1
Rosyidin, Mohamad. (2022). Realisme versus Liberalisme: suatu perbandingan paradigmatis. Indonesian
Perspektif, Vol. 7 No. 2 (Juli – Desember): 134 – 144.
2
Asrudin, Azwar. (2014). Thomas Kuhn dan Teori Hubungan Internasional: Realisme sebagai Paradigma.
Indonesian Journal of International Studies (IJIS) Vol. 1, No. 2, Desember 2014.
3
Pradana, I Putu Yoga Bumi. (2023). Perspektif Realisme Ofensif Mearsheimer dan Pancasila bagi Kebijakan
Indonesia dalam Menghadapi Pergolakan dan Ketidakpastian Global: Sebuah Studi Literatur. SENASPOLHI 5
FISIP UNWAHAS 2023.
Pandangan realisme ofensif Mearsheimer menyatakan bahwa persaingan ekonomi global
merupakan elemen penting dari dinamika hubungan internasional. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kepentingan ekonomi mereka sendiri, seperti
perdagangan internasional, investasi asing, dan kekuatan ekonomi global, negara
bertindak agresif.
3. Politik:
Menurut Mearsheimer, situasi hubungan internasional kontemporer berfungsi sebagai
tempat pertempuran politik di mana negara-negara berusaha memperoleh kekuatan
politik dan mempertahankan kepentingan nasional mereka. Sering kali, persaingan
politik antara negara-negara besar melibatkan upaya untuk memengaruhi sistem politik
global dan meningkatkan kekuatan mereka.
Teori Keseimbangan Ancaman Stephen Walt
Teori Keseimbangan Ancaman atau Balance of Threat Stephen Walt merupakan
modifikasi dari teori Keseimbangan Kekuasaan atau Balance of Power. Teori ini menjelaskan
tentang mengapa negara – negara cenderung untuk membentuk aliansi dengan negara lain,
dan bagaimana keseimbangan kekuasaan atau ancaman di antara negara – negara dapat
mempengaruhi dinamika aliansi. Menurut teori keseimbangan ancaman, perilaku aliansi antar
negara ditentukan oleh bagaimana negara memandang ancaman dari negara lain. Walt
mengatakan negara-negara biasanya memberikan kompensasi dengan bekerja sama melawan
ancaman yang mereka rasakan, namun jika ancaman terhadap keamanan mereka meningkat,
negara-negara yang sangat lemah pun akan mengikuti langkah yang sama. Menurut Stephen
Walt, negara yang dipandang agresif cenderung memprovokasi negara – negara lain untuk
mengimbangi negara tersebut4. Walt membagi empat elemen ancaman tersebut, yaitu:
1. Aggregate Power
Menurut Walt, sebuah negara dapat menjadi ancaman bagi negara lain jika memiliki
power yang lebih dari negara lain. Power dibagi menjadi soft power dan hard power.
Soft power adalah kemampuan suatu negara untuk memengaruhi perilaku dan pandangan
negara lain melalui daya tarik budaya, kebijakan ataupun institusi. Sedangkan hard
power adalah kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi perilaku negara lain
melalui kekuatan militer, sanksi ekonomi, ancaman kekerasan ataupun tekanan politik
langsung.
2. Geography Proximity
Menurut Walt, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ancaman sebuah negara
adalah kedekatan geografis, karena semakin dekat jarak antara negara, semakin besar
potensi ancaman yang dapat diberikan oleh negara tersebut.
3. Offensive Capability
Offensive Capability atau kemampuan menyerang didefinisikan sebagai kemampuan
suatu negara atas sumber daya yang dimilikinya yang dapat digunakan sebagai alat
perang. Dalam hal ini kemampuan militer menjadi fokus utamanya.
4. Offensive Intention
4
Al Anshory, Abdul Muntaqim, Maulana Muhammad Fikri, Fadia Ramadinna, M. Ziqri Haykal. (2023). Analisis
Balance of Threat dari Pengaruh Politik Internasional Cina di Indo–Pasifik: Tinjauan Teori Realisme. SPEKTRUM
Vol. 20, No. 2, 2023.
Apabila ada indikasi penyerangan, suatu negara dapat menjadi ancaman bagi negara lain.
Negara yang merasa terancam akan mengukur intensitas penyerangan melalui penerapan
kebijakan atau pernyataan-pernyataan oleh pemerintah negara tersebut.