Anda di halaman 1dari 12

BAB.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kriminalitas merupakan masalah yang cukup merisaukan masyarakat baik di
kota-kota besar maupun di pedesaan. Menurut buku publikasi Statistik Indonesia oleh Badan
Pusat Statistik tahun 2016 menunjukan bahwa angka tindak pidana kriminalitas di hampir
seluruh wilayah di Indonesia sampai dengan tahun 2015 terus mengalami peningkatan
khususnya di daerah provinsi Jawa Timur dimana tidak pidana kriminalitas meningkat pesat
dari 14.102 menjadi 35.437, untuk itu perlu dicari tahu faktor penyebab terjadinya
permasalahan ini agar dapat segera dicari solusi dalam mengatasinya.

Kriminalitas adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh wanita ataupun pria yang
merugikan orang lain, kriminalitas bukanlah warisan atau bawaan sejak lahir (Kartini
Kartono:2005).Tindak kriminal atau kejahatan terdiri dari beberapa jenis yaitu Pertama adalah
Kejahatan tanpa korban (crime without victims) dimana melakukan tindakan atau perilaku
yang dilarang oleh hukum, namun yang tidak secara langsung merugikan atau melanggar hak-
hak setiap orang tertentu, Kedua adalah kejahatan terorganisasi dimana kejahatan tersebut
dipimpin oleh seseorang atau kelompok dengan mempunyai suatu rancangan terlebih dahulu,
Ketiga adalah kejahatan kerah putih (white collar crime) yaitu dimana Suatu tindak kecurangan
yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada sektor pemerintahan atau sektor swasta, yang
memiliki posisi dan wewenang yang dapat mempengaruhi suatu kebijakan dan
keputusan.Kejahatan ini sangat berbahaya sekali karena menyangkut kelangsungan kehidupan
orang banyak, misalnya korupsi, Keempat adalah kejahatan korporasi (corporate cirme) yaitu
kejahatan yang dilakukan oleh para karyawan atau pekerja terhadap korporasi, korporasi yang
sengaja dibentuk dan dikendalikan untuk melakukan kejahatan.

Pemenuhan akan kebutuhan hidup mendorong seseorang untuk melakukan apapun


untuk memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dengan tindakkan kriminalitas, dimana salah
satu faktor pemenuh kebutuhan manusia adalah di bidang ekonomi. Telah kita ketahui bersama
bahwa dalam kehidupan sehari hari baik perseorangan maupun dalam keluarga kegiatan
ekonomi sering dilakukan seperti, seseorang mempertimbangkan budget yang ia miliki
sebelum membeli suatu barang, atau seorang ibu yang bisa mengalokasikan uang bulanan
untuk pemenuan kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga. Faktor faktor ekonomi menjadi
pertimbangan utama kegiatan ekonomi dilakukan seperti besarnya jumlah pendapatan, yang di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan,besarnya inflasi yang terjadi juga besarnya harga barang
dipasaran sebagai akibat dari inflasi yang terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah

Menurut Reith (1996:76) kriminalits di suatu wilayah erat kaitannya dengan


fenomena kependudukan dan sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut juga menurut
Kusumah (1990) sebagaimana yang dikutip oleh Liliweri (1991 : 8) sebagaimana dikutip oleh
Hamim (2009:38) menyatakan bahwa kejahatan dan kekerasan dengan berbagai variasinya
masih akan tetap tinggi baik secara kuantitaif maupaun secara kulitatif, sebab perilaku ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masalah kota besar. Diketahui bersama bahwa
daerah provinsi Jawa Timur memiliki banyak kota-kota besar selain itu juga provinsi ini adalah
merupakan salah satu tempat kunjungan wisatawan terbesar, baik wisatawan dalam negeri
maupun mancanegara. Sebagai salah satu tempat tujuan wisata dunia, tentu saja Provinsi Jawa
Timur memiliki standar pengamanan yang cukup baik, namun menurut buku publikasi Statistik
Indonesia oleh Badan Pusat Statistik tahun 2016 menunjukan bahwa jumlah tindak pidana
kriminalitas naik secara signifikan dari tahun 2014 yaitu 14.102 menjadi 35.437 pada tahun
2016.
Keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup khususnya masalah ekonomi memaksa
sejumlah orang untuk melakukan berbagai upayah baik itu dengan cara yang benar maupun
dengan cara yang tidak dibenarkan yaitu salah satunya dengan melakukan tindakkan
kriminalitas,untuk mendapatkan penghasilan demi keberlangsungan hidupnya. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kriminalitas antara lain tingkat pendidikan, tingkat
inflasi,jenis pekerjaan,besarnya upah, tingkat kemiskinan,lingkungan tempat tinggal dan
sebagainya.selain itu juga media masa khususnya media elektronik Televisi juga turut berperan
dalam kehidupan masyarakat selain dapat sebagai sarana hiburan juga dapat memberikan
inspirasi bagi banyak orang baik itu untuk melakukan hal yang bermanfaat maupun untuk
melakukan suatu tindakkan kriminalitas seperti pada kasus penipuan jam tangan mewah yang
terjadi di perbatasan Kalimantan dan malaysia dimana pelaku terinspirasi dari film Upin-Ipin
sehingga bisa mengelabui korban dengan bahasa dan dialeg dari negara jiran tersebut. Conto
kasus lainnya adalah dimana seorang ibu rumah tangga memutilasi suaminya yang
selingkuh,menurut pengakuannya pelaku terinsirasi dari kasus mutilasi yang dilakukan oleh
Rian

1.3 Batasan Masalah

Faktor faktor ekonomi yang akan digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini adalah
Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pendidikan.dan Rata-rata Intensitas Menonton Berita
Kriminalitas Dalam Seminggu

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah variabel Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pendidikan dan Rata-rata Intensitas


Menonton Berita Kriminalitas Dalam Seminggu mempengaruhi Jumlah Tindak Pidana
Kriminalitas di provinsi Jawa Timur tahun 2015 secara signifikan ?

1.5 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah variabel Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pendidikan dan Rata-
rata Intensitas Menonton Berita Kriminalitas Dalam Seminggu mempengaruhi Jumlah
Tindak Pidana Kriminalitas di provinsi Jawa Timur tahun 2015 secara signifikan

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah, sebagai bahan untuk evaluasi kebijakan untuk menurunkan Jumlah
Tindak Pidana Kriminalitas

2. Bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Iilmu Statistik, sebagai sarana untuk mengaplikasikan
ilmu statistik melalui kegiatan statistik dalam pemenuhan tugas Metode Penelitian.
BAB. II
TINJAUAN PUTAKA

2.1 Landasan Teoritis / Definisi Konseptual


Menurut Saheroji (1990) dan TB Ronny N. Nitibaskara (2000) yang dikutip dalam
Arifin S. Harahap (2014:67) menyatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang melanggar
hukum atau dilarang Undang-undang dan juga kejahatan adalah suatu tindakan yang
disengaja atau kelalaian yang dapat dikenai sanksi pidana oleh hukum (Crime as an act or
omission punishable by law). Sejalan dengan itu, Romli Atmasasmita dan Widati Wulandari
(1997:53) menyatakan bahwa Kejahatan adalah suatu konsep yuridis yang berarti tingkah
laku manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum pidana. Kejahatan juga bukan hanya
suatu gejala hukum, juga Paul Mudigdo Moeliono (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa,
2001:11) mengatakan bahwa Kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan
pelanggaran norma yang dirasakan merugikan dan menjengkelkan sehingga tidak boleh
dibiarkan.
Dalam hubungannya dengan perubahan dalam tatanan sosial, Reith (1996:76)
menyatakan kriminalits di suatu wilayah erat kaitannya dengan fenomena kependudukan dan
sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut.
Kaitannya dengan kekuasaan, Richard Quinney (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa,
2001:11) mengatakan bahwa Kejahatan adalah perilaku manusia yang diciptaan oleh para
pelaku yang berwenang dalam masyarakat yang terorganisasi secara politik atau kualifikasi
atas perilaku yang melanggar hukum dirumuskan oleh warga masyarakat yang mempunyai
kekuasaan.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seorang Individu
Hasil dalam Seminar Kriminologi III di Semarang (1976) sebagaimana dikutip oleh Sariwini
(2011:245) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seorang individu secara langsung adalah
faktor endogen dan faktor eksogen.

1. Faktor Endogen
Faktor endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang
mempengaruhi tingkah laku seperti:
a. Cacat yang bersifat biologis dan psikis.
b. Perkembangan kepribadian dan intelegensi yang terhambat sehingga tidak bisa menghayati
norma-norma yang berlaku. Faktor-faktor endogen ini mempengaruhi unsur niat saja.

2. Faktor Eksogen
Faktor Eksogen adalah faktor-faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi tingkah laku,
seperti:
a. Pengaruh negatif dari orang tua.
b. Pengaruh negatif dari lingkungan sekolah.
c. Pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat.
d. Tidak ada atau kurang pengawasan orang tua.
e. Tidak ada atau kurang pengawasan pemerintah.
f. Tidak ada atau kurang pengawasan dari masyarakat.
g. Tidak atau kurang pengisian waktu yang sehat.
h. Tidak ada rekreasi yang sehat.
i. Tidak ada pekerjaan.
j. Lingkungan fisik kota besar.
k. Anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar.

2.1.2 Variabel Bebas Yang Mempengaruhi Tindak Pidana Kriminalitas


Variabel bebas yang mempengaruhi tindak pidana kriminalitas adalah :

1. Kemiskinan

Definisi kemiskinan kian meluas seiring dengan makin kompleks nya faktor penyebab,
indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya
dianggap dimensi ekonomi tetapi juga meluas ke dimensi politik,sosial,kesehatan dan
pendidikan. Menurut Badan Pusat Statistik kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan
maupun non makanan. Menurut Kartono (2009) sebagaimana di kutip dalam Dermaawanti,
Abdul Hoyyi dan Agus Rusdiono (2013:248), kemiskinan kronis tanpa jalan keluar
mengakibatkan banyak orang berputus asa, sehingga kejahatan atau kriminalitas merupakan
satu-satunya jalan untuk menolong kehidupan..

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal bagi seseorang untuk mendapatkan suatu
pekerjaan.Menurut Kansil (1994) sebagaimana di kutip oleh Dermaawanti, Abdul Hoyyi dan
Agus Rusdiono (2013:248), bahwa tindakan kriminal salah satunya dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Karena pendidikan merupakan faktor penting penentu tinggi rendahnya sumber
daya manusia sejalan dengan itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Dermaawanti, Abdul
Hoyyi dan Agus Rusdiono (2013:255) menyatakan bahwa faktor terbesar yang
mempengaruhi secara positif kriminalitas adalah pengangguran dan pendidikan dan moral.

3. Intensitas Menonton Berita Kriminalitas dalam Seminggu

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Liliweri (1991:188) bahwa semakin


tinggi aktualitas suatu berita kejahatan maka semakin tinggi orang menonton berita
kejahatan, hal ini jelas akan menimbulkan kepanikkan dan kerisauan bagi masyarakat
(Arifin S Harahap, 2 september 2014:69) juga ditakutkan menonton berita kriminalitas
berpotensi untuk menjadi insiprasi bagi para penonton untuk meniru dan melakukan
tindakkan kejahatan,sejalan dengan itu menurut Bond (1987) sebagaimana yang dikutip
oleh Muhatadi (1999 : 144-145) sebagaimana dikutip oleh Hamim (2009:39) menyatakan
bahwa suatu berita dikatakan memiliki daya tarik bila berita tersebut memiliki keterkaitan
dengan individu sebagai khalayaknya. Artinya berita akan menjadi menarik bagi
khalayaknya bila berita tersebut meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi diri
individu-kebahagiannya, kesehatannya, kekayaannya, keselamatannya, termasuk
eksistensinya secara umum.
2.2 Kerangka Berpikir

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan orang sulit untuk mendapatkan


pekerjaan yang mendatangkan penghasilan bagi dirinya sehingga sulit atau bahkan tidak
mampu dalam memenuhi standar minimum kebutuhan dasar hidup baik dari sisi makanan
maupun non makanan. Salah satu sumber untuk mendapatkan informasi tentang cara
pemenuhan kebutuhan hidup adalah melalui media televisi,ketika intensitas seseorang
menonton khususnya berita kriminalitas semakin banyak, peneliti berasumsi bahwa hal ini
dapat menjadi inspirasi dan mendorong seseorang mengambil jalan pintas untuk melakukan
tindakan kriminalitas.

Berdasarkan uraian diatas disusunlah diagram kerangka pikir sebagai berikut :

Kemiskinan
Intensitas Menonton Berita Jumlah Tindak Pidana
Kriminalitas dalam Setahun Kriminalitas

Tingkat Pendidikan

2.3 Perumusan Hipotesis


Rumusan hipotesis yang dapat disusun adalah :
1) Variabel Kemiskinan,Tingkat Pendidikan dan Rata-rata Intensitas Menonton Berita
Kriminalitas Dalam Seminggu mempengaruhi Jumlah Tindak Pidana Kriminalitas
2) Variabel Kemiskinan,Tingkat Pendidikan dan Rata-rata Intensitas Menonton Berita
Kriminalitas Dalam Setahun tidak mempengaruhi Jumlah Tingkat Pidana Kriminalitas
BAB. III
METODOLOGI

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


penelitian di lakukan dengan cakupan wilayah seluruh Provinsi Jawa Timur untuk tahun 2015
Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran
Tindakan kriminalitas adalah tingkah laku yang
Jumlah Tindak melanggar hukum dan norma-norma sosial yang
Rasio
Pidana Kriminalitas merugikan oranglain yang dapat dihukum berdasarkan
hukum pidana
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang dalam
memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang
meliputi kebutuhan makan maupun non makanan,
Kemiskinan Interval
melalui data pendekatan pengeluaran untuk
mengestimasi pendapatan dengan klasifikasi Rendah
(0-3 juta ), Sedang ( 3-5 juta), Tinggi ( > 5 juta)
Tingkat pendidikan terakhir yang di tamatkan, dengan
Tingkat Pendidikan klasifikasi Rendah (tidak bersekolah- SD), Sedang Interval
(SMP-SMA) Tinggi (S1,S2 dan lebih)
Rata-Rata Intensitas Banyaknya berita kriminalitas yang ditonton melalui
Menonton Berita media elektronik televisi maupun tontonan melaui
Interval
Kriminalitas dalam media online, dengan klasifikasi Rendah(0-336),
Setahun Sedang(337-1008) dan Tinggi ( >1008)

3.2 Sumber data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, yaitu data hasil Susenas tahun
2015, data Sensus Penduduk tahun 2010, publikasi Daerah dalam Angka, dan data dari Statistik
Kriminal 2016.

3.3 Metode analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
analisis inferensia. Analisis deskriptif meliputi gambaran umum karakteristik tindak pidana
kriminalitas yang ada di Jawa Timur pada tahun 2015. Analisis inferensia dilakukan dengan
metode analisis Regresi Linear Berganda dikarenakan tujuan daripada penelitian ini adalah
untuk melihat variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
jumlah tindak pidana kriminalitas di Jawa Timur tahun 2015.
Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel dependen, yaitu Jumlah Tindak Pidana Kriminalitas (Tahun 2015)

2. Variabel independen, yaitu Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pendidikan dan Rata-Rata


Intensitas Menonton Berita Kriminalitas dalam Setahun
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia 2016. Jakarta: BPS.


Dermaawanti, Abdul Hoyyi dan Agus Rusdiono. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kriminalitas di kabupaten Batang Tahun 2013 dengan Analisis Jalur. Jurnal Gaussian. Diunduh
tanggal 7 November 2016.
Arifin S. Harahap.2014. Dampak Berita kriminal di TV. Dunduh tanggal 7 November 2016.
Sariwini. 2011. Kausalitas dan Penanggulangannya. Diunduh tanggal 7 November 2016.
Hamim. 2009. Pengaruh Terpaan Berita Kejahatan di Telivisi Terhadap Sikap Waspada dan
Cemas Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Ilmu Komunikasi. Diunduh tanggal 7 November
2016.
Anselin, Luc, dkk. 2000. Spatial Analysis of Crime. Criminal Justice Volume 4. Diunduh dari
www.ncjrs.gov tanggal 7 November 2016.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai