Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya , kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai

WAWASAN KEBANGSAAN .

Makalah ini disusun berdasarkan buku Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup

ruang lingkup pada aspek aspek ruang lingkup tersebut, diharapkan bagi semua orang yang

membaca makalah ini, dapat menjadi terampil dan berkarakter.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses

belajar dan pembelajaran. Dari lubuk hati kami yang terdalam, sangat disadari bahwa makalah

ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf bila ada sesuatu informasi yang

salah dan kurang lengkap.

Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah ini,

sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemuadian hari.

JATINANGOR,30 JANUARI 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUA,N
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Indonesia sebagai Negara kebangsaan.. 3
B. makna dan perkembangan wawasan kebangsaan................................. 4
C. tantangan wawasan kebangsaan indonesia.......................................... 5
D. masalah wawasan kebangsaan indonesia.................................................7
E. pembangunan wawasan kebangsaan indonesia..................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk social, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama
dan berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu. Sekelompok manusia
yang hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang mempunyai perbedaan
dalam hal ras,suku,watak dan agama akan berkumpul bersama dalam suatu tempat akan
membentuk suatu bangsa.
Tempat ini dari suatu bangsa itu tinggal disebut Negara. Dalam Negara itu juga, perilaku
suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan yang berlaku di
negara yang ditempatinya.
Seperti penjelasan diatas,sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat. Karena perbedaan ini
pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsaa pada
suatu Negara.
Oleh sebab itu, kami membuat makalah yang berjudul BANGSA DAN NEGARA.
Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bias memahami tentang hakikat bangsa dan Negara.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah makna dari masyarakat, bangsa dan Negara ?
2. Bagaimana proses pembentukan bangsa dan Negara ?
3. Bagaimana proses terbentuknya bangsa ?
4. Bangaimana proses terbentuknya Negara ?
5. Apa teori terbentuknya negara ?
6. Apa saja bentuk-bentuk kenegaraan ?
7. Apa saja fungsi dan tujuan Negara ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui makna dari masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Untuk mengetahui proses dari pembentukan bangsa dan Negara.
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya bangsa.
4. Unutk mengetahui proses terbentuknya Negara.
5. Untuk mengetahui bentuk-brntuk dari kenegaraan.
6. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Negara.
7. Untuk mengetahui penerapan kebangsaan dikalangan anak muda.
8. Untuk mengetahui sikap yang sesuai dan tidak sesuai denga prinsip patriotism dan
nasionalisme.
BAB II
PEMBAHASAN
b). Wawasan Kebangsaan Indonesia
Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam
kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional
yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan
UUD 1945. Konsep kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia. Wawasan
kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna
kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan.
Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo menjadi
tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong
terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi yang sangat majemuk, baik di
pandang dari tujuan maupun dasarnya.
Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum pemuda berusaha
memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan. Kemajemukan, keanekaragaman seperti suku
bangsa , adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa tetap ada dan dihormati.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas dua,
mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan tidak dipergunakannya bahasa
Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang
menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya yang
menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham nasionalisme. Paham
nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah
duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat terkenal,
yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme yang
demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat diwarnai
oleh nilai-nilai dasar yang berkembang dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga
memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat mengisolasi diri dari
bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi wawasan
nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian dari wilayah negara kepulauan yang
diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan negara Indonesia
merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk
mengejawantahan semua dorongan dan rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi
bangsa dan tujuan nasional yang mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan kebijakan desentralisasi
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka pengembangan otonomi daerah harus dapat
mencegah disintegrasi / pemecahan negara kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah
pusat, mencegah timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel
dan pemerintah daerah yang tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan daya saing yang
sehat antar daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan politik,
berkembangnya kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang kompak dan bersatu
dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem
pendidikan yang menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan.
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif
mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa lain
dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi
dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan dalam
mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan Sinaga, 2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang
akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.
c) Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
(1). Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas
Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan;
(3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
(4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-c) Makna Wawasan
Kebangsaan Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
(1). Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas
Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan;
(3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
(4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di
dunia;
(5). NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan
bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah
maju.

d) Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki enam
dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:
(1). Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa;
(2). Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan besatu;
(3). Cinta akan tanah air dan bangsa;
(4). Demokrasi atau kedaulatan rakyat;
(5). Kesetiakawanan sosial;
(6). Masyarakat adil-makmur.
Peranan Pemuda

Dalam kondisi bangsa saat ini yang diwarnai oleh berbagai persoalan pasca suksesi
kepemimpinan nasional (reformasi 1998), pemuda benar-benar menjadi tumpuan dan harapan
dalam merumuskan konsep dan membangun wawasan kebangsaan menuju bangsa yang maju
dan mandiri.

Jika berangkat dari gerakkan mahasiswa dan kaum muda pada saat (sumpah pemuda 1928 dan
reformasi 1998) yang cendrung berwatak jalan tengah, maka konsep kaum muda di Indonesia
tentu tidak bermakna pengambil alih seluruh peran dalam sistem wawasan kebangsaan dan
pembangunan bangsa oleh kaum muda secara serta merta,dramatis dan irasional. Konsep ini
lebih cenderung pada peningkatan efektivitas serta keterlibatan kaum muda dalam melakukan
kontribusi positif terhadap sistem pembangunan wawasan kebangsaan dan pembangunan bangsa
secara integral dan holistic. Dengan demikian yang perlu diingat adalah : kaum muda sebagai
kader-kader bangsa harus menyiapkan diri dalam pengambil alih tongkat estafet dalam
membangun wawasan kebangsaan dan pembangunan bangsa dengan mengemban amanat
reformasi.

Pemuda sebagai salah satu komponen bangsa perlu tanggap terhada kondisi ini. Pemuda
hendaknya maju terus dalam dinamika konteks kebangsaan di Indenesia yang hingga saat ini
masih mencoba mencari format terbaik dalam pengembangan demokrasi, wawasan kebangsaan
dan membangun bangsa yang manju dan mandiri.

Wawasan kebangsaan
Nanging hana pamintaku uripana sahananning ratu kabeh (Mapu Tantular,Sutasoma). Suatu
malam pada tahun 1962, di Ubud Gianyar , tatkala langit Pulau-Dewata-Bali-cerah bermandikan
cahaya purnama,nusai pementasan wayan sambil menghampiri I Nyoam Geranyam,Ki Dalang
dari Sukawati, yang khusus diundang untuk menggelar lakon dari Kakawin Sutasoma, Bung
Karno mengatakan, Saya sangat terkesan dengan ucapan Sutasoma tadi. Lalu Bung Karno
menyetir ungkapan bahasa Jawa Kuno yang tertera diawal tulisan ini, Nanging hana pamintaku
uripana sahananing ratu kabeh (Tetapi permohonanku, hidupkanlah raja-raja itu semua). Itulah
ucapan Sutasoma kepada raksasa Porusada,sambil menyerahkan dirinya sebagai santapan kala,
asal seratus raja yang disanderanya dibebaskan.(Noorsena,2001).

Ada pelajaran berharga yang menyentak kesadaran kita sebagai bangsa, terutama bagi pemuda
sebagai generasi bangsa, betapa besar pengorbanan Bung Karno kepada bangsanya yang diilhami
oleh ucapan Sutasoma yang rela mengorbankan dirinya sendiri demi kesejahteraan bangsanya.
Sebab ternya akhirnya jalan yang samalah yang ditempuh oleh Bung Karno demi
meneyelamatkan bangsa ini dari perang saudara pasca 30 September 1965. Kisah Sutasoma telah
mengilhami moral Bung Karno untuk lebih baik menenggelamkan dirinya sendiri demi keutuhan
bangsa dan negara yang sangat dicintainya.
Apa yang diteladani oleh Bung Karno itu sungguh suatu yang langka yang tidak banyak kita
dapati sekarang ini,dimana kepentingan pribadi,kelompok,golongan atau partai lebih
dikedepankan ketimbang kepentingan bangsa dan Negara.

Meminjam apa yang dikatakan Anhar Gonggong (2000), taka a algi sosok bangsa yang
berkeinginan untuk berjuang agar mampu melampaui dirinya, dalam pengertian ini ia tidak
hanya memikirkan dirinya, tetapi juga melakukan pergumulan untuk orang lain.

Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika Haranira,Tan Hana Dharma Mangrwa merupakan pernyataan politik
yang sangat tepat dalam upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa yang sedang
menhadapi pertikaian social kerena kemajemukan masyarakat yang tersebar di jambrut
katulistiwa. Tantangan pertikaian social itu merupakan konsekwensi logis dalam Negara besar
yang berupaya membangun dan mempersatukan segenap penduduk di Kepulauan Nusantara
yang semula hidup dalam kelompok-kelompok social yang mandiri dan mengembangkan pola-
pola adaptasi local. Mengingat kenyataan tersebut pemuda bersama pemerintah tidak mempunyai
pilihan lain kecuali menghormati keragaman kebudayaan dan agama masyarakatnya dalam
mempersatukan rakyat.
Sumpah Pemuda

Proses membentuk dan membangun bangsa Indonesia belum selesai, munculnya wacana bangsa
Indoensia belum lebih dari 100 tahun. Tatkala untuk berbangsa, yang mengkristal dengan jelas
83 tahun lalu, tepatnya pada 28 Oktober 1928 dengan Sumpah Pemuda. Meskipun serupa dalam
semangatnya untuk membangun dan menyatukan Nusantara, Sumpah Pemuda berbeda dengan
Sumpah Palapa yang diucapkan Maha Patih Gajah Mada. Sumpah Palapa menempatkan
Kerajaan Majapahit sebagai Pusat.

Sumpah Pemuda ingin membangun persatuan dalam nafas kebebasan dan persaudaraan serta
kondisi yang egaliter, berbagsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu, Indonesia.

Rasa kebangsaan adalah sesuatu yang sulit diterangkan, tetapi ada dalam diri kita, Rasa
kebangsaan itulah kemudian mengkristal menjadi kesediaan berkorban bagi tanah air, kesediaan
berkorban bagi bangsa. Semangat kebangsaan dari waktu kewaktu terus berubah. Di awal
kemerdekaan,manifestasinya berupa Merdeka atau Mati atau Bersatu Kita Teguh , Berceari
Kita Runtuh tetapi sekarang,di era kesejagatan (globalisasi), di dunia yang semakin menjadi the
borderless world ini, semangat kebangsaan itu berupa keinginan kita untuk tidak dikalahkan oleh
bangsa lain. Di dalam semangat kebangsaan itu kita merumuskan langkah-langkah kualitatif
untuk mencapai tujuan bersama. Itulah yang disebut paham kebangsaan.(Siswono Yudo Husodo).
Revitalisasi Kebangsaan

Bagaimanakah kebangsaan kita sekarang ? Pertanyaan ini sederhana , namun cukup menggelitik.
Di era reformasi dan otonomi ini makna kebangsaan justru terasa kabur untuk tidak menyatakan
sama sekali tidak mengerti. Bahkan sebagai akumulasi dai sejarah perkembangan kebangsaan
itu, kebangsaan tak jarang disebut-sebut sebagai sesuatu yang asing ketinggalan zaman.

Akumulasi itu terjadi karena kebangsaan itu sudah kehilangan makna dan rohnya ketika ia sudah
teramat sering dibajak oleh rezim untuk kepentingan kekuasaan. Kebangsaan tak jarang dipakai
rezim sebagai komoditas politik dan tameng untuk melanggengkan kekuasaan yang korup dan
otoriter. Konteks inilah yang mengantarkan kebangsaan menjadi meaningless, asing dan tak
bermakna. Kalau mau belajar dari masa lalu, kita pernah memiliki rasa kebangsaan yang begitu
tinggi menjelang dan awal kemerdekaan, bisa jadi hal ini disebabkan oleh tiga hal :

1. Bangsa Indonsia menghaapi musuh bersama,yakni penjajah.

2. Bangsa Indonesia memiliki tujuan bersama, yakni ingin maju dan mandiri untuk sebuah
bangsa yang merdeka.

3. Ketika itu bangsa Indnesia merasa senasib dan sepenanggungan untuk melawan penjajahan
menuju kemerdekaan

Disinilah terjadi energy dari segenap lapisan masyarakat dengan kemampuan msing-masing
bertujuan inngin mengubah nasib bersama.

Saat ini kita sebenarnya masih memiliki ketiga hal tersebut.


1. Musuh bersama bangsa ini dan masih sangat garang mencengkram kita adalah berupa KKN,
kebodohan dan kemiskinan, . Musuh ini bukanlah sesuatu yang ringan dan sebenarnya itulah
musuh bangsa ini yang sesungguhnya.
2. Maju dan mandiri bangsa ini merupakan tujuan bersama yang masih terus harus diperjuangkan
secara sungguh-sungguh.

3. Kita sebenarnya masih senasib berada dibawah cengkraman bangsa asing yang bernama
kebodohan, kemiskinan dan lilitan hutang tanpa mampu berbuat banyak.

Inilah butir-butir revitalisasi kebangsaan Indonesia masa kini dan masa depan, yang harus kita
lakukan dalam membangun bangsa.

Sejalan dengan tantangan zaman, semangat kebangsaan sesungguhnya bisa digunakan sebagai
semangat kebersamaan untuk melawan musuh bersama seperti KKN. Kediktaktoran, ketidak
jujuran dan sikap represi. Bahkan lebih jauh, sebenarnya wawasan kebangsaan bisa dipakai
sebagai alat untuk memodernisasi masyarakat ditengah kecendrungan globalisasi yang semakin
massif. Tetapi syaratnya,yakni membawa kembali Negara sesuai fungsinya, dalam kapasitas
Negara yang cukup untuk melakukan proses modernisasi dan kesepakatan bersama.

Sekarang ini sering kali terdengar pekik Merdeka di panggung kampanye dan bahkan dalam
demo-demo yang ditujukan pada bangsa sendiri, yang terjadi adalah semangat kebangsaan
sebagian dari warga bangsa ini terkalahkan oleh keserakahan atas kedudukan, jabatan dan
keinginan untuk mempertahankan kekuasaan.
Sekarang ini,lebih dari saat-saat yang lain, Negara membutuhkan pemuda dan pemimpin yang
bersih, jujur, visioner, bermartabat, merakyat, kebangsaan, memiliki keteladanan dan selalu
berbicara dengan data bertindak dengan rencaana.

Bergerak dan teruslah bergerak


Agar Merah Putih terwariskan tanpa terkoyak
Agar kejayaan Majapahit dapat kembali bangkit
Agar sejarah tak mencatat kita sebagai ...
Generasi yang mewariskan Kebangsaan yang Terpuruk .

dan bernegara akan memberi makna dan merupakan obsesi alternative dimana obsesi yang bisa
direkomendasikan.
Tantangan Wawasan Kebangsaan Indonesia

Memasuki kehidupan yang semakin mengglobal, wawasan kebangsaan Indonesia perlu ditata
kembali. Dengan mencoba mendalami, menangkap berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama
dari kalangan cendikiawan dan pemuka masyarakat, memang ada hal-hal yang menjadi
keprihatinan. Pertama, ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau
terjadi erosi terutama dikalangan generasi muda; seringkali disebut bahwa sifat materialistis,
telah menggantikan idealisme yang merupakan sukmanya kebangsaan. Kedua, ada kekhawatiran
ancaman disintegrasi kebangsaan. Ketiga, ada keprihatinan adanya upaya untuk menyalurkan
pandangan hidup ke dalam pola pikir asing.

Mengenai kekhawatiran yang pertama, memang bisa diperoleh banyak pandangan. Pada
dasarnya gejala yang dikhawatirkan itu sebenarnya lebih mencerminkan perkembangan gaya
hidup. cara berpakaian, lagu-lagu, makanan, bahasa, bahkan sikap sehari-hari mencerminkan
gaya hidup internasional, terutama diperkotaan. peningkatan taraf hidup, globalisasi dan
informasi juga menyebabkan terjadinya erosi kebangsaan. apakah makin terintegrasinya
Indonesia kepada pola kehidupan dan ekonomi dunia merupakan ancaman yang mendasar
terhadap rasa kebangsaan. Hal ini sulit untuk dapat dibuktikan. Ujiannya adalah seberapa jauh
bangsa indonesia, terutama generasi mudanya, merasa terpanggil dan bereaksi ketika bangsa dan
negaranya berada dalam ancaman.

Kekhawatiran yang kedua yang juga perlu mendapat perhatian adalah terutama mengenai adanya
gejala mempertentangkan berbagai perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia. Bangsa
indonesia sangat majemuk. Karena itu ada Sumpah Pemuda dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Sejarah telah menunjukkan betapa kemajemukan itu dapat mendorong divergensi yang
dengan susah payah telah diatasi sehingga Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh. Upaya ini
dilakukan sejak awal Kemerdekaan hingga dewasa ini.

Disamping ada potensi divergensi, kemajemukan atau kebhinnekaan juga merupakan potensi
kekuatan yang besar bagi suatu bangsa. Adanya unsur-unsur yang berbeda juga dapat
dihimpunakan menghasilkan kekuatan yang lebih besar, daripada hanya terdiri atas unsur yang
seragam. Oleh karena itu, sangat penting mengenali adanya kemajemukan, dan memadukan serta
memanfaatkannya untuk membangun kekuatan dahsyat guna mewujudkan cita-cita perjuangan.
Untuk mencapai cita-cita dimaksud, ajaran Bhinneka Tunggal Ika yang mengenal kesatuan
dalam perbedaan, sebagaimana telah dipraktekkan sejak leluhur bangsa Indonesia, yang kini
mencapai hasilnya dan perlu dimantapkan pelaksanaanyya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Kekhawatiran yang ketiga, tidak terlepas dari kedua hal sebelumnya. Kesadaran masyarakat
yang makin meningkat, sebagai hasil pembangunan menyebabkan tumbuhnya sikap kritis.
Keterbukaan yang dihasilkan oleh pembangunan politik membuat segala pandangan dapat
dikemukakan secara bebas. Dengan sendirinya terjadi pula interaksi yang makin leluasa dan
kerap dengan pandangan-pandangan dari luar. Akibatnya, timbul berbagai jargon politik seperti
demokratisasi dan arus bawah yang sebetulnya merupakan rumusan-rumusan netral, kalau tidak
dimuati dengan konotasi tertentu. Keinginan untuk membangun kehidupan nasionak yang
partisipatif dan demokratis adalah wajar dan menjadi kekhawatiran, dalam proses itu
berkembang pemikira-pemikiran yang asing, yang dengan pandangan hidup bangsa. lebih jauh
lagi, terkesan bahwa perubahan menuju arah kehidupan yang makin bebas sepertinya boleh capai
dengan menghalalkan segala cara

Sesungguhnya tidak ada orang yang menentang pembaharuan, bahkan hal itu diamanatkan oleh
UUD 1945. Namun, pembaharuan itu harus dilakukan didalam sistem dan terprogram hanya
akan menyebabkan gejolak yang tidak menguntungkan siapapun dan pada saat yang sama
masyarakat tidak dapat menghindari adanya gejolak yang ditimbulkan dari ketidak beresan
dalam melakukan pembaharuan (modernisasi).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama.
Meraka hidup bersama dalam berbagai hubungan antara individu yang berbeda-beda
tingkatannya.
Bangsa adalah sekelompok manusia/orang memiliki cita-cita bersama yang mengikat dan
menjadi suatu kesatuan, perasaan senasib,sepenanggungan, karakter yang sama, adat-
istiadat/budaya yang sama,satu kesatuann wilayah, terorganisir dalam satu wilayah hokum.
Istilah Negara merupakan terjemahan dari de staat(Belanda), the state (Inggris), Ietat
(Prancis), statum(Latin), Io stato (Italia), dan der staat(Jerman). Menurut bahasa sansekerta,
nagari ata Negara, berarti kota, sedangkan menurt bahasa suku-suku di Indonesia sering disebut
negeri atau Negara, yaitu tampat tinggal.
Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan bangsa-negara adalah model Oteordoks
dan model mutakhir. Unsure-unsur Negara antara lain rakyat atau masyarakat, wilayah/daerah,
meliputi udara,darat,dan perairan (perairan bukan meruoakan syarat mutlak) dan pemerintah
yang berdaulat.
Beberapa toeri terjadinya begara adalah teori hukum alam, teori ketuhanan dan toeri
perjanjian. Bentuk-bentuk kenagraan antara lain Negara kesatuan (Unitarusme), dan Negara
serikat (Federal). Dan bentuk kenegaraan lainya yaitu nagara Dominion, Negara Protektorat,
Negara Uni , mandate dan trust. Untuk menerapkan semangat kebangsan pada generasi muda,
diperlikan prinsip-prinsip patriotisme dan nasionalisme. Sikap yang sesuai dengan patriotisme
dan nasionalisme adala menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, satia memakai produk dalam
negeri, rela berkorban demi bangsa dan Negara, bangga sebagai bangsa dan Negara Indonesia.
Mendahlukan kepentingan dan Negara di atas kepentingan pribadi,menjaga nama baik bangsa
dan Negara,berprestasi dalam berbagi bidang untuk mengharumkan nama bangsa, dan setia
kepadah bangsa dan Negara terutama dalam menghadapi masuknya kurangan dampaknya
negative globalisasi ke Indonesia. Sikap yang tidak sesuai dengan nasionalisme dan patriotisme
antara lain egoism,eksrimisme, terorisme, primordialisme, separatism,propinsionalisme.
B. Kritik dan Saran

Penyusunan materi dalam makalah ini sudah cukup baik,namun masih banyak memiliki
kekurangan khususnya kelengkapan materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar kelak penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSAKA

Wahab, A. A dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.


Bandung: Alfabeta.
Wirano. (2009). Kewarganegaraan Indonsia: Dari Sosiologi menuju Yuridis. Bandung:
Alfabeta.
Wirano. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan kuliah di
Perguruan Tinggi (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
http://einjelfin.blogspot.com/2013/05/maklah-hakikat-bangsa-dan-negara.html

Anda mungkin juga menyukai