Anda di halaman 1dari 75

PENINGKATAN HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN KANADA DALAM

BIDANG ENERGI BERSIH

(THE INCREASE RELATIONSHIP CHINA WITH CANADA IN CLEAN


ENERGY FIELD)

SKRIPSI

Oleh:

Rizki Ronaldo Susilo

NIM 130910101042

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PENINGKATAN HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN KANADA DALAM
BIDANG ENERGI BERSIH

(THE INCREASE RELATIONSHIP CHINA WITH CANADA IN CLEAN


ENERGY FIELD)

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (S1) dan
mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh:

Rizki Ronaldo Susilo

NIM 130910101042

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2020

i
ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua tercinta saya; Ibunda Mayatik dan almarhum


Ayahanda Rudi Susilo;
2. Kedua kakakku tersayang; Evi Mayangsari, dan Rika Mustikawati;
3. Seluruh keluarga dan teman-teman saya sejak kecil hingga sekarang;
4. Guru-guru pengajar penulis sejak taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi;
5. Almamater Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
iii

MOTTO

Segui il tuo corso et lascia dir las genti1

1
Dante Alighieri.
iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Rizki Ronaldo Susilo
NIM : 130910101042
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul:
“Peningkatan Hubungan Tiongkok dengan Kanada dalam Bidang Energi Bersih”
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah disebutkan
sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Februari 2020


Yang Menyatakan,

Rizki Ronaldo Susilo


NIM. 130910101042
v

SKRIPSI

PENINGKATAN HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN KANADA DALAM


BIDANG ENERGI BERSIH

(THE INCREASE RELATIONSHIP CHINA WITH CANADA IN CLEAN


ENERGY FIELD)

Oleh:
Rizki Ronaldo Susilo
(NIM 130910101042)

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama : Dr. Puji Wahono, M.Si


vi

Dosen Pembimbing Anggota : Agus Trihartono, S.Sos, MA., Ph,D.

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Peningkatan Hubungan Tiongkok Dengan Kanada Dalam


Bidang Energi Bersih” karya Rizki Ronaldo Susilo telah diuji dan disahkan pada:
hari, tanggal : hari, tanggal bulan 2020
tempat : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

Tim Penguji:
Ketua,

Dr.
NIP.

Anggota I Anggota II

Dr. Puji Wahono, M.Si. Agus Trihartono, S.Sos, MA., Ph,D.


NIP. 196002011987021001 NIP 196908151995121001

Mengesahkan
Penjabat Dekan,

Prof. Dr. Hadi Prayitno, M. Kes.


NIP. 196106081988021001
vii

RINGKASAN

“Peningkatan Hubungan Tiongkok Dengan Kanada Dalam Bidang Energi


Bersih” ; Rizki Ronaldo Susilo; 130910101042; 2020; 90 halaman: Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

China mulai menunjukkan minat baru di sektor energi dan sumber daya
Kanada. Investasi besar mulai datang ke Kanada dan semua perusahaan energi
besar China aktif mencari target investasi yang potensial. Pada bulan Juni 2010,
Presiden Tiongkok Hu Jintao melakukan kunjungan ke Kanada dan bertemu
dengan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper. Dalam kunjungannya, Presiden
Hu Jintao memberikan pidato untuk memperingati 40 tahun hubungan bilateral
kedua negara yang berjudul "Promote the All-round Development of the
Tiongkok-Canada Strategic Partnership"(Ministry of Foreign Affairs the People’s
Republic of Tiongkok, 2010) yang isinya memberikan pendapat serta saran
tentang bagaimana mempromosikan perkembangan hubungan Tiongkok-Kanada
kedepannya.

Jumlah peningkatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok


sejalan dengan rencana 12th Five-Year Plan (2011-2015), dimana pemerintah
Tiongkok menyuntikan dana $473.1 milyar dalam investasi energi bersih selama
lima tahun kedepan (Perkowski, 2012). Peningkatan jumlah investasi yang
dilakukan oleh pemerintah Tiongkok bertujuan untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yang terjadi akibat pemakaian energi batu bara di Tiongkok. Oleh
sebab itu pemerintahan Tiongkok mulai melakukan usaha-usaha atau alternatif
lain untuk menganti pemakaian energinya fossilnya yaitu dengan menggunakan
energi bersih. Akan tetapi pemerintah Tiongkok belum mempunyai kemampuan
dan sumber daya alam yang cukup oleh karena itu Tiongkok mulai melirik
Kanada yang kemudian menjadi salah satu negara tujuan Tiongkok untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Pemerintah Tiongkok mulai melirik Kanada
karena kondisi perekonomian dan politik Kanada yang lebih stabil dibandingkan
viii

dengan negara-negara di Timur Tengah yang rawan konflik dengan kondisi politik
yang tidak stabil, membuat Tiongkok lebih memilih untuk berinvestasi di negara-
negara yang mempunyai sistem politik dan kondisi yang stabil untuk mengurangi
resiko kerugian.

Kebijakan Tiongkok Kanada saat ini memiliki tingkat ketergantungan


yang kuat. Pada 1960-an hingga 1980-an, banyak tokoh kunci pendirian urusan
luar negeri Kanada telah dikaitkan dengan perusahaan misionaris Kanada di
Tingkok sebelum 1949. Ini dikombinasikan dengan kekaguman umum oleh Pierre
Trudeau dan Red Tories pada masa pemerintahannya sebagai diktator.
Pengesahan Kanada atas Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris 1984, yang
membuka jalan bagi penyerahan wilayah tahun 1997 kembali ke RRC. Investasi
langsung Kanada di sektor manufaktur Tingkok telah tumbuh. Menurut survei
bisnis Kanada, Tingkok diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga lokasi teratas
untuk diinvestasikan oleh hampir setengah dari produsen mesin besar dengan
kegiatan bisnis internasional dan oleh lebih dari seperempat UKM. Kanada dan
Tingkok berkomitmen untuk sepenuhnya mengimplementasikan Perjanjian Paris
dan memperjuangkan transisi menuju ekonomi dan masyarakat rendah karbon
yang kompetitif. Kedua negara akan melanjutkan dialog bilateral tentang
negosiasi internasional dan kebijakan tentang perubahan iklim.

Kanada dan Tingkok juga akan berbagi pengetahuan tentang langkah-


langkah perubahan iklim domestik seperti penetapan harga karbon dan transisi
dari bahan bakar fosil dan menuju masa depan energi bersih, yang akan
menciptakan pekerjaan kelas menengah yang baik. Melalui nota kesepahaman ini,
kedua negara akan mendorong dan mempromosikan kerja sama dan kemitraan
komprehensif di sektor publik dan swasta, termasuk departemen pemerintah;
pemerintah subnasional, regional, dan lokal; lembaga terkait; pusat penelitian;
bisnis dan industri; dan masyarakat sipil. Kanada dan Tiongkok mengakui bahwa
lingkungan dan ekonomi berjalan beriringan, dan mereka tetap teguh dalam
dedikasi mereka terhadap kepemimpinan iklim dan optimalisasi energi bersih.
ix

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahma dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hubungan
Tiongkok dengan Kanada dalam Bidang Energi Bersih”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua penulis, yang telah menjadi sumber semangat untuk


terus menjadi lebih baik dari hari ke hari. Terima kasih atas bimbingan,
kasih sayang, pengorbanan dan doa bapak ibu yang tidak pernah
terputus untuk saya hingga saat ini. Mohon maaf apabila hingga saat ini
saya belum dapat membalas semua yang kalian berikan dan menjadi
seorang yang kalian harapkan.
2. Bapak Dr. Puji Wahono, M.Si selaku dosen pembimbing utama. Saya
ucapkan banyak terima kasih atas waktu, pikiran, perhatian, dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Agus Trihartono, S.Sos, MA., Ph,D selaku dosen pembimbing
anggota. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, waktu dan tenaga
yang kalian luangkan kepada saya demi membantu mengarahkan skripsi
saya untuk menjadi lebih baik.
4. Bapak Dr. Supriyadi M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas bimbingannya selama saya menjadi mahasiswa Universitas
Jember.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf karyawan di Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember
atas bantuan dan kontribusi ilmu selama penulis menjalani studi.
x

Terima kasih banyak untuk semua pihak yang telah memberikan kontribusi
kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Penulis sangat amat mengharapkan
kritik dan saran dari kalian dalam membuat skripsi ini menjadi lebih baik lagi, dan
semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi
seluruh pihak.

Jember, tanggal bulan 2020

Penulis
xi

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN..................................................................................................ii
MOTTO.................................................................................................................iii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
SKRIPSI..................................................................................................................v
PENGESAHAN.....................................................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................vii
PRAKATA.............................................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan..........................................................................4
1.2.1 Batasan Materi............................................................................................4
1.2.2 Batasan Waktu............................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................6
1.6 Kerangka Dasar Pemikiran.............................................................................6
1.6.1 Konsep Keamanan Energi (Energy Security).............................................7
1.7 Argumen Utama.............................................................................................10
1.8 Metode Penelitian...........................................................................................10
1.8.1 Metode Pengumpulan Data.......................................................................11
1.8.2 Metode Analisis Data...............................................................................12
1.9 Sistematika Penulisan....................................................................................12
BAB 2. GAMBARAN UMUM PEMAKAIAN ENERGI DI TIONGKOK....14
xii

2.1 Gambaran Umum Pemakaian Energi di Tiongkok.....................................14


2.2 Permasalahan Konsumsi Energi Tiongkok Terhadap Lingkungan...........20
2.3 Kebijakan Energi Tiongkok..........................................................................27
2.3.1 Fase Awal.................................................................................................27
2.3.2 Fase Pengembangan.................................................................................29
2.3.3 Fase Peningkatan......................................................................................30
BAB 3. HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN KANADA DALAM BIDANG
ENERGI BERSIH................................................................................................37
3.1 Kapasitas Kanada Sebagai Negara Penghasil Energi Bersih......................37
3.2 Gambaran Umum Hubungan Energi Tiongkok Dengan Kanada..............41
BAB 4. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENINGKATAN HUBUNGAN
TIONGKOK DENGAN KANADA DALAM BIDANG ENERGI BERSIH. .45
4.1 Faktor Politik..................................................................................................45
4.2 Faktor Ekonomi..............................................................................................48
4.3 Faktor Lingkungan........................................................................................51
BAB 5. KESIMPULAN.......................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prediksi Pemakaian Energi


Tiongkok.......................................................16

Tabel 2.2 Konsumsi Energi untuk Sektor Transportasi........................................23

Tabel 2.3 Konsumsi Energi untuk Sektor Industri...............................................24

Tabel 2.4 Konsumsi Energi untuk Sektor Pembangunan.....................................25

Tabel 2.5 Konsumsi Energi untuk Sektor Elektrik...............................................26

Tabel 2.6 Konsumsi Energi untuk Sektor Lainnya..............................................27


xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsumsi dan Produksi Minyak


Tiongkok............................................15
Gambar 2.2 Grafik Perkiraan Kenaikan Konsumsi Energi oleh
Tiongkok................17
Gambar 2.3 Investasi Asing Langsung antara Kanada dan
Tiongkok.......................19
Gambar 2.4 Lima Negara dengan kematian premature karena pencemaran udara di
2010..................................................................................................21
Gambar 2.5 Alur Kebijakan dan Pemerintahan Mengenai Lingkungan di
Tiongkok.29
Gambar 2.6 Rancangan Nasional oleh Tiongkok dalam Kontrol dan Pencegahan
Polusi.................................................................................................31
xv

DAFTAR SINGKATAN
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pesatnya pertumbuhan
perekonomian dan pasar Tiongkok mulai menarik perhatian negara-negara di
dunia, termasuk Kanada untuk bisa memulai hubungan diplomatik maupun
ekonomi dengan Pemerintah Tiongkok. Sebelum tahun 1960-an, Tiongkok dan
Kanada belum memiliki hubungan diplomatik. Dengan adanya potensi yang besar
dari pesatnya perekonomian Tiongkok, pada tahun 1968, Pemerintah Kanada
mulai berinisiatif dan berkomitmen untuk membuka hubungan diplomatik dengan
Pemerintah Tiongkok. Inisiatif dan komitmen untuk membuka hubungan
diplomatik tersebut dimulai pada tanggal 13 Oktober 1970 melalui Perdana
Menteri Pierre Elliott Trudeau yang menyatakan bahwa Pemerintah Kanada
mengakui kedaulatan Republik Rakyat Tiongkok. Dengan adanya pengakuan
tersebut, Pemerintah Kanada berharap akan bisa memulai perundingan guna
membentuk hubungan diplomatik.

Akan tetapi selama beberapa dekade awal hubungan antara kedua negara
Pemerintah Tiongkok sepertinya masih belum memberi respon yang cukup baik
bagi Pemerintah Kanada. Hal tersebut dibuktikan dengan masih tidak adanya
kemajuan komitmen dari Pemerintah Tiongkok untuk menjalin hubungan
diplomatik yang lebih intensif. Data dari Canadian Trade Investment and Activity:
Canada-China (Gauthier, 2013) menunjukan bahwa investasi langsung luar negeri
Tiongkok ke Kanada sejak tahun 1992 sampai tahun 2003 tetap dan tidak
mengalami peningkatan yang signifikanpertumbuhan investasi Tiongkok ke
Kanada tetap pada angka dibawah satu persen pertahunnya, namun setelah akhir
tahun 2000-an peningkatan hubungan investasi kedua negara mengalami
peningkatan yang signifikanterutama dalam bidang investasi energi bersih.

Kepentingan Tiongkok di sektor energi Kanada dilaporkan dalam


publikasi Asia Pacific Foundation Canada, “Fueling the Dragon, China’s Quest
for Energy Security and Canada’s Opportunities”(Chen and Wellman, 2005).

1
2

Publikasi tersebut merupakan tindak lanjut laporan tentang hubungan energi


Kanada-China atas lima tahun terakhir. Kanada dan Tiongkok mendefinisikan
energi sebagai salah satu prioritas kebijakan bilateral yang paling penting bagi
mereka dengan menandatangani kesepakatan bersama mengenai kerjasama energi
Kanada-Tiongkok.

Tiongkok mulai menunjukkan minat baru di sektor energi dan sumber


daya Kanada. Investasi besar mulai datang ke Kanada dan semua perusahaan
energi besar Tiongkok aktif mencari target investasi yang potensial. Pada bulan
Juni 2010, Presiden Tiongkok Hu Jintao melakukan kunjungan ke Kanada dan
bertemu dengan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper. Dalam kunjungannya,
Presiden Hu Jintao memberikan pidato untuk memperingati 40 tahun hubungan
bilateral kedua negara yang berjudul "Promote the All-round Development of the
China-Canada Strategic Partnership"(Ministry of Foreign Affairs the People’s
Republic of China, 2010) yang isinya memberikan pendapat serta saran tentang
bagaimana mempromosikan perkembangan hubungan China-Kanada kedepannya.

Presiden Hu Jintao mengusulkan lima proposal dalam akhir pidatonya


yaitu peningkatan volume perdagangan bilateral, mempromosikan investasi dua
arah, memperdalam hubungan dalam bidang energi dan sumber daya,
mengeksplorasi hubungan dalam area baru, dan meningkatkan perlindungan
dalam berbagai bentuk. Semenjak kunjungan Presiden China Hu Jintao pada
tahun 2010, hubungan diplomasi Tiongkok-Kanada mulai menjadi dua arah yang
ditandai dengan berbagai macam perjanjian yang ditandatangani oleh Pemerintah
Tiongkok – Kanada selama kunjungan Presiden Tiongkok Hu Jintao ke Kanada
(Ministry of Foreign Affairs the People’s Republic of China, 2010). Intensitas
hubungan pemerintah Tiongkok ke Kanada maupun dari Kanada ke China terus
mengalami pertumbuhan.

Presiden Tiongkok Hu Jintao berniat untuk melakukan analisis bersama


dan mengevaluasi potensi ekonomi bilateral dengan Pemerintah Kanada (Ministry
of Commerce of The RRC dan Foreign Affairs and International Trade Canada.
3

2012). Dalam kunjungannya, Presiden Tiongkok Hu Jianto juga bermaksud untuk


memulai diskusi yang lebih besar terkait masa depan hubungan bilateral antara
kedua negara. Setelah adanya kunjungan dan maksud yang baik dari Pemerintah
Tiongkok, pada bulan Februari 2012, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper
mengunjungi Beijing untuk membicarakan kembali komitmen kedua negara
dalam upaya membangun hubungan yang lebih intensif. Dalam pembicaraan
tersebut, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper menandatangani MOU dalam
bidang kerjasama energi yang menyediakan kerangka kerja untuk mengatasi
permasalan energi Tiongkok (Canada, 2012). Kunjungan Perdana Menteri
Stephen Harper ke Tiongkok pada tahun 2012 juga memberikan kontribusi yang
cukup besar. Pada kunjungan tersebut Perdana menteri Stephen Harper
menandatangani berbagai macam perjanjian terutama dalam bidang energi, sains
dan teknologi, dan SDA.

Jumlah peningkatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok


sejalan dengan rencana 12th Five-Year Plan (2011-2015), dimana pemerintah
Tiongkok menyuntikan dana $473.1 milyar dalam investasi energi bersih selama
lima tahun kedepan (Perkowski, 2012). Peningkatan jumlah investasi yang
dilakukan oleh pemerintah Tiongkok bertujuan untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yang terjadi akibat pemakaian energi batu bara di Tiongkok. Oleh
sebab itu pemerintahan Tiongkok mulai melakukan usaha-usaha atau alternatif
lain untuk menganti pemakaian energinya fossilnya yaitu dengan menggunakan
energi bersih. Akan tetapi pemerintah Tiongkok belum mempunyai kemampuan
dan sumber daya alam yang cukup oleh karena itu Tiongkok mulai melirik
Kanada yang kemudian menjadi salah satu negara tujuan Tiongkok untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Pemerintah Tiongkok mulai melirik Kanada
karena kondisi perekonomian dan politik Kanada yang lebih stabil dibandingkan
dengan negara-negara di Timur Tengah yang rawan konflik dengan kondisi politik
yang tidak stabil, membuat Tiongkok lebih memilih untuk berinvestasi di negara-
negara yang mempunyai sistem politik dan kondisi yang stabil untuk mengurangi
resiko kerugian. Kanada mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah
4

yang semakin dibutuhkan dalam penggunaan energi bersih dan juga Kanada
membuka pintu investasi yang lebar terutama dalam bidang energi bersih.

Dalam skripsi ini, penulis akan membahas mengenai alasan atau faktor-
faktor yang menjadikan Tiongkok baru merespon hubungan baik Kanada.
Penelitian ini menjadi menarik untuk diteliti, yang mana sebelumnya sikap
Pemerintah Tiongkok terhadap Kanada sejak tahun 1970-an cenderung pasif,
namun sejak awal abad ke 20 yang ditandai dengan munculnya komitmen
Presiden Tiongkok Hu Jintao menjadi era baru hubungan antara Tiongkok dengan
Kanada yang lebih aktif, intensif dan dua arah terutama dalam bidang investasi
energi bersih.

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


memutuskan untuk menulis dalam sebuah penelitian yang berjudul:
“PENINGKATAN HUBUNGAN TIONGKOK-KANADA DALAM BIDANG
ENERGI BERSIH”

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan pembatasan masalah untuk
meperjelas ruang lingkup materi yang akan menjadi inti dari pembahasan pada
penelitian. Batasan dalam ruang lingkup penelitian berisi hal-hal yang bersifat inti
yang akan dibahas oleh peneliti sehingga menjadikan penulisan lebih fokus dan
mencapai target penelitian. Dalam penelitian ini ruang lingkup pembahasan dibagi
dalam batasan materi dan batasan waktu.

1.2.1 Batasan Materi


Batasan materi dibutuhkan penulis untuk menentukan ruang pembahasan
objek yang dapat memberikan fokus terhadap penelitian dan menentukan garis
besar materi yang terdapat dalam karya tulis ini. Dalam karya ilmiah ini, penulis
menggunakan bahasan hubungan bilateral antara Tiongkok dengan Kanada
sebagai batasan materi. Alasan pemilihan batasan materi pada konteks hubungan
5

bilateral yaitu karena pada dasarnya, munculnya inisiatif dibangunnya hubungan


kerjasama antara Tiongkok dengan Kanada adalah alasan kepentingan bilateral.

1.2.2 Batasan Waktu


Batasan waktu dibutuhkan dalam sebuah karya tulis sebagai penanda
kapan sebuah penelitian dimulai dan berakhir. Dengan adanya batasan waktu
maka permasalahan yang ditulis dalam karya tulis akan menjadi runut.

Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan batasan waktu yang dimulai
tahun 2010 dan diakhiri pada tahun 2018. Alasan pemilihan dimulai tahun 2010
yaitu pada tahun tersebut adalah tahun munculnya inisiatif Tiongkok untuk
melakukan pengkajian dalam rangka peningkatan hubungan dengan Kanada.
Tahun 2010 juga merupakan awal adanya peningkatan hubungan antara Tiongkok
dengan Kanada yang ditandai adanya kunjungan Presiden Tiongkok Hu Jianto ke
Kanada. Tahun 2010 juga merupakan tahun dimana hubungan bilateral antara
Tiongkok dengan Kanada mulai meningkat secara signifikan terutama dalam
sektor investasi energi terbarukan jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan alasan pemilihan batasan waktu hingga tahun 2018 yaitu karena data-
data yang tersedia dilapangan hanya hingga tahun 2018.

1.3 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dalam sebuah karya tulis ilmiah bertujuan untuk
mengubah permasalahan dalam bentuk yang lebih terfokus, hal ini untuk
mempermudah proses menganalisa suatu permasalahan terhadap sebuah objek
yang akan diteliti. Rumusan masalah tidak terpisahkan dengan penjelasan yang
telah disampaikan dalam latar belakang masalah (Priyono, 2016: 51).
Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa hubungan antara Kanada
dengan Tiongkok sebelum tahun 2010 memiliki kapasitas yang sangat kecil.
Terlebih lagi hubungan antara Tiongkok dan Kanada pada tahun 2010 bersifat
satu arah, dimana Kanada adalah pihak yang aktif dalam upayanya membangun
hubungan yang lebih besar. Sementara Tiongkok selalu menujukkan sifat pasif,
akan tetapi pada tahun 2010, setelah kunjungan presiden Tiongkok, Hu Jintao ke
Kanada, Tiongkok menjadi aktif dalam upaya membangun hubungan Tiongkok-
6

Kanada. Hubungan bilateral kedua negara tersebut juga terus meningkat pasca
kunjungan presiden Tiongkok Hu Jintao ke Kanada terutama dalam bidang energi
bersih. Dengan adanya fakta tersebut peneliti tertarik untuk merumuskan masalah
permasalahan sebagai berikut:
“Mengapa terjadi peningkatan kerjasama antara Tiongkok dengan Kanada
dalam bidang energi bersih?”

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui untuk
mengetahui faktor-faktor atau alasan yang mendorong Tiongkok untuk melakukan
peningkatan kerjasama dengan Kanada dalam bidang energi bersih.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian disebut juga signifikansi penelitian. Manfaat penelitian
memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan dicapai, baik untuk kepentingan
ilmu, kebijakan pemerintah, maupun masyarakat luas (Universitas Jember,
2016:48). Berdasarkan pengertian tersebut manfaat dari penelitian ini diharapkan
mampu memberikan perkembangan bagi studi Ilmu Hubungan Internasional
terutama pada kajian studi keamanan.

1.6 Kerangka Dasar Pemikiran


Kerangka dasar pemikiran harus terdapat dalam setiap penulisan karya
ilmiah, karena kerangka dasar pemikiran menunjukkan posisi penulis dari sudut
pandangan mana dia melihat pada apa yang ditelitinya. Kerangka pemikiran harus
terdapat dalam setiap penulisan karya ilmiah.

Kerangka dasar pemikiran dapat berupa konsep-konsep atau teori yang


disusun secara sistematis untuk membantu penulisan dan pemahaman analisis
yang dilakukan. Konsep merupakan abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat
suatu objek, atau suatu fenomena tertentu. Konsep adalah suatu kata yang
melambungkan gagasan, bukan sesuatu hal asing dan digunakan sehari-hari untuk
menyederhanakan kenyataan yang kompleks dengan mengkategorikan hal-hal
7

yang kita temui berdasarkan ciri-ciri relevansinya bagi kita[CITATION Mas90 \l 1033
]. Sedangkan menurut Robert K. Yin (2011) konsep-konsep dalam suatu kerangka
pemikiran dapat menunjukkan atau memuat suatu abstraksi teori yang kemudian
dapat membantu menganalisis fenomena yang ada.

American Herigate Dictionary mendefinisikan teori sebagai ilmu


pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang dapat diterapkan secara realtif
pada berbagai situasi khususnya terdiri dari sebuah sistem asumsi, prinsip-prinsip
yang diterima dan peraturan yang berguna untuk menganalisis, memprediksi atau
menjelaskan sifat atau tingkah laku suatu fenomena tertentu [CITATION Det04 \l
1033 ].

Berlandaskan itulah maka penulis disini menggunakan konsep Keamanan Energi


(Energy Security)

1.6.1 Konsep Keamanan Energi (Energy Security)


Menurut Daniel Yergin, ketahanan energi (energy security) merupakan
sebuah konsep dimana sebuah negara mampu mempertahankan diri dan
melakukan pembangunan dengan mengutamakan keamanan dan ketersediaan
cadangan energi yang memadai dengan harga yang terjangkau, baik minyak
ataupun variasi jenis energi lainnya.(Daniel Yergin, 2006:6)

Definisi energy security sendiri telah mengalami berbagai macam


perubahan. Pada periode pasca oil shock tahun 1970-an, membuat para ahli
kembali memikirkan ulang definisi dari energy security. Menurut Daniel Yergin
definisi energy security harus di pikirkan kembali, karena paradigma energy
security selama tiga dekade terakhir terlalu terbatas dan harus di perluas dengan
memperlibatkan berbagai macam faktor baru. Bahkan harus diakui bahwa energy
security tidak bisa berdiri sendiri akan tetapi ada karena hubungan antar negara
dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain (Daniel Yergin, 2006:69).

Menurut Daniel Yergin bahwa negara-negara industri besar pada akhirnya


akan menghadapi dua permasalahan utama yaitu energi dan keamanan, dan energi
dan lingkungan. Bentrokan luas antara keamanan energi dan kesejahteraan
8

ekonomi di satu sisi, dan kekhawatiran tentang lingkungan di pihak lain. (Daniel
Yergin, 1991:779):

Seperti yang telah di prediksi Daniel Yergin.Tiongkok sebagai salah satu


negara industri terbesar di dunia mulai menghadapi masalah lingkungan akibat
pemakaian energi fossil yang terlalu besar, dimana 70 % sumber roda penggerak
perekonomian Tiongkok menggunakan energi batu bara dan semakin meningkat
tiap tahunnya. Penggunaan energi tersebut telah menyebabkan dampak yang
negatif bagi pemerintah Tiongkok, untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah
Tiongkok mulai menggunakansumber energi alternatif yang mempunyai potensi
cukup besar untuk menanggulangi permasalahan lingkungan di Tiongkok.

Daniel Yergin menjelaskan tentang pentingnya diversifikasi energi, bahwa


diversifikasi akan tetap menjadi prinsip awal yang mendasar dari keamanan energi
untuk minyak dan gas. Namun, hari ini, kemungkinan juga akan membutuhkan
pengembangan generasi baru tenaga nuklir dan teknologi batubara bersih dan
mendorong peran yang berkembang untuk berbagai sumber energi terbarukan
karena mereka menjadi lebih kompetitif. Ini juga akan memerlukan investasi
dalam teknologi baru, mulai dari yang jangka pendek, seperti konversi gas alam
menjadi bahan bakar cair, hingga yang masih di laboratorium, seperti rekayasa
biologis pasokan energi. Investasi dalam teknologi sepanjang spektrum energi
sedang melonjak hari ini, dan ini akan memiliki efek positif tidak hanya pada
gambaran energi masa depan tetapi juga pada lingkungan.

Artinya, diversifikasi yang dilakukan pada dasarnya untuk menjaga


ketahanan energi minyak dan gas yang mulai menipis, yang berarti juga
mengurangi ketergantungan terhadap kedua energi tak terbarukan tersebut. Untuk
itu, pada saat sekarang ini diperlukan pengembangan generasi baru dari energi
nuklir dan teknologi batubara bersih, yang dapat mendorong peran dari sumber
energi baru sehingga lebih kompetitif. Hal ini akan memberikan efek positif tidak
hanya pada gambaran energi di masa depan, tetapi juga pada lingkungan.
Ketahanan energi akan terhalang ketika pasokan energi berkurang atau terganggu
di beberapa tempat hingga menyebabkan suatu kenaikan harga yang tiba-tiba dan
9

signifikan. Keamananan pasokan energi merupakan hal yang paling fundamental


untuk mempertahankan kesinambungan pembangunan ekonomi. Kapasitas energi
yang terbatas akan berdampak pada potensi produksi yang pada gilirannya dapat
menjadi penghalang di dalam menopang pembangunan ekonomi jangka panjang.

Sejalan dengan definisi dari Daniel Yergin, China sebagai negara sebuah
harus mencari sebuah solusi ataupun aleternatif-alternatif lain dalam menghadapi
perubahan energi yang akan berdampak pada ekonomi, ekologi serta keamanan
China. Melihat hal ini China mengambil sikap untuk memenuhi pasokan
energinya dengan menggunakan pemakaian energi bersih. China mulai
mengurangi penggunaan bahan bakar fossil. Pemerintah mendorong
pengembangan dan penggunaan energi bersih, juga pemanfaatan energi alternatif
yang lebih ramah lingkungan, hal ini dilakukan untuk menjaga keberagaman
energi itu sendiri, upaya ini disebut diversifikasi energi.

Diversifikasi energi adalah penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan


berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi. Ketahanan
energi merupakan tujuan penting dari kebijakan energi di banyak negara di dunia.
China sendiri melalui rencana 12th Year-Plant China mulai mengurangi
pemakaian bahan bakar fosil dan mengembangkan energi terbarukan sebagai salah
satu energi alternatif. Lebih lanjut, Daniel Yergin dalam jurnal Ensuring Energy
Security, menjelaskan mengenai interdependensi dalam ketahan energi. Dalam
dunia yang semakin saling ketergantungan, keamanan energi akan sangat
bergantung pada bagaimana negara mengelola hubungan mereka satu sama lain,
baik secara bilateral maupun dalam kerangka kerja multilateral. Dan itu
membutuhkan tidak hanya melihat dari sudut, tetapi juga di luar pasang surut
siklus baik realitas sistem energi global yang semakin kompleks dan terintegrasi
dan hubungan antara negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya.

Artinya, pada lingkup global, meningkatnya saling ketergantungan dalam


ketahanan energi, akan terlihat pada seberapa banyak dan bagaimana negara-
negara mengelola hubungan mereka satu sama lain, baik secara bilateral maupun
multilateral. Tidak hanya dari satu permasalahan, tapi diperlukan perhatian atau
10

pandangan yang menyeluruh dalam melihat sistem energi global yang semakin
kompleks dan terintegrasi, juga hubungan antara negara-negara yang
berpartisipasi di dalamnya.

Peran pemerintah dalam membangun hubungan baik dengan suatu negara


pengekspor energi akan sangat diperlukan untuk bisa menjamin aliran suplai dan
diversifikasi energi. Negara pengimpor dapat memunculkan ketergantungan
dalam bidang perdagangan barang yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh negara
pengekspor, selain itu investasi ataupun bantuan pembangunan yang dilakukan
oleh negara pengimpor ke negara pengekspor merupakan salah satu langkah yang
dapat dilakukan oleh pemerintah.

1.7 Argumen Utama


Argumen utama adalah dugaan atau jawaban sementara dari analisa
permasalahan penelitian. Dengan mengacu pada latar belakang, rumusan masalah,
dan konsep yang telah dipaparkan, maka argumen utama penulis adalah sebagai
berikut:
Alasan peningkatan hubungan China dengan Kanada dalam investasi
bidang energi bersih karea China mulai melihat Kanada sebagai sebuah negara
yang memiliki nilai sumber daya serta teknologi untuk membantu mengatasi
permasalahan keamanan energi dan pembangunan ekonomi di China. Dalam
kasus ini China sebagai salah satu negara industri terbesar, selama beberapa
dekade terakhir ini tumbuh sebagai negara industri terbesar di dunia tanpa
memperhatikan dampak pembanguan yang terlalu cepat sehingga memberi
dampak negatif bagi pemerintah China. Dengan adanya permasalahan tersebut,
Pemerintah China mulai merespon dan mengintensifkan serta meningkatkan
kapasitas hubungan bilateral antara kedua negara terutama dalam investasi dan
kerjasama bidang energi bersih dan terbarukan.

1.8 Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah karya
tulis ilmiah untuk memperoleh informasi dan menganalisisnya berdasarkan
11

rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam karya tulis ilmiah
adanya metode penelitian menjadikan karya tulis ilmiah lebih terstruktur dengan
baik. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data dan kondisi data yang dikumpulkan, serta dengan cara
bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah
melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang pada kegiatan yang
dapat memberikan jawaban yang diteliti terhadap pertanyaan-pertanyaan
penelitian.

Metode berkenaan dengan prosedur bagaimana pengetahuan tentang


fenomena hubungan internasional diperoleh. Pendekatan keilmuan dari sebuah
penelitian menjadi penting, sehingga penemuan esensi dari sebuah fenomena
hubungan internasipnal bisa di ketahui. Pendekatakan keilmuan sangat berkaitan
dengan metode. Definisi metode menurut The Liang Gie, yaitu

“....cara atau langkah yang berulang kali sehingga menjadi pola


untuk menggali pengetahuan tentang suatu gejala pada ujung
awalnya. Ini merupakan cara atau langkah untuk mengumpulkan
data-data, sedangkan pada ujung akhirnya untuk meluruskan
kebenaran dari pertanyaan-pertanyaan yang disebut mengenai
suatu gelaja tersebut.”[CITATION Gie97 \l 1033 ]
Berdasarkan definisi metode menurut The Liang Gie, maka metode
penelitian menjadi acuan penulis untuk menganalisis dan menjawab suatu
permasalahan sehingga didapatkan pola yang berkaitan dengan jawaban
permasalahan yang diajukan. Metode penelitian mencakup dua tahap yakni
pengumpulan data dan analisis data.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data


Data merupakan sumber informasi yang sangat penting guna menguatkan
argumen dalam penelitian. Setiap argumen atau pertanyaan yang ditulis haruslah
didasari dengan adanya data-data yang valid, tanpa adanya data maka pernyataan
dalam penelitian tidak mampu dipertanggungjawabkan dan tidak terbukti
kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi literatur
12

untuk mengumpulkan data. Metode studi literatur tidak mengharuskan peneliti


untuk melakukan observasi lapang akan tetapi cukup merujuk pada informasi-
informasi yang sudah ada dari penelitian lain yang dianggap relevan terhadap isu
atau fenomena yang dianalisis. Merujuk pada studi literatur maka sumber data
merupakan data-data sekunder yang menjadi rujukan peneliti, adalah;

1. Perpustakaan Pusat Universitas Jember;


2. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember;
3. Buku, Artikel, Jurnal;
4. Media Internet.
1.8.2 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain[ CITATION Mol13 \l 1033 ].

Dalam penelitian skripsi ini, metode analisis data yang digunakan penulis
adalah metode analisis deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian deskriptif
berupaya untuk menggambarkan fakta-fakta dengan memberi data yang akurat
dan tepat. Penggunaan metode deskriptif kualitatif dalam penelitian dilakukan
dengan menganalisis fenomena mengenai Peningkatan Hubungan China Dengan
Kanada Dalam Bidang Energi Bersih

1.9 Sistematika Penulisan


Bab 1. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, ruang lingkup pembahasan,


rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, argumen utama, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2. Gambaran Umum Pengunaan Energi China


13

Dalam bab ini, penulis membahasa kondisi dalam negeri China. Kondisi
dalam negeri yang akan dibahas difokuskan pada pemakaian energi, dan masalah
masalah yang dihadapi China akibat pemakaian energi yang terlalu besar.

Bab 3. Hubungan Energi China-Kanada


Dalam bab ini, penulis membahas hubungan China dengan Kanada sebelum
tahun 2010.

Bab 4. Faktor-faktor Pendorong Peningkatan Hubungan China-Kanada


Dalam Bidang Energi Bersih
Bab ini akan membahas alasan atau faktor-faktor yang mendorong
pemerintah China untuk melakukan penjajakan hingga melakukan peningkatan
hubungan bilateral dengan Kanada.

Bab 5. Kesimpulan
Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dan uraian yang telah dituliskan
pada bab-bab sebelumnya.
BAB 2. GAMBARAN UMUM PEMAKAIAN ENERGI DI CHINA

Bab ini menguraikan bagaimana penggunaan energi di China secara umum


dan permasalahan yang terjadi akibat pemakaian energi tersebut. China sebagai
salah satu negara industri terbesar di dunia, memakai energi yang sangat besar
untuk mendorong laju perekonomian, industri dan kehidupan di negara tersebut.
Saat ini dengan pemakaian energi yang sangat besar mulai menimbulkan dampak
yang mengkhawatirkan baik dari segi lingkungan maupun kesehatan masyarakat
China. Kondisi lingkungan yang mengkawatirkan ini membuat pemerintah China
mulai serius untuk menangulangi permasalahan ini.

2.1 Gambaran Umum Pemakaian Energi di China


Energi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap negara untuk menjalankan
roda perekonomian dan kehidupannya. Mulai dari kebutuhan rumah tangga dasar,
transportasi dan industri. Pasca liberalisasi ekonomi di masa pemerintahan Deng
Xiaoping pada tahun 1987, Tingkok muncul sebagai salah satu negara raksasa
ekonomi baru dengan peningkatan konsumsi energi yang sangat besar.
Perekonomian Tingkok yang mengalami perkembangan yang sangat pesat
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap besarnya permintaan energi untuk
mendukung laju industrialisasi di negara tersebut. Impor produk minyak dan
minyak mentah antara tahun 1993 dan 1996 mengakhiri permasalahan keamanan
energi china. Bahkan Menurut data IEA China terus mengalami ketergantungan
impor minyak karena tingginya permintaan minyak seperti dalam grafik gambar
di bawah ini:
15

Gambar 2.1 Konsumsi dan Produksi Minyak China


(Sumber : IEA, https://www.eia.gov/beta/international/analysis.php?iso=CHN )

Menurut IEA pada tahun 2010 menobatkan china sebagai negara dengan
tingkat konsumsi energi terbesar ke dua di dunia. Hal ini membangkitkan
kesadaran dunia akan dampak dan prospek pemakaian energi china. Hampir
semua sektor energi di china mengalami peningkatan menurut sebuah studi yang
berjudul A Review of China Energy Consumption Structure and Outlook Based on
Long-Range Energy Alternatives Modeling Tool (Dong et al., 2017).
Memperkirakan bahwa akan ada peningkatan permintaan lima konsumsi energi
primer utama di China yaitu minyak, gas, batu bara, nuklir dan energi terbarukan.

Dalam laporan tersebut memperkirakan bahwa peningkatan konsumsi energi


di China selama beberapa dekade terakhir ini akan memunculkan kekhawatiran
yang sangat besar tentang struktur pemakaian energi dunia. Prediksi tentang
peningkatan pemakaian energi China dalam semua sektor juga dijelaskan dalam
sebuah studi yang berjudul Energy Consumption in China : Past Trends and
Future Directions (Crompton and Wu, 2005) memproyeksikan bahwa
perekonomian china yang terus meningkat dengan rata-rata penigkatan 7%-8%
pertahun akan semakin memperbanyak pemakaian konsumsi energi, dalam semua
16

sektor energi. Prediksi pemakaian konsumsi energi China dapat dilihat dalam
tabel berikut:

Tabel 2.1 Prediksi Pemakaian Energi China

(Sumber : Paul Crompton & Yanrui Wu)

Akan tetapi, konsumsi energi China melampaui prediksi yang telah dibuat
oleh beberapa pakar tersebut. Dengan meningkatnya jumlah penduduk China dan
proses industrialisasi yang semakin meningkat akan selalu memberikan dampak
pada peningkatan konsumsi kebutuhan energi China. Studi yang dilakukan oleh
Dong (Dong et al., 2017) juga menunjukan bahwa dengan meningkatnya sektor-
sektor industri serta transportasi akan menjadi penyebab utama peningkatan
komsumsi energi.

Meskipun demikian, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya


pemakaian energi baik itu oleh perkembangan sosial ekonomi, urbanisasi dan
modernisasi serta ketersedian sumber daya alam serta permasalahan lingkungan
17

yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan


masyarakat China. Terutama setelah China masuk menjadi anggota WTO pada
tahun 2001, hanya dalam enam tahun pemerintah china masuk ke WTO, export
china meningkat dengan rata-rata 29% pertahun. Pertumbuhan impor 28% per
tahun. Bahkan menurut data China Energy Future: Reaching for a Clean World
(David, Michael, Sam Zhou, Winyi Wu, 2013) pada tahun 2010 china telah
menjadi negara pemakai energi terbesar di dunia melebihi Jepang, India, Uni
Eropa, dan Amerika Serikat. Peningkatan konsumsi energi di China diperkirakan
akan terus meningkat.

Gambar 2.2 Grafik Perkiraan Kenaikan Konsumsi Energi oleh China


(Sumber : BCG, 2013)

China sebagai sebuah negara yang mengalami perkembangan yang sangat


cepat, dengan jumlah penduduk yang sangat besar serta terus melajunya proses
modernisasi dalam semua sektor tidak bisa dipungkiri bahwa China harus
memikirkan langkah kedepan dalam permasalan pemakaian energi yang semakin
meningkat. Permasalahan ini harus ditangani oleh pemerintah China dengan
kebijakan dan strategi yang tepat. Dengan berbagai masalah tentang
18

ketergantungan China akan bahan bakar minyak serta berbagai masalah karena
keterbatasan sumber daya alam dan lingkungan. Dengan perkembangan energi
dunia yang tidak menentu, keamanan energi tentu harus menjadi hal yang
diprioritaskan oleh pemerintah China. Sebagai sebuah negara yang sedang
mengalami perkembangan perekonomian yang sangat pesat, pemerintah China
perlu mempertimbangkan kebijakan energi yang strategis baik dalam ranah
domestik dan global. Karena tidak dapat dipungkiri dengan munculnya China
sebagai salah satu aktor global dengan kekuatan ekonomi yang besar, kebijakan
energi yang dikeluarkan oleh china akan memperngaruhi pasar energi dunia.

Semenjak era reformasi pemerintah China telah mendorong kebijakan yang


bersifat lebih terbuka terhadap dunia luar yang mendorong China untuk lebih
terbuka terhadap dunia luar. Dengan keterbukaan pemerintah China terhadap
dunia luar serta dilakukan perubahan terhadap sistem perekonomiannya telah
mendorong serta meningkatkan produktivitas iklim perekonomian di negara
China, akan tetapi dengan keterbatasan sumber daya alam untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerintah China harus memilih
kebijakan dan strategi yang tepat sasaran dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang akan terjadi kedepannya untuk memenuhi butuhan sumber
daya energi yang berkelanjutan. Hal inilah yang menjadi pendorong munculnya
kebijakan energi China untuk mencapai kemanan energi yang di butuhkannya.

Pertumbuhan ekonomi China selama ini tidak bisa dipungkiri telah


memberikan dampak yang besar terhadap pemakaian energi, peningkatan
permintaan energi untuk menyokong laju industrialisasi di negara
tersebut.Menurut data Canada’s Trade Policy and Economi With China (Holden,
2008) pertumbuhan perekonomian China akan semakin semakin meningkat.
Namun jumlah konsumsi energi di china terus meningkat, Dengan populasi lebih
dari 1.3 milyar dan pertumbuhan ekonomi selama dua dekade terakhir rata-rata
8%, kebutuhan China akan energi muncul untuk memenuhi sektor industri dan
ekonomi serta perumahan akan terus meningkat(Crompton and Wu, 2005). Akan
tetapi, Karena lebih dari 70 persen pemakaian energi di China berasal dari
19

pemakaian batu bara, yang menghasilkan lebih banyak polutan dibanding dengan
energi lainnya (Florig, 1997:3). Pemakaian energi yang tidak merata di china
mulai mengakibatkan beberapa dampak buruk di china baik dari segi lingkungan,
kesehatan maupun perekonomian. Penggunaan bahan bakar fosil selama beberapa
dekade untuk menyokong pertumbuhan perekonomian China telah membawa
dampak buruk. Peningkatan pemakaian bahan bakar fosil yang sangat tinggi tanpa
di ikuti dengan rencana jangka panjang telah membuat pemerintah china dalam
kondisi yang sulit

Karena tidak meratanya pemakaian sumber energi di China akibat


condongnya penggunaan bahan bakar batu bara sebagai sumber utama penggerak
roda perekonomian negara tersebut akan mengancam keamanan energi China
karena kurangnya alternatif sumber energi lainnya akibat pemakaian bahan bakar
batu bara sebagai sumber energi utama dalam beberapa tahun terakhir telah
mengancam keamanan pasokan energi China.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Tingkok mulai


melakukan investasi dan divesifikasi pemakaian energi

Gambar 2.3 Investasi Asing Langsung antara Kanada dan China


Sumber: https://lop.parl.ca/Content/LOP/ResearchPublications/2013-55-s-e.htm
20

Pada gambar tersebut, menunjukkan pertumbuhan investasi baik itu


Kanada terhadap China dan sebaliknya dari tahun ke tahun. Stok investasi
langsung Kanada di Tiongkok pada 2017: $ 10,7 miliar, naik 3,9% dari 2016, hal
ini dapat dipahami bahwa terjadi penaikan interaksi investasi oleh Kanada
terhadap China. Dari sumber yang sama diperoleh data, memberikan penjelasan
bahwa Tingkok sebagai tujuan untuk investasi langsung asing Kanada di antara
127 negara untuk 2017: terbesar ke-15. Sedangkan Stok investasi langsung
Tingkok di Kanada pada 2017: $ 16,4 miliar, naik 7,5% dari 2016. Tingkok
sebagai sumber investasi langsung asing di Kanada di antara 59 negara yang
datanya tersedia untuk 2017: terbesar ke-9. Terjadinya kenaikan ini dapat
dipahami sebagai semakin meningkatnya interaksi antar negara untuk saling
bekerjasama.

2.2 Permasalahan Konsumsi Energi China Terhadap Lingkungan


Karakteristik konsumsi energi China yang di dominasi oleh batu bara telah
mengakibatkan berbagai macam masalah, permasalahan lingkungan yang
diakibatkan karena peningkatan penggunaan sumber daya fosil yang sangat besat
menimbulkan permasalahan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan
pemerintah China. Penggunaan bahan bakar batu bara secara besar-besaran
selama beberapa dekade terakhir telah menjadi penyebab polusi yang
mempengaruhi semua aspek lingkungan. Hal ini mengancam kesehatan dan
lingkungan baik dalam skala lokal maupun global karena bahaya yang diakibatkan
dapat mempengaruhi iklim global.

Menurut data dari Energy and Environmental Problems behind China’s


High Economic Growth – A Comprehensive Study of Medium- and Long-term
Problems, Measures and International Cooperation (Li, 2003). China merupakan
salah satu negara penghasil polusi terbesar dunia dengan jumlah polusi SO2
sekitar 20 juta ton setiap tahun, sekitar 66% atau 240 juta orang terkena dampak
dari polusi udara, hujan asam melanda 30% wilayah China bahkan sampai ke
wilayah Jepang dan semenanjung Korea. Serta mencemari 90% air perkotaan dan
70% sungai telah tercemar polusi. Sebagai contohnya berkurangnya aliran Sungai
21

Kuning (Huanghe) yang mempengaruhi 400 kota dari 668 kota yang dilewati
sungai tersebut.

Berdasarkan laporan Energy and Environmental Problems behind China’s


High Economic Growth (Li, 2003:3), 66 % atau 240 juta penduduk China
terpapar polusi udara. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa partikel
polusi udara dapat diasosiasikan dengan peningkatan resiko pembentukan
penyakit pernapasan dan penyakit jantung, peningkatan kanker paru-paru, radang
paru-paru dan peningkatan kematian (Liang and Feng, 2015). Angka kematian
yang diakibatkan oleh polusi udara di china menempati posisi tertinggi di dunia,
sekitar 1 juta kematian pertahun (Amos, 2012)

Gambar 2.4 Lima Negara dengan kematian premature karena pencemaran udara di
2010
Sumber: https://www.theatlas.com/charts/EkYGljPA

Dengan semakin banyaknya korban yang berjatuhan akibat polusi di China


terutama yang disebabkan oleh polusi udara membuat pemerintah China semakin
memprioritaskan permasalahan mengenai polusi, puncaknya adalah dengan
adanya kejadian luar biasa yang terjadi pada awal tahun 2013 yang merupakan
polusi udara terburuk yang terjadi di China dalam 52 tahun terakhir, dengan 13
provinsi tercatat dengan level polusi udara tertinggi (Fung Jimmy, 2013). Menurut
data dari artikel tersebut kualitas udara di China telah mencapai level yang sangat
buruk dimana pemerintah tidak dapat menutupi permasalahan lingkungan yang
22

sedang terjadi, kabut asap menutupi setengah wilayah Tingkok dan sebagian besar
wilayah selatan mengalami kondisi terparah mengakibatkan terhentinya berbagai
macam aktivitas seperti sekolahan dan konstruksi di beberapa kota terbesar di
Tingkok seperti Shanghai, Jiansu, Henan, dan Shangdong.

Permasalahan utama lingkungan di China umumnya disebabkan karena


pemakaian batu bara dalam proses industri pada saat awal perkembangan ekonomi
China. Akan tetapi dalam beberapa akhir tahun ini emisi gas buang menjadi
masalah yang semakin meningkat terutama di wilayah perkotaan, terutama kota
besar menjadi salah satu penyumbang utama peningkatan polusi. Untuk bisa lebih
jelas melihat permasalahan polusi dapat dibagi menjadi beberapa sektor,
diantaranya adalah:

1. Sektor Transportasi

Tiongkok saat ini sedang dalam tahap pengembangan urbanisasi yang cepat
(Lin dan Du 2015), demikian transportasi, sektor ini menyumbang bagian terbesar
dari konsumsi energi di Tiongkok, dengan sekitar 8,2% dari total konsumsi energi
pada 2013. Selanjutnya, pada periode 1990-2013, permintaan energi sektor
transportasi Tiongkok meningkat secara bertahap dari 34 Mtoe2 (pada 1990)
hingga 249 Mtoe (pada 2013), dengan bagiannya dalam total energi yang
dikonsumsi naik dari 4,0% (pada 1990) menjadi 8,2% (pada 2013) (dapat dilihat
pada tabel 2.2).
Selain itu, komponen energi terpenting yang digunakan oleh sektor
transportasi adalah minyak, dan permintaan minyak dari sektor transportasi
meningkat dari 71% (pada 1990) menjadi 91% (pada 2013). Sebaliknya, pangsa
batubara dalam total energi transportasi yang dikonsumsi menurun secara
dramatis dari 29% (pada 1990) menjadi 1% (pada 2013), hanya karena perubahan
dari lokomotif bertenaga batubara (uap) menjadi diesel dan kereta listrik. Selain
itu, dengan latar belakang tujuan konservasi energi dan pengurangan emisi
nasional China, terutama mengingat cara mencapai target pengurangan emisi

2
Million Tonnes Oil Equivalent atau setara dengan juta ton minyak, didefinisikan sebagai jumlah
energi yang dilepaskan dengan membakar satu ton (1000 Kilogram) minyak mentah.
23

sebagaimana dikemukakan dalam '' Rencana Lima Tahun ke-12 '' (Lin dan Du
2015), bahan bakar yang jauh lebih bersih (misalnya gas dan energi terbarukan)
digunakan di sektor transportasi Tiongkok. Ketiga bahan bakar (gas, listrik, dan
energi terbarukan) ini masing-masing menyumbang 5%, 2%, dan 1% dari
kebutuhan energi transportasi, pada tahun 2013 meskipun masih dapat dianggap
rendah. Berikut penjelasan;
Tabel 2.2 Konsumsi Energi untuk Sektor Transportasi

Sumber (Springer, 2017)

2. Sektor Industri
Pada tahap industrialisasi Tiongkok, pertumbuhan ekonomi didominasi oleh
sektor industri (Ouyang dan Lin 2015). Pentingnya sektor industri oleh China
disorot oleh perannya dalam menyediakan peluang kerja besar-besaran dan bahan
baku selama proses industrialisasi dan urbanisasi. Dengan pesatnya perkembangan
sektor industri China, konsumsi energi oleh sektor industri telah meningkat pesat
selama dua dekade terakhir, meningkat dari 245 Mtoe (pada 1990) menjadi 881
Mtoe (pada 2013), dan bagian di China total energi yang dikonsumsi naik dari
27,9% (pada 1990) hingga 29,0% (pada 2013) (Tabel 2.3). Khususnya, penurunan
penggunaan energi final industri terjadi selama periode 1995-2000, terutama
karena restrukturisasi kepemilikan dalam industri negara Tiongkok diperkenalkan
(CEIC 2014).
Batubara telah mendominasi struktur konsumsi energi di sektor industri
Tiongkok sejak lama (Ouyang dan Lin 2015); Namun, proporsi penggunaan
energi final industri menurun terus menerus dari 74% (pada 1990) menjadi 54%
(pada 2013). Sementara itu, permintaan energi sektor industri China untuk minyak
dan gas tidak besar, dengan bagiannya masing-masing 7% dan 3% pada 2013.
24

Selain itu, proporsi energi yang dikonsumsi dalam pembangkit tenaga listrik
meningkat secara dramatis dari 17% (pada 1990) menjadi 36% (pada 2013);

Tabel 2.3 Konsumsi Energi untuk Sektor Industri

Sumber (Springer, 2017)

3. Sektor Pembangunan

China juga merupakan konsumen energi bangunan terbesar kedua di dunia


(IEA 2015). Tidak diragukan lagi, konsumsi energi yang terkait dengan sektor
bangunan Tiongkok tidak dapat dihindari telah menunjukkan tren kenaikan
seiring dengan proses industrialisasi dan urbanisasi, dan meningkat secara
bertahap dari 314 Mtoe (pada 1990) menjadi 506 Mtoe (pada 2013); namun,
bagiannya dalam total energi yang dikonsumsi turun dari 35,7% (pada 1990)
menjadi 16,7% (pada 2013) (Tabel 2.4).

Di sektor bangunan, energi digunakan untuk peralatan, menyediakan pemanas,


pendingin, penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya (Zhang, 2015). Jenis
energi di BS telah menunjukkan tren yang beragam. Pada periode 1990-2013,
pangsa minyak, gas dan listrik tumbuh dari 2% menjadi 9%, 1% menjadi 7%, dan
2% menjadi 26%, masing-masing. Sebaliknya, pangsa batubara dan energi
terbarukan menurun dari masing-masing 29% menjadi 15% dan 66% menjadi
43%;
25

Tabel 2.4 Konsumsi Energi untuk Sektor Pembangunan

Sumber (Springer, 2017)

4. Sektor Elektrik

Karena populasi yang besar, perkembangan ekonomi yang cepat, serta


proses urbanisasi dan industrialisasi, Tingkok memiliki permintaan listrik yang
jauh lebih tinggi daripada sebelumnya (Shiu dan Lam 2004; Yuan dkk. 2007;
Zhou dkk. 2015). Konsumsi energi oleh sektor energi China telah melonjak dan
terus meningkat dengan cepat sejak 1990, dari 181 Mtoe (pada 1990) menjadi
1218 Mtoe (pada 2013), dengan bagiannya dalam total konsumsi energi dalam
negeri naik dari 20,6% (pada 1990) menjadi 40,1% (pada 2013) (Tabel 2.5).

Batubara sangat berlimpah dan tenaga panas menyumbang sebagian besar


dalam metode pembangkit listrik yang berbeda di Tingkok, sehingga selalu
menjadi yang utama sumber pembangkit listrik. Pada 2013, itu menyumbang 86%
dari energi pembangkit listrik. Selain itu, dengan pengembangan jaringan mikro,
jaringan pintar, dan konsep, teknik, dan sistem yang terkait dengan energi pintar,
serta penetrasi energi lain, beberapa metode pembangkit listrik yang tidak
konvensional telah diterapkan di Tingkok, seperti tenaga listrik terbarukan (tenaga
angin, fotovoltaik tenaga surya dan tenaga air, dll.) (Chang et al. 2015; Yang dan
Shen 2013). Oleh karena itu, pangsa energi terbarukan dalam total energi
pembangkit yang dikonsumsi secara bertahap meningkat dari 6% (1990) menjadi
9% (2013);
26

Tabel 2.5 Konsumsi Energi untuk Sektor Elektrik

Sumber (Springer, 2017)

5. Sektor lainnya

Kerugian terjadi ketika efisiensi perangkat atau proses menyimpang dari


efisiensi yang akan terjadi jika perangkat atau proses itu ideal; dan sistem
pemanas efisien rendah menyebabkan hilangnya energi yang sangat besar (Bilgen
2014). Secara umum, konsumsi energi oleh sektor lain terutama mengacu pada
kehilangan energi di semua sektor (Dincer et al. 2012). Tidak diragukan lagi,
dengan konsumsi energi yang meningkat, kehilangan energi di semua sektor juga
meningkat dengan cepat selama dua dekade terakhir, tumbuh dari 104 Mtoe (pada
1990) menjadi 184 Mtoe (pada 2013), dengan persentase total energi yang
dikonsumsi sekitar 6,1 % (Tabel 2.5).

Secara khusus, minyak memainkan peran kunci dalam hilangnya energi di


sektor ini, dan andilnya tumbuh secara bertahap dari 41% (pada 1990) menjadi
50% (pada 2013). Sementara itu, kehilangan energi listrik dan energi terbarukan
telah menunjukkan tren yang meningkat, dengan bagiannya masing-masing
tumbuh dari 6% menjadi 15% dan 0% hingga 4%. Khususnya, penurunan pangsa
batubara terjadi selama periode 1990-2013, terutama karena percepatan proses
pembersihan batubara;
27

Tabel 2.6 Konsumsi Energi untuk Sektor Lainnya

Sumber (Springer, 2017)

2.3 Kebijakan Energi China


Selama bertahun-tahun, narasi energi yang dominan tentang Tiongkok
berkonsentrasi pada langkah luar biasa perkembangannya, keberhasilan negara
dalam mengangkat ratusan juta warganya dari kemiskinan (termasuk kemiskinan
energi), skala industrialisasi dan permintaannya akan sumber daya energi,
terutama untuk batubara. Sementara unsur-unsur narasi ini benar, negara ini
dengan cepat mengubah arah ke arah ekonomi yang lebih berbasis layanan dan
campuran energi yang jauh lebih bersih. Arah baru ini akan memiliki konsekuensi
yang tidak kalah pentingnya bagi Tingkok dan dunia dibandingkan periode awal
pengembangan intensif energi.

Dengan munculnya berbagai masalah akibat pemakaian energi fosil


Tingkok,, mulai berubah ke arah kebijakan energinya ke arah yang lebih baik.
Pada tahun 1970, China mulai mengadopsi permasalahan-permasalahan
lingkungan dengan manajemen yang modern (Hernandez, 2015). Menurut Feng
dan Liao dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Prevention and Control of Air
Pollution in China:A research Agenda for Science and Technology Studies , di
bagi menjadi tiga fase, fase awal mula (1979-1999), fase pengembangan (2000-
2013), dan fase peningkatan (2014-sekarang) (Liang and Feng, 2015).
28

2.3.1 Fase Awal


Fase awal di karakteristikan dengan adanya reformasi ekonomi yang
dilakukan oleh Deng Xiaoping. Reformasi ekonomi ini dilatarbelakangi oleh
adanya kesadaran pemerintah China akan terbatasnya sumber daya alam yang
dimiliki oleh pemerintah Tingkok, sehingga membuat pemerintah Tingkok mulai
menghapuskan kebijakan isolasi terhadap dunia internasional. Reformasi yang
dilakukan pada tahun 1978 oleh Deng Xiaoping ini menandai berakhirnya era
isolasi dan dimulainya era keterbukaan ekonomi Tingkok.

Salah satu reformasi yang terkenal adalah kebijakan pintu terbuka yang
menjadi tanda dimulainya era baru industrialisasi dan dan liberalisasi
pemerintahan Tingkok. Dengan dibukanya pintu Tingkok terhadap dunia luar
serta adanya reformasi ekonomi. Tingkok mulai mengalami perkembangan
perekonomian yang pesat dan kekurangan suplai energi. Pada fase awal ini
pemerintah Tingkok mencoba untuk menata kembali manajemen energinya untuk
meningkatkan produksi energinya

Dengan berkurangnya kontrol pemerintah pusat dan dibukanya pasar bebas


membuat sektor energi Tingkok mulai mengalami perubahan. Dimana
sebelumnya hubungan antara pemerintah pusat dan korporasi yang bersifat
mengekang memunculkan berbagai macam masalah karena kakunya penerapan
kebijakan yang tidak mempunyai ruang fleksibilitas dalam penerapan kebijakan.
Dengan wilayah Tingkok yang sangat luas dengan berbagai macam persoalan
yang beragam membuat sistem perencanaan terpusat menjadi tidak efektif.
Menyadari adanya permasalah ini, reformasi yang dilakukan oleh Deng Xiaoping
ini mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi sebelumnya.
Pemerintah lokal dan perusahaan-perusahaan mulai memiliki pengaruh dan
kewenangan dalam sektor energi untuk melakukan investasi pada proyek lokal,
hal ini membuat subsektor energi mengalami peningkatan.

Dengan adanya reformasi ini, Tingkok mampu bangkit menjadi sebuah


kekuatan ekomoni baru. Penerapan reformasi berbasis pasar bebas ini tentu saja
29

tidak mudah, pembentukan struktur dan reformasi energi ini Sejak partisipasi
China dalam Stockholm Conference on the Human Environment in 1972, di mana
manajemen penanganan polusi telah berubah dari fokusnya untuk menangani
polusi menjadi pencegahan.

2.3.2 Fase Pengembangan


Pengaturan sistem penanganan polusi di China yang terpusat dapat dilihat
sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Akan tetapi
dalam beberapa studi kasus pengimplementasian dan pelaksanaan dari regulasi
lingkungan tidak efektif dan terlihat lemah. Sebagai contohnya dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini di mana struktur dan saluran-saluran penerapan kebijakan
harus melewati departemen pemerintahan.

Gambar 2.5 Alur Kebijakan dan Pemerintahan Mengenai Lingkungan di China


(Sumber : Jin, Y., et al., 2016)
30

Dalam gambar di atas, sistem departemen pemerintahan bersifat regional


terbagi-bagi. Pembagian dari pemerintah pusat terbagi dalam yuridiksi dasar
pemerintah lokal, pembagian dimensi departemen-departemen memuat setiap
kementerian yang memiliki fungsi yang sama baik itu dalam pemerintah pusat dan
badan pemerintahan lokal di pemerintahan sebagai contohnya Kementerian
Lingkungan sampai ke Biro Perlindungan Lokal, diantara para pejabat lokal,
kepala partai dan pemerintahan baik dalam tingkat lokal, baik itu walikota dan
pejabat partai lokal adalah orang orang yang bertanggung jawab dengan
permasalahan publik dalam wilayah yuridksi geografis mereka. Mereka juga
mengatur alokasi personel dan biro-biro yang berada dalam pemerintahan lokal.
Mereka juga secara umum bekerja dengan insentif promosi. (Air Pollution
Control Policies in China: A Retrospective and Prospects)

Para personal birokratis diharapkan mampu memenuhi target-target yang


telah ditetapkan agar bisa mendapatkan nilai evaluasi dengan tugas-tugas yang di
berikan sehingga nantinya bisa di promosikan atau tidak. Beberapa karakteristik
dari proses ini adalah: (1) yang mendapatkan nilai tinggi mempunyai
kemungkinan lebih tinggi untuk di promosikan; (2) promosi yang paling kuat di
konsentrasikan pada pemerintah lokal dan pemimpin utama; and (3) penilaian
hanya berdasarkan perkembangan ekonomi (GDP) yang di lacak untuk
menentukan nilai evaluasi ranking. Implementasi yang lemah merupakan hasil
yang buruk. Akan tetapi ketika aturan-aturan mengenai promosi diganti berubah
menjadi lebih baik.

2.3.3 Fase Peningkatan


Fase peningkatan menggambarkan perubahan dalam tata cara pemerintah
menangani masalah polusi udara, menjadi diperkuat setelah beberapa insiden
nasional karena tingginya PM 2.5 pada tahun 2013. Di mana insiatif yang paling
terkenal adalah amandemen Environmental Protection Law 2015 (EPL), di mana
kebijakan tersebut di rasa sebagai kebijakan yang paling progresif dan keras
dalam sejarah perlindungan di China (Zhang & Cao, 2015: 433).
31

Pada bulan Januari dan Februari tahun 2013, kabut racun yang sangat
berbahaya menutupi banyak provinsi dan kota-kota di China. Kabut tersebut
mengandung konsentrasi indeks PM2.5 yang sangat tinggi dan mengakibatkan
jarak pandang yang sangat terbatas di mana menjadi perhatian dunia yang
kemudian di sebut sebagai “krisis PM2.5”. Pemerintah China dengan cepat
merespon krisis tersebut. Dewan perwakilan negara merespon krisis tersebut
dengan mengeluarkan “Ten Actions” pada Juni 2013 dan pada bulan September
mengeluarkan Action Plan.

Gambar 2.6 Rancangan Nasional oleh China dalam Kontrol dan Pencegahan
Polusi
(Sumber: http://sustainabletransport.org/china-releases-national-action-plan-on-
airpollution-control/. )

Dalam gambar diatas, memperlihatkan bahwa China memiliki rancangan


dalam melakukan kontrol atas polusi, Rencana tersebut mengusulkan untuk
meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan di seluruh negara melalui lima
tahun, mengurangi polusi berat dengan margin besar dan membuat peningkatan
kualitas udara yang jelas di Provinsi Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Sungai Yangtze
dan Delta Sungai Pearl. Perlu dicatat bahwa dalam lima tahun ke depan atau
periode yang lebih lama, polusi berat akan secara bertahap dihilangkan dan
kualitas udara akan meningkat secara nyata.
32

Secara khusus, pada 2017, tingkat partikel yang dapat dihirup di kota-kota
di atas tingkat prefektur akan turun setidaknya 10% terhadap tingkat 2012 dan
hari-hari dengan kualitas udara yang baik akan meningkat dari tahun ke tahun.
Karena tingginya konsentrasi PM 2.5 mencapai 766 μg/m3 , yang lebih besar dari
WHO sarankan. Pentingnya kejadian ini membuat china mempertimbangkannya
sebagai salah satu kejadian yang mengubah kebijakan tentang polusi udara. Di
mana rekor terburuk tercatata pada akhir Januari 2013. Dengan kepadatan PM 2.5
melebihi 900 μg/m3 (Jianjun, 2013).
Untuk mencapai tujuan di atas, Rencana Aksi menetapkan sepuluh
langkah. Pertama, meningkatkan perawatan secara keseluruhan dan mengurangi
pelepasan banyak polutan. Upaya akan dilakukan untuk memperbaiki boiler
pembakaran batu bara kecil dan mempercepat pembangunan desulfurisasi,
denitrasi dan proyek penghilangan debu di sektor-sektor utama. Debu terbang dan
polusi asap masak dari layanan katering akan dikendalikan. Langkah-langkah
tergesa-gesa akan diambil untuk menghilangkan kendaraan berlabel kuning dan
kendaraan lama, mempromosikan transportasi umum, kendaraan energi baru dan
meningkatkan kualitas bahan bakar minyak. Kedua, menyesuaikan dan
mengoptimalkan struktur industri dan mempromosikan peningkatan transisi
ekonomi.
China akan tetap berpegang teguh pada kapasitas produksi baru yang
ditambahkan dalam konsumsi energi tinggi dan industri emisi tinggi,
mempercepat penghapusan kapasitas produksi terbelakang dan secara tegas
mengakhiri proyek ilegal yang sedang dibangun di industri dengan kapasitas
berlebih yang serius. Ketiga, mempercepat reformasi teknologi perusahaan dan
meningkatkan kemampuan inovasi ilmiah. China akan mendorong pengembangan
ekonomi sirkular, mendorong industri lingkungan dan mempromosikan
pengembangan inovatif dan industrialisasi peralatan dan produk lingkungan
utama. Keempat, mempercepat langkah untuk menyesuaikan struktur energi dan
meningkatkan pasokan energi bersih
Pada 2017, konsumsi batubara akan turun hingga di bawah 65% dalam hal
total konsumsi energi. Provinsi Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Sungai Yangtze dan
33

Delta Sungai Pearl akan mencoba mencapai pertumbuhan negatif dari total
konsumsi batubara. Kelima, China akan menetapkan akses lingkungan yang ketat
ke proyek investasi, meningkatkan ambang batas, mengoptimalkan pola industri,
dan menetapkan batasan ketat untuk konsumsi energi tinggi dan proyek-proyek
polusi tinggi di daerah rapuh ekologis atau daerah sensitif. Keenam, memberi
peran pada mekanisme pasar dan memperbaiki kebijakan ekonomi lingkungan.
Pemerintah pusat telah menyiapkan dana khusus untuk menerapkan kebijakan
imbalan untuk subsidi. China akan meningkatkan kebijakan penetapan harga dan
perpajakan dan mendorong dana swasta untuk berpartisipasi dalam pengendalian
polusi udara. Ketujuh, memperbaiki sistem hukum dan memastikan pengawasan
dan manajemen yang ketat oleh hukum. Departemen nasional akan merilis
peringkat kualitas udara dari kota-kota utama secara teratur dan membentuk
sistem pengungkapan informasi lingkungan wajib pada perusahaan yang
menyebabkan polusi berat.
China akan meningkatkan kemampuan pengawasan lingkungan dan
meningkatkan penegakan hukum lingkungan. Kedelapan, membangun mekanisme
koordinasi regional dan membuat pengaturan keseluruhan untuk perawatan
lingkungan regional. Provinsi Beijing-Tianjin-Hebei dan Delta Sungai Yangtze
akan membentuk mekanisme koordinasi regional untuk pengendalian polusi
udara. Dewan Negara akan menandatangani surat tanggung jawab target dengan
semua pemerintah provinsi, melakukan pemeriksaan tahunan dan secara ketat
menegakkan sistem akuntabilitas. Kesembilan, China akan membangun sistem
pemantauan, peringatan dini, dan tanggap darurat, merumuskan, memperbaiki,
dan menjalankan rencana tanggap darurat tepat waktu untuk memenuhi tantangan
polusi udara berat. Kesepuluh, China akan mengklarifikasi tanggung jawab semua
pihak dan mendorong partisipasi publik untuk bersama-sama meningkatkan
kualitas udara.

Dengan meningkatnya polusi lingkungan di China yang menjadi semakin


terlihat dan merusak, pemerintah mulai menguatkan undang-undang perlindungan
lingkungan tahun ini untuk pertama kalinya dalam seperempat abad (Biswas and
34

Tortajada, 2017). Dua hal yang berubah pada National People's Congress tahun
2014, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan: "China akan mendeklarasikan
perang terhadap polusi dan melawannya dengan determinasi yang sama seperti
kita memerangi kemiskinan", dan polusi lingkungan telah menjadi "peingatan
lampu merah alam terhadap model pembangunan yang buta dan tidak efisien".

Pada bulan Juli akhir tahun ini, Presiden Xi Jinping memberitahukan kepada
setiap menteri dan gubernur bahwa polusi lingkungan akan menjadi salah satu
prioritas utama dari tiga prioritas yang telah di tetapkan oleh pemerintah, sejalan
dengan kebijakan penurunan kemiskinan dan permasalahan finansial. Sebuah
pasukan sebanyak 5,600 inspektur dari kementrian lingkungan dan pengawas anti
korupsi dari Partai Komunis di kirim ke setiap provinsi untuk melihat bagaimana
pejabat lokal bekerja melindungi lingkungan. Dalam empat inspeksi yang dimulai
sejak Juli, yang dimulai dengan salah satu provinsi di Hebei, 18,000 industri yang
terbukti melakukan polusi di denda 870 juta yuan atau setara dengan $178 juta
dollar, dan lebih dari 12,000 pejabat di disiplinkan, dan pada inspeksi ke empat
pada tanggal 5 September, 5,600 perusahaan lainnya telah dihukum dan di denda
280 juta yuan.

Dengan efektifnya tim inspeksi dan juga pengadilan telah mengambil


tindakan terhadap para pembuat polusi, sebagai contohnya pengadilan di provinsi
Shandong memberikan hukuman sebanyak 22 juta yuan terhadap pabrik gelas,
Zhenhua Ltd, karena telah mengeluarkan gas beracun yang mengandung 255 ton
sulfur dioxida, 589 ton nitrogen dioxida, dan 19 ton partikel debu antara bulan
november 2013 an Februari 2015, di mana kemudian pabrik tersebut di paksa
tutup beberapa bulan kemudian. Dengan tindakan yang sangat keras tersebut
mulai merubah struktur perindustrian di China dengan memaksa industri-industri
menjadi lebih ramah lingkungan atau akan ditutup secara paksa. Karena usaha
perlindungan yang baru ini, akan membuat penyesuaian kebijakan-kebijakan yang
baru. Terutama dalam kebijakan yang diuraikan dalam kebijakan ke 13 Five-Year
Plan, 2016-2020.
35

Yang termasuk pengenalan pelayanan dan tindakan untuk mengurangi


semua bentuk polusi lingkungan dengan target yang spesifik, peningkatan
efisiensi pengunaan energi dan bahan lainnya, dan peningkatan akses untuk
pendidikan serta kesehatan. Hal ini mungkin akan menurunkan target
perkembangan 13th Five Year Plan menjadi 6.5 persen dibanding dengan
kebijakan ke 12 sebanyak 7 persen. Sebuah hasil yang berfokus pada kualitas
pertumbuhan yang dapat di capai melalui "moderately prosperous society" pada
akhir tahun 2020, dalam jangka pendeknya dalam setahun atau dua tahun, tidak
dapat diragukan lagi bahwa akan ada gannguan dalam rantai suplai. Akan tetapi
dalam penekanan manajemen lingkungan akan meningkatkan pembentukan
industri-industri baru untuk mengawasi, melindungi dan manajemen pelayanan-
pelayanan lainnya. Di mana dalam jangka waktu menengah akan menebus
kerugian-kerugian akibat jangka pendek kerena hilangnya pekerjaan dan aktifitas
perekonomian yang di akibatkan karena penyeimbangan ekonomi.

China juga tidak mempunyai pilihan lain karena mau tidak mau harus
menghadapi permasalahan perekonomiannya. Karena jika tidak segera di atasi
maka biaya kesehatan, ekonomi dan sosial akan menjadi menjadi masalah
kedepannya. Seperti yang telah dialami oleh negara-negara barat, baik secara
ekonomi maupun ssosial, sangat lebih murah hidup di lingkungan yang bersih
daripada di lingkungan yang terpolusi. Dengan kata lain, berdasarkan
perkembangan perekonomian China yang sangat cepat dan belum pernah terjadi
sebelumnya, makan pemerintah China harus menyelesaikan permasalahan
lingkungannya dengan kecepatan yang cepat pula.

Undang-undang perlindungan lingkungan baru yang telah ditetapkan


mengatakan secara jelas bahwa para pejabat lokal yang melanggar dapat dipecat
atau diturunkan jabatannya, para pemimpin bisnis yang tiak mengikuti aturan
minimal yang telah ditetapkan untuk mengontrol polusi dapat ditangkap, dan para
pelanggar yang tindakannya dapat dianggap sebagai sebuah bentuk kriminal dapat
di tuntut. Perusahaan-perusahaan yang melanggar standar lingkungan yang telah
36

ditetapkan dapat disita perlengkapannya dan ditutup secara paksa oleh


pemerintah.

Sebelumnya denda polusi sangat rendah sehingga banyak perusahan yang


lebih memilih untuk membayar denda daripada mengambil kebijakan yang lebih
ramah lingkungan. Karena lemahnya penerapan dan pelaksanaan undang-undang
bahkan hampir tidak berjalan sama sekali. Sebagai tambahannya pemerintah
pusat memiliki kekuatan yang sangat terbatas terhadap pemerintah lokal dalam
penerapan masalah lingkungan. Di mana indikator performa utama adalah
pertumbuhan ekonomi sehingga perusahaan-perusahan pembuat polusi dianggap
hal yang biasa saja.

Pada bulan september 2013, State Council memberikan pengumuman resmi


tentang kebijakan Air Pollution Prevention and Control Action Plan (APPCAP),
yang intinya sebuah rencana terpusat, bersifat regional dan dengan dorongan
politis (State Council of China, 2013). Hal ini merupakan declarasi China
terhadap perang melawan polusi “war on pollution”. Dimana kebijakan APPCAP
telah memperkuat regulasi dalam tingkat yang belum pernah terjadi sebelummnya
dan menjai salah satu progara terbaru, terbesar dan teratas dalam mengatasi
permasalahan lingkungan di China.
37

BAB 3. HUBUNGAN CHINA DENGAN KANADA DALAM BIDANG


ENERGI BERSIH

3.1 Kapasitas Kanada Sebagai Negara Penghasil Energi Bersih


Seperti yang telah disampaikan, bahwa pemakaian energi batu bara china
dalam jumlah yang besar telah membawa dampak negatif bagi pemerintah china.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah china harus mulai
mendiversifikasi pemakaian energinya dan mengurangi pemakaian energi fosilnya
untuk mencapai target keamanan energi yang telah ditetapkan. Agar pemerintah
Tingkok bisa mencapai target keamanan energinya maka pemerintah China harus
dapat menjaga kestabilan harga dan ketersediaan energi, namun permintaan energi
yang sangat besar ini tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah China melalui pasokan
energi domestiknya.

China sebagai sebuah negara yang luas hanya sedikit memiliki cadangan
minyak dan di beberapa tempat sumur minyak yang masih beroperasi sudah
menurun produktivitasnya karena sudah tua. Sementara itu, China juga tidak dapat
terus menerus menggunakan batu bara mengingat banyak berbagai tekanan dari
berbagai pihak internasional akan dampak lingkungan yang disebabkan oleh
pemakaian batu bara dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang panjang.
sedangkan penggunaan sumberdaya bersih masih mengalami berbagai kendala
teknologi. Untuk mengatasi permasalahan keamanan energi China maka
pemerintah Tingkok harus mencari pasokan energi dari pasar internasional.

Semakin meningkatnya pemakaian impor energi dan adanya kesulitan untuk


mengamankan suplai energi telah membangkitkan perhatian dari para pembuat
kebijakan China yang menyadari perlunya tindakan pemerintah Tingkok untuk
mulai mengamankan suplai energi dan membangun hubungan dalam pasar energi
internasional. Hal inilah yang mendorong pemerintah China untuk menetapkan
kebijakan energi dalam rangka mencapai keamanan energi, salah satu langkah
yang dilakukan oleh China adalah dengan mengamankan pasokan energinya dari
berbagai daerah di dunia.
38

Paska bergabungnya China dengan WTO pada Januari 2001, China


menetapkan strategi Going out dengan tujuan untuk mendorong perusahaan
minyak China untuk mengikuti jejak perusahaan-perusahaan minyak internasional
dalam rangka mendapatkan cadangan minyak. Begitu terbatasnya kesempatan
China umtuk meningkatkan produksi sektor hulu di China dan minimmnya
margin sektor keuntungan di sektor hilir mendorong pemerintah China untuk
melakukan investasi di berbagai wilayah demi mendapatkan cadangan energi.

Keputusan untuk melakukan investasi di luar negeri juga berasal dari


pengalaman pemerintah China akibat beberapa insiden serta kegagalan yang
terjadi karena buruknya managemen investasi. Libya dan wilayah afrika
merupakan salah satu contoh pahit yang dialami oleh pemerintah Tingkok.
Evakuasi yang terjadi terhadap para pekerja minyak Tingkok di Libya merupakan
salah satu evakuasi terbesar yang dilakukan oleh pemerintah China sejak tahun
1949, lebih dari 35.000 pekerja berkebangsaan China di evakuasi akibat adanya
kudeta yang terjadi pada masa pemerintahan Moamar Gadafi (Sclavos, 2008).
Dengan tidak adanya kestabilan di wilayah Afrika karena sistem pemerintahan
dan ekonomi yang buruk mengajarkan investor bahwa melakukan investasi di
wilayah yang kaya akan energi tapi tidak memiliki pemerintahan yang stabil
merupakan hal yang sangat buruk.

Kementrian perdagangan Tingkok mengungkapkan bahwa hanya di Libya


saja pemerintah kehilangan $18 juta dollar serta kehilangan proyek yang masih
sedang berjalan. Pada konferensi yang dilakukan oleh pemerintah Tingkok di
Beijing, Zhang Guabao yang baru saja pensiun sebagai ketua Adminstrasi Energi
Nasional Tingkok dan masih menjadi penasehat Perdana Menteri Wen Jiabao,
menjelaskan dalam pidatonya di Beijing Bahwa negara-negara seperti Kanada dan
Australia yang kaya akan sumber daya dan demokratis menjadi daftar atas
investasi asing langsung pemerintah China (Jiang, 2012).

Pemerintah Tingkok harus melakukan diversifikasi sumber impor energi


agar dapat mengatasi permasalahan energi yang sedang dialaminya. Dimana
39

sebelumnya negara-negara seperti Jepang dan Eropa telah mendominasi sumber-


sumber energi di berbagai wilayah di dunia, menyisakan sedikit pilihan sumber
daya energi terbatas bagi pemerintsh Tingkok sebagai negara yang baru memulai
dalam bidang ini. Pilihan yang ada bagi Tingkok hanyalah mengksplorasi wilayah
yang beresiko atau melakukan ekspansi melalui merger dan akuisisi. Langkah
untuk melakukan akuisisi pernah di coba oleh China akan tetapi langkah yang di
ambil China ini malah membawa Tingkok terhadap masalah persaingan energi.

Permasalahan pemakaian energi dan meningkitnya permasalahan


lingkungan karena dampak penggunaan batu bara dalam jumlah besar dan jangka
waktu yang panjang membuat pemerintah china mendapatkan berbagai tekanan
dari dalam negeri maupun dari pihak internasional. Untuk mengamankan
ketersediaan energi china dalam aspek keamanan energi, china kemudian mencari
pasokan energi dari pasar internasional. Pemerintah China harus melakukan
diversifikasi pemakaian energi. Salah satu negara yang dipilih oleh china untuk
mengamankan pasokan energi dan mendiversifikasi pemakaian energi adalah
kanada.

Kanada merupakan negara yang memiliki luas wilayah terbesar kedua di


dunia setelah Rusia, sebagai sebuah negara Kanada merupakan salah satu negara
pelopor energi bersih. Stabilnya perekonomian serta majunya teknologi yang
dimiliki oleh pemerintah Kanada menjadi salah satu kesempatan bagi China untuk
masuk dan berkiprah di Kanada. Tujuan Kanada adalah menjadi pemimpin dunia
dalam teknologi bersih. Kanada menempati peringkat keempat secara global.
Investasi di Kanada menciptakan lapangan kerja dan memacu pertumbuhan
ekonomi. Itulah sebabnya Kanada tujuan pilihan bagi investor internasional.
Dengan 12 perusahaan yang masuk dalam daftar Global Cleantech 100, kami
adalah titik panas untuk inovasi terkemuka dunia.
40

Gambar 3.1 Energi Primer di Kanada (2010)


(Sumber : www.energy.ca.gov )

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa Kanada menggunakan minyak sebagai


bahan bakar utama dengan jumlah sebesar 31%, gas alam 30%, energi terbarukan
dan biomassa 21 %, sedangkan batu bara dan nuklir sama berjumlah 9%, pada
tahun tersebut (2010), karena hal ini, disadari bahwa masih tingginya pemakaian
sumber daya alam yang digunakan oleh Kanada. Kanada mulai membuat
serangkaian kebijakan sehingga di tahun 2017 dapat meraih peringkat ke empat
dunia sebagai negara penghasil energi bersih. Imbas dari ini adalah Kanada dapat
menyambut investasi internasional dan menawarkan salah satu rezim pajak dan
royalti yang paling kompetitif di dunia, bersama dengan tenaga kerja yang sangat
terampil dan berpendidikan. Kanada juga mengambil tindakan untuk
mendiversifikasi pasar ekspornya, dengan dua pertiga dari ekonomi global
sekarang dicakup oleh perjanjian perdagangan bebas. Hal tersebut demi bersama
mewujudkan penggunaan teknologi energi bersih.
41

Energi Kanada sudah mendukung hampir satu juta pekerjaan. Ketika kita
membangun masa depan energi bersih, jumlah itu akan terus bertambah. Kanada
adalah pemimpin dalam inovasi teknologi bersih. Investasi dari pemerintah dan
sektor swasta memberikan peluang baru dan lebih banyak pekerjaan untuk warga
Kanada kelas menengah di pusat kota besar dan di komunitas kecil, pedesaan, dan
terpencil. Kanada meluncurkan Dewan Energi Generasi nasional Kanada
terkemuka, yang mengusulkan prinsip-prinsip kepada Pemerintah Kanada tentang
cara membangun masa depan energi kita. Saat ini, prinsip-prinsip ini memandu
keputusan pemerintah untuk mendukung keluarga, bisnis, dan komunitas di
Kanada.

3.2 Gambaran Umum Hubungan Energi China Dengan Kanada


Jelas bahwa ketertarikan Tingkok terhadap dan Kanada dan negara-negara
barat bertujuan untuk menetapkan hubungan antara Beijing dalam bidang energi.
Hal ini akan membuat pemerintah China untuk menerapkan kebijakan yang lebih
ramah lingkungan. Untuk saat ini aspek yang paling menarik dari Kanada adalah
besarnya cadangan minyak yang dimilikinya. Menurut perkiraan dari data
terakhir, cadangan minyak yang dimiliki oleh Kanada ada sekitar 176 juta barel
minyak, mempati posisi kedua setelah Arab Saudi (Chen and Wellman, 2005).

Gambar 3.2 Estimasi Pendapatan Minyak dalam 1995-2025


Sumber: (Chen and Wellman, 2005)
42

Jika melihat sejarahnya pemerintah Kanada dan Tingkok sepertinya ingin


mencapai sebuah kerjasama dalam bidang energi salah satu contoh dari beberapa
perjanjian dan inisiatif dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan November
1994, perdana menteri Chretien menandatangani perjanjian Nuclear Corporation
Agreement untuk pemakaian perdamaian penggunaan energi nuklir. Pada tahun
1996 Menteri SDA Anne McLellan, mengunjungi Tingkok dan mengatakan
bahwa ada keingan Kanada untuk berpartisipasi dalam pengembangan lepas dan
dalam pantai untuk meningkatkan hubungan Alberta dengan sektor energi. Pada
awal tahun 2001 pada masa pemerintahan perdana menteri Jean Creathien
melakukan kunjungan ke Tingkok, di mana pada kunjungan itu kedua negara
menandatangani beberapa perjanjian dan memorandum termasuk dalam hubungan
sektor energi.

Pada tahun 2003 perdana menteri Jean Chrithein pergi ke Tingkok untuk
menyelesaikan proyek Qinshan tentang pembanguna proyek pembangkit listrik
tenaga nuklir CANDU yang membuat Tingkok dapat menghindari pemakaian
beberapa juta ton setiap tahunnya, dimana dalam proyek tersebut diselesaikan
lebih awal dari prosedur dan dengan budget yang lebih rendah. Hal ini merupakan
langkah awal hubungan energi antara pemerintah Tingkok dan Kanada dan
sebagai sebuah contoh bahwa teknologi nukir Kanada mampu mencukupi
kebutuhan energi Tingkok.

Pada masa pemerintahan Mao Zedong, hubungan antara Tingkok dan


Kanada di pengaruhi oleh keadan politik dunia yang di warnai dengan perang
dingin. Pemerintah China pada saat itu mengisolasikan dirinya dari dunia
internasional mulai membuka dirinya baik terhadap dunia barat. Kuatnya
perekonomian Tingkok yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat
menjadikan salah satu alasan mengapa Tingkok mampu menanamkan modal
dimana saja. Pada tahun 2008 krisis ekonomi global yang melanda dunia
membuat banyak negara di dunia mengalami masalah keuangan akan tetapi
Tingkok merupakan salah satu negara yang mampu melewati krisis tersebut
dengan perekonomiannya yang sangat kuat.
43

Alasan China untuk mengamanakan energinya melalui pencarian pasokan di


Kanada adalah karena teknologi yang di miliki oleh Kanada yang ramah
lingkungan yang sesuai dengan fasilitias penyulingan yang di bagun oleh China.
Minyak yang dihasilkan oleh afrika memiliki kandungan sulfur yang rendah
sesuai dengan fasilitas penyulingan china. Selain itu pilihan juga dijatuhkan pada
afrika karena cadangan energi yang dimiliki oleh afrika. Beberapa negara di afrika
diyakini memiliki cadangan minyak yang belum sepenuhnya dieksplorasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kanada dan Tingkok telah bekerja sama
dalam berbagai inisiatif untuk memajukan tujuan perlindungan lingkungan yang
saling menguntungkan. Mekanisme ini mencakup berbagai sektor teknologi
bersih, termasuk, antara lain, efisiensi energi, pengendalian polusi, transportasi
bersih, pengolahan air limbah, dan energi laut. Kerjasama, di berbagai tingkat
pemerintahan, lembaga pendidikan tinggi, badan penelitian dan perusahaan, telah
mengambil bentuk kemitraan ilmu pengetahuan dan teknologi, proyek
percontohan dan inisiatif lain yang dirancang agar sesuai dengan kapasitas
Kanada dengan kebutuhan perlindungan lingkungan. Pengaturan semacam itu
sangat penting untuk memanfaatkan kekuatan timbal balik antara kedua negara ini
dan membantu menjadi ujung tombak komersialisasi teknologi dan memberikan
jalan bagi aplikasi pasar proyek-proyek teknologi bersih terkemuka yang masih
dalam tahap pengembangan.

Hubungan timbal balik ini Dengan meningkatnya perekonomian China,


harus dibarengi dengan suplai energi yang basar untuk menjamin
keberlangusungan kemajuan serta kegiatan perekonomian China. Permasalahan
lainnya adalah karena semakin tingginya pemakain energi china yang tidak di
barengi dengan pasokan energi yang cukup melalui pasokan energi domestiknya,
karena China hanya memiliki sedikit cadangan minyak dan semakin menurunnya
produksi minyak karena banyak sumur minyak yang semakin menurun.
Pemakaian bahan bakar fosil yang sangat besar telah menimbulkan berbagai
masalah baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
44

Dengan adanya tekanan dari pihak-pihak internasional serta masyarakat


China sendiri, pemerintah China harus mengembangkan energi alternatif yang
ramah lingkungan. Oleh karena itu pemerintah China harus proaktif dalam
mencari serta menggembangkan teknologi untuk mengamankan pemakaian energi
kedepannya. Agar tercapainya pasokan energi China, pemerintah China harus
aktif menari sumber daya energi dari pasar internasional. Semakin ketatnya
pangsa pasar energi internasional serta munculnya berbagai macam masalah yang
ditimbulkan dari penggunaan energi telah memunculkan perhatian serta kesadaran
bagi pembuat kebijakan energi China agar bisa mengatasi permasalahan energi
dan akibat dari penggunaan energi dan berpartisipasi dalam panggung
internasional untuk mengatasi berbagai masalah dalam lingkup nasional China.
Karena alasan inilah mendorong pemerintah China untuk membuat kebijakan
energi.
45

BAB 4. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENINGKATAN HUBUNGAN


CHINA DENGAN KANADA DALAM BIDANG ENERGI BERSIH

4.1 Faktor Politik


Kebijakan Tiongkok Kanada saat ini memiliki tingkat ketergantungan jalur
yang kuat dengan bagaimana Kanada telah mengaitkannya dengan Tiongkok
selama abad yang lalu. Pada 1960-an hingga 1980-an, banyak tokoh kunci
pendirian urusan luar negeri Kanada telah dikaitkan dengan perusahaan misionaris
Kanada di Tingkok sebelum 1949. Ini dikombinasikan dengan kekaguman umum
oleh Pierre Trudeau dan Red Tories pada masa pemerintahannya sebagai diktator.
yang menantang agenda politik dan ekonomi demokrasi liberal AS, seperti Fidel
Castro dan khususnya Mao Zedong dan Zhou Enlai (Burton 2011).

Jadi ada tingkat tinggi kenaifan Kanada tentang tujuan dan niat rezim
Partai Komunis Tiongkok, yang telah bertahan hingga tahun-tahun awal
pemerintahan Justin Trudeau. Ini membuka jalan bagi penangkapan elit oleh agen-
agen UFWD di Kanada, dengan hasil dari pandangan mayoritas kuat di lingkaran
paling atas politik Kanada dan bisnis yang melayani kehendak Partai Komunis
harus menjadi kebijakan Kanada terhadap China. Pandangan indah tentang
hubungan Tingkok ini telah didukung oleh kepentingan bisnis utama Kanada yang
mendapat manfaat dari interaksi yang menguntungkan dengan jaringan komersial
negara Komunis Tiongkok. Perusahaan dan kelompok bisnis Kanada telah
mencurahkan sumber daya lobi yang cukup besar untuk menimbulkan pengaruh
pro-Tingkok dengan pembuat kebijakan senior termasuk di tingkat tertinggi
Kantor Perdana Menteri.

Dorongan utama lobi ini adalah bahwa Kanada harus memprioritaskan


promosi kemakmuran Kanada dan kepentingan perusahaan Kanada di Tingkok.
Kami telah diberi tahu bahwa kepentingan inilah, yang bertentangan dengan
pertanyaan keamanan nasional, yang seharusnya menjadi inti kebijakan Tiongkok
Kanada. Garis ini digaungkan oleh banyak lembaga think tank, sekolah kebijakan
46

publik, dan firma hubungan pemerintah yang fokus pada Tingkok, yang banyak di
antaranya cenderung merupakan pendukung Kanada yang gigih meningkatkan
keterlibatannya dengan RRC pada apa yang dapat dianggap sebagian besar istilah
Tingkok. Jadi kebijakan China Kanada selama 25 tahun terakhir telah menjadi
trade off antara keinginan Kanada bahwa China mengurangi hambatan non-tarif
dan membuka pasarnya untuk lebih banyak perdagangan dan investasi Kanada
melalui pakta perdagangan bebas atau perjanjian perdagangan sektoral terhadap
banyak dan beragam rezim RRT. tuntutan. Ini secara resmi didefinisikan di bawah
persyaratan "kemitraan strategis komprehensif" Kanada-Tingkok ketika Hu Jintao
mengunjungi Kanada pada 2005. Iterasi terbaru adalah bahwa, sebagai imbalan
atas janji di masa depan akan akses yang lebih baik ke pasar RRC, Kanada harus
membuat konsesi berikut:

1. Mengizinkan perusahaan negara Tiongkok hak tanpa terkendali untuk


akuisisi perusahaan mineral dan energi Kanada (Mazereeuw 2015);
2. Hapus pembatasan Kanada pada ekspor teknologi tinggi (termasuk dengan
aplikasi militer) dan memungkinkan Huawei China untuk menginstal
teknologi 5G ke jaringan Bell dan Telus Kanada (Fife dan Chase 2017a;
Chase dan Fife 2017; Blatchford dan Blanchfield 2017);
3. Mengizinkan RRC untuk secara bebas mengekstradisi warga negara
Tiongkok di Kanada yang telah melanggar peraturan Tiongkok (meskipun
RRC menggunakan penyiksaan dalam interogasi dan penerapan hukuman
mati untuk berbagai macam kejahatan; Russell 2016); dan
4. Hentikan semua kritik oleh Pemerintah Kanada atas kebijakan domestik
dan internasional Tiongkok, jangan ambil tindakan terhadap kooptasi RRC
terhadap media berbahasa Tingkok di Kanada dan kegiatan spionase dan
kekuatan tajam lainnya di Kanada, dan mengambil inisiatif untuk
membentuk publik pendapat untuk mendukung pemahaman yang lebih
baik tentang pentingnya Kanada untuk meningkatkan keterlibatan dengan
RRC (Fife dan Chase 2018; Allen, Lawlor, dan Graham 2018; O'Neil
2015; Fife dan Chase 2017b).
47

Selain janji peningkatan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi untuk


Kanada melalui konsesi perdagangan RRT, ada retorika yang menyiratkan quid
pro quo. Jika Kanada menunjukkan "persahabatan" dengan rezim RRT dengan
menyetujui tuntutan yang memungkinkan Tingkok untuk memajukan kepentingan
ekonomi dan geostrategisnya di Kanada. maka Tingkok akan menerima
pendekatan Kanada pada masalah-masalah sosial seperti hak asasi manusia dan
akan mengambil perhatian serius Kanada untuk menegakkan norma-norma
tatanan internasional berbasis aturan (Lu 2018).

Namun tindakan pembalasan Tingkok yang sangat kuat untuk menekan


Kanada agar membebaskan anggota senior rezim - Kepala Keuangan Huawei
Meng Wanzhou, ditahan di bawah permintaan ekstradisi AS - telah
menghancurkan ilusi tentang kewajiban moral apa pun yang dirasakan RRC
sebagai tanggapan terhadap puluhan tahun Kanada. "persahabatan" asimetris. Hal
yang sama juga dapat dikatakan tentang pendekatan Tingkok yang semakin keras
ke Hong Kong, di mana pengunjuk rasa telah dicap sebagai perusuh dan tindakan
mereka bahkan digambarkan sebagai "hampir terorisme," meningkatkan momok
kemungkinan tindakan keras. Dengan lebih dari 300.000 warga Kanada yang
tinggal di Hong Kong, kemungkinan bahwa RRC dapat secara langsung
melakukan intervensi di kawasan itu bukanlah sesuatu yang dapat dilihat Kanada
dengan tenang.

Pengesahan Kanada atas Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris 1984, yang


membuka jalan bagi penyerahan wilayah tahun 1997 kembali ke RRC, berarti
bahwa kita memiliki paling tidak kewajiban moral untuk berbicara menentang
langkah-langkah Tingkok untuk membatasi otonomi negara tersebut. Daerah
Administratif Khusus. Tidak mungkin bahwa begitu masalah Meng diselesaikan
dengan kepergiannya dari tanah Kanada bahwa hubungan Kanada-Tingkok dapat
kembali ke status quo ante dari janji-janji manfaat ekonomi ke Kanada dengan
imbalan Kanada menutup mata terhadap pelanggaran serius norma-norma
Tiongkok terhadap norma-norma. tatanan internasional berbasis aturan.
48

4.2 Faktor Ekonomi

Secara global, Kanada adalah importir bersih mesin dan peralatan,


meskipun sektor domestiknya sangat berorientasi ekspor dan penjualan ekspor
menyumbang 71% dari produksi pada tahun 2010. Di sisi lain, Tingkok adalah
eksportir bersih mesin industri, seiring peningkatan dalam kapasitas domestik
telah menyebabkan produsen semakin mengejar peluang di luar negeri. Ekspor
mesin industri mewakili bagian penting dari total ekspor untuk Kanada (4%) dan
Tingkok (6%). Perdagangan bilateral dalam pembuatan mesin telah meningkat
pesat selama dekade terakhir, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 25%.
Dengan pengecualian penurunan kecil selama resesi global, pertumbuhan
perdagangan dua arah tetap konstan, mencapai US $ 4,7 miliar pada 2011.

Pada tahun 2011, impor mesin dan peralatan China dari Kanada mencapai
US $ 697 juta, di mana 89% berasal dari tiga kelompok produk: pompa dan katup,
peralatan pertambangan, dan mesin cetakan plastik dan karet. Kelompok produk
yang menghasilkan tingkat perdagangan tertinggi dengan China mencerminkan
kekuatan kompetitif inti Kanada, sebagaimana dibuktikan oleh kehadiran
kelompok industri dengan banyak perusahaan yang berspesialisasi dalam
pengembangan mesin dan peralatan di bidang pertambangan, keperluan umum,
dan mesin cetak. Selama dekade terakhir, impor produk-produk ini di China
tumbuh rata-rata sebesar 23% per tahun. Selama periode yang sama ini, impor
Tiongkok untuk peralatan pemrosesan makanan dan peralatan pertanian juga
mengalami pertumbuhan yang cepat.

Impor mesin dan peralatan Kanada dari Tiongkok terkonsentrasi pada


peralatan pertambangan, pompa dan katup, dan peralatan konstruksi, yang secara
bersama-sama menyumbang lebih dari 88% dari total impor mesin dan peralatan
Kanada dari AS $ 3,1 miliar di Tiongkok pada tahun 2011. Pertumbuhan impor
dalam ketiga kelompok produk rata-rata 25% per tahun selama 10 tahun terakhir,
tetapi mesin pembangkit listrik mencatat pertumbuhan terkuat, dengan impor rata-
rata meningkat sebesar 37% per tahun selama periode tersebut.
49

Investasi langsung Kanada di sektor manufaktur Tingkok telah tumbuh,


meskipun data tetap terbatas pada luasnya investasi ini. Menurut survei bisnis
Kanada, Tingkok diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga lokasi teratas untuk
diinvestasikan oleh hampir setengah dari produsen mesin besar dengan kegiatan
bisnis internasional dan oleh lebih dari seperempat UKM 3. Untuk bagiannya,
Kanada telah menarik investasi asing di sektor manufaktur mesin karena tenaga
kerjanya yang terampil, kedekatannya dengan pasar utama, insentif Litbang, dan
rencana jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas melalui pajak
kompetitif dan sistem tarif, termasuk penghapusan tarif untuk mesin dan peralatan
dan input manufaktur. Investor Tiongkok telah mulai menunjukkan minat yang
lebih besar, karena 48% perusahaan China dengan rencana investasi di Kanada
melihat peluang ekonomi di sektor manufaktur.

Dalam konteks perdagangan bebas (Free Trade Agreement) Motivasi


utama Tiongkok dalam mengejar Kanada adalah untuk mengamankan energi,
makanan, dan komoditas lainnya. Kanada kaya akan sumber daya alam, yang
mendominasi ekspornya ke Tingkok. Komoditas dan barang-barang pertanian
seperti kayu, kanola, logam, dan produk bioteknologi akan terus sangat dicari oleh
Tingkok. Tingkok sudah menjadi importir kayu gelondongan dan bubur kayu
terbesar di dunia, dan permintaan diperkirakan akan meningkat meskipun selera
produksinya pada umumnya melambat.

Pada tahun 2025, Outlook Pasokan Kayu Tiongkok memproyeksikan


impor kayu dan produk hutan China meningkat 60 juta meter kubik untuk
mencapai sekitar 12 persen dari total panen kayu dunia. Kanada kaya akan hasil
hutan, yang merupakan sekitar tujuh persen dari total ekspor negara itu. Meskipun
Tingkok terus mendorong permintaan untuk banyak komoditas, saat puncak
industri berakhir, dan ekonominya merestrukturisasi, hubungan ekonomi Kanada
akan perlu berubah dalam bentuk barang.

3
Istilah untuk hal ini adalah Small and mid-size enterprises (SMEs) yang memiliki arti Usaha Kecil
Menengah
50

Tingkok secara tradisional mencari komoditas Kanada untuk memasok


pembangunan besar-besaran dan perluasan industri, sekarang teknologi dan
keahlian Kanada sangat dibutuhkan ketika Tingkok berupaya untuk meningkatkan
rantai nilai. Ambil contoh industri kecerdasan buatan (AI). Meskipun populasinya
relatif kecil, 80.000 personel AI Kanada adalah yang ketiga terbesar di dunia,
menurut laporan LinkedIn baru-baru ini. Sementara itu, China hanya memiliki
50.000 personil AI meskipun populasi yang besar dan dukungan pemerintah yang
kuat untuk industri ini. Perusahaan Kanada di bidang tersebut dapat
memanfaatkan teknologi dan keahlian mereka untuk meningkatkan industri yang
baru muncul di China dan memanfaatkan insentif pemerintah. Tingkok juga dapat
mengambil manfaat dari keahlian Kanada di bidang di mana ia menghadapi
tantangan domestik yang sangat besar. Sebagai contoh, pemerintah Tingkok
berinvestasi besar-besaran di cleantech untuk memecahkan berbagai masalah
lingkungannya, dan populasi yang menua dengan cepat di China meningkatkan
permintaan akan layanan perawatan lansia dan teknologi medis canggih.

Kanada memiliki perekonomi menengah dengan banyak pemain inovatif,


Tingkok adalah pasar yang menarik bagi perusahaan Kanada untuk masuk.
Perusahaan-perusahaan energi bersih Kanada yang berfokus pada energi
terbarukan, kemajuan teknik, teknologi baterai, dan teknologi tenaga surya
menemukan peluang yang layak dalam dorongan China untuk menggunakan
bentuk-bentuk baru energi pembaruan (Daniel Schaefer, 2016). Tingkok
membutuhkan sumber daya alam dan keahlian teknis Kanada, sementara Kanada
membutuhkan produk-produk manufaktur China yang terjangkau dan akses ke
pasar konsumen yang luas. Lebih jauh, memperdalam perdagangan bilateral dan
investasi dengan Tingkok akan membantu Kanada mengurangi ketergantungannya
pada AS yang semakin tidak terduga. Di bawah pemerintahan Trudeau, hubungan
Kanada dengan Tingkok telah menjadi prioritas yang lebih tinggi. Namun, jika
Tingkok dan Kanada berada dalam tahap awal “dekade emas” baru, Kanada
membutuhkan pendekatan yang lebih konsisten dan luas ke Tingkok.
51

4.3 Faktor Lingkungan


Kanada tahu bahwa perubahan iklim itu nyata dan berharap pemerintah
mereka memiliki rencana aksi iklim. Rencana Pemerintah Kanada telah
mengurangi emisi dan melindungi lingkungan sambil membangun ekonomi yang
kuat. Polusi tidak mengenal batas negara, dan Kanada bangga menjadi salah satu
negara yang memimpin dalam perang global melawan perubahan iklim. Di tahun
2018, Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim dan Menteri yang
bertanggung jawab atas Taman Kanada, Catherine McKenna, dan Menteri
Ekologi dan Lingkungan Republik Rakyat Tiongkok, Li Ganjie, menandatangani
nota kesepahaman yang komprehensif tentang kerja sama perubahan iklim antara
Kanada dan Tiongkok . Kedua negara berkomitmen untuk mengatasi perubahan
iklim dan memperdalam kemitraan jangka panjang tentang masalah lingkungan.
Penandatanganan tersebut terjadi pada akhir Dialog Tingkat Menteri tentang
Lingkungan dan Dialog Tingkat Menteri pertama tentang Perubahan Iklim.
Selama dialog, Menteri McKenna dan Menteri Li Ganjie membahas peluang
untuk kerja sama bilateral tentang penegakan lingkungan dan perubahan iklim di
antara topik lain yang terkait dengan perlindungan lingkungan global.

Nota kesepahaman dibangun di atas Pernyataan Bersama Kanada-China


tentang Perubahan Iklim dan Pertumbuhan Bersih yang dikeluarkan oleh Perdana
Menteri Kanada Trudeau dan Perdana Menteri China Li Keqiang, pada bulan
Desember 2017, dan membentuk sebuah forum untuk kerja sama dan aksi
berkelanjutan mengenai perubahan iklim. Ini juga akan mempromosikan kerja
sama Kanada-Tingkok pada proyek-proyek untuk memerangi perubahan iklim
dan berkontribusi pada transisi global ke ekonomi rendah karbon dan tahan iklim.
Transisi menuju ekonomi bersih rendah karbon dapat bernilai US $ 26 triliun pada
tahun 2030 dan menghasilkan lebih dari 65 juta pekerjaan rendah karbon baru.
Perusahaan-perusahaan Kanada mengambil keuntungan dari peluang ekonomi
yang luar biasa ini, mengembangkan solusi bersih praktis yang akan melindungi
lingkungan kita dan menciptakan pekerjaan di masa depan, dan beberapa telah
menyiapkan operasi di Tingkok.
52

Kanada dan Tingkok berkomitmen untuk sepenuhnya


mengimplementasikan Perjanjian Paris dan memperjuangkan transisi menuju
ekonomi dan masyarakat rendah karbon yang kompetitif. Kedua negara akan
melanjutkan dialog bilateral tentang negosiasi internasional dan kebijakan tentang
perubahan iklim. Kanada dan Tingkok juga akan berbagi pengetahuan tentang
langkah-langkah perubahan iklim domestik seperti penetapan harga karbon dan
transisi dari bahan bakar fosil dan menuju masa depan energi bersih, yang akan
menciptakan pekerjaan kelas menengah yang baik. Melalui nota kesepahaman ini,
kedua negara akan mendorong dan mempromosikan kerja sama dan kemitraan
komprehensif di sektor publik dan swasta, termasuk departemen pemerintah;
pemerintah subnasional, regional, dan lokal; lembaga terkait; pusat penelitian;
bisnis dan industri; dan masyarakat sipil. Kanada dan Tiongkok mengakui bahwa
lingkungan dan ekonomi berjalan beriringan, dan mereka tetap teguh dalam
dedikasi mereka terhadap kepemimpinan iklim.

Mengelola dampak lingkungan dari produksi energi dan penggunaannya


juga dapat membentuk hubungan bilateral di masa depan. Kelompok-kelompok
industri seperti Oil Sands Innovation Alliance (COSIA) Kanada sedang
memajukan metode inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan dari minyak
pasir minyak pada air, penggunaan lahan dan emisi karbon. COSIA telah
menetapkan target untuk mengurangi penggunaan air di pasir minyak hingga 50
persen pada tahun 2022.

Inovasi semacam itu dapat menarik bagi negara-negara seperti Tingkok di


mana, di beberapa bagian negara, ekstraksi dan industri lain menghadapi
kekurangan air yang parah. Peluang untuk mengekspor layanan tersebut akan
meluas di tahun-tahun mendatang. Tetapi ketika Tingkok dan ekonomi besar Asia
lainnya mempercepat pencarian cara-cara untuk mengurangi kerusakan
lingkungan dan mempromosikan efisiensi energi yang lebih besar, jendela
peluang semakin tertutup karena dua alasan: pesaing yang lebih agresif memenuhi
permintaan bahan bakar fosil yang ada, dan permintaan diharapkan untuk
53

menyusut karena pertumbuhan Tiongkok melambat dan seiring dengan semakin


dalamnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim.
54

BAB 5. KESIMPULAN

Pada era industri yang semakin berkembang dan melibatkan peran lebih
akan teknologi ini memacu negara-negara agar makin bersaing untuk
meningkatkan peringkatnya dalam tiap keunggulan yang dimiliki oleh negara
sehingga memperoleh keuntungan secara ekonomis secara optimal. Negara China
dan Kanada juga bukanlah sebuah pengecualian, terlebih untuk China yang saat
ini laju perekonomiannya dinilai sangat cepat sehingga dianggap mampu bersaing
dengan Amerika yang merupakan negara adikuasa selama berpuluh dekade. Tak
hanya mengenai ekonomi, China dalam faktanya merupakan negara yang
memiliki jumlah penduduk tinggi di dunia dan berada di peringkat kesatu.
Beberapa kondisi tersebut, menyebabkan China juga mempunyai kekurangan,
yakni mengenai lingkungan dan energi.

Dalam hal sistem pemerintahan, China pernah menyatakan bahwa dirinya


adalah “Satu Negara, Dua Sistem” yang dapat diartikan bahwa China memiliki
sistem pemerintahan komunis, namun memiliki sistem perekonomian yang liberal.
Sistem perekonomian tersebutlah yang memungkinkan China untuk menjalin
berbagai kerjasama lintas negara dengan negara yang telah di bidik oleh China.
Kanada merupakan negara yang berada dalam bidikan China dalam hal untuk
menjalin kerjasama, meskipun negara tersebut merupakan bagian dari Amerika
serikat, namun antara dua negara ini dapat saling menjalin kerjasama, dalam
penelitian ini, pada bidang energi bersih. Kanada merupakan negara bagian yang
terluas di Amerika Serikat, dan memiliki keunggulan di bidang kemajuan
teknologi untuk menghasilkan energi bersih.

Kerjasama antara dua negara ini (China dan Kanada) dalam bidang energi
bersih, saling memiliki landasan, yang tentu saja demi keuntungan masing-
masing. Untuk faktor politik, kerjasama dalam bidang energi ini kedua negara
saling diuntungkan, karena China sebagai negara komunis ini dapat menunjukkan
bahwasannya negaranya tidaklah kaku sehingga dapat menjalin kerjasama satu
sama lain, terlebih pada tahun 2015, Justin Tredau dari Kanada mengunjungi
55

China dan makin mempererat interaksi antara kedua negara tersebut. Keuntungan
secara politik yang didapat Kanada dalam kerjasama di bidang energi bersih ini
dari China adalah beberapa kebijakan dan urusan luar negeri yang oleh
masyarakat internasional sulit (karena berurusan dengan China yang merupakan
negara komunis) dipermudah dan khusus dibuat untuk Kanada. Hal ini
memudahkan masyarakat Kanada untuk melakukan berbagai kegiatan, baik itu
bisnis maupun lainnya.

Faktor ekonomi, pada faktor ini tentu saja antara kedua negara
diuntungkan, baik dalam bentuk investasi asing-langsung, kejasama perdagangan,
dan interaksi ekspor impor barang komoditas yang saling dibutuhkan oleh
masing-masing negara. Jumlah investasi asing langsung antara kedua negara ini
juga makin meningkat tiap tahun, terlebih jumlah investasi yang diberikan oleh
China ke Kanada. China membutuhkan perlatan dan perlengkapan canggih
(secara teknologi yang dihasilkan Kanada) untuk mendukung berlangsungnya
hasil dari energi bersih, Kanada membutuhkan suplai barang kebutuhan industri
yang lebih sederhana, seperti tekstil, yang dihasilkan oleh China.

Faktor lingkungan, Nota Kesepahaman (Tiongkok) tentang Kerjasama


Lingkungan ditandatangani di Beijing pada bulan Desember 2017. Ini membentuk
forum untuk kerja sama dan tindakan berkelanjutan mengenai perlindungan
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Di bawah MOU, kedua belah pihak
(China dn Kanada) akan mengembangkan dialog kebijakan bilateral dan kegiatan
kerja sama di berbagai bidang seperti kualitas udara, air, tanah, pengelolaan bahan
kimia, pengelolaan keadaan darurat lingkungan, penegakan lingkungan,
konservasi keanekaragaman hayati, kawasan lindung, pertumbuhan dan
pengembangan hijau.
56

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Dincer I, Rosen MA. 2012. Exergy: energy, environment and sustainable
development. Newnes: Elsevier
Mas'oed, M. 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3S.
Moleong, L. J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Nawani, H. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing
Robert K. Yin. 2011. Qualitative Research from Start To Finish. New York: The
Gulford Press.
Spring, D. & Wolinsky, Y. 2004. Models, Number, and Cases Method for
Studying International Relations. Michigan: The University of Michigan
Press.
The Liang Gie. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Koentjoroningrat,
Ed.) Jakarta: PT. Gramedia.
Universitas Jember. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember University
Press.

Yergin, Daniel. 1991. The Prize. The Epic Quest For Oil, Money and Power. New
York. Simon & Schuster.

Jurnal
Biswas. K.A., Tortajada., C. 2017. Water As Human Right. Diakses dari :
researchgate.com:https://www.researchgate.net/publication/317083055_Wat
er_as_a_human_right/link/5b8ee296299bf114b7f608e7/download. Pada 4
Januari 2020
57

Chang K, Xue F, Yang W. 2015. Review of the basic characteristics and


technical progress of smart grids in China. Autom Electric Power Syst.
2015;33:10–5. doi:10.3321/j.issn:1000-1026.2009.17.003

Crompton., Paul dan Wu., Yanrui. 2005. Energy Consumption in China : Past
Trends and Future Directions. Diakses dari
https://www.science.uwa.edu.au. Pada 9 Oktober 2019

Dong,. Kang-Yin, Jin-Sun., Ren, Liu. H, dan Jiang. Hong-Dian. 2016. A review of
China’s energy consumption structure and outlook based on a long-range
energy alternatives modeling tool. Diakses dari Springer.com :
https://link.springer.com/article/10.1007/s12182-016-0136-z Pada 28
Desember 2019

Ouyang X, Lin B. 2015. An analysis of the driving forces of energy-related


carbon dioxide emissions in China’s industrial sector. Renew Sustain
Energy Rev. 2015;45:838–49. doi:10.1016/j.rser.2015.02.030.

Shiu A, Lam PL. Electricity consumption and economic growth in China. Energy
Policy. 2004;32:47–54. doi:10.1016/s0301-4215(02)00250-1.

Michael, C. David., Zhou, S., dan Wu, W. 2013. China Energy Future: Reaching
for a Clean World. The Boston Consulting Group.

Artikel dari Internet


CEIC. 2014. China economic and industry data database. Diakeses dari CEIC;
http://www.ceicdata.com/en/countries/china. Pada 3 April 2019

Gauthier, Alexander. 2013. Trade and Investment Profile Canadian Trade and
Investment Activity: Canada–China. Diakes dari Library of Parliament:
https://lop.parl.ca/sites/PublicWebsite/default/en_CA/ResearchPublications/
TradeAndInvestment/201355E Pada 28 April 2019

Marie Dumont. 2013. Trade and Investment Profile Canadian Trade and
Investment Activity: Canada–China. Diakses dari Parliament of Canada:
58

https://lop.parl.ca/Content/LOP/ResearchPublications/2013-55-s-e.htm Pada
28 April 2019

Ministry of Foreign Affairs the People’s Republic of China. 2010. Promote the
All-round Development of the China-Canada Strategic Partnership. Diakes
dari Quishi;
http://english.qstheory.cn/resources/speeches/201109/t20110925_112678.ht
m. Pada 28 April 2019

Yergin, Daniel. 2006. 'Ensuring Energy Security',. Foreign Affairs, Diakses dari
UN; http://www.un.org/ga/61/second/daniel_yergin_energysecurity.pdf
Pada 6 Mei 2019
Berita
Blatchford, Andy, dan Mike Blanchfield. 2017. China Sees Free Trade with
Canada as Way to Avoid Future Norsatlike Uncertainty. Diakses dari CBC
News: http://www.cbc.ca/news/politics/china-norsat-free-tradecanada-
1.4190712. Pada 3 Oktober 2019

Fife, Robert, dan Steven Chase. 2017. Critics Oppose Liberals’ Handling of
Chinese Investor’s Norsat Takeover. Diakses dari Globe and Mai:
lhttps://www.theglobeandmail.com/news/politics/critics-opposeliberals-
handling-of-norsat-takeover/article35258716/. Pada 5 Oktober 2019

Fife, Robert, dan Steven Chase 2017. Think Tank Leads Corporate-Funded
Campaign to Sway Canadians on Chinese Trade. Diakses dari Globe and
Mail: https://www.theglobeandmail.com/news/politics/think-tank-leads-
corporatefunded-campaign-to-sway-canadians-on-chinese-
trade/article35406698/. Pada 5 Oktober 2019

Fife, Robert, dan Steven Chase. 2018. China’s Envoy Assails Canada’s ‘Immoral’
Concerns over Takeovers. Diakses dari Globe and Mail:
https://www.theglobeandmail.com/politics/article-chinas-envoy-assails-
canadas-concernsover-state-owned-takeovers/. Pada 5 Oktober 2019
59

Mazereeuw, Peter. 2015. Chinese Ambassador Watching for Trudeau’s Next


Move on Trade Deal.” Diakses dari Embassy–Canada’s Foreign Policy
Newspaper: http://www.embassynews.ca/news/2015/11/25/Chinese-
ambassador-watching-for-Trudeau-next-move-on-trade-deal/47924. Pada 3
Oktober 2019

Russell, Andrew. 2016. Canada-China Extradition Treaty: Here’s What You Need
to Know. Diakses dari Global News :
https://globalnews.ca/news/2953881/canada-china-extradition-treaty-heres-
what-you-needto-know/. Pada 9 April 2019

Internet
Allen, Nathan, Andrea Lawlor, dan Katerina Graham. 2018. Is Canada’s Print
Media Fair on China?. Diakses dari Asia Pacific Foundation of Canada:
https://www.asiapacific.ca/canada-asia-agenda/canadas-printmedia-fair-
china. Pada 3 Desember 2019

EIA. 2014. China. Diakses dari : Independent Statistic & Analysis, U.S Energy
Information Administration :
https://www.eia.gov/international/analysis/country/CHN Pada 6 Mei 2019

Houlden, Gordon. 2008. Opening the doors to Chinese investment. Diakses dari
OpenCanada.org; http://opencanada.org/features/engaging-china/. Pada 3
Desember 2019

Li, Z. 2003. Energy and Environmental Problems behind China’s High Economic
Growth – A Comprehensive Study of Medium- and Long-term Problems,
Measures and International Cooperation. Diakses dari :
https://www.eneken.ieej.or.jp Pada 17 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai