Anda di halaman 1dari 1

ANALISA ISU GLOBAL PROXY WAR

Proxy war merupakan perang perpanjangan tangan yang dilakukan oleh satu
pihak kepada pihak lain dengan menggunakan pihak ketiga yang berasal dari dari
negara itu sendiri. Perang proxy telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan
saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar, Seperti konflik Insurjen Mao,
Perang Sipil Angola, Okupasi Indonesia atas Timor Leste, Perang Cabinda,
Konflik Chittagong Bangladesh, Perang Sipil Mozambik, konflik Nagorno-
Karabakh, Perang Sipil Afganistan, Insurjensi di Jammu dan Kashmir, Konflik
Georgia-Osetia, Perang Sipil Yugoslavia, Perang sipil Georgia, Konflik
Tajikistan, Insurjensi Afar II, Insurjensi ADF di Uganda, Perang Kongo 1, Perang
Sipil Nepal, Perang Sipil Guinea Bissau, Perang Sipil Ivoria I, Perang Darfur,
Insurjensi PPA di Uruguay, Insurjensi Irak, Krisis Yaman, Perang Sipil Suriah,
Perang Suriah di Lebanon, Krisis Ukraina, Perang Sipil Libya II. Pada
dasarnya proxy war merupakan perang modern dalam bentuk konfrontasi antar
dua kekuatan negara besar yang menggunakan pemain pengganti agar terhindar
konfrontasi langsung yang risikonya adalah kehancuran fatal dan kerugian
finansial, ekonomis, dan moralitas kemanusiaan. Proxy war menggunakan pola
horizontal dengan pelaku yang dikorbankan adalah organisasi masyarakat.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam Indonesia
menjadikan kita sebagai negara target utama dari negara-negara maju untuk
dikuasai. Meskipun cara untuk menguasai Indonesia melalui perang militer sudah
terkesan lama ditinggalkan oleh negara-negara kolonial dan pembentukan
perdamaian dunia secara perang senjata sudah ditangani melalui organisasi
internasional bernama PBB, bukan berarti keirian dan keinginan negara maju
untuk menguasai Indonesia hilang begitu saja. Bahkan pola baru penguasaan
negara bernama proxy war sangat kerap dilakukan pada Indonesia. Bentuk-bentuk
perang proksi di Indonesia misalnya kerusuhan akibat tersulutnya konflik
horizontal daerah, penanamana bibit radikalisme dan anti pancasila, peneybaran
hoax di media maya agar terjadi distorsi informasi, menghembuskan isu SARA
agar terjadi instabilitas keamanan, ragam demanstrasi massa dengan tuntutan yang
tidak relevan, pemaksaaan penggantian ideologi negara, memicu sentimen agama
memamui teror bom di tempat ibadah.
Strategi yang dilakuakan indonesia dalam menghadapi strategi proxy war
adalah menjaga keamanan nasionalnya dari upaya disintegrasi dengan melakukan
kontra proxy yang terdiri dari dengan Tabula rasa, pro bono publico, dan Opus
Dei Indonesia. Tabula rasa yang dimaksud adalah dengan memiliki nilai-nilai
tersendiri yang telah dibulatkan oleh pendahulu dalam falsafah Pancasila dan
Bhinneka Tunggal. Pro bono publico dalam pengertian yang lebih Indonesia
adalah tanpa pamrih. Tanpa pamrih dalam mengelola kemajemukan, yakni
kemampuan untuk bisa memadukan semua golongan, ras, dan agama, serta dapat
menyatukan perbedaan dalam keharmonisan. Opus Dei memiliki pengertian
“God’s work”. Ciptaan Tuhan, kita mengakui adanya Tuhan dan sekaligus
penciptaannya. Indonesia diciptakan dengan kemajemukan. Dengan kemajemukan
tersebut maka sifat-sifat Bhinneka Tunggal Ika.

Anda mungkin juga menyukai