Anda di halaman 1dari 3

Asumsi Dasar Realisme

Realisme adalah suatu pendekatan dalam Hubungan Internasional yang menekankan


pada kepentingan nasional, kekuasaan, dan persaingan antara negara – negara. Realisme ini
bisa dianggap sebagai paradigma, perspektif ataupun teori, berdasarkan tempat
digunakannya. Realisme sebagai paradigma jika kita menganggap bahwa dunia itu penuh
dengan konfliktual. Realisme sebagai sebuah teori jika kita menganggap bahwa hanya dengan
keseimbangan kekuasaan maka stabilitas internasional akan terjamin. Menurut Legro dan
Moravcsik (1999), ada tiga asumsi dasar realisme1:
1. Negara – negara berada dalam dunia yang anarkis:
Realisme memandang bahwa negara – negara berada dalam dunia yang tidak ada otoritas
tertinggi yang dapat menegakkan aturan dan ketertiban.
2. Realisme memandang bahwa realitas hubungan internasional adalah konfliktual:
Menurut perspektif realisme, tidak ada yang dapat menjamin bahwa negara lain akan
berperilaku baik, dan hubungan antara negara dipenuhi dengan rasa saling curiga
terhadap negara lain. Pandangan ini berasal dari asumsi dasar yang pertama bahwa
karena negara tidak ingin dikhianati oleh sistem internasional yang anarki, negara tidak
percaya satu sama lain.
3. Struktur internasional ditentukan kapabilitas material:
Menurut pandangan realisme, struktur material seperti pendapatan per kapita, anggaran
pertahanan, jumlah senjata nuklir, posisi geografis, kekayaan sumber daya alam, dan
postur militer memengaruhi perilaku negara.
Teori Realisme Ofensif John Mearsheimer
Teori realisme ofensif John Mearsheimer adalah teori yang menggambarkan
bagaimana negara – negara cenderung mengamankan kepentingan nasional. Menurut teori
ini, negara akan selalu menginginkan kekuatan yang lebih besar daripada negara lain, yang
mengarah pada perilaku agresif dan konflik. Mearsheimer juga berpendapat bahwa anarki
internasional adalah sumber perilaku agresif, dan bahwa negara akan selalu menginginkan
kekuatan yang lebih besar daripada negara lain 2. Dalam perspektif hubungan internasional,
teori realisme ini dapat digunakan untuk melihat beberapa isu kontemporer seperti militer,
ekonomi dan politik3.
1. Militer:
Mearsheimer menggambarkan situasi internasional saat ini sebagai persaingan antara
negara-negara besar yang berupaya mencapai supremasi dan superioritas militer.
Menurut perspektif ofensifnya, negara-negara akan terus meningkatkan kemampuan
militernya untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan mengamankan posisi
strategisnya.
2. Ekonomi:

1
Rosyidin, Mohamad. (2022). Realisme versus Liberalisme: suatu perbandingan paradigmatis. Indonesian
Perspektif, Vol. 7 No. 2 (Juli – Desember): 134 – 144.
2
Asrudin, Azwar. (2014). Thomas Kuhn dan Teori Hubungan Internasional: Realisme sebagai Paradigma.
Indonesian Journal of International Studies (IJIS) Vol. 1, No. 2, Desember 2014.
3
Pradana, I Putu Yoga Bumi. (2023). Perspektif Realisme Ofensif Mearsheimer dan Pancasila bagi Kebijakan
Indonesia dalam Menghadapi Pergolakan dan Ketidakpastian Global: Sebuah Studi Literatur. SENASPOLHI 5
FISIP UNWAHAS 2023.
Pandangan realisme ofensif Mearsheimer menyatakan bahwa persaingan ekonomi global
merupakan elemen penting dari dinamika hubungan internasional. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kepentingan ekonomi mereka sendiri, seperti
perdagangan internasional, investasi asing, dan kekuatan ekonomi global, negara
bertindak agresif.
3. Politik:
Menurut Mearsheimer, situasi hubungan internasional kontemporer berfungsi sebagai
tempat pertempuran politik di mana negara-negara berusaha memperoleh kekuatan
politik dan mempertahankan kepentingan nasional mereka. Sering kali, persaingan
politik antara negara-negara besar melibatkan upaya untuk memengaruhi sistem politik
global dan meningkatkan kekuatan mereka.
Teori Keseimbangan Ancaman Stephen Walt
Teori Keseimbangan Ancaman atau Balance of Threat Stephen Walt merupakan
modifikasi dari teori Keseimbangan Kekuasaan atau Balance of Power. Teori ini menjelaskan
tentang mengapa negara – negara cenderung untuk membentuk aliansi dengan negara lain,
dan bagaimana keseimbangan kekuasaan atau ancaman di antara negara – negara dapat
mempengaruhi dinamika aliansi. Menurut teori keseimbangan ancaman, perilaku aliansi antar
negara ditentukan oleh bagaimana negara memandang ancaman dari negara lain. Walt
mengatakan negara-negara biasanya memberikan kompensasi dengan bekerja sama melawan
ancaman yang mereka rasakan, namun jika ancaman terhadap keamanan mereka meningkat,
negara-negara yang sangat lemah pun akan mengikuti langkah yang sama. Menurut Stephen
Walt, negara yang dipandang agresif cenderung memprovokasi negara – negara lain untuk
mengimbangi negara tersebut4. Walt membagi empat elemen ancaman tersebut, yaitu:
1. Aggregate Power
Menurut Walt, sebuah negara dapat menjadi ancaman bagi negara lain jika memiliki
power yang lebih dari negara lain. Power dibagi menjadi soft power dan hard power.
Soft power adalah kemampuan suatu negara untuk memengaruhi perilaku dan pandangan
negara lain melalui daya tarik budaya, kebijakan ataupun institusi. Sedangkan hard
power adalah kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi perilaku negara lain
melalui kekuatan militer, sanksi ekonomi, ancaman kekerasan ataupun tekanan politik
langsung.
2. Geography Proximity
Menurut Walt, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ancaman sebuah negara
adalah kedekatan geografis, karena semakin dekat jarak antara negara, semakin besar
potensi ancaman yang dapat diberikan oleh negara tersebut.
3. Offensive Capability
Offensive Capability atau kemampuan menyerang didefinisikan sebagai kemampuan
suatu negara atas sumber daya yang dimilikinya yang dapat digunakan sebagai alat
perang. Dalam hal ini kemampuan militer menjadi fokus utamanya.

4. Offensive Intention

4
Al Anshory, Abdul Muntaqim, Maulana Muhammad Fikri, Fadia Ramadinna, M. Ziqri Haykal. (2023). Analisis
Balance of Threat dari Pengaruh Politik Internasional Cina di Indo–Pasifik: Tinjauan Teori Realisme. SPEKTRUM
Vol. 20, No. 2, 2023.
Apabila ada indikasi penyerangan, suatu negara dapat menjadi ancaman bagi negara lain.
Negara yang merasa terancam akan mengukur intensitas penyerangan melalui penerapan
kebijakan atau pernyataan-pernyataan oleh pemerintah negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai