Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

“TRANSFORMASI KEHUMASAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19”

(Studi Analitis Implementasi Digital Public Relations


Pada Humas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta)

Tugas Ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah

Kapita Selekta Komunikasi

DOSEN PENGAMPU:

Danang Trijayanto, M.A

DISUSUN OLEH:

Jihan Faradilla Putri (1735160009)

POGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Transformasi Kehumasan di Tengah Pandemi COVID-
19 (Studi Analisis pada Implementasi Digital PR Humas Pemprov DKI)”. Adapun
penyusunan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mata
kuliah Kapita Selekta Komunikasi.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


semua pihak yang terlibat dan telah membagi sebagian dari pengetahuannya
selama proses penyusunan, terutama kepada Bapak. Danang Trijayanto selaku
dosen mata kuliah Kapita Selekta Komunikasi, yang telah membimbing penulis
selama prosesnya.

Mengingat segala keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan


pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka, segenap kritik dan
saran yang membangun akan sangat penulis harapkan sebagai bahan perbaikan
penelitian ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat


memberikan sedikit manfaat bagi semua pihak yang berkenan memanfaatkannya.

Bogor, November 2020


Jihan Faradilla Putri

i
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
1.4.1 Manfaat Praktis..........................................................................................4
1.4.2 Manfaat Akademis.....................................................................................4
BAB 2 KERANGKA TEORITIS....................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................5
2.2 Tinjauan Pustaka................................................................................................9
2.2.1 Transformasi...............................................................................................9
2.2.2 Kehumasan...............................................................................................11
2.2.3 Peran Humas............................................................................................13
2.2.4 Fungsi Humas...........................................................................................14
2.2.5 Tujuan Humas..........................................................................................16
2.2.6 Digital Public Relations............................................................................18
2.2.7 Media Sosial.............................................................................................20
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................................21
3.1 Paradigma Penelitian........................................................................................21
3.2 Metode Penelitian.............................................................................................21
3.3 Subjek dan Objek Penelitian.............................................................................23
3.4 Sumber Data.....................................................................................................23
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................24
3.6 Teknik Analisis Data........................................................................................26

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia digemparkan dengan merebaknya


sebuah virus yang dikenal dengan virus corona. Coronaviruses (CoV) merupakan
bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga
penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-
CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Coronaviruses atau
yang kerap juga disebut COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun
2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya.1

Kemunculan COVID-19 sebagai sebuah pandemi telah membawa


pengaruh yang begitu besar dalam berbagai sektor kehidupan, salah satunya sektor
Kehumasan. Dalam konteks kehumasan (PR) pandemi COVID-19 dipandang
sebagai sebuah krisis yang harus segera ditangani dan dikelola dengan baik.
Kondisi di tengah pandemi ini telah menempatkan seluruh masyarakat di dunia
pada kondisi yang serba tidak pasti dan tidak terkendali. Oleh karena itu, disini
penting bagi seorang praktisi PR untuk mampu melihat variabel mana yang lebih
dapat dikendalikan, yaitu arus informasi.

Terdapat kutipan dari sejarawan sekaligus penulis ternama, Yuval Noah


Harari dalam Time mengatakan "The best defence humans have against pathogen
is not isolation - it is information".2 Disini Yuval menegaskan bahwa di tengah
pandemi ini, kekuatan pertahanan kita yang utama bukanlah isolasi tetapi
informasi. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pandemi telah terjadi silih
berganti di sepanjang sejarah umat manusia. Flu Spanyol misalnya, diketahui
telah memakan korban jiwa jauh lebih besar daripada COVID-19, padahal tingkat
mobilitas masyarakat dunia pada tahun 1918 belum semasif saat ini. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan besar dalam hal penanggulangan
pandemi di masa lalu dengan masa kini. Perbedaan besar itu adalah aspek

1
World Health Organization, https://www.who.int/
2
Time, https://time.com/5803225/yuval-noah-harari-coronavirus-humanity-leadership/

1
informasi. Bahwa melalui informasi yang tepat dan akurat dapat menjembatani
kita dalam meminimalisir korban jiwa di tengah pandemi. Oleh karena itu, disini
PR memainkan peran yang begitu krusial sebagai barometer sumber informasi
publik.

Di Indonesia sendiri, kasus positif COVID-19 pertama kali terdeteksi pada


awal Maret 2020 melalui pengumuman resmi oleh Presiden Joko Widodo, yang
mengungkapkan bahwa terdapat dua orang warga Indonesia yang terjangkiti,
tepatnya di kota Depok, Jawa Barat. Hanya dalam waktu yang singkat, jumlah
kasus infeksi tersebut terus melonjak tidak terkendali. Sejak saat itu babak
perjuangan bangsa Indonesia dalam menumpas COVID-19 telah dimulai. Kini,
telah delapan bulan berjalan, Pemerintah Indonesia masih terus konsisten
mengerahkan segenap daya dan upaya dalam penanganan COVID-19 di
Indonesia. Memasuki awal November 2020 ini, tercatat jumlah kasus infeksi virus
corona di Indonesia berada pada angka 429.574. Provinsi DKI Jakarta sampai hari
ini masih memegang rekor sebagai provinsi dengan jumlah kasus tertinggi,
dengan total 107.847 kasus.3

Sebagai Ibukota negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di


Indonesia, tentu hal itu sudah tidak mengherankan lagi. Jakarta sebagai kota
metropolitan yang terkenal akan hiruk pikuk mobilitas penduduknya yang tinggi,
tentu keluar sebagai salah satu kota teraktif dalam penyebaran COVID-19. Hal ini
menjadi tantangan bagi seluruh elemen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
khususnya bagi Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang bertanggung jawab
dalam hal mengkoordinasi komunikasi dengan publik. Pasalnya, pandemi
COVID-19 telah membawa masyarakat dalam kondisi VUCA (volatility,
uncertainty, complexity, dan ambiguity)4, yang jika diterjemahkan secara
gamblang merupakan kondisi dimana keadaan berubah begitu cepat dan

3
Satgas Penanganan Covid-19, https://covid19.go.id/ diakses pada 8 November 2020 pukul 13:05
WIB
4
Ikatan Pranata Humas Indonesia, https://iprahumas.id/detailpost/public-relations-new-normal-
new-style

2
mengalami lonjakan yang tidak terprediksi, hal itu tandai dengan adanya berbagai
ketidakpastian, anomali, kerumitan dan ketidakjelasan.

Selain itu, pandemi COVID-19 juga telah mengantarkan kita pada


gelombang disrupsi yang begitu cepat dan senyap hingga mengubah pola
komunikasi yang sudah ada. Tuntutan tegas untuk back to the barrier dan saling
menjaga jarak fisik melahirkan interaksi berbasis online dan real time, yang
seketika menjadi tren yang mau tak mau harus diikuti. Relasi di masyarakat tidak
lagi sama dan sebuah tatanan hidup baru pun terbentuk dan telah menjadi standar.
Masyarakat dunia kini telah dituntut untuk mengambil langkah lebih cepat menuju
dunia digital tanpa batas.

Maka, secara keseluruhan kondisi saat ini telah menuntut berbagai sektor
untuk bertransformasi mengikuti segala perkembangan yang ada, tidak terkecuali
dunia Kehumasan/Public Relations. Praktisi PR kini dituntut untuk mampu
menjawab seluruh tantangan yang ada dengan menjadi adaptif dan transformatif.
Dengan adanya batasan interaksi fisik, PR harus mampu mengoptimalkan
teknologi digital dengan meningkatkan pemanfaatan media sosial, seperti
Website, Instagram, Twitter, Facebook, Podcast, Youtube, dan E-mail. PR harus
mampu beradaptasi dengan cepat dan berinteraksi dengan metode baru. Sehingga
kini, transformasi digital adalah kunci untuk tetap menjadi relevan di tengah
situasi yang begitu dinamis. Maka, dengan ini implementasi Digital Public
Relations merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh berbagai sektor
kehidupan yang terdampak pandemi COVID-19, terutama praktisi Humas
Pemprov DKI Jakarta.

Kondisi DKI Jakarta yang sampai hari ini masih tercatat sebagai juara
bertahan provinsi dengan jumlah kasus infeksi COVID-19 tertinggi di Indonesia 5,
menuntut praktisi Humas Pemprov DKI Jakarta untuk tetap siaga dan konsisten
dalam memenuhi segala kebutuhan informasi seputar COVID-19 bagi masyarakat
Jakarta. Maka, sebagai barometer sumber informasi publik, Pemprov DKI Jakarta
5
Kompas.com, https://nasional.kompas.com/read/2020/11/05/16502741/4065-kasus-baru-
covid-19-di-33-provinsi-penambahan-di-jakarta-tertinggi?page=all diakses pada 8 November
2020 pukul 14:01

3
pun dituntut untuk bertransformasi mengikuti segala perkembangan yang ada
guna tetap menjadi wadah informasi yang relevan bagi masyarakat DKI Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam


menyusun penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai
dasar kajian penelitian yang dilakukan, yaitu bagaimana bentuk transformasi
kehumasan yang dilakukan oleh praktisi Humas Pemprov DKI Jakarta dalam
mengimplementasikan Digital Public Relation di tengah pandemi COVID-19 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah


untuk mengetahui bagaimana bentuk transformasi kehumasan yang dilakukan
oleh Humas Pemprov DKI Jakarta dalam mengimplementasikan Digital Public
Relations di tengah pandemi COVID-19.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan


manfaat melalui analisis yang dipaparkan mengenai transformasi
kehumasan, yang tidak hanya dapat diimplementasikan dalam sektor
Pemerintahan, melainkan juga untuk berbagai sektor lainnya dalam ruang
lingkup sosial.

1.4.2 Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah


wawasan keilmuan kepada civitas akademik, khususnya dalam bidang
Ilmu Komunikasi, sekaligus juga memberikan kontribusi sebagai bahan
referensi pada kajian Kehumasan/Public Relations.

4
BAB 2
KERANGKA TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam


melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan
dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis
tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian
penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi
dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa skripsi dan jurnal


terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis :

NO. NAMA JUDUL HASIL PENELITIAN


PENELITI PENELITIAN
1. Yusuf Efendi “Pengelolaan Perencanaan Digital Public
Nasution, dan Digital Public Relations menggunakan editorial
Tri Hastuti Nur Relations Rumah plan yang disusun setiap
Sakit “JIH” minggunya sehingga proses
Yogyakarta” perencanaan lebih panjang dan
tertata dengan baik. Media sosial
yang digunakan oleh Rumah Sakit
“JIH” dalam kegiatan
digital PR perusahaan adalah
Facebook, Instagram dan Twitter.
Pemilihan media sosial tersebut
bedasarkan segmentasi dari masing-
masing karakter pengguna dari
masing-masing media sosial.
2. Meranti, “Transformasi Industri 4.0 mengantarkan dunia
Irwansyah. dan Kontribusi kehumasan pada berbagai bentuk
Industri 4.0 pada transformasi untuk berkembang

5
Stratejik menjadi lebih kompleks,
Kehumasan” diantaranya :

 Dari segi industri,


kontribusi inudstri 4.0
secara praktik dapat
dirasakan dengan
terbukanya beberapa
industri baru yang relevan
dengan pasar keterampilan
humas.
 Dari segi teknologi,
kehumasan dapat
membuat sebuah platform
berbasis aplikasi atau web
yang dapat membangun
dialog dengan konsumen,
menggunakan cara
multilevel customer
interaction dan customer
profiling.
 Dari segi komunikasi,
transformasi terjadi pada
praktik interaksi yang
dilakukan menjadi tidak
hanya satu arah dari
praktisi humas kepada
konsumen, namun terdapat
interaktivitas untuk
mengetahui pandangan
dari konsumen mengenai

6
reputasi brand.
3. Inspirasi Edisi “Transformasi  Personalisasi Konten. No
20 – Humas dalam ‘One Size Fits All
Bamboedoea Era Revolusi messages’ untuk konten
Communicatio 4.0” humas. Agar impactful,
n praktisi humas harus
kreatif dan bisa
berkomunikasi secara
personal.
 Kreatif dan pahami Global
Trend. Kita harus
mengombinasikan digital
teknologi untuk peran
fungsi humas di era 4.0.
 Integritas. Di era disrupsi
ini, humas mudah terbawa
arus polemik isu hingga
fake news. Humas harus
tetap memiliki tata kelola
(Good
Governance),akuntabel,tran
sparan dan menjawab
bukan hanya kebutuhan
stakeholders, tapi juga
seluruh warga negara.
 Kolaborasi. Humas tidak
bisa berdiri sendiri di
era digital ini. Humas
butuh digital content
creator, videografer,
infografik, ads people,

7
brand people hingga
marketing.
4. Oktolina “Kompetensi Kemampuan menulis, fotografi
Simatupang. Humas dan videografi (termasuk proses
Pemerintah editing foto dan video), merupakan
dalam keahlian mendasar yang penting
Menghadapi dimiliki oleh humas pemerintah,
Revolusi Industri setidaknya untuk keperluan
4.0” pengelolaan website instansi.

Humas pemerintah diharapkan


lebih kreatif dalam melakukan
tugas-tugas kehumasan, khususnya
diseminasi informasi pemerintah.
Media yang digunakan perlu
diperluas sehingga tidak hanya
sebatas website instansi saja.
Kehadiran media sosial yang
sangat digemari masyarakat
terutama kaum milenial menjadi
tantangan sekaligus peluang bagi
humas pemerintah.
5. Dina Mizanie, “Pemanfaatan Terdapat beberapa strategi yang
Irawansyah. Media Sosial ditawarkan dalam pemanfaatan
Sebagai Strategi media sosial, diantaranya meliputi
Kehumasan  Electronic word-of mouth,
Digital Di Era untuk mempengaruhi calon
Revolusi Industri konsumen dalam skala yang
4.0” lebih luas, E-WOM mampu
memperluas arah
komunikasinya menjadi

8
one-to-many atau many-to-
many.
 Internet buzzer, aktivis
media sosial, dapat menjadi
salah satu strategi untuk
mencapai tujuan humas,
khususnya untuk memenuhi
fungsi dialogis. Ada krisis
dimana humas harus
melakukan dialog kepada
publiknya.
 Search Engine
Optimization, Strategi
selanjutnya yang dapat
dilakukan humas digital
adalah mengoptimalkan
search engine optimization
(SEO). SEO merupakan
cara paling efektif untuk
mendapatkan perhatian
pengguna yang terkoneksi
internet.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Transformasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), secara etimologis


transformasi adalah perubahan rupa yang meliputi bentuk, sifat, fungsi dan
sebagainya. 6
Hal itu senada dengan yang dinyatakan dalam kamus The New
Grolier Webster Internasional Dictionary of English Language bahwa secara
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), https://kbbi.web.id/transformasi diakses pada 7
November 2020 13:34

9
umum transformasi memiliki arti menjadi bentuk yang berbeda namun
mempunyai nilai-nilai yang sama.7

Menurut D’ Arcy Thompson dalam bukunya On Growth and Form


mengungkapkan :

“Transformation is a process and aphenomenon of the


change of formunder altering circumstances”.

(Transformasi adalah sebuah proses fenomena perubahan


bentuk dalam keadaan yang berubah-ubah. Dengan
demikian dapat terjadi secara tidak terbatas). 8

Berdasarkan definisi tersebut, transformasi merupakan perubahan yang


dihasilkan dari keadan yang bersifat dinamis, oleh karena itu menjadi tidak
terbataskan.

Secara lebih mendalam, Anthony Antoniades dalam bukunya Peotics of


Architecture Theory of Design, 1990 menyatakan :

“Transformasi adalah proses perubahan secara berangsur-


angsur sehingga sampai pada tahap ultimate. Perubahan
dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh
unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan
perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya
kemudian menggandakannya secara berulang-ulang.”9

Berdasarkan definisi Anthony, transformasi dilihat sebagai suatu bentuk


peningkatan (improvement) yang dilakukan untuk menjawab berbagai bentuk
tantangan baru yang terstimulasi dari berbagai hal seiring berjalannya waktu.

Definisi lainnya diutarakan oleh Josef Prijotomo dalam Prastyanto dkk


adalah sebagai berikut :

“Transformasi dalam Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia


dapat disamakan dengan kata “pemalihan” yang artinya
perubahan dari benda asal menjadi benda hasilnya.

7
Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey, “Transformasi Sebagai Strategi Desain” MEDIA
MATRASAIN VOL 8 No.2 Hal. 119
8
Ibid., Hal. 120
9
Ibid., Hal. 120

10
Perubahan yang terjadi dapat dikategorikan menjadi
perubahan yang sudah tidak memperlihatkan kesamaan
atau keserupaan dengan beda asalnya, maupun perubahan
yang benda hasilnya masih menunjukan petunjuk benda
asalnya.”10

Definisi diatas telah melengkapi keseluruhan definisi sebelumnya melalui


pembagian kategori transfromasi kedalam dua jenis, yaitu yang bersifat
percampuran/peningkatan hingga yang bersifat perubahan menyeluruh.

2.2.2 Kehumasan

Kehumasan atau segala bentuk mengenai hubungan dengan masyarakat


menurut Institute Public Relations merupakan usaha yang terencana dan
berkelanjutan untuk membentuk dan menjaga sikap baik dan pengertian antara
organisasi dan publik. Hal yang dilakukan oleh kehumasan tidak hanya sebagai
penerimaan masyarakat terhadap penerimaan atau popularitas, tetapi menekankan
pada sikap baik dan pengertian. Oleh sebab itu, kegiatan yang dilakukan harus
terencana dan berkelanjutan dengan cara dibentuk dan dijaga.11

Saat ini terdapat begitu banyak definisi mengenai Hubungan Masyarakat,


namun masing-masing definisi tersebut hampir memiliki pengertian yang sama.
Meski begitu, penting untuk tetap berusaha memahami masing-masing definisi
dengan benar.

Rex Harlow setelah mengkaji sekitar 472 definisi Public Relations


(Humas) pada tahun 1976 mendefinisikan humas sebagai berikut:

“Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas


yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur
bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai
komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama;
melibatkan manajemen menjadi tahu dan tanggap
terhadap opini publik, mendukung manajemen dalam
mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif,
10
Risma Mawar Novia Safitri, “Transformasi Arsitektur Monumen Batas Kota dalam Perancangan
Mixed-Use Building sebagai Gateway Kota Yogyakarta Bagian Barat di Kawasan Gamping”
(Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia, 2018)
11
Meranti dan Irwansyah, Kajian Humas Digital: “Transformasi Dan Kontribusi Industri 4.0 Pada
Stratejik Kehumasan” JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol.7 No. 1 Hal. 30

11
bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam
membantu mengantisipasi kecenderungan, dan
menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang
sehat dan etis sebagai sarana utama.”12

Definisi Rex Harlow mengedepankan aspek terpenting Humas, yaitu


sebagai garda terdepan dalam hal komunikasi, bahkan didalamnya ditekankan
pentingnya komunikasi yang sehat dan etis. Definisi lain diutarakan oleh Frank
Jefkin yaitu:

“PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,


baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi
dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian.”13

Definisi menurut John E. Marston dalam bukunya Moderen Public


Relations adalah sebagai berikut :

“Public Relations is planned, persuasive


communication designed to influence significant
public.”14
(Humas adalah komunikasi yang dirancang
dengan perencanaan, bersifat persuasif untuk
mempengaruhi khalayak tertentu)

Kedua definisi tersebut, menunjukkan bahwa unsur tujuan Humas tidak


terbatas pada terbinanya hubungan saling pengertian dalam menjalin sebuah
komunikasi, melainkan lebih dari itu mencakup berbagai macam tujuan lain.
Selain itu, Humas menerapkan metode manajemen yang didasarkan pada tujuan
yang terencana dan sistematis.

Definisi diatas senada dengan definisi yang dibentuk oleh IPR (Institute of
Public Relations) di tahun 1978, yaitu:

12
Denayora Yoilos Rafli, “Pengaruh Sosialisasi Tata Cara Contreng Terhadap Tingkat
Pengetahuan Pemilih Pemula” (Depok :Universitas Indonesia, 2009) Hal. 10
13
Ibid., Hal. 10
14
Ibid., Hal. 10-11

12
“Public Relations adalah usaha yang terencana dan
didukung untuk menciptakan dan menjaga niat baik
dan pengertian antara organisasi dan publiknya.”15

Bahwa PR merupakan kegiatan dengan hasil nyata, dimana bukan sekedar


mengejar popularitas dan pencitraan publik, melainkan lebih dari memiliki tujuan
utama memastikan publik memiliki pandangan yang akurat dan positif.

2.2.3 Peran Humas

Keberadaan atau kedudukan Humas secara lebih operasional


menyatu pada fungsi dan perannya dalam suatu perusahaan ataupun
organisasi. Peran Humas dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat
kategori, yaitu:16

1. Penasehat ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi Humas yang berpengalaman dan memiliki


kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam
menyelesaikan masalah hubungan dengan publiknya.
2. Problem Solving Proses Facilitator

Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.


Pada peranan ini petugas humas melibatkan diri atau melibatkan
dalam setiap menajeman (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan
bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis
manajemen.

3. Fasilitator Komuniakasi (Communication Facilitator)

Dalam hal ini praktisi Humas bertindak sebagai komunikator


atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di
pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan,
kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya.

15
Ibid., Hal. 11
16
Ibid., Hal. 11-12

13
4. Technician Communication

Petugas Humas dianggap sebagai pelaksana teknis


komunikasi. Melayani layanan di bidang teknis, sementara kebijakan
dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan
merupakan keputusan petugas Humas, melainkan keputusan
manajemen dan petugas Humas yang melaksanakan.

Menurut Cutlip, Center dan Broom, Humas memiliki peran yaitu17:

1. Sebagai Communicator, yaitu Humas harus mampu menjadi


pendengar sekaligus pembicara sesuai dengan kebutuhan publik dan
organisasi/perusahaan. Dengan terjalinnya komunikasi dua arah,
hubungan yang harmonis dapat tercipta.
2. Sebagai Image maker, yaitu tujuan akhir dari aktivitas suatu program
kerja Humas, baik dalam publikasi maupun promosi.
3. Sebagai Back-upmanagement, yaitu Humas harus mampu menangani
segala kondisi/krisis yang dihadapi oleh organisasi/ perusahaan.
4. Sebagai Conceptor, yaitu pembuat konsep/ide untuk berbagai
kegiatan yang ada di organisasi/perusahaan guna memelihara dan
menciptakan citra yang baik.
5. Sebagai Mediator, menjadi jembatan antara organisasi/perusahaan
dengan seluruh publiknya demi terjalinnya hubungan yang harmonis.
6. Sebagai Creator, menciptakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan perubahan baik untuk materi promosi
maupun materi publikasi.
7. Sebagai Problem Solver, untuk mengatasi masalah yang dihadapi
oleh organisasi/perusahaan, dengan melakukan antisipasi melalui
tahapan kerja Humas, baik yang berhubungan dengan publik
internal maupun publik eksternal.

17
Ibid., Hal. 12-13

14
2.2.4 Fungsi Humas

Sedangkan berdasarkan fungsinya menurut Cutlip, Center dan Broom


Humas memiliki fungsi sebagai berikut:18

1. Publicity
Publisitas adalah informasi yang didapat dari sumber lain
yang digunakan oleh media karena memiliki nilai berita.
Kebanyakan dari berita dan informasi dalam sebuah media
bersumber dari Humas. Dalam menempatkan suatu pesan pada
media, merupakan metode yang tidak dapat dikontrol, sebabnya
adalah karena nara sumber tersebut tidak membayar kepada
media. Salah satu contoh media untuk menjalankan fungsi
kehumasan ini adalah press release.
2. Advertising
Iklan merupakan suatu metode penempatan pesan pada
media yang dapat dikontrol, karena biasanya seorang humas
membayar kepada media. Iklan adalah informasi yang ditempatkan
pada suatu media oleh sponsor tertentu dengan cara membayar
untuk tempat dan waktu.
3. Press Agency,
Agen pers adalah pembuatan cerita dan acara yang
bernilai berita, untuk menarik perhatian publik lebih dari sekedar
pengertian dari publik. Dalam melakukan kegiatannya, Humas
menggunakan publisitas sebagai tujuan utama. Tujuannya adalah
supaya media datang dengan sendirinya untuk meliput acara atau
informasi yang dimiliki.
4. Public Affairs
Public affairs adalah bagian khusus Humas yang
membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah dan
masyarakat di sekitar, untuk mempengaruhi kebijakan publik.

18
Ibid., Hal. 13-15

15
Dalam hal ini tanggung jawab Humas meliputi hubungan dengan
pemerintah baik pusat dan daerah, hubugan dengan masyarakat
sekitar, komite publik serta badan/lembaga yang berwenang.
5. Issue Management
Manajemen isu adalah tindakan mengantisipasi,
mengidentifikasi, mengevaluasi serta merespons isu kebijakan publik
yang mempengaruhi hubungan perusahaan atau organisasi
publiknya. Tujuannya adalah untuk melindungi pasar, mengurangi
resiko, menciptakan kesempatan dan membuat citra organisasi
yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu bagi oganisasi
sendiri dan bagi para pemegang saham. Media untuk
manajemen isu ini dapat dilakukan dengan monitor media
massa, membuat forum diskusi atau merespon isu publik pada surat
pembaca di surat kabar.
6. Lobbying
Lobbying merupakan bagian khusus Humas yang
menciptakan dan memelihara hubungan khususnya dengan
pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi pembuatan undang-
undang dan peraturan. Pada prakteknya, kegiatan ini harus terkait
dengan usaha Humas lainnya di luar pemerintah.
7. Investor Relations
Bagian ini merupakan bagian khusus Humas perubahaan
yang menguntungkan dengan para stakeholders dan pihak lain dalam
konteks keuangan. Tujuannya adalah untuk memperluas nilai pasar,
sehingga tanggung jawab investor antara lain mengikuti trend pasar,
menyediakan informasi untuk keuangan publik, merespons
permintaan terhadap informasi keuangan. Laporan tahunan, laporan
via e-mail dan website merupakan media utama menyampaikan
informasi secara cepat kepada analis keuangan, wartawan keuangan
dan para investor.
8. Development

16
Development adalah bagian khusus Humas pada suatu
organisasi non-profit yang menciptakan dan memelihara hubungan
dengan para donor dan anggota dengan tujuan untuk keamanan
keuangan dan dukungan sukarelawan.

2.2.5 Tujuan Humas

Tujuan Humas atau Public Relations secara umum/universal terbagi


kepada empat hal, yakni :

1. Menciptakan citra yang baik;


2. Memelihara citra yang baik;
3. Meningkatkan citra yang baik;
4. Memperbaiki citra jika citra organisasi menurun/rusak.19

Tujuan humas adalah untuk menciptakan membina dan memelihara


sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan
dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal
balik. Pada dasarnya, humas adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
goodwill,kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari
publik atau masyarakat pada umumnya.

Secara garis besar, tujuan humas menyangkut tiga hal, yaitu:

1. Reputasi dan citra


Tugas humas tidak lepas dari reputasi dan citra, dengan asumsi
bahwa citra yang positif akan berkaitan dengan semakin
tingginya akses publik terhadap output dari perusahaan tersebut.
2. Jembatan komunikasi.
Humas menjadi komunikator dan mediator organisasi dengan
lingkungannya.
3. Mutual Benefit Relationship

19
Neni Yulianita, “Dasar-dasar Public Relations”, (Bandung: Lab Multimedia Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung, 2001), Hal. 42-43

17
Humas harus menjamin kepada publik bahwa perusahaan
berada di dalam operasinya memiliki niat baik dalam berbisnis
yang diwujudkan dalam tanggungjawab sosial yang diekspresikan
melalui hubungan yang saling menguntungkan di antara
perusahaan dan publiknya.20

2.2.6 Digital Public Relations

Dalam penggunaan istilah Digital Public Relations sendiri sebenarnya


terdapat banyak istilah lain yang digunakan namun tetap merujuk kepada
pemahaman yang sama mengenai Digital Public Relations, seperti istilah New
Media (media baru), Cyber Public Relations atau Electronic Public Relations (e-
PR). Bob J. Onggo memberikan definisi yang berbunyi :

“Cyber Public Relations atau E-Public Relations adalah


kegiatan Public Relation yang dilakukan di dunia
internet.”21

Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa seluruh kegiatan Public
Relations dapat dilakukan melalui internet, mulai dari kegiatan publikasi, promosi
hingga pada manajemen kehumasan sekalipun. Bahkan, nyatanya kini dengan
adanya Digital Public Relations atau e-PR telah membuka ruang sebesar-besarnya
bagi efisiensi dan efektifitas yang selama ini kurang terpenuhi oleh program
kehumasan konvensional.

Bob J. Onggo juga menambahkan bahwa :

“PR di media digital mempunyai peranan yang lebih besar


dan luas dibandingkan dengan kegiatan PR offline.
Beberapa peranan digital PR bagi perusahaan antara lain
jangkauan global, interaktif (komunikasi dua arah), biaya
efisien, memelihara reputasi dan menjalin hubungan.” 22

20
Betty Wahyu Nila, “Humas Pemerintah” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Hal. 7
21
Yusuf Efendi Nasution, “Pengelolaan Digital Public Relationsrumah Sakit “JIH” Yogyakarta
tahun 2017” (Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018) Hal. 23
22
Ibid., Hal. 26

18
Secara lebih terperinci, dibawah ini beberapa peranan Digital Public
Relations bagi suatu institusi/perusahaan, antara lain :

1. Jangkauan global
Melalui media digital yang terhubung dengan koneksi internet,
jangkauan pesan yang disebarkan oleh suatu institusi/perusahaan
mampu mencapai jangkauan yang lebih luas. Tidak hanya terbatas
pada areal lokal maupun regional, melainkan hingga ke skala global.
2. Interaktif (komunikasi dua arah)
Melalui media digital, audiens yang terhubung melalui internet
dapat memperoleh akses informasi digital dimana saja dan kapan saja.
Selain itu, segala fitur yang ada di dalamnya telah didesain sedemikian
rupa menjadi media yang interaktif sehingga memungkinkan
terjadinya komunikasi dua arah.
3. Efesiensi biaya
Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan Digital Public
Relations terlampau jauh lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan PR
yang secara konvensional.
4. Memelihara reputasi
Dengan segala efisiensi dan efektifitas yang ditawarkan oleh
perkembangan sarana informasi dan komunikasi, telah memberikan
begitu banyak kemudahan bagi Digital PR untuk mewujudkan
tujuannya, termasuk dalam membentuk dan memelihara reputasi.
5. Menjalin hubungan
Interaksi yang dibangun pada media digital dapat menciptakan
hubungan berkesinambungan antara suatu institusi/perusahaan dengan
seluruh publiknya. Hal ini dapat terwujud dengan senantiasa menjaga
dan meningkatkan resposifitas atas segala feedback yang diberikan
audiens di media digital.

Tools yang digunakan pada Digital Public Relations menurut Bob J.


Onggo dalam strategi untuk meningkatkan brand di mata publiknya antara lain,

19
website perusahaan, publisitas situs pencari (Google/Yahoo), press release online,
autoresponder pada e-mail, kartu nama elektronik pada e-mail, e-newsletter,
mailing list (forum pada website perusahaan) dan forum (Facebook, Twitter,
Instagram dll).23

2.2.7 Media Sosial


Pemanfaatan Digital Public Relations tidak akan terlaksana secara
maksimal tanpa adanya penggunaan media sosial sebagai sarana dalam
pelaksanaan kegiatannya. Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya tidak
akan terlaksana secara maksimal tanpa adanya penggunaan media sosial sebagai
alat dalam pelaksanaan kegiatannya. Seperti yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya, kehadiran berbagai macam jenis media sosial merupakan sebuah
tantangan sebagai seorang praktisi PR untuk mendalami berbagai fitur yang
dimiliki oleh media sosial untuk memaksimalkan kehadiran perusahaan atau
instansi pada dunia digital.

Breakenridge memberikan catatan khusus terkait pertemuan antara PR dan


media sosial. Menurutnya kehadiran media sosial memberikan peningkatan
terhadap teknik-teknik komunikasi, semakin beragamnya praktik PR, serta adanya
perubahan terhadap peran maupun fungsi dan tanggung jawab PR.24

Tabel 1. Perbandingan PR Traditional dan PR di Media Sosial


Indikator PR Konvesional PR di Media Sosial
Posisi khalayak Sebagai anggota masyarakat  Sebagai anggota
atau public masyarakat atau publik
 Sebagai individu
Model  Satu arah dan dalam Berbagai arah, namun
komunikasi kasus tertentu bisa dua dapat menentukan target
arah khalayak yang lebih
 Cenderung menyebar spesifik
(broadcast)
Jenis media Beragam Beragam tergantung jenis
media sosial yang
digunakan
Akses terhadap Terbatas pada media yang Tidak terbatas dan publik
23
Ibid., Hal. 28
24
Ibid., Hal. 32

20
komunikasi menginformasikan dan bisa mengakses beragam
konten kepada publik konten karena tersimpan
cenderung tidak tersimpan dalam database
Kebutuhan akan Cenderung memerlukan Biaya bisa ditekan
biaya biaya dan terkadang seminimal mungkin
dalam jumlah besar

Sumber: Nasrullah, Rulli. (2014:174)

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah cara pandang seseorang ilmuwan tentang sisi strategi


yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri.25
Paradigma Juga dapat berarti cara pandang mengenai suatu hal dengan dasar
tertentu. Penggunaan paradigma yang berbeda akan menghasilkan pemaknaan
yang berbeda pula mengenai sesuatu. Hal ini disebabkan karena setiap paradigm
memiliki asumsi dasar yang berbeda – beda sebagaimana dikemukakan oleh
Neuman (2006) bahwa paradigma adalah kerangka berfikir umum mengenai teori
dan fenomena yang mengandung asumsi dasar, isu utama, desain penelitian, dan
serangkaian metode untuk menjawab suatu pertanyaan penelitian.26

Berdasarkan latar belakang, rumusan, masalah dan tujuan dari penelitian


yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis
berpijak pada paradigma konstruktivis. Hal ini karena penulis berorientasi untuk
mengungkap bagaimana pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan
pada realitas sosial saat ini, khususnya dalam dunia kehumasan yang mulai
bergerak begitu pesat dalam bertransformasi menuju dunia digital tanpa batas.
Disini, penulis memfokuskan diri kepada bagaimana transformasi kehumasan
yang dilakukan oleh Humas Pemprov DKI di tengah pandemi COVID-19.

25
Bungin, “Metode penelitian Kuantitatif” (Kencana Prenada Media Group : Jakarta) Hal. 25
26
Manzilati, Asfi, “Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi” (UB.Press,
Malang) Hal. 1

21
3.2 Metode Penelitian

Sesuai dengan paradigma penelitian yang dianut tersebut, maka metode


penelitian yang digunakan peneliti disini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi analitis. Menurut Creswell, metode deskriptif-
kualitatif termasuk paradigma penelitian post-positivistik. Asumsi dasar yang
menjadi inti paradigma penelitian post-positivisme adalah:

1. Pengetahuan bersifat konjekturan dan tidak berlandaskan apa pun. Kita


tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itu, bukti yang
dibangun dalam penelitian seringkali lemah dan tidak sempurna. Karena
itu, banyak peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan
hipotesisnya, bahkan tidak jarang mereka gagal untuk menyangkal
hipotesisnya.
2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring
sebagian klaim tersebut menjadi klaim-klaim lain yang kebenarannya jauh
lebih kuat.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan
instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan atau dengan
melakukan observasi mendalam di lokasi penelitian.
4. Penelitian harus mampu mengembangkan pernyataan yang relevan dan
benar, pernyataan yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian
kuantitatif, membuat relasi antarvariabel dan mengemukakan dalam
pertanyaan dan hipotesis.
5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif. Para peneliti
harus menguji kembali metode dan kesimpulan yang sekiranya
mengandung bias. Untuk itulah penelitian kuantitatif dilakukan. Dalam
penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas menjadi dua aspek
penting yang wajib dipertimbangkan oleh peneliti. 27
27
Ardianto, Elvinaro. “Metodologi Penelitian Untuk Public Relations” (Bandung: Simbiosa, 2016)
Hal. 60-61

22
Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiono dalam
bukunya mengatakan adalah suatu metode untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang terkumpul sebagaimana
adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum.28 Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah
atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya
saat penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha menelaah dan mendekripsikan


bagaimana pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam sektor
kehumasan serta bagaimana praktisi humas, secara khusus Humas Pemprov DKI
Jakarta dalam menjawab tantangan untuk bertranformasi dan
mengimplementasikan Digital Public Relations di tengah pandemi COVID-19.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju oleh peneliti untuk diteliti,
sedangkan objek penelitian adalah objek yang dijadikan penelitian atau yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek
adalah Humas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sebagai sumber informasi publik
warga DKI Jakarta yang tercatat sebagai pemegang rekor provinsi dengan tingkat
kasus infeksi COVID-19 tertinggi di Indonesia.

Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah


bagaimana bentuk transformasi kehumasan yang dilakukan oleh praktisi Humas
Pemprov DKI Jakarta dalam mengimplementasikan Digital Public Relations di
tengah pandemi COVID-19.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat


diperoleh.29 Menurut Sutopo, sumber data adalah tempat data diperoleh dengan

28
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif “ (Alfabeta : Bandung, 2009)
29
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

23
menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-
dokumen30. Pada penelitian kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara
sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang
diperlukan. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
diperoleh dari :
a. Data primer, merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa
opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian.31 Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
 Informasi yang tersedia dari keseluruhan media sosial yang
digunakan oleh Humas Pemprov DKI Jakarta dalam
bertransformasi di tengah pandemi COVID-19.
b. Data sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data ini umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.32 Adapun sumber
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
 Informasi yang diperoleh buku, jurnal, laporan tahunan atau
dokumen-dokumen lainnya, yang memiliki keterkaitan
mengenai persoalan transformasi kehumasan dan penerapan
Digital Public Relations.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh penulis untuk


menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.
Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian
30
Sutopo, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2006)
31
Ahmad Tanzeh, “Dasar-dasar Penelitian” (Surabaya: Elkaf, 2006), Hal. 131
32
Moleong, Lexy. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)
Hal. 157

24
karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses yang
disebut pengumpulan data. Menurut Ulber Silalahi, pengumpulan data adalah satu
proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan
metode tertentu.33

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan data


adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan digunakan sebagai
bahan penelitian. Dalam melakukan teknik pengumpulan data yang diperlukan
dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode berupa :

1. Studi Pustaka

Penulis mencari data-data penunjang melalui buku dan sumber


yang dianggap relevan dan berkaitan dengan permasalahan objek
penelitian. Sesuai dengan pengertian studi kepustakaan, yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.34

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan berbagai referensi


dari jurnal, skripsi, esai atau karya ilmiah lainnya yang memiliki
keterkaitan mengenai persoalan transformasi kehumasan dan
penerapan Digital Public Relations.

2. Observasi Media

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan


pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek
yang akan diteliti. Menurut Nawawi dan Martini, observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian.35

33
Silalahi, Ulber. “Metode Penelitian Sosial”. (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
34
M. Nazir, “Metode Penelitian” (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) Hal. 111
35
Nawawi Hadari, M.Martini Hadari , “Instrumen Penelitian Bidang Sosial” (Yoyakarta: Universitas
Gajahmada, 1995) Hal. 75

25
Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi pada seluruh
elemen media sosial yang digunakan oleh Humas Pemprov DKI
sebagai implementasi tranformasi kehumasan melalui penerapan
Digital Public Relations.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif. Model ini ada 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Menurut Moleong, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan


mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.36 Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman, adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian
dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan
menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk
menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan
data berikutnya.
2. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan
pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai
sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian.
3. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai
jenis, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.
4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus
mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di

36
Moleong, Lexy. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

26
lapangan dengan menyusun polapola pengarahan dan sebab akibat.
Siklus analisis interaktif ditunjukkan dalam bentuk skema berikut ini.37

37
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. “Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru” (Jakarta: UIP, 1992)

27

Anda mungkin juga menyukai