Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa lampau,
kini, maupun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang telah
menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah. Negara sebagai ruang hidup
nasional untuk menentukan kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan
tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan hankam.
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam
memanfaatkan wilayah. Negara Republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam
wujud Konsepsi Ketahanan Nasional.
Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk
mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan dalam Pembukan UUD 1945,
dalam usaha mencapainya banyak mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman oleh karena
itu perlu kekuatan untuk mewujudkannya. Kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut
dikenal dengan istilah Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional perlu dibina terus menerus
dan dikembangkan agar kelangsungan hidup bangsa tersebut dapat dijamin.
Latar belakang pemilihan judul makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang hubungan
antara ketahanan nasional dengan kejahatan terorisme yang terjadi di Indonesia. Sebagaimana
yang kita ketahui di Indonesia banyak terjadi kejahatan terorisme yang sampai saat ini belum
dapat di berantas sampai ke akar-akarnya. Untuk itu diperlukannya pengetahuan tentang
ketahanan nasional yang baik agar dapat mengurangi serta mengantisipasi tindak kejahatan
terorisme di Indonesia.
Adanya rasa saling tidak percaya antarumat beragama yang diawali dari aksi teror
yang mengatasnamakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi buruk di mata
umat beragama lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah menurunnya rasa saling
menghormati antarumat beragama di Indonesia yang selanjutnya dapat mengurangi rasa
kesatuan dan persatuan dari rakyat Indonesia. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan
yang terusik akibat adanya aksi terorisme.
Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang sudah terkenal sampai ke manca
negara dan kemungkinan sudah menjadi incaran para teroris untuk melakukan aksinya. Maka,
banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata
tersebut. Adanya hal tersebutlah yang membuat penduduk Indonesia menjadi was-was untuk
melaksanakan aktivitasnya. Selain itu, hal tersebut juga berpengaruh terhadap pendapatan
negara dari wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia menjadi berkurang
karena takut akan adanya aksi terorisme yang ada di negara ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh ancaman terhadap ketahanan nasional Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Pembahasan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan
masyarakat pada umumnya tentang apa itu terorisme, ketahanan nasional dan hubungan
antaraterorisme dan ketahanan nasional.
Dengan bekal pengetahuan yang dimiliki diharapkan kita semua mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat berkontribusi langsung dalam
pelaksanaan ketahanan nasional demi mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dalam
rangka memajukan Indonesia sebagai negara yang bersih tanpa terorisme.
BAB II
TEORISASI

2.1 Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan didefinisikan sebagai strategi
bisnis dengan menggunakan semua keterampilan atau sumber daya sumber daya manusia dan
alam untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan kehidupan suatu negara, geostrategi didefinisikan sebagai metode
atau aturan untuk tujuan dan sasaran yang diwujudkan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi dan keputusan yang terukur dan
terimajinasi untuk masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat pembangunan
.Untuk Indonesia,geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional.
Oleh karena itu,geostrategi Indonesia sebagai sarana atau metode memanfaatkan
seluruh konstelasi geografi Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana untuk
mencapai tujuan seluruh bangsa atas dasar prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial.
Geostrategi Indonesia berasal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara mengandung banyak
memecah belah unsur-unsur yang dapat meledak setiap saat dan menyayat persatuan
nasional.

Berbagai konsep dasar dan pengembangan geostrategi Indonesia pada dasarnya


bertujuan untuk :
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional berdasarkan aspek aspek
ideologi, politik, sosial, budaya, dan bahkan alam.
Hal ini untuk keberadaan kehidupan dan upaya pelestarian negara dan bangsa
dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
2. Menunjang tugas utama pemerintah Indonesia, antara lain:
a. Hukum dan ketertiban (lawand order).
b. Peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran (welfareandprosperity).
c. Pelaksanaan pertahanan dan keamanan (defenseandprosperity).
d. Realisasi keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridicaljusticeandsocialjustice).
e. Ketersediaan dari orang kesempatan untuk mengekspresikan diri
(freedomofthepeople).

2.2Ketahanan Nasional
2.2.1 Konsepsi Ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak
langsungmembahayakan identitas, kelaangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mengejar tujuan nasional Indonesia (Suradinata,2005:47).
Cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional setiap bangsa berbeda-
beda sesuai dengan falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu
bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional dibangun di atas dasar falsafah bangsa dan negara
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif
bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara.
pancasila dalam hubungannya dengan ketahanan nasional dalam konsepsi dan seluruh
pelaksanaannya harus memiliki landasan yuridis yang jelas. Atas dasar pengertian inilah
maka landasan konstitusional atau landasan yuridis ketahanan nasional bangsa Indonesia
adalah UUD 1945, yang bersumber pada dasar falsafah Pancasila.
Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh :
1. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya
2. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan, hambatan, dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
3. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan
(regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya
perubahan (thestabilityideaofchange).
Berdasarkan konsep pengertiannya yang dimaksud dengan ketahanan nasional adalah
kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan ketahanan, kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar juga secara
langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Konsekuensinya ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha secara
terus menerus secara giat dan terus menerus secara giat dan berkemauan keras menggunakan
segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita
nasional. Tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat menggugah kemampuan,
adapun ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan atau
keadaan secara konsepsional dari sudut kriminal maupun politis. Adapun hambatan adalah
suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual yang berasal
dari dalam sendiri. Apabila hal tersebut berasal dari luar maka dapat disebut
sebagai gangguan.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Ketahanan Nasional


Srijanti, dkk (2009) menjelaskan tujuan, fungsi, dan sifat dari ketahanan nasional
sebagai berikut:
a. Tujuan Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan
kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan
keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

b. Fungsi Ketahanan Nasional


1) Daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan
nasional Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara
Indonesia dalam aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
2) Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan
rakyat.
3) Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor,
antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP
yang dibuat oleh pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan
dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan
makmur.

2.2.3 Perwujudan Ketahanan Nasional


Perwujudan Ketahanan Nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia meliputi
(Bahan Penataran, BP7 Pusat, 1996):
a. Ketahanan ideologi, adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berdasarkan
keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk
menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan untuk
menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
b. Ketahanan politik, adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berlandaskan demokrasi yang bertumpu pada pengembangan demokrasi Pancasila dan
UUD 1945 yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat
dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
c. Ketahanan ekonomi, adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang mengandung kemampuan menerapkan
stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan
kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan makmur.
d. Ketahanan sosial budaya, adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia
yang menjiwai kepribadian nasional yang berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
hidup rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan
yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi
budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
e. Ketahanan pertahanan keamanan, adalah kondisi daya tangkal bangsa Indonesia yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan Negara
dan menangkal semua bentuk ancaman.

2.2 Terorisme
Secara etimologi, kata terorisme berasal dari kata toterror dalam bahasa Inggris,
dalam bahasa Latin kata ini disebut terrere,yang berarti gemetar atau menggetarkan.
Kata terrere adalah bentuk kata kerjadari kata terrorem yang berarti rasa takut yang luar
biasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai usaha untuk
menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan tertentu
(Depdikbud, 2013). Pengertian yang tidak jauh berbeda diungkap dalam Websters New
Schooland Office Dictionary, yaitu membuat ketakutan atau kengerian dengan melakukan
intimidasi atau ancaman untuk menakut-nakuti (Meriam Webster, 1996).
Telah banyak usaha yang dilakukan oleh para ahli untuk menjelaskan perbedaan
antara teror dan terorisme, sebagian berpendapat bahwa teror merupakan bentuk pemikiran,
sedangkan terorisme adalah aksi atau tindakan teror yang terorganisir sedemikian rupa.
Dari sekian banyak pendapat tentang perbedaan dari keduanya, kebanyakan bersepakat
bahwa teror bisa terjadi tanpa adanya terorisme, karena teror adalah unsur asli yang melekat
pada terorisme.
Menurut ketentuan hukum Indonesia, aksi terorisme dikenal dengan istilah Tindak
Pidana Terorisme (Asshiddiqie, 2003). Indonesia memasukkan terorisme sebagai tindak
pidana, sehingga cara penanggulangannya pun menggunakan hukum pidana sebagaimana
tertuang dalam peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (PERPU) Republik
Indonesia Nomor 1 tahun 2002 yang kemudian diperkuat menjadi Undang-Undang (UU)
Nomor 15 tahun 15 tahun 2003. Judul Perpu atau Undang-Undang tersebut adalah
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Pasal 1 ayat 1 Perpu No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa tindak pidana terorisme
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur pidana sesuai dengan ketentuan Perpu.
Perbuatan tersebut termasuk yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan. Dua hal ini
termaktub dalam pasal 6 dan pasal 7 (Perpu, 2002)
Pasal 6 menyatakan:Pelaku tindak pidana terorisme adalah setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas, atau menimbulkan korban yang bersifat massal.
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain.
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau
lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KasusAncamanTerorisme di Indonesia : KasusBom Bali I (2002)


Salah satubentukancamanterhadapketahanannasionalbangsa Indonesia
adalahkasusterorisme. Kasusterorismetelahterjadi di Indonesia sejakberpuluh-puluhtahun
yang lalu. Kasusterorisme yang akan kami angkatadalahkasus terorismeterparahdalamsejarah
Indonesia yaitukasusBom Bali I yang memakan korban sebanyak 202 jiwa.
Pada tanggal 12 Oktober 2002, atau tepat 14 tahun silam, aksi teror melanda
Indonesia, tepatnya di Pulau Dewata, Bali. Tiga lokasi di Bali dibom saat hiruk pikuk pada
Sabtu malam.
Semarak malam akhir pekan yang dipenuhi tawa dan canda dari para turis serta warga
lokal mendadak sirna. Dua bom pertama meledak di Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan
Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan selanjutnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika
Serikat, Jalan HayamWuruk 188, Denpasar.
Menurut sumber dari museum.polri.go.id yang dikutip Liputan6.com, Minggu
(12/10/2014), korban tewas mencapai 202 orang. Sebanyak 164 orang di antaranya warga
asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia 209 orang mengalami luka-luka.
Dampak kerusakan hingga radius satu kilometer dari pusat ledakan. Peristiwa yang disebut
Bom Bali I ini dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Selain ratusan orang tewas, bangunan klub seperti jendela dan lantai hancur dan darah
bercucuran di mana-mana. Kejadian ini ikut mencoreng wajah Indonesia di mata dunia.
Indonesia dipersepsikan sebagai sarang dan tempat pergerakan para teroris. Bahkan, Presiden
Megawati Soekarno Putri turun tangan langsung menyelesaikan kasus ini. Pada saat itu, ia
meminta kepada pihak keamanan untuk menuntaskan kasus ini paling lambat akhir tahun.
Pemerintah Australia bahkan terus mendesak dan memprotes Indonesia. Sebab,
sebagian besar korban tewas adalah warga Australia yang tengah mengadakan liburan di
Pantai Kuta. Dua bom lainnya juga meledak pada hari yang sama. Satu bom yang dikemas
dalam tas ransel meledak dalam sebuah bar.
Kejadian bermula pada pukul 20.45 WITA. Salah satu pelaku, Ali Imron menyiapkan
satu bom kotak dengan berat sekitar 6 kilogram yang telah dipasang sistem remote ponsel, di
rumah kontrakan. Artinya bom itu diledakkan dari jarak jauh menggunakan ponsel.
Bom tersebut dibawa Ali Imron menggunakan sepeda motor Yamaha, dan diletakkan
di trotoar sebelah kanan kantor Konsulat Amerika Serikat. Selanjutnya, dia pergi menuju Sari
Club dan Paddy's Pub untuk memantau situasi serta lalu lintas di sekitar. Ali selanjutnya
kembali ke rumah kontrakan.
Sekitar pukul 22.30 Wita, Ali Imron bersama dua pelaku bom bunuh diri, yakni Jimi
dan Iqbal pergi menuju Legian dengan menggunakan mobil Mitshubishi L 300. Idris, pelaku
lain, mengikuti mereka dengan menggunakan motor Yamaha.
Sesampainya di Legian, Ali Imron mengintruksikan Jimi untuk menggabungkan
kabel-kabel dari detonator ke kotak switch bom mobil L 300. Jimi akan melancarkan bom
bunuh diri menggunakan mobil L 300 di Sari Club.
Pada saat yang bersamaan, Ali Imron menyuruh Iqbal untuk memakai bom rompi.
Iqbal juga akan beraksi sebagai 'pengantin' (sebutan untuk pelaku bom bunuh diri) di Paddy's
Pub.
Setelah persiapan rampung, Iqbal turun dari mobil dan masuk ke dalam Paddy's Pub
untuk meledakkan bom. Bom meledak dari restoran tempat nongkrong tersebut.
Sementara itu, Ali Imron turun dari mobil L 300 kemudian dijemput Idris untuk
menuju Jalan Imam Bonjol. Sedangkan Jimi langsung memacu mobil menuju Sari Club, lalu
meledakkan bom di dalam mobil yang ia kendarai. Bom kedua pun meledak dari mobil
tersebut. Ratusan orang tewas akibat dua bom tersebut.
Di tengah perjalanan, Ali Imron menekan tombol remotecontrol yang sudah dipasang
pada ponselnyadanmeledakkanbom. Bom kotak meledak yang telah ia taruh sebelumnya,
meledak di depan konsulat Amerika Serikat. Ini merupakan bom yang ketiga dan tak
mengakibatkan korban jiwa
Sejak itu, eksodus besar-besaran terjadi di Pulau Dewata. Bandara Ngurah Rai sesak
didatangi banyak warga asing, terutama tim investigasi dari Biro Investigasi Amerika Serikat
(FBI).
Setelah melewati proses penyelidikan, Polri berhasil menangkap para pelaku yang
dinyatakan terlibat, di antaranya Amrozi, Ali Imron, Imam Samudra, dan Ali Gufron.
Ali Imron divonis hukuman seumur hidup. Hukuman untuk Ali Imron yang menjadi
"sutradara" pengeboman itu lebih ringan dari tiga tersangka lainnya yang divonis hukuman
mati. Ini lantaran Ali Imron dinilai kooperatif dan membantu polisi mengungkap tabir otak
terorisme di Indonesia.
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk
menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan
bom RDX berbobot antara 50-150 kg.

3.2 Kronologi Bom Bali


1. 12 Oktober 2002
Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali diguncang bom.
Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 WITA.
Lebih dari 200 orang menjadi korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih
lainnya luka berat maupun ringan.
Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada
pukul 23.15 WITA, bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat
Amerika Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu
2. 16 Oktober 2002
Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan. Lebih dari 50
orang telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik
Australia (asal kebanyakan turis yang menjadi korban) ikut diterjunkan untuk
identifikasi jenazah.
3. 20 Oktober 2002
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk
untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat
1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg.
Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot
kecil yakni 0,5 kg.
4. 29 Oktober 2002
Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri terus
mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang mencoreng nama Indonesia itu. Putri
Soekarno itu memberi deadline, kasus harus tuntas pada November 2002.
5. 30 Oktober 2002
Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga sketsa wajah tersangka
pengebom itu dipublikasikan.
6. 4 November 2002
Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan identitas tersangka telah dikantongi
petugas. Tak cuma itu, polisi juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para
tersangka. Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.
7. 5 November 2002
Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di
rumahnya di di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur.
8. 6 November 2002
Sepuluh orang yang diduga terkait ditangkap di sejumlah tempat di Pulau
Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba
di Bandara Ngurah Rai.
9. 7 November 2002
Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir
yang disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai
pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa pemerintah dan
Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika Serikat.
10. 8 November 2002
Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka dalam tindak pidana
terorisme.
11. 9 November 2002
Tim forensik menemukan residu bahan-bahan yang identik dengan unsur
bahan peledak di TKP. Sementara Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu
mengatakan kesaksian Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar
Ba'asyir dan Amrozi dalam kasus bom valid.
12. 10 November 2002
Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi tim inti peledakan. Ali Imron,
Ali Fauzi, Qomaruddin adalah eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M
Gufron dan Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan.
Polisi pun memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi),
dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir.
Tafsir dianggap tahu seluk-beluk mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan
rumahnya untuk dipakai Amrozi sebagai bengkel.
13. 11 November 2002
Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas kehutanan yang juga teman
dekat Amrozi di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut
membantu meracik bahan peledak untuk dijadikan bom.
14. 17 November 2002
Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga merupakan perajik bom Bali I.
Bersama Ali Imron, Umar alias Wayan, dan Umar alias Patek, merekapun ditetapkan
sebagai tersangka.
15. 26 November 2002
Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali, ditangkap di dalam bus Kurnia
di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya dia hendak melarikan diri ke Sumatera.
16. 1 Desember 2002
Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap mastermind bom Bali yang
jumlahnya empat orang, satu di antaranya anggota Jamaah Islamiah (JI).
17. 3 Desember 2002
Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi) ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.
18. 4 Desember 2002
Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di Klaten, Solo, Jawa Tengah, di
antaranya Ali Imron (adik Amrozi), Rahmat, dan Hermiyanto. Sejumlah wanita yang
diduga istri tersangka juga ditangkap.
19. 16 Desember 2002
Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang masih siswa SMU di Lamongan.
Tim juga berhasil menemukan 20 dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat
seberat satu ton di rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan
Paciran, Lamongan yang diduga milik Amrozi.
20. 18 Desember 2002
Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia membuka dan membeberkan
Dokumen Solo, sebuah dokumen yang dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen tersebut
berisi tata cara membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu juga memuat
buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) dan topografi suatu daerah serta sejumlah
rencana aksi yang akan dilakukannya.
21. 6 Januari 2003
Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali.
22. 16 Januari 2003
Ali Imron bersama 14 tersangka yang ditangkap di Samarinda tiba di Bali.
23. 8 Februari 2003
Rekonstruksi bom Bali I
24. 12 Mei 2003
Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.
25. 2 Juni 2003
Imam Samudra mulai diadili.
26. 30 Juni 2003
Amrozi dituntut hukuman mati.
27. 7 Juli 2003
Amrozi divonis mati.
28. 28 Juli 2003
Imam Samudra dituntut hukuman mati.
29. 10 September 2003
Imam Samudra divonis mati.
30. 28 Agustus 2003
Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati.
31. 2 Oktober 2003
Ali Gufron divonis mati.
32. 30 Januari 2007
PK pertama Amrozi cs ditolak.
33. 30 Januari 2008
PK kedua diajukan dan ditolak.
34. 1 Mei 2008
PK ketiga diajukan dan kembali ditolak.
35. 21 Oktober 2008
MK tolak uji materi terhadap UU Nomor 2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi
mati yang diajukan Amrozi cs.
36. 9 November 2008
Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan.

3.3 Alasan Terjadinya Kasus Pengeboman


Bom Bali merupakan rangkaian tindakan terorisme yang sebenarnya ditujukan untuk
warga negara asing.Hal ini berhubungan dengan situasi internasional, yakni mulai dari
peristiwa 9/11 atau penghancuran gedung WTC di Amerika oleh kelompok militan
Afganistan, lantas pihak AS membalasnya dengan melakukan operasi militer di kawasan
Timur Tengah, khususnya Afganistan dan Irak.
Tindakan Amerika dalam operasi militer di kawasan Timur tengah yang mayoritas
beragama Islam dianggap berlebihan sehingga mengundang simpati dan reaksi, bahkan di
Indonesia sendiri yang notabene mayoritas penduduknya beragama Islam. Oleh sebab itu, di
Indonesia sendiri terjadi serangkaian aksi teror atas nama agama. Selain Bali, aksi teror juga
terjadi di Jakarta seperti peristiwaMegakuningan, Jakarta.
Selain itu, ada pendapat lain bahwa radikalisme yang kembali muncul di Indonesia
merupakan kelanjutan dari Darul Islam pimpinan Kartosuwirjo. Kelompok ini dianggap
muncul kembali dan menemukan momentumnya pasca 9/11 di Amerika serikat.
Pelaku menggunakan bom bunuh diri untuk memberikan efek lebih menyeramkan
kepada masyarakat. Hanya meledakkan bom, bagi para teroris dianggap kurang memberikan
efek ketakutan kepada masyarakat.
Alasan Bali dipilih sebagai tempat pengeboman karena Bali merupakan simbol
internasional. Negara di dunia tidak ada yang tidak mengenal Bali, sehingga efeknya akan
lebih mendunia dibanding tempat lain. Sehingga, sasaran yang dipilihnya tempat-tempat yang
banyak dikunjungi orang-orang asing.

3.4 Dampak Kasus Bom Bali terhadap Ketahanan Nasional


Indonesia
1. Industri Pariwisata Menurun
Peristiwa Bali merupakan pukulan bagi sektor pariwisata di Indonesia yang
menyumbang devisa lebih dari $ 5 milyar setiap tahun terhadap neraca pembayaran nasional.
Dalam jangka pendek kunjungan wisatawan asing berkurang, baik yang bertujuan ke Bali
maupun tujuan wisata lain di Indonesia. Berapa besar penerimaan devisa yang hilang untuk
tahun 2002 dan 2003 tergantung pada berapa banyak wisatawan yang tidak jadi datang ke
Indonesia. Wisatawan asing banyak yang enggan untuk menjadikan Bali bahkan Indonesia
menjadi destinasi wisatanya karena insiden bom Bali. Begitupun wisatawan domestik enggan
untuk berlibur ke Bali. Hal ini menimbulkan dampak yang cukup besar yakni menurunnya
aktivitas dan produktivitas serta pendapatan dalam sektor pariwisata

2. Penurunan Pendapatan Masyarakat


Kegiatan pariwisata yang merupakan tulang punggung (sekitar 35%) perekonomian
Bali mengalami guncangan. Pembatalan pesanan hotel oleh para wisatawan, kosongnya
restoran dan toko sejak peristiwa pemboman, serta turunnya penghasilan pemilik perusahaan
kecil yang usahanya bersandar pada sektor pariwisata telah terjadi secara dramatis. Dampak
ini menimbulkan dampak yang kaun yaitu dalam sektor perekonomian. Masalah pokok yang
dihadapi Bali dalam jangka pendek pada tahun tersebut adalah penghasilan masyarakat yang
menurun dan lapangan kerja yang menciut.
Karena kunjungan wisatawan berkurang, masyarakat yang memiliki usaha di wilayah
sekitar objek wisata di Bali mengalami penurunan pendapatan.

3. Mengalami trauma dan merasa tidak aman


Selain itu dampak lain yang dirasakan juga yaitu dari segi sosial dan psikologi dimana
para korban bom Bali tersebut akan mengalami trauma mendalam akibat kejadian tersebut.
Sehingga berdampak sangat tidak baik bagi kejiwaan mereka.
Sebagian masyarakat yang tinggal di Bali pun akan merasa tidak aman lagi untuk
bertempat tinggal di Bali karena adanya ancaman bom yang terjadi.

4. Mengancam Ketahanan Nasional bidang Pertahanan dan Keamanan


Terorisme mengancam ketahanan nasional dalam bidang ketahanan pertahanan
keamanan. Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-
hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk
ancaman.
Menyadari banyaknya kerugian yang disebabkan oleh tindakan terorisme, hal ini
menjadi prioritas utama dalam penegakan hukum. Untuk melakukan pengusutan, diperlukan
perangkat hukum yang mengatur tentang Tindak Pidana Terorisme.

Terorisme mempunyai dampak positif dan dampak negatif, antara lain:


1. Dampak Positif
Semua kegiatan terorisme yang merusak tatanan kesejahteraan penduduk bangsa ini
mau tidak mau sudah kita rasakan pengaruhnya, entah itu pengaruh positif ataupun pengaruh
negatif. Pengaruh tersebut secara tidak langsung mulai masuk kedalam gaya kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dari seluruh rakyat Indonesia. Aksi dan tidakan para
pelaku teror membuat rakyat takut dan mulai mewaspadai kejahatan terorisme di dalam
kehidupan nasional Indonesia.
Berbagai pengaruh positif bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
dari timbulnya masalah terorisme di Negara ini memanglah sedikit, namun pada hakekatnya
setiap masalah yang muncul dari Negara ini pasti akan membawa hikmah yang baik bagi
kehidupan nasional. Adanya serangan teroris yang sering muncul dan menghantui rakyat
Indonesia dalam satu dekade terakhir membuat masyarakat Indonesia mengerti apa
sebetulnya deefinisi dari kata jihad yang selalu menjadi alasan bagi para teroris untuk terus
melakukan aksinya. Masyarakat awampun juga sudah mulia mengerti bahwa jihad yang
sebenarnya bukan seperti jihad yang dilakukan oleh para teroris.
Selain itu keamanan Negara juga mulai ditingkatkan oleh para aparat militer, semua
itu dilakukan demi mengatasi masalah teroris yang mengancam keamanan Negara ini.
Semakin hari kesiapan aparat penegak hukum untuk mengatasi masalah terorisme terus
ditingkatkan.Setidaknya hal tersebut juga menjanjikan sedikit rasa aman bagi masyarakat
Indonesia yang resah akan adanya kegiatan terorisme di Negara ini.
Berhasil ditumpasnya beberapa teroris yang sudah menjadi incaran dari kepolisian
internasional juga memberikan sedikit rasa bangga terhadap rakyat Indonesia akan prestasi
yang diraih oleh aparat penegak hukum dari republik ini. Keberhasilan POLRI menangkap
beberapa teroris dan membunuh beberapa teroris kawakan dalam beberapa tahun
terkhirmenunjukan bahwa kemampuan dan ketrampilan terdapat peningkatan yang cukup
baik ditengahmenurunnyacitra polisi di mata masyarakat Indonesia.

2. Dampak Negatif
Pengaruh negatif yang timbul akibat adanya masalah terorisme di dalam bangsa ini
cenderung sangat banyak sekali, dari mulai nasionalisme, rasa was-was akan adanya
kejahatan terorisme, rasa saling tidak percaya antar umat beragama, pengaruh psikologis bagi
para anak muda Indonesia yang masih labil emosinya, dan lain-lain. Semua pengaruh negatif
tersebut secara langsung mengganggu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum
lagi adanya kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa menjadi ideologi
yang berlandaskan Islam yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Adanya rasa saling tidak percaya antar umat beragama yang diawali dari aksi teror
yang mengatas namakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi buruk di mata
umat beragama lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah menurunnya rasa saling
menghormati antar umat beragama di Indonesia yang selanjutnya dapat mengurangi rasa
kesatuan dan persatuan dari rakyat Indonesia. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan
yang terusik akibat adanya aksi terorisme. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang
sudah terkenal sampai ke manca Negara dan kemungkinan sudah menjadi incaran para teroris
untuk melakukan aksinya. Maka, banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya untuk
mengunjungi tempat-tenpat wisata tersebut. Adanya hal tersebutlah yang membuat penduduk
Indonesia menjadi was-wasuntk melaksanakan aktifitasnya. Selain itu, hal tersebut juga
berpengaruh terhadap pendapatan Negara dari wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung
ke Indonesia menjadi berkurang karena takut akan adanya aksi terorisme yang ada di Negara
ini.
Rasa nasionalisme yang menurun akibat adanya masalah terorisme tergambar dari
begitu mudahnya para pelaku bom bunuh diri yang sebagaian besar adalah anak muda
Indonesia yang mudah terpengaruh oleh doktrin-doktrin yang mengarah pada separatisme.
Begitu mudahnya mereka terjebak dan tertipu akan iming-iming yang dijanjikan para
teroris yang mendoktrin mereka agar mereka bersedia menjadi pelaku teror yang
menghancurkan bangsanya sendiri, ini menunjukan rasa nasionalisme mereka sangat rendah
terhadap Negara ini hal tersebutpun juga dapat mengganggu keyakinan penduduk lain akan
kedaulatan bangsa ini. Seharusnya hal tersebut dapat dihindari apabila generasi muda dari
bangsa ini lebih mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi yang benar-benar dipupuk sejak
dini.
Menurunnya rasa nasionalisme juga berkaitan erat dengan pengaruh psikologis
terhadap generasi muda dari bangsa ini. Labilnya emosi para remaja membuat doktrin-dotrin
tentang separatisme menjadi lebih mudah dimasukankedalam pikiran mereka. Adanya ajaran-
ajaran baru yang negatif yang sampai saat ini membuat para generasi muda semakin
kebingungan untuk menentukan jalan hidup mereka, karena para remaja cenderung memilih
segala sesuatu dengan proses yang cepat dan mudah cepat dan mudah untuk masuk surga.

3.3Upaya Pencegahan Kasus Terorisme di Indonesia


1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi
muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang
baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh
globalisasi.memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi
juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar,
dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga
dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.

2. Meminimalisir Kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak
terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia,
maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah
pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat
sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat,
mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak
pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai
pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

3. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan


Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat
Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat
keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan
dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya
kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan
terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan
penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera
di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.
4. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk
mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan
pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama
dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia
sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati
semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan
demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham
menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan
di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

5. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme


Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan
pemahaman radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan
tentang apa itu sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang
yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua
hal tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara
bersama-sama dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk
mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
Memakan korban yang sangat banyak WNI maupun WNA
Para pelaku teroris juga sudah tertangkap dan diadili
Banyak terdapat beban moril maupun finansial yang dialami para korban
Kejadian tersebut merupakan tamparan keras bagi Indonesia bahwa terbukti keamanan
dan pertahanan kita belum cukup kuat.

4.2 Saran
Upaya untuk memahami masalah terorisme yang dilakukan atas jalan untuk berjihad
harus dilandasi dengan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan agama, khususnya
ilmu tafsir. Pemahaman mengenai perintah untuk berperang dan berjihad tidak boleh
dipandang secara parsial saja, namun harus dipahami melalui pendekatan historis dan
pemahaman yang tekstual.
DAFTAR PUSTAKA

Ahad. (2008). Kronologi Bom Bali-Eksekusi Mati Amrozi Cs. Diambil kembali dari Republika News:
http://nasional.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/08/11/09/12733-kronologi-
bom-bali-eksekusi-mati-amrozi-cs

Dudung. (2015). Pengertian Geostrategi Indonesia Secara Akurat. Diambil kembali dari Dosen
Pendidikan: http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-geostrategi-indonesia-secara-
akurat/

Gunawan, R. (2014). 12-10-2002: Bom Bali I Renggut 202 Nyawa. Diambil kembali dari Liputan6:
http://news.liputan6.com/read/2117622/12-10-2002-bom-bali-i-renggut-202-nyawa

Kusrahmadi, S. D. (t.thn.). Ketahanan Nasional. Diambil kembali dari


http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655977/pendidikan/KETAHANAN+NASIONAL+UPT+MK
U+Penting+Sekali+A1+04-02-06_0.pdf

Setiawaty, S. (2013). Ketahanan Nasional "Geostrategi". Tugas Makalah Pendidikan


Kewarganegaraan. Diambil kembali dari
https://srisetiawaty007.files.wordpress.com/2013/05/bab-iii-ketahanan-nasional-
e2809cgeostrategie2809d1.pdf

Suhendi, A. (2012). Ini Alasan Teroris Melakukan Bom Bunuh Diri. Diambil kembali dari Tribun News:
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/03/23/ini-alasan-teroris-melakukan-bom-
bunuh-diri

Taufik, A. (2016). HISTORIPEDIA: Peristiwa Bom Bali, Bencana bagi Indonesia. Diambil kembali dari
Okezone News: http://news.okezone.com/read/2016/10/11/18/1512180/historipedia-
peristiwa-bom-bali-bencana-bagi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai