oleh
R. RESI DWI SURYO SETO
NIM 130910101030
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014
B. Terorisme Internasional
Terorisme dapat menjadi berskala internasional apabila :
C. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup menjadi isu global sejak usai perang dingin, hil ini
dikarenakan :
Migrasi secara ilegal dapat memicu konflik antar negara jika masyarakat
yang berimigrasi secara ilegal ini tidak bisa diterima ditujuannya dan membawa
nama negara asal. Konflik ini juga bisa terjadi jika para imigran tidak mendapat
perlakuan manusiawi oleh masyarakat negara asing dan kejadian itu diketahui
negara.
4. Debates
A. Realism (Neo-realism)
Aliran realis lebih menekankan terhadap keamanan dan kekuasaan suatu
negara yang dalam arti kekuatan atau power. Dalam konsep ini, negara akan lebih
terlihat anarki karena dalam mengejar kepentingan, negara akan mementingkan
kepentingan pribadi negaranya dengan menggunakan kekuatan atau power. Neorealis melihat bahwa power bukan hanya pada kekuatan militer saja, tetapi juga
dengan kemampuan memaksa dan mengontrol negara lain yang berada dalam
sistem. Menurut pandangan neo-realis, negara-negara adalah para pencari
kekuasaan yang sadar akan keamanan. Dengan hal itu, negara akan terus
membangun kekuatannya hingga merasa aman. Aliran realis menganjurkan
penggunaan cara yang berorientasi pada kekuasaan dan bila perlu
menyampingkan moral dan memberikan prioritas utama pada kepentingan pribadi
atau kelompok.
Kaum realis melihat bahwa politik sebagai perjuangan guna untuk kekuasaan,
dimana seorang pelaku politik dapat menguasai tingkah laku dan tindakan orang
lain. Menjalankan politik berdasar pertimbangan moral dan hukum ataupun
bertindak sesuai ideologi menurut kaum realis adalah bertentangan dengan kodrat
alam dan politik itu terlihat menjurus kepada keadaan menyerah ataupun pasrah
walaupun politik dilakukan tanpa menyerah kepada paham lain. Seorang realis
pada tingkat terakhir adalah seorang pragmatis, yang berarti mempunyai
pengertian dapat berunding dan berkompromi tanpa harus tunduk.
B. Liberalism (Neo-liberalism)
Liberalisme berpendapat bahwa negara dapat mencapai kemakmuran dengan
cara kerjasama dan juga berpendapat bahwa perang sangat destruktif dan sia-sia.
Dalam pemikiran kaum liberalis, negara disebut sebagai aktor utama dalam
hubungan internasional. Namun, aktor-aktor lain non-negara dan organisasi antar
pemerintahan juga memiliki peran penting. Negara-negara akan saling bekerja
sama tanpa melihat hasil relatifnya, namun akan lebih melihat hasil absolutnya.
Ini berarti bahwa setiap bangsa bebas menentukan apa saja yang akan mereka
lakukan tanpa ada organisasi internasional yang menghalangi hak bangsa untuk
berdaulat.
C. Contructivism
Kontruktivis memberi sebuah perhatian terutama pada kepentingan dan
identitas negara sebagai produk yang dapat dibentuk. Konstruktivisme muncul
sebagai penjembatan antara neo-realis dan neo-liberalis dengan teori reflektifis
seperti postmodernisme, feminisme ataupun critical theory.
Menurut kaum konstruktivisme, realitas sosial tidak dapat dilihat sebagai
suatu yang alamiah terjadi tanpa pengaruh interaksi. Dan sebaliknya, tidak dapat
dilihat sebagai suatu yang nihil atau tidak ada dan semata-mata hanya bisa dilihat
sebagai refleksi ide-ide manusia. Konstruktivisme melihat realitas sebagai sesuatu
berdasar fakta yang materiil bisa ditangkap oleh panca indra maupun tidak.
Namun fakta itu tidak menentukan bagaimana manusia melihat realitas sosial.
Dan realitas sosial menurut konstruktivis adalah hasil konstruksi manusia. Maka,
setiap tindakan negara akan didasarkan pada sebuah pengertian yang muncul dari
interaksi dengan lingkungan internasional.
D. Scientific / Behavioral
Para pendukung scientific percaya bahwa studi hubungan internasional bukan
hanya menekankan pada studi politik dan sejarah saja. Namun juga ilmu-ilmu
sosial lainnya yang bersifat eksperimental bahkan dalam ilmu alam. Aliran
scientific ini adalah bentuk kontra terhadap aliran tradisional. Aliran scientific ini
muncul untuk mengatasi ketidak persisan aliran tradisional dengan menggunakan
teknik-teknik kuantitatif dan penyusunan model.
Para ilmuan scientific sangat skeptis terhadap aliran tradisional dan
menganggapnya terlalu kabur dan inklusif dalam melengkapi tentang perilaku
politik internasional dan juga terlalu impresionistis maupun fleksibel untuk bisa
bertahan terhadap pengujian ilmiah. Para sarjana aliran ini yakin terhadap metode
eksplisit, berfikir induktif, pengujian hipotesis secara komprehensif, dalil-dalil
yang eksplisit selalu harus dikonfirmasikan melalui pengujian ulang. Scientific
menitikberatkan pada operasionalisasi konsep-konsep melalui pengukuran viriabel
yang tepat. Operasionalisasi menekankan pada proses, mulai mana seseorang
menggunakan dalil atau hukum sebagai definisi atau sandi untuk mengubah fakta
menjadi data yang nantinya dapat diukur.
E. Post-Behavioral
Secara khusus aliran post-behavioral menguji dua buah teori. Yang pertama
yaitu bahwa negara-negara yang diperintah secara demokratis dengan sistem
perdagangan bebas akan lebih sedikit dalam ketelibatan perang dari pada negara-
Daftar bacaan :
Mas'oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : disiplin dan
metodologi. Edisi revisi. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia
Jusuf, Suffri. 1998. Hubungan Internasional dan Politik Luar
Negeri. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Agung, Anak. dan Yayan Mochammad. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya