Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN SOAL UAS

MATA KULIAH : STUDI KEAMANAN INTERNASIONAL LANJUTAN


NAMA : YANSEN S DANNY AUPARAY
NIM : 44316009
KODE SOAL :A

1.
A. Keamanan internasional adalah usaha yang dijalankan oleh badan nasional dan internasional,
seperti PBB, untuk memastikan keselamatan dan keamanan. Definisi menurut (Hough,
2004:15). mengenai keamanan masih bersifat ‘contested concept’, atau sebuah konsep yang
masih akan terus berkembang. Dalam penyelesaian konflik keamanan yang lebih
mengedepankan kekuatan militer dianggap hanya memberikan keamanan untuk sebagian orang,
sementara di lain pihak sebagian lainnya merasa terancam penderitaan dan ketakutan. Maka
dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa konsep keamanan adalah konsep yang masih
diperdebatkan (contested concept), yang mempunyai makna berbeda bagi aktor yang berbeda,
hal ini disebabkan makna konsep keamanan makin luas yang didorong dengan meningkatnya
interdependensi dan semakin kompleksnya jaringan hubungan antarbangsa (international
relations) dalam era globalisasi.

B. Kekuatan nasional merupakan alat untuk mengontrol dan mempengaruhi negara lain untuk
mencapai kepentingan nasional. Kekuatan nasional terbagi atas : soft power, hard power dan
smart power.
Menurut saya metode smart power ini merupakan metode yang paling efektif untuk di gunakan
dalam interaksi hubungan internasional untuk mencapai kepentingan nasional. Menurut saya,
Pada dasarnya ketiga kekuatan nasional tersebut soft power, hard power dan smart power
memiliki tujuan yang sama yakni untuk mencapai suatu kepentingan nasional. Hanya saja
metode dan cara yang di gunakan oleh aktor satu dengan yang lainnya berbeda untuk mencapai
tujuan mereka masing – masing.
C. Nonpoliticized:
Yang berarti pemerintah tidak menanggani permasalahan ini karena tidak termasuk dalam isu
yang menyangkut kepentingan dan perdebatan dalam ranah publik.
Politicized:
Sebuah isu tersebut telah masuk pada ranah kebijakan publik yang membutuhkan campur tangan
pemerintah dalam hal alokasi sumber daya, atau kebijakan tambahan.
To securitized:
Sebuah isu telah dianggap sebagai ancaman kemananan yang bersifat nyata, yang tentu saja
membutuhkan tindakan yang darurat dimana penggunaan prosedur diatas prosedur politik biasa
dianggap sah untuk dilakukan.
2. Soft power, Hard power, Smart power
Soft power merupakan “suatu kemampuan atau kapasitas suatu negara untuk membujuk dan
mempengaruhi aktor negara lain melalui daya tarik suatu ideologi negara tersebut, budaya,
kehormatan yang mana negara negara lain akan mengikuti negara tersebut. Salah satu cara suatu
aktor dalam menjalankan soft power-nya yakni dengan cara berdiplomasi.
Hard power merupakan “kemampuan yang dimiliki oleh suatu negara untuk memaksakan
kehendak negara lain melalui pengaruh militer atau ekonomi atau kombinasi dari keduanya.
Hard power ini biasanya digunakan oleh suatu negara untuk mengancam negara lain melalui
kekuatan militer, tindakan kekerasan melalui perang, pemaksaan dalam bidang ekonomi.
Smart power ini merupakan interaksi hubungan internasional untuk mencapai kepentingan
nasional karena “Bila suatu negara hanya menggunakan hard power, maka akan terlalu banyak
tekanan dan terkesan mengancam dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh suatu negara. Dan
sebaliknya, jika suatu negara hanya menggunakan soft power saja maka negara tersebut akan
dianggap lemah. “jika suatu negara memiliki smart power, maka negara tersebut tidak hanya
mampu dalam bidang fisik tetapi jika psikis dalam melakukan interaksi hubungan internasional.”
3
1. Pengungsi Timur Tengah di Hongaria.
Permasalahan pengungsi saat ini menjadi perhatian berbagai pihak, terkait dengan berbagai
konflik, kekerasan, kemiskinan serta berbagai alasan lain di negara asal. Meskipun isu ini telah
memperoleh tempat khusus dalam sistem PBB dengan menempatkan United Nations High
Commissioner on Refugees (UNHCR) sebagai badan khusus yang menangani permasalah yang
beroperasi sejak tahun 1950. Keberadaan UNHCR tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk
menggalang dan memperkuat kerjasama, khususnya diantara negara dalam mengatasi masalah
pengungsi. Untuk memperkuat solidaritas dan tanggungjawab komunitas internasional pada
tahun 1951 dibentuk Konvensi mengenai Pengungsi dengan para pihak1 sebagai pengemban hak
dan kewajiban bagi/terhadap pengungsi.
Realisme menjadi sebuah pendekatan dalam analisis hubungan internasional yang telah memiliki
akar kuat, khususnya dalam mendasari setiap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pengambil kebijakan didalam negara. Dalam konteks penelitian ini kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh Hungaria dalam menghadapi permasalahan pengungsi yang berasal dari Timur
Tengah tidak dapat dilepaskan dari rasionalitas para pengambil kebijakan yang didasarkan pada
prudence (untung-rugi). Meskipun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hungaria
adalah Pihak dalam Konvensi mengenai pengungsi yang didasarkan pada nilai ideal dalam
hubungan internasional namun pada kenyataannya seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2008 :
62) bahwa dalam hubungan internasional memiliki sifat dasar mengenai kekuasaan yang akan
tercermin melalui pencapaian kepentingan nasional dari pada ideal-ideal yang disepakat
Hungaria dalam menghadapi arus pengungsi dan migran dari Timur Tengah dilandasi oleh
realism yakni terkait upaya untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan nasionalnya.
Merujuk pada kepentingan nasional yang dikemukakan oleh K.J Holsti, Hungaria berusaha untuk
mempertahankan dan melindungi kepentingan nasional vital (core value) yang terkait dengan
ancaman terorisme dan kejahatan transnasional serta akses ekonomi, jangka menengah (middle
range objective) terkait dengan upaya untuk mengukuhkan eksisten negara saat berhadapan
dengan UE sebagai organisasi internasional dan kepentingan nasional jangka panjang (long
range goals) terkait dengan pencapaian identitas negara Kristen baik dalam tataran domestik
maupun internasional/ regional. Dengan demikian maka penolakan pengungsi dan migran yang
dilakukan oleh Hungaria merupakan cerminan dari sikap negara yang didasarkan pada realisme.
2. Isu Pemanasan Global dalam Keamanan Internasional
Setelah Perang Dingin berakhir, isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan seakan semakin leluasa
mewarnai diskursus hubungan internasional sebab hal ini mengesankan bahwa ancaman terhadap
kedaulatan suatu negara menurun. Konsekuensinya adalah tugas utama studi strategi
menganalisis konfrontasi Barat-Timur saat Perang Dingin yang menjadi inti konsep keamanan
dalam pendekatan realisme pun lambat-laun berkurang. Oleh karena itu, fokus militer dalam
analisis strategis menjadi sangat rapuh terhadap berkembangnya isu-isu non-militer dalam
diskursus HI . Penurunan ancaman terhadap kedaulatan negara ini diikuti dengan peningkatan
ancaman terhadap eksistensi manusia, seperti kemiskinan, penyakit menular, bencana alam,
kerusakan lingkungan hidup, terorisme, dan sebagainya.
Perkembangan fenomena pada hubungan internasional menggeser paradigma dalam memandang
keamanan. Ia tak lagi dipandang dalam kerangka negara tetapi mengerucut ke level individu.
Pergeseran paradigma keamanan yang awalnya berorientasi pada negara yang sempit
cakupannya, kini perhatiannya telah meluas kepada manusia. Pergeseran yang berawal pada
aspek ekonomi terus bergulir ke isu lingkungan. Pemanasan global sebagai salah satu pokok
bahasan dalam isu lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai