Anda di halaman 1dari 32

PERAN REMAJA DALAM SOSIALISASI PERUBAHAN PERILAKU DI

ERA KENORMALAN BARU COVID-19

(Ssebagai Tugas UTS Mata Kuliah Metodologi Penelitian Geografi)

Dosen Pengampu : Dr. Trisnaningsih, M.Si.

Oleh Kelompok 2

Ketua : Anggi Ayuningtiyas (1813034021)

Anggota : Putri Tata Evoria Azahra (1813034013)

Robeth Tegar Franseno (1813034017)

Cici Lianisa (1813034031)

Aldi Firmansyah (1853034007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020 – 2021
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas beribu nikmat ataupun
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga terselesaikan tepat waktu, proposal
penelitian skripsi yang berjudul “Peran Remaja Dalam Sosialisasi Perubahan
Perilaku Di Era Kenormalan Baru Covid 19.”

Proposal penelitian ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak
tertentu. Maka, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Metodelogi
Penelitian Geografi yaitu Ibu Dr. Tisnaningsih, M.Si. dosen yang telah
membimbing kami dalam menulis proposal penelitian ini.

Proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Diharapkan, proposal ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak. Dan tak lupa penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk proposal penelitian ini, supaya proposal ini nantinya
dapat menjadi proposal penelitian yang lebih baik. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada proposal penelitian ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Bandar Lampung, Januari 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Identifikasi Masalah................................................................................3

C. Rumusan Masalah....................................................................................3

D. Tujuan Penelitian.....................................................................................3

E. Kegunaan Penelitian................................................................................3

F. Ruanglingkup Lingkup............................................................................4

II. LANDASAN TEORI

A. Peranan Remaja.......................................................................................5

1. Pengertian Peranan..............................................................................5

2. Jenis-Jenis Peranan.............................................................................6

3. Pengertian Remaja..............................................................................7

4. Ciri-Ciri Masa Remaja........................................................................8

B. Kenormalan Baru.....................................................................................9

C. Sosialisasi..............................................................................................11

D. Kerangka Pikiran...................................................................................12

E. Hipotesis................................................................................................12
iv

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian............................................................................14

B. Populasi dan Sampel..............................................................................15

C. Variabel Operasional Penelitian............................................................15

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................16

E. Teknik Analisis Data.............................................................................16

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................19

B. Karakteristik Responden........................................................................22

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian.............................................................24

D. Pembahasan...........................................................................................26

V. KESIMPULAN.........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahun 2020 merupakan babak baru dalam kehidupan manusia di seluruh
jagad raya. Di tahun ini pula kehidupan manusia bergejolak berjibaku hingga
kini berperang melawan makhluk gaib yang tak kasat mata. Adanya pandemi
Covid-19atau Corona virus disease membuat tatanan dunia menjadi berubah.
Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China (Rodriguez-Morales dkk.,
2020) dan telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020.
Semenjak Januari 2020, WHO juga telah menyatakan bahwa virusini masuk
ke dalam darurat global di seluruh dunia. Pemerintah beserta tenaga medis
terus berupaya melakukan pencegahan untuk dapat memutus mata rantai
penyebaran Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan berupa sosialisasi
social distancing, isolasi mandiri, serta penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat (Buana, 2020).

Seluruh masyarakat Indonesia harus menerapkan protocol kesehatan untuk


memutus rantai penularan Covid-19 ataupun virus dan bakteri lainnya.
Namun, banyak sekali masyarakat yang tidak mengindahkan imbauan
tersebut bahkan cenderung tidak percaya bahwa Covid-19itu nyata adanya.
Salah satu contoh ketidakpercayaan masyarakat bahwa virus Covid-19ini
berbahaya yaitu dapat terlihat bahwa masih banyak masyarakat yang
menjadikan kesempatan liburnya proses kegiatan belajar di sekolah dan
instansi tempat bekerja sebagai waktu yang tepat untuk berlibur.Gejala-gejala
Covid-19yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
pilek, sakit tenggorokan, atau diare. Gejala-gejala yang dialami biasanya
bersifat ringan dan muncul secara bertahap (Jin dkk., 2020). Beberapa orang
yang terinfeksi namun memiliki daya tahan tubuh yang prima tidak
menunjukkan gejala apapun dan akan tetap merasa sehat. Masyarakat
2

diharapkan menjadi sedikit lebih waspada dan mematuhi protokol kesehatan


yang sudahdianjurkan oleh pemerintah mengingat gejala gejala Covid-
19tersebut secara kasat mata tidak dapat terlihat jelas (Abdusshomad, 2020).

Masyarakat dapat kembali produktif pada era newnormalini, walaupun


pergerakannya masih terbatas dan harus menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat.Hal ini membuat masyarakat harus terbiasa dengan penerapan pola
hidup sehat untuk dapat terus produktif di era new normal ini. Sebuah peran
bersama dalam memberikan sumbangan dalam hal pemikiran terkait
penanganan virus covid -19 yang telah memasuki New normal. Penulis
mengajak kaum remaja khususnya agar mereka mengambil peran penting
sebagai generasi agent of change yang akan memberikan andil besar dalam
penanganan pandemic melawan corona di era new normal. Dalam suasana
pandemic ini, kaum muda memiliki kapasitas dan kesempatan untuk
menciptakan lingkungan dan menyesuaikan diri dalam situasi apapun,
termasuk dalam menerapkan pola kehidupan yang baru untuk menghindari
dampak buruk pandemic Covid -19 secara berkelanjutan. Peran pada
kalangan millenial dalam penanganan Covid-19 cukup penting. Sebab mereka
menjadi bagian terpenting dalam proses sosialisasi dan edukasi kepada warga
terutama dalam penerapan protocol kesehatan

Generasi muda memiliki fungsi sebagai agent of change yang merupakan hal
terpenting yang dibutuhkan saat ini sebagai pemicu terjadinya sebuah
perubahan untuk kaum muda maupun kaum lainnya, seperti kalangan anak
anak dan orang tua. Peran kaum muda atau yang saat ini di kenal dengan
istilah millenial sangat penting di tengah pandemic Covid-19, terutama dalam
memberikan informasi dan edukasi kepada orang-orang sekitarnya. Pasalnya,
pemuda zaman sekarang sangat paham teknologi dan juga informasi. Usia
muda adalah masa yang paling optimal untuk menciptakan sebuah perubahan,
karena mereka mempunyai energy yang paling besar, waktu yang longgar
serta visi idealisme tentang perubahan yang tinggi.
3

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kebijakan kenormal baru telah mengubah ragam bentuk prilaku
masyarakat.
2. Masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi kebijakan kenormal
baru.
3. Masih banyak remaja yang belum sadar akan perannya sebagai
sosialisator bagi masyarakat

C. Rumusan Masalah
Maka dari itu penulis merumuskan beberapa permasalahan yang menjadi
pertanya, sebagai berikut:
1) Apakah remaja sudah sadar akan perannya sebagai sosialisator di era
kenormalan baru?
2) Bagaimana peran remaja dalam memaksimalkan perannya sebagai
sosialisator di era kenormalan?

D. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang
ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui sebagai berikut:
1) Mambantu remaja sadar akan perannya sebagai sosialisator di era
kenormalan baru.
2) Mengetahui peran remaja dalam memaksimalkan perannya sebagai
sosialisator di era new normal.

E. Kegunaan
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai:
1) Sebagai referensi remaja dapat mengetahui peranannya sebagai
sosialisator di era new normal.
4

F. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pada penelitian ini yakni:
1. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah remaja usia 15-20 tahun.
2. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Zona
Merah atau Hitam Covid-19.
3. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung.
4. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun 2020.
5. Ruang lingkup ilmu pada penelitian ini adalah ilmu geografi yang
termasuk kedalam ilmu mitigasi bencana sosial.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Peranan Remaja
1. Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata “peran” yang berarti seperangkat alat yang
diharapkan oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Pengertian kata
“orang” disini meliputi “orang” dalam pengertian manusia, dan lembaga,
badan hukum.Pengertian lain menurut Soekanto bahwa peranan merupakan
aspek dinamis kedudukan (status) seseorang. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan.

Peranan tidak lepas hubungannya dengan kedudukan. Keduanya tidak dapat


dipisah-pisahkan. Karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap
orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia
mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-
batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang
bersangkutan akan menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-
orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam
masyarakat.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-
position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada
organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu
posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Levinson
6

mengatakan peranan mencakup tiga hal, yaitu:


a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan ketiga hal diatas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas-
fasilitas bagi seseorang atau kelompok untuk menjalankan peranannya.
Lembaga- lembaga kemasyarakatan yang ada merupakan bagian dari
masyarakat yang dapat memberikan peluang-peluang untuk pelaksanaan
peranan seseorang atau kelompok.

2. Jenis-Jenis Peranan

Peranan berdasarkan jenis-jenisnya dapat diklasifikasikan beberapa


macam, antara lain:
1) Peranan yang diharapkan (Expected Roles ) dan Peranan yang
disesuaikan (Aktual Roles).
2) Peranan Bawaan (Ascribed Roles) dan Peranan Pilihan (Achieved Roles).
3) Peranan Kunci (Key Roles) dan Peranan Tambahan (Suplementary Roles).
4) Peranan Golongan dan Peranan Bagian
5) Peranan Tinggi, Peranan Menengah, Peranan Rendah.

Selain jenis-jenis peran diatas terdapat juga struktur peran. Dalam Sosiologi
Suatu Pengantar karya Cohen Bruce J struktur peran dibagi menjadi dua yaitu :

1) Peran Formal (Peran yang Nampak jelas)Yaitu sejumlah perilaku yang


bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga.
2) Peran Informal (Peran tertutup)Yaitu suatu peran yang bersifat implisit
7

(emosional) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya


untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga
keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat
mempermudah peran-peran formal.

3. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan Psikologis yang
terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan
sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi
sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik.

Remaja dibagi menjadi dua masa : Masa Pra Pubertas (12 – 14 tahun). dan
Masa Pubertas (14 – 18 tahun). Masa Pra Pubertas adalah saat-saat terjadinya
kematangan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya
perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang bermuara langsung di dalam
saluran darah. Masa Pubertas adalah pada masa ini seseorang anak tidak lagi
hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam
rangka menemukan dirinya (akunya), serta mencari pedoman hidup, untuk
bekal kehidupannya mendatang. Sebenarnya sampai sekarang belum ada kata
sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas umur bagi Remaja.
Karena hal itu bergantung kepada keadaan masyarakat di mana Remaja itu
hidup, dan bergantung pula kepada dari mana Remaja itu ditinjau.

Muagman dalam Sarwono mendefinisikan remaja berdasarkan definisi


konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja
berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
1) Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2) Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
8

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.


3) Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

4. Ciri-ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock, antara lain:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
2) Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan
masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang
dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi


perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri),
perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya
dalam masyarakat.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan
demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik.
Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7) Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan
atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia
sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau
9

sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,


menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,


kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas
perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

B. Kenormalan Baru

Dalam beberapa waktu terakhir, muncul istilah baru, normal baru. Istilah ini
seketika memunculkan perdebatan. Kebanyakan pembicara Normal Baru
hanya menyebutkan situasi yang terjadi akibat perilaku manusia yang
berubah. Akan tetapi, masih sedikit yang membahas awal mula, tahapan dan
pengertian Normal Baru. Di lain sisi, Normal Baru memunculkan lawan kata,
yaitu Normal Lama. Apabila istilah ini resmi dipakai, maka akan membawa
kita kepada istilah yang sudah biasa terdengar, yaitu Orde Lama dan Baru.
Bedanya, orde lama dan baru ini terkait situasi politik. Orde Lama adalah
waktu pemerintahan Presiden Soekarno. Sedangkan Orde Baru adalah waktu
yang disematkan terhadap 32 tahun kepemimpinanSoeharto.

Untuk sementara, istilah Normal Baru ini sudah disampaikan oleh Sekretaris
Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Kaka Suminta. Selain
Kaka, mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sigit Pamungkas
telah menggunakan istilah Normal Baru di status Facebooknya. Salah satu
media, Kompas, juga telah menggunakan istilah Normal Baru tersebut di
beritanya 'Pilkada 2020 Menghadapi Normal Baru Kembali kepada istilah
Normal Lama dan Baru. Dosen Politik Universitas Gajah Mada Sigit
Pamungkas menerangkan, Normal Baru adalah suatu cara hidup baru atau
cara baru dalam menjalankan aktivitas hidup ditengah pandemi covid-19 yang
belum selesai. Sigit menerangkan, Normal Baru dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah kehidupan selama Covid-19.
10

Normal Baru ini sebagai alternatif sebagai dasar kebijakan nasional untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi. Karena, konsumsi masyarakat berhubungan
dan kegiatan produksi dan distribusi. Selain itu, dia menjelaskan, kondisi
sosial juga membutuhkan interaksi. Juga, kegiatan keagamaan yang tidak
mungkin terus-menerus mengurung penganutnya dalam ruang daring(online).
Charles setidaknya memberi pijakan teori tentang bagaimana manusia
beradaptasi. Meskipun tidak berevolusi, cara beradaptasi dengan perubahan
sosial akibat covid-19 menguatkan teori Normal Baru. asus Covid-19 di
Indonesia saja sudah lebih dari hitungan bulan. Kalau dihubungkan dengan
kasus di Wuhan. Waktu yang membentuk prilaku baru ini bahkan sudah
melebihi dari enam bulan. Sehingga, kebiasaan itu menjadi kebiasaan baru
yang akan melekat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian
menjelaskan, suatu kebiasaan yang terus- menerus dilakukan akan menjadi
kebiasaan baru. Untuk hal ini, hampir semua peneliti sosial duduk dalam
pendapat yang sama. Perbedaannya terletak berapa lama kebiasaan baru itu
terbentuk.

Beberapa ahli yang menetapkan berapa lama kebiasaan baru tercipta antara
lain, Dr. Maxwell Maltz yang dari buku Psychocybernetics menetapkan 21
hari untuk membentuk kebiasaan baru (Maltz, 2015). Namun, Phillippa Lally
dari University College London mengatakan penelitiannya menetapkan rata-
rata 66 hari untuk merubah pembiasaan menjadi kebiasaan sebagaimana
publikasi penelitiannya dalam European Journal of Social Psychology. Nah,
bila kondisi apnormal namun secara teknis, manusia melakukan kegiatan baru
selama lebih dari 100 hari. Maka, apnormal tersebut berubah menjadi Normal
Baru. Hal ini dijelaskan pada bagian diatas. Oleh sebab itu, kehidupan
manusia global tidak bisa Karenanya, waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk kondisi Normal Baru sudah melewati waktu standar. Apakah itu
21 hari, 66 hari, atau 100 hari. Setidaknya, jika dihitung sejak bulan Januari
2020 sampai saat tulisan ini dipublikasikan. Baik penelitian Maxwell Maltz
dan Philippa Lally, sudah terpenuhi untuk membentuk kebiasaan baru.
Sekurang-kurangnya, secara teori dan teknis, Normal Baru kita antara lain
enggan bersalaman atau berjabat tangan. Muncul kebiasaan baru dalam
11

Corona yang menggunakan siku sebagai pengganti telapak tangan. Contoh


lain, kebiasaan memakai masker. Himbauan, anjuran, bahkan perintah
memakai masker di laut rumah sudah menjadi kebiasaan baru. Begitu juga
kebiasaan mencucitangan.

C. Sosialisasi
Sosialisasi yaitu proses dimana manusia belajar melalui cara, nilai dan
menyesuaikan tindakan dengan masyarakat dan budaya, ianya melihat
bagaimana manusia meningkatkan pertumbuhan pribadi mereka agar sesuai
dengan keadaan,nilai, norma dan budaya sebuah masyarakat tersebut yang
berlaku di sekelilingnya melalui, merasi (feeling) dan percaya dri dari proses
sosialisasi dibudayakan sepanjang hayat. Sosialisasi perlu diberi ke atas
individu-individu dan tingkah lakunya. Di mana setiap individu memegang
peranan yang berbeda dalam sebuah masyarakat atau kelompok.

Mead, berpandangan bahawa individu tersebut merupakan sebagian dari pada


yang telah membantu menciptakan lingkungan tersebut. Beliau menetang
pandangan bahawa perilaku individu adalah dipengaruhi oleh lingkungan
sosial, walaupun kita memang perlu hidup bermasyarakat dan berkelompok,
tetapi kita tidak semestinya mengikuti tingkah laku masyaakat/kelompok
tersebut. Menurut Peter Berger dalam bukunya yang berjudul “sosialisasi
dalam kebijakan pemerintahan” mengemukakan pendapatnya mengenai
sosialisasi sebagai berikut:“Sosialisasi adalah suatu proses di mana seorang
anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat”
(Peter 2003:39). Pengertia sosialisasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa sosialisasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide,
dan proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat
menerima dan melakukan penyesuaian dalam partisipasi masyarakat.
12

D. Kerangka Fikir

Remaja

Minimnya Sosialisasi Covid


di Masyarakat

Pemahaman Penting nya Pentingnya Pentingnya


social memakai mencuci menjaga
distancing masker tangan kebersihan

Solusi Dari Permasalahan


Yang Dihadapi masyarakat
yang bisa dilakukan oleh
remaja

E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan
dilakukan oleh si peneliti. Pada penelitian ini penulis menggunakan Hipotesis
Deskriptif. Oleh karena itu jawaban sementara yang menjadi hipotesis dari
penelitian ini adalah:
1) Hipotesis pertama:
Hipotesis Alternatif (HI)
Terdapat remaja yang sudah sadar akan perannya sebagai sosialisator di
era kenormalan baru.
Hipotesis Nihil (HO)
13

Belum terdapat remaja yang sudah sadar akan perannya sebagai


sosialisator di era kenormalan baru.
2) Hipotesis kedua:
Hipotesis Alternatif (HI)
Terdapat peran remaja dalam memaksimalkan perannya sebagai
sosialisator di era kenormalan
Hipotesis Nihil (HO)
Tidak terdapat peran remaja dalam memaksimalkan perannya sebagai
sosialisator di era kenormalan.
14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode pada proposal penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki.
Menurut Creswell (1998:15) penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, dalam penelitian ini
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang
alami. Sedangkan perbedaan metode pada proposal penelitian kualitatif dan
kuantitatif adalah jika pada penelitian kuantitatif menonjolkan pada
pemecahan masalah atau verifikasi dengan dukungan data dari lapangan
seperti kuesioner sedangkan pada penelitian kualitatif disusun secara narasi
dan bersifat penemuan maka peneliti diharuskan berbekal teori dan wawasan
yang luas sehingga bisa melakukan wawancara, analisa dan mengkonstruksi
objek yang diteliti bisa menjadi lebih jelas.

Pada proposal metode penelitian, penelitian mempunyai banyak definisi.


Penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari, mengumpulkan,
mencatat, menganalisa dan membahas serta menarik kesimpulan dari suatu
pokok permasalahan. Dapat diartikan juga penelitian sebagai penyelidikan
yang sistematis atau tersusun dan terencana dengan berdasarkan suatu cabang
ilmu dengan tujuan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji
kebenaran fakta-fakta dengan metode ilmiah. Secara garis besar dapat kita
tarik kesimpulan bahwa penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu fakta berdasarkan suatu
cabang ilmu pengetahuan dengan cara mengumpulkan, mencatatat,
menganalisa dan membahas serta menarik kesimpulan dari penelitian itu
sendiri.
15

B. Populasi dan Sampel

Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel dan populasi dalam


penelitian ini adalah Purposive sampling teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada kriteria yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.
Anggota populasi yang dijadikan sampel adalah anggota populasi yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Oleh karena itu, supaya tidak
menjadi subjektif, peneliti harus mempunyai latar belakang pengetahuan
terkait kriteria sampel yang diambil agar tujuan penelitian dapat tercapai.
kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon
responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian.

Kriteria inklusi yang digunakan:

 Populasinya remaja berusia 15-20 Tahun


 Sampelnya remaja yang tinggal di Zona Merah atau Hitam Covid-19

C. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap


dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara
nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

1) Variabel Bebas (Independent Variable)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Maka Variabel X adalah Peran
Remaja
2) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
bebas.Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja.
Maka Variabel Y adalah Era Kenormalan Baru Covid 19
16

D. Teknik Pengumpul Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian.

Dalam penelitian kali ini instrumen penelitian yang digunakan adalah :

 Wawancara
metode penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung pada masyarakat
dengan menyipakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaiatan antara tema
penelitian dan hasil yang diharapkan.
 Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel
yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas.
 Observasi
Observasi merupakan salah satu langkah dalam pengambilan data yang
sering dipergunakan. Observasi ini berkaitan erat dengan tata cara
penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung dalam kehidupan
masyarakat, tanpa menggunakan perantara.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penerapan secara sistematis teknik statistik dan
logis untuk menggambarkan dan mengilustrasikan, menyingkat dan merekap,
serta mengevaluasi data. Komponen penting untuk memastikan integritas data
adalah analisis yang akurat dan sesuai dari temuan penelitian. Analisis
statistik yang tidak tepat mendistorsi temuan ilmiah, menyesatkan pembaca
17

biasa dan dapat secara negatif mempengaruhi persepsi publik tentang


penelitian. Masalah integritas juga relevan untuk analisis data non-statistik.
Menurut Miles & Huberman (1992:16) dalam Rara Hayunityas (2014:39)
menjelaskan bahwa teknik analisis data pada penelitian kualitatif terdiri atas
empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan dan/atau verifikasi.

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung
terusmenerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif
berlangsung. Data yang akan direduksi adalah data yang diperoleh dari
hasil wawancara, data yang diperoleh kemudian dipilih dalam arti
menemukan derajat relevansinya. Lalu mengklasifikasikan data atas dasar
tema untuk merekomendasikan data tambahan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih
baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid,
yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang
penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah
melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian
sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
3. Penarikan kesimpulan
Penarik kesimpulan adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikas selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
18

melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu


tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi
begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar
pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan
intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan
salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya,
makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.
19

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaram Umum Objek Penelitian


1. Kota Bandar Lampung
a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang


merupakan kota terbesar di provinsi Lampung. Pada tanggal 17 Juni
1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung
diubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung dan
pada tahun 1999 diubah kembali menjadi Kota Bandar Lampung.
Sebelah barat dan selatan kota Bandar Lampung berbatasan dengan
20

Kabupaten Pesawaran. Sebelah timur dan utara Kota Bandar


Lampung berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah
Kota Bandar Lampung secara geografis berada antara 50º20’ 50º30’
LS dan 105º28’-105º37 BT.

Wilayah Kota Bandar Lampung dibagi menjadi 20 kecamatan :

1. Teluk Betung Barat 11. Tanjung Karang Barat

2. Teluk Betung Timur 12. Kemiling

3. Teluk Betung Selatan 13. Langkapura

4. Bumi Waras 14. Kedaton

5. Panjang 15. Rajabasa

6. Tanjung Karang Timur 16. Tanjung Senang

7. Kedamaian 17. Labuhan Ratu

8. Teluk Betung Utara 18. Sukarame

9. Tanjung Karang Pusat 19. Sukabumi

10. Enggal 20. Way Halim

b) Topografi Kota Bandar Lampung


Keadaan alam Kota Bandar Lampung terdiri dari dataran pantai,
kawasan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 0 sampai
700 m di atas permukaan laut. Wilayah pantai berada di kecamatan
Teluk Betung dan Panjang serta pulau di bagian Selatan.Wilayah
landai/dataran berada di sekitar kecamatan Kedaton dan Sukarame di
21

bagian Utara. Wilayah perbukitan berada di sekitar Teluk betung


bagian Utara. Serta datran tinggi berada di sekitar Tanjung Karang
bagan Barat yang merupakan wilayah Gunung Betung, Sukadana
Ham, Gunung Dibalau, dan Batu Serampok bagian Timur. Pada
Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan wilayah dengan
ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan pada Kecamatan Teluk
Betung Selatan dan Kecamatan Panjang merupakan wilayah dengan
ketinggian rendah/minimum sekitar 2-5 mdpl.

c) Hidrologi Kota Bandar Lampung


Kota Bandar Lampung memiliki 2 aliran sungai besar yakni Way
Kuripan dan Way Kuala, serta 23 sungai kecil. Semua sungai berada
dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan bermuara di Teluk
Lampung.

d) Luas Wilayah Kota Bandar Lampung


Luas Kota Bandar Lampung mencapai 197,22 km² yang merupakan
wilayah daratan dan terbagi manjadi 20 Kecamatan, 126 Kelurahan,
dengan populasi jumlah penduduk 1.251.642 jiwa. Serta kepadatan
penduduk sekitar 8.316 jiwa/km². Bandar Lampung menjadi pusat
perdagangan, jasa, dan perekonomian di Provins Lampung.

e) Iklim
Iklim dan cuaca mempunyai spesifik yang berbeda-beda pada setiap
daerah. Hal ini yang membuat kondisi hidrologi dan tumbuhan
beradaptasi pada daerah setempat sesuai dengan iklim dan cuacanya.
Wilayah Bandar Lampung memiliki curah hujan yang berkisar antara
2.257-2454 mm/tahun atau 76-166 hari/tahun.Memiliki kelembaban
udara 60-85%, dan suhu udara mencapai 23º-37º. Kecepatan angin
2,78-3,80 knot.

f) Demografi
Jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada tahun 2015 sebesar 979.287, dengan rasio
jenis kelamin sebesar 102, jumlah laki-laki 493.411 dan perempuan
22

485.876. Di Kota Bandar Lampung mayoritas penganut agama Islam


sebesar 92,63%, penganut agama Kristen sebesar 3,55%, Katolik
1,59%, Hindu 0,35%, Budha 1,48%, dan Kong Hu Cu 0,04%.
Penduduk Bandar Lampung mayoritas berasal dari etnis Jawa
79,12%, etnis Sunda 10,72%, Lampung dan Bali 2,42%, etnis
Tionghoa, Padang, Palembang, Bugis, Batak dll.

B. Karakteristik Responden

Pada penelitian yang berjudul “Peran Remaja dalam Sosialisasi Perubahan


di Era Kenormalan Baru Covid-19” di Sekitar Bandar Lampung
mengambil sampel responden sembanyak 29 orang orang yang tersebar di
desa yang masuk dalam Kecamatan Panjang. Karakteristik responden
diuraikan pada penjelasan dibawah ini.

1. Jenis Kelamin
Dari pengambilan sampel sebanyak 100 orang responden diketahui bahwa
sebanyak 7 responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sisanya
sebanyak 24 responden adalah berjenis kelamin perempuan. Jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelalamin Jumlah Responden
1. Laki-Laki 7
2. Perempuan 24
Jumlah 31
23

Dari table di atas di peroleh presentase karakteristik responden menurut


jenis kelamin sebagai berikut :

2. Usia
Dari Tabel 4.2. menunjukkan bahwa usia responden yang paling muda
berusia 17 tahun dan yang tertua 22 tahun. Pada Tabel 4.2
menggambarkan bahwa rata-rata responden merupakan remaja yang
tinggal di Bandar Lampung pada kelompok usia remaja 12 – 24 tahun.
Menurut WHO yang disebut sebagai remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 – 24 tahun. Berikut table kelompok usia
responden.

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Menurut Usia

No. Usia Jumlah Usia


1. 17 tahun 1 oranag
2. 18 tahun 8 orang
24

3. 19 tahun 6 orang
4. 20 tahun 9 orang
5. 21 tahun 4 orang
6. 22 tahun 1 orang
Jumlah 29 orang

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dari kuisioner yang telah kami bagikan, di dalamnya terdapat pertanyaan-


pertanyaan sbb :

1. Apakah kamu merupakan remaja yang berdomisili di Bandar


Lampung?
2. Apakah kamu remaja yang percaya kalau covid 19 itu nyata?
3. Apakah kamu termasuk remaja yang patuh terhadap protocol
Kesehatan?
4. Sebagai remaja, apakah menurutmu remaja bisa menjadi contoh di
tengah masyarakat pada era kenormalan baru ini?
5. Apakah menurutmu lingkunganmu mendukung untuk kamu
memaksimalkan peran remaja di era kenormalan baru ini?
6. Apa yang akan kamu lakukan sebagai remaja, guna membantu
pemerintah dalam penanggulangan covid-19?

Dari pertanyaan diatas di dapat data hasil penelitian sebagai berikut :

No. Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan


1. Jawaban Semua menjawab Ya. Semua menjawab Ya.
Pertanyaan 1
2. Jawaban Semua menjawab 19 orang menjawab
Pertanyaan 2 percaya. percaya, 5 orang
25

menjawab antara percaya


dan tidak.
3. Jawaban Semua menjawab 22 orang menjawab patuh,
Pertanyaan 3 patuh. 2 orang menjawab tidak
patuh.
4. Jawaban Semua menjawab 23 orang menjawab bisa,
Pertanyaan 4 bisa. dan 1 orang menjawab
tidak bisa.
5. Jawaban Semua menjawab 19 orang menjawab
Pertanyaan 5 mendukung. lingkungan nya
mendukung, dan 3 orang
menjawab lingkungan nya
tidak mendukung.
6. Jawaban Rata-rata responden menjawab dengan cara
Pertanyaan 6 mematuhi protokol kesehatan, memberi contoh
untuk mematuhi protocol Kesehatan selama
pandemic berlangsung, tidak mengikuti kegiatan
kerumunan dan menggunakan masker.

D. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis korelasi yang digunakan
untuk melihat dan mengawasi hasil dan sikap remaja sebagai sosialisator di
era kenormalan baru memperlihatkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini
berarti peran remaja di kota Bandar Lampung berhubungan dengan peran
remaja dalam sosialisasi perubahan perilaku di era kenormalan baru covid-
19 ada dan terlihat.

Presentase yang didapatkan dari hasil penelitian terdapat 79% responden


dengan jenis kelmain perempuan yang percaya terhadap adanya covid-19,
namun ada 21% dari responden berjenis kelamin perempuan yang tidak
percaya terhadap covid-19. Sedangkan untuk responden remaja laki-laki
semuanya percaya terhadap adanya covid-19.
26

Lalu untuk presentase tingkat kepatuhan remaja terhadap protokol


kesehatan yang ada tinggi, dengan presentase 92% untuk responden remaja
perempuan dan 100% untuk responden remaja laki-laki. Sedangkan yang
tidak mematuhi protokol kesehatan sebanyak 8% yang berasal dari
responden berjenis kelamin perempuan. Penyebab tidak patuhnya remaja
pada protokol covid-19 antara lain adalah karena beberapa remaja masih
sering berpergian keluar rumah tanpa menggunakan masker dan nongkrong
di cafe atau di tempat dengan leluasa padahal remaja seharusnya menjadi
contoh di lingkungan tempat tinggal di masyarakat di tengah era
kenormalan baru ini. Dari data penelitian 96% remaja mengaku bisa
menjadi contoh di lingkungan tempat tinggal nya, namun tidak semua
lingkungan mendukung. Hanya 79% remaja yang mengaku bahwa
lingkungan nya mendukung untuk ia mematuhi dan menjadi contoh di era
kenormalan baru, sisa nya tidak mendunkung dengan berbagai alas an salah
satunya adalah faktor ekonomi dimana masyarakat kelas menengah
kebawah masih harus berkerja di luar rumah.
27

BAB. V

KESIMPULAN

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja di Bandarlampung belum


bisa memaksimalkan peran nya menjadi sosialisator di era kenormalan baru
dikarenakan egoisme dan juga lingkungan yang tidak semua nya
mendukung. Dengan hal ini diharapkan kedepan nya di Kota Bandar
Lampung remaja nya lebih peduli dan bisa mengkomunikasikan hal-hal
positif yang berhubungan dengan menjaga diri di era kenormalan baru agar
peran remaja sebagai sosialisator dapat maksimal.
28

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, (2005) Psikologi Perkembangan (Jakarta : PT


Rineka Cipta), Cet Pertama, h. 121 dan 123.

Anonym.2016 Metode pengumpulan Data Dalam Penelitian


http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-
dalam-penelitian diakses pada 03 Desember 2020 pukul 21.04 WIB
Buana, Dana Riksa, "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam
Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga”

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Meltasari


Tjandasra edisi keenam (Jakarta Erlangga) Jilid 2,. h. 75

HAYUNITYAS, R. (2014). LATAR BELAKANG DAN PERSEPSI PADA


MANUSIA LANJUT USIA BEKERJA (Studi Di Kelurahan
Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung).

KBBI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta : Balai Pustaka,


2007), ed. Ke-2, h. 5.

Lexy J. Moleong. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Yunus, N.R.; Rezki, Annissa. "Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19,"

Rina Hayati.2019. Pengertian Teknik Analisis Data, Jenis, dan Cara Menulisnya
https://penelitianilmiah.com/teknik-analisis-data/ diakses pada 03
Desember 2020 pukul 21.35 WIB
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada ) edisi revisi 2013. h. 34.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Surabaya : Raja Wali Pers,


1990), h. 268

Sucipto. Sosiologi Suatu Pengantar. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1989),


h.185-189).

Anda mungkin juga menyukai