PENDAHULUAN
2.1 Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan didefinisikan sebagai strategi
bisnis dengan menggunakan semua keterampilan atau sumber daya sumber daya manusia dan
alam untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan kehidupan suatu negara, geostrategi didefinisikan sebagai metode
atau aturan untuk tujuan dan sasaran yang diwujudkan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi dan keputusan yang terukur dan
terimajinasi untuk masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat pembangunan
.Untuk Indonesia,geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional.
Oleh karena itu,geostrategi Indonesia sebagai sarana atau metode memanfaatkan
seluruh konstelasi geografi Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana untuk
mencapai tujuan seluruh bangsa atas dasar prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial.
Geostrategi Indonesia berasal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara mengandung banyak
memecah belah unsur-unsur yang dapat meledak setiap saat dan menyayat persatuan
nasional.
2.2Ketahanan Nasional
2.2.1 Konsepsi Ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak
langsungmembahayakan identitas, kelaangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mengejar tujuan nasional Indonesia (Suradinata,2005:47).
Cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional setiap bangsa berbeda-
beda sesuai dengan falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu
bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional dibangun di atas dasar falsafah bangsa dan negara
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif
bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara.
pancasila dalam hubungannya dengan ketahanan nasional dalam konsepsi dan seluruh
pelaksanaannya harus memiliki landasan yuridis yang jelas. Atas dasar pengertian inilah
maka landasan konstitusional atau landasan yuridis ketahanan nasional bangsa Indonesia
adalah UUD 1945, yang bersumber pada dasar falsafah Pancasila.
Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh :
1. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya
2. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan, hambatan, dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
3. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan
(regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya
perubahan (thestabilityideaofchange).
Berdasarkan konsep pengertiannya yang dimaksud dengan ketahanan nasional adalah
kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan ketahanan, kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar juga secara
langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Konsekuensinya ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha secara
terus menerus secara giat dan terus menerus secara giat dan berkemauan keras menggunakan
segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita
nasional. Tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat menggugah kemampuan,
adapun ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan atau
keadaan secara konsepsional dari sudut kriminal maupun politis. Adapun hambatan adalah
suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual yang berasal
dari dalam sendiri. Apabila hal tersebut berasal dari luar maka dapat disebut
sebagai gangguan.
2.2 Terorisme
Secara etimologi, kata terorisme berasal dari kata toterror dalam bahasa Inggris,
dalam bahasa Latin kata ini disebut terrere,yang berarti gemetar atau menggetarkan.
Kata terrere adalah bentuk kata kerjadari kata terrorem yang berarti rasa takut yang luar
biasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai usaha untuk
menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan tertentu
(Depdikbud, 2013). Pengertian yang tidak jauh berbeda diungkap dalam Websters New
Schooland Office Dictionary, yaitu membuat ketakutan atau kengerian dengan melakukan
intimidasi atau ancaman untuk menakut-nakuti (Meriam Webster, 1996).
Telah banyak usaha yang dilakukan oleh para ahli untuk menjelaskan perbedaan
antara teror dan terorisme, sebagian berpendapat bahwa teror merupakan bentuk pemikiran,
sedangkan terorisme adalah aksi atau tindakan teror yang terorganisir sedemikian rupa.
Dari sekian banyak pendapat tentang perbedaan dari keduanya, kebanyakan bersepakat
bahwa teror bisa terjadi tanpa adanya terorisme, karena teror adalah unsur asli yang melekat
pada terorisme.
Menurut ketentuan hukum Indonesia, aksi terorisme dikenal dengan istilah Tindak
Pidana Terorisme (Asshiddiqie, 2003). Indonesia memasukkan terorisme sebagai tindak
pidana, sehingga cara penanggulangannya pun menggunakan hukum pidana sebagaimana
tertuang dalam peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (PERPU) Republik
Indonesia Nomor 1 tahun 2002 yang kemudian diperkuat menjadi Undang-Undang (UU)
Nomor 15 tahun 15 tahun 2003. Judul Perpu atau Undang-Undang tersebut adalah
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Pasal 1 ayat 1 Perpu No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa tindak pidana terorisme
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur pidana sesuai dengan ketentuan Perpu.
Perbuatan tersebut termasuk yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan. Dua hal ini
termaktub dalam pasal 6 dan pasal 7 (Perpu, 2002)
Pasal 6 menyatakan:Pelaku tindak pidana terorisme adalah setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas, atau menimbulkan korban yang bersifat massal.
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain.
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau
lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Dampak Negatif
Pengaruh negatif yang timbul akibat adanya masalah terorisme di dalam bangsa ini
cenderung sangat banyak sekali, dari mulai nasionalisme, rasa was-was akan adanya
kejahatan terorisme, rasa saling tidak percaya antar umat beragama, pengaruh psikologis bagi
para anak muda Indonesia yang masih labil emosinya, dan lain-lain. Semua pengaruh negatif
tersebut secara langsung mengganggu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum
lagi adanya kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa menjadi ideologi
yang berlandaskan Islam yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Adanya rasa saling tidak percaya antar umat beragama yang diawali dari aksi teror
yang mengatas namakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi buruk di mata
umat beragama lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah menurunnya rasa saling
menghormati antar umat beragama di Indonesia yang selanjutnya dapat mengurangi rasa
kesatuan dan persatuan dari rakyat Indonesia. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan
yang terusik akibat adanya aksi terorisme. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang
sudah terkenal sampai ke manca Negara dan kemungkinan sudah menjadi incaran para teroris
untuk melakukan aksinya. Maka, banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya untuk
mengunjungi tempat-tenpat wisata tersebut. Adanya hal tersebutlah yang membuat penduduk
Indonesia menjadi was-wasuntk melaksanakan aktifitasnya. Selain itu, hal tersebut juga
berpengaruh terhadap pendapatan Negara dari wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung
ke Indonesia menjadi berkurang karena takut akan adanya aksi terorisme yang ada di Negara
ini.
Rasa nasionalisme yang menurun akibat adanya masalah terorisme tergambar dari
begitu mudahnya para pelaku bom bunuh diri yang sebagaian besar adalah anak muda
Indonesia yang mudah terpengaruh oleh doktrin-doktrin yang mengarah pada separatisme.
Begitu mudahnya mereka terjebak dan tertipu akan iming-iming yang dijanjikan para
teroris yang mendoktrin mereka agar mereka bersedia menjadi pelaku teror yang
menghancurkan bangsanya sendiri, ini menunjukan rasa nasionalisme mereka sangat rendah
terhadap Negara ini hal tersebutpun juga dapat mengganggu keyakinan penduduk lain akan
kedaulatan bangsa ini. Seharusnya hal tersebut dapat dihindari apabila generasi muda dari
bangsa ini lebih mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi yang benar-benar dipupuk sejak
dini.
Menurunnya rasa nasionalisme juga berkaitan erat dengan pengaruh psikologis
terhadap generasi muda dari bangsa ini. Labilnya emosi para remaja membuat doktrin-dotrin
tentang separatisme menjadi lebih mudah dimasukankedalam pikiran mereka. Adanya ajaran-
ajaran baru yang negatif yang sampai saat ini membuat para generasi muda semakin
kebingungan untuk menentukan jalan hidup mereka, karena para remaja cenderung memilih
segala sesuatu dengan proses yang cepat dan mudah cepat dan mudah untuk masuk surga.
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
Memakan korban yang sangat banyak WNI maupun WNA
Para pelaku teroris juga sudah tertangkap dan diadili
Banyak terdapat beban moril maupun finansial yang dialami para korban
Kejadian tersebut merupakan tamparan keras bagi Indonesia bahwa terbukti keamanan
dan pertahanan kita belum cukup kuat.
4.2 Saran
Upaya untuk memahami masalah terorisme yang dilakukan atas jalan untuk berjihad
harus dilandasi dengan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan agama, khususnya
ilmu tafsir. Pemahaman mengenai perintah untuk berperang dan berjihad tidak boleh
dipandang secara parsial saja, namun harus dipahami melalui pendekatan historis dan
pemahaman yang tekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Ahad. (2008). Kronologi Bom Bali-Eksekusi Mati Amrozi Cs. Diambil kembali dari Republika News:
http://nasional.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/08/11/09/12733-kronologi-
bom-bali-eksekusi-mati-amrozi-cs
Dudung. (2015). Pengertian Geostrategi Indonesia Secara Akurat. Diambil kembali dari Dosen
Pendidikan: http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-geostrategi-indonesia-secara-
akurat/
Gunawan, R. (2014). 12-10-2002: Bom Bali I Renggut 202 Nyawa. Diambil kembali dari Liputan6:
http://news.liputan6.com/read/2117622/12-10-2002-bom-bali-i-renggut-202-nyawa
Suhendi, A. (2012). Ini Alasan Teroris Melakukan Bom Bunuh Diri. Diambil kembali dari Tribun News:
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/03/23/ini-alasan-teroris-melakukan-bom-
bunuh-diri
Taufik, A. (2016). HISTORIPEDIA: Peristiwa Bom Bali, Bencana bagi Indonesia. Diambil kembali dari
Okezone News: http://news.okezone.com/read/2016/10/11/18/1512180/historipedia-
peristiwa-bom-bali-bencana-bagi-indonesia