Anda di halaman 1dari 4

Paper Review Pengantar Studi Perdamaian dan Keamanan

Kelas C
- Ratna Indasari Sukur (19044010027)
- Rima Melati (19044010028)

Balance of Power
Balance of Power adalah salah satu teori yang memusatkan pemikirannya pada
kapabilitas power, utamanya kekuatan militer, suatu negara terhadap negara lain, dan juga
aliansi. Istilah “balance” ini sudah dipakai dalam sistem negara-negara Eropa pada akhir
Perang Napoleon (sekitar 1815) sampai Perang Dunia I untuk menunjukkan kekuasaan
yang diperankan oleh Inggris sebagai pemegang keseimbangan. Namun setelah akhir
Perang Dunia II, balance of power menjadi tidak menentu antara kekuatan Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Negara di Eropa barat beraliansi dengan Amerika Serikat dalam
NATO, sedangkan negara di Eropa timur dan tengah beraliansi dengan Uni Soviet dalam
Pakta Warsawa. NATO masih aktif sampai sekarang, namun fungsinya dialihkan menjadi
sistem pertahanan bersama, membantu negara anggota untuk bekerja sama dalam masalah
pertahanan dan keamanan, untuk memecahkan masalah bersama, membangun kepercayaan
dan mencegah konflik. 1
Balance of power memiliki asumsi dasar bahwa ketika ada satu negara yang
mendominasi dengan kekuatannya yang agresif, maka negara-negara lemah akan merasa
cemas sehingga mereka membentuk aliansi untuk memperkuat dirinya sehingga timbul rasa
aman dari ancaman, atau biasa dikenal dengan istilah counter balancing coalition. Setiap
negara akan selalu berupaya untuk memaksimalkan posisi kekuatan relatifnya dibandingkan
negara lainnya atau terciptanya balance of power, dimana semakin besar kekuatannya maka
akan semakin besar pula jaminan keamanan yang dimiliki negara tersebut. Di dalam aliansi,
negara-negara bisa mengetahui kekuatan masing-masing sehingga akan muncul keraguan
untuk menyerang satu sama lain. Dengan kondisi seperti ini, balance of power bisa
mendorong terciptanya “hubungan harmonis” antar negara yang beraliansi.
Biasanya, suatu negara akan melakukan balancing untuk mencapai dan melindungi
kepentingan nasionalnya. Misal, mencegah hilangnya suatu wilayah. Karena bagi negara,
wilayah merupakan hal yang sangat penting dan negara bisa menjadi sangat sensitif apabila
wilayahnya diganggu atau bahkan direbut oleh negara lain. Bahkan kebanyakan perang
terjadi disebabkan oleh konflik yang melibatkan banyak negara karena perebutan wilayah.
Contoh lain suatu negara ingin mencapai kepentingannya yaitu ada pada Perang Dingin.
Amerika dan Uni Soviet sama-sama ingin menyebarkan ideologinya (komunis sosialis dan
liberal kapitalis) namun mereka melakukan balancing kekuatan militer dan nuklir yang
mereka miliki sehinga mereka akan berpikir dua kali untuk menyerang satu sama lain karena
dampak yang ditimbulkan akan sangat merugikan.

1
What is NATO? https://www.nato.int/nato-welcome/index.html#activities
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa balance of power memiliki dampak
yang besar bagi kehidupan dunia internasional karena keteraturan dapat tercipta dari
keraguan untuk menyerang negara lain.

Security Dilemma
Security dilemma bisa diartikan sebagai proses aksi reaksi antar negara, maksudnya
adalah suatu situasi dimana satu negara atau pihak dalam menjaga atau meningkatkan
kekuatan justru mengancam keamanan negara atau pihak lain, sehingga pihak yang merasa
terancam akan meningkatkan keamanannya juga. Keamanan menjadi suatu hal yang
diperjuangkan oleh negara., terutama untuk mengatasi ancaman yang sifatnya militer. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut negara sering berhadapan dengan pilihan kebijakan yang
sifatnya dilematis. Dikarenakan usaha untuk mengamankan negara dengan meningkatkan
kemampuan militer baik daya tangkal maupun daya serang menimbulkan kecurigaan atau
dilema. Di satu sisi untuk mewujudkan hubungan yang damai, memerlukan pertahanan yang
longgar agar tidak menciptakan ancaman bagi pihak lain. Namun jika pertahanan longgar,
maka negara tersebut rentan akan terancaman oleh negara lain. Di sisi lainnya memperkuat
pertahanan justru menimbulkan kesalahpahaman oleh pihak lain, karena dimaknai sebagai
persiapan perang. Keadaan dilematis ini disebut sebagai security dilemma, yang dapat
diartikan bahwa peningkatan pengamanan suatu negara yang mempengaruhi negara lain.
Secara umum, konsep dilemma kemanan berpusat pada beberapa asumsi. Pertama,
sistem internasional yang bersifat anarki dimana tidak ada otoritas secara global yang dapat
mengatur hubungan antar negara. Yang kedua,kepentingan negara adalah keamanan mereka,
maka dari itu negara memaksimalkan keamanannya dan bukan powernya. Ketiga, negara-
negara lain tidak yakin akan adanya niat dan tujuan lain. Dari tiga asumsi ini dapat ditarik
kesimpulan secara logika bahwa dilemma keamanan ini ada karena negara-negara yang
anarki tidak tahu apa ada motif dan niat tertentu dari negara-negara yang lain sehingga
mereka hanya bisa memperkuat pertahanannya yang dimana dinilai oleh pihak lain sebagai
ancaman perang. Yang diperjelas juga oleh Robert Jervis dalam tulisannya “Coorperation
Under the Security Dilemma” yang terbit dalam jurnal World Politics tahun 1978 dimana
ditulis bahwa dilemma keamanan hadir karena alat atau instrumen yang digunakan suatu
negara untuk memperkuat pertahanannya dimana dimaknai dengan sebuah ancaman oleh
pihak lain. Karena merasa terancam, pihak lain pun juga akan meningkatkan alat
pertahanannya sehingga menimbulkan interaksi yang berulang, hal inilah yang memicu
timbulnya persaingan alat atau senjata2.

Game Theory
Hubungan internasional adalah hubungan yang didasari oleh kerjasama yang terjadi
diantara dua negara atau lebih yang seringkali terjadi konflik dalam pelaksanaannya.
Diplomasi merupakan salah satu cara negara negara dalam bekerja sama tanpa harus
menimbulkan konflik dan kerugian. Dalam teori diplomasi, terdapat banyak strategi yang
biasanya dilakukan negara negara dalam mempertahankan keputusan yang telah diambil

2
Jervis, Robert. 1978. Coorperation Under The Security Dilemma.hal 186-187.
untuk kebijakan luar negerinya baik sosial,budaya,ekonomi, dan lain sebagainya. Salah satu
dari teori tersebut yang digunakan negara-negara dalam mempertahankan kekuatan
negaranya saat terjadi konflik adalah game theory (teori permainan).
Game theory adalah satu permainan hubungan antar negara yang bersifat kompetitif
atau menggambarkan penalaran dalam membuat sebuah keputusan. Ada beberapa asumsi
mengenai game theory diantaranya yang pertama, bahwa para pemain berperilaku rasional
yaitu memilih strategi atas dasar pertimbangan untung-rugi dalam pencapaian tujuan yang
jelas. Asumsi ini menjelaskan bahwa aktor dianggap mempunyai kemampuan unutuk
mengetahui kemungkinan situasi yang terjadi untuk menjabarkan urutan tujuan yang ingin
dicapai. Yang kedua bahwa para pemain yang berhadapan memiliki asumsi yang berbeda,
karena jika selaras maka akan sulit dalam menentukan keputusan. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam game theory adalah sebuah studi tentang cara berinteraksi yang rasional antar
pelaku untuk menghasilkan kepentingan dari pelaku. Dalam ilmu politik, game theory sangat
efektif dalam menentukan strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan negara.
Game theory pertama kali ditemukan oleh Jhon Von Neumann seorang pakar ilmu
matematika dan Oscar Morgentstren yang menulis buku Game of Theory and Economic
Behavior. Pusat kajian khusus yang membahas tentang game theory secara mendalam adalah
RAND yang digunakan untuk meneliti strategi nuklir. Dalam ilmu soisal, game theory
memiliki peran penting, dan game theory yang sering digunakan dalam ilmu-ilmu sosial
adalah prisioner’s dilemma, traveler’s dilemma, dan masih banyak lagi. Selain memiliki
perna penting dalam ilmu sosial, game theory juga memiliki berbagai model seperti
symmetric game, perfect information, dynamic game dan lain sebagainya. Pengunaan game
theory dalam prosedur dan organisasi yang nyata sering disebut dengan gaming the system.
Ilmu-ilmu sosial juga telah banyak menggunakan game theory baik zero sun game maupun
non- zero sun game terutama dalam pengambilan keputusan, pemilihan strategi, kerjasama
dan konflik. Game theory dikembangkan untuk memahami hubungan sosial dalam kondisi
yang anarki , yaitu kondisi tidak hanya organ otoritatif yang mengatasi pelaku dalam
hubungan itu.
References
Barnaby, Frank. Carlo Scharef Eds. 1972. Disarmament and Arms Control. Gordon and
Breach.
Perwita, Anak Agung Banyu Perwita dan Bantarto Bandoro (Ed). Pengantar Kajian
Strategis. Yogyakarta: Graha Ilmu, Bab 4.
Schweller, Randall L.. 2016. Oxford Research Encyclopedias, Politics, Chapter: The Balance
of Power in World Politics (online)
https://www.researchgate.net/publication/306091384_The_Balance_of_Power_in_World_Pol
itics diakses pada 1 Maret 2020.
Yani, Yanyan Mochammad, dkk. 2017. Pengantar Studi Keamanan. Malang: Intrans
Publishing, Bab 2 dan 4.

Anda mungkin juga menyukai