perbandingan doktrin dan masing-masing penganut agama tersebut.
teologi Kristiani dan Islam dalam pandangan Secara ringkas penulis dapat menyusun
Smith dalam disusun sebagai berikut: beberapa langkah dalam metode perbandingan
agama secara proporsional dari pemikiran
No Kristiani Islam Smith itu. Pertama, penentuan unsur agama
1 Kehendak Tuhan Kehendak Allah, atau fenomena agama sebagai objek
Ridha Allah, perbandingan dari masing-masing agama.
perintah (amr) Kedua, mengecek masing-masing objek yang
Allah, syariah dibandingkan dengan indikator proporsi
(hukum Islam) menurut doktrin atau teologi dari masing-
2 Yesus Alquran masing agama. Apabila objek yang
3 Santo Paul Muhammad dibandingkan itu sederajat menurut doktrin
4 Bible Hadits atau teologi masing-masing agama,
5 Hidup dalam keyakinan terhadap perbandingan bisa berlanjut dengan
naungan Kristus, ajaran Nabi mendeskripsikan perbedaannya. Sebaliknya
dan berpartisipasi (Muhammad) jika objek yang dibandingkan itu tidak
di dalam Gereja sederajat secara doktrin atau teologi dari
6 Teologi Kristiani Hukum Islam masing-masing agama, perbandingan dianggap
7 Filsafat Agama teologi Islam kurang tepat atau tidak bisa berlanjut. Ketiga,
Kristiani. jika masing-masing objek perbandingan itu
8. Kapel (cultic) Mesjid sederajat menurut doktrin atau teologi dari
9. Gereja ( Ordo, Tariqah. masing-masing agama, masing-masing objek
Katolik) perbandingan itu dilanjutkan dengan
10. Konsep Trinitas Konsep Asmaul menganalisis fenomena keberagamaan itu
Husna sebagai objek perbandingan.

DAFTAR PUSTAKA
29
Cantwell Smith, On Understanding Islam A. Graham, William. ―Wilfred Cantwell Smith
Selected Studies, 242.

48 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49
Ilim Abdul Halim Metode Perbandingan Agama Proporsional dalam
Persepsi W.C. Smith

and Orientalism.‖ In Conference Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap


Presentation, Fortcoming in E Aitken/ A. Terbuka Dalam Beragama. Bandung:
Sharma. Mc. Gill Converence Vol, 2017. Mizan, 1998.
Bruinessen, Martin van. Tarekat
Naqsyabandiyah Di Indonesia Survei
Historis, Geografis Dan Sosiologis.
Bandung: Mizan, 1996.
Cantwell Smith, Wilfred. Faith and Belief.
Princeton: Princeton University Press,
1972.
———. On Understanding Islam Selected
Studies. New York: Mouton, 1981.
———. ―Study of Religion and Study of
Bible Dalam Buku Rethinking Scripture.‖
State University of New York: Albany,
1989.
———. ―Wilfred Cantwell Smith,
Participation: The Changing Christian Role
in Other Cultures.‖ New York: Occasional
Bulletin from the Missionary Research
Library XX (1969).
Eliade, Mircea, and Josepth M. Kitagawa. The
History of Religions, Essays in
Methodology. Chicago and London: The
University of Chicago Press, 1973.
J. Jones, Richard. ―Wilfred Cantwell Smith
and Kenneth Cragg On Islam as a Way of
Salvation.‖ International Bulletin of
Missiounary Research, 1992.
James C, Livingston. ―Religious Pluralism and
The Question of Religious Truth in Wilfred
C. Smith.‖ Journal for Cultural and
Religious Theory 4.3 (2003).
Max Muller, Friedrich. Introduction to The
Science of Religion. London: Longman,
Green and Co., 1873.
Mustofa Ayoub, Mahmoud. Mengurai Konflik
Muslim Kristen Dalam Persfektif Islam,
Terjemaham Ali Noer Zaman. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2007.
―No Title,‖ n.d.
http://news.harvard.edu/gazette/2001/11.29/
27-memorialminute. html.
Roberto Gualtieri, Antonio. ―Faith, Tradition,
and Transcendence  : A Study of Wilfred
Cantwell Smith.‖ Canada: Canadian
Journal of Theology XV, 2 (1969): 102.
Said, Edward. Orientalis. New York: Vintage
Book, 1978.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 4, 1 (2020): 38-49 49

Anda mungkin juga menyukai