Anda di halaman 1dari 52

Deteksi Dini Masalah Emosi Dan Perilaku Anak Usia Sekolah Pada

Masa Pandemi Covid-19 Di SDN 100 Gunung Tua Kecamatan


Panyabungan

PROPOSAL

Oleh :
Muhaini Atmayana Purba
181101131

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
i
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun proposal penelitian ini dengan lancar

yang berjudul “Deteksi Dini Masalah Emosi dan Perilaku Anak Usia Sekolah Pada

Masa Pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan”. Shalawat

beriring salam saya haturkan keharibaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi

wassalam yang telah menghantarkan umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman

cahaya ilmu yang menyelamatkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan atas bantuan dari berbagai pihak yang telah

banyak membantu dan menyelesaikan proposal penelitian ini. Izinkan saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Dudut Tanjung, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat selaku Wakil Dekan I

Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M. Kep, Sp. KMB selaku Wakil Dekan II

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

ii
5. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku dosen penguji 1 sekaligus

dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing

penulis dalam proposal penelitian ini.

6. Ibu Nunung Febrianti, S.Kep, Ns., MNS selaku dosen penguji 2.

7. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku dosen penguji 3

8. Teristimewa kepada kedua orangtua, kakak dan adik saya yang selalu

memberikan bantuan dukungan serta do’a-do’anya dan tanpa mereka saya

tidak akan mampu mengerjakan proposal penelitian ini dengan baik.

9. Teristimewa kepada sahabat saya Ade Sulistya Lubis yang telah membantu

dan memberi semangat motivasi kepada saya dalam menyelesaikan proposal.

10. Kepada sahabat-sahabat , dan teman seperjuangan angkatan 2018 saya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis berharap penelitian ini

akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang

keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat

berharap adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih

baik di masa yang akan datang.

Medan, Desember 2022

(Muhaini Atmayana Purba)

iii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan………………………………………………………………..…i

Prakata.……………………………………………………………………………..…ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………...iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....1

1.1 Latar belakang………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………..5
1.3 Tujuan penelitian……………………………………………………………...6
1.4 Manfaat penelitian………………………………………………………….....6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….....8

2.1 Konsep pandemi covid-19……………………………………………………8


2.2 Konsep anak usia Sekolah dasar………………………………………………9
2.3 Konsep emosi………………………………………………………………...12
2.4 Konsep perilaku……………………………………………………………...17
2.5 Konsep anak hiperaktivitas…………………………………………………..18
2.6 Masalah hubungan anak dengan teman sebaya……………………………...22
2.7 Perilaku pro-sosial pada anak………………………………………………..23

BAB III KERANGKA PENELITIAN…………………………………………….24

3.1 Kerangka penelitian……………………………………………………….....24


3.2 Defenisi operasional…………………………………………………………25

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………27

4.1 Desain penelitian………………………………………………………….....27


4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling……………………………………….27
4.3 Lokasi dan waktu penelitian…………………………………………………30
4.4 Pertimbangan etik……………………………………………………………30
4.5 Instrumen penelitian…………………………………………………………31
4.6 Alat…………………………………………………………………………..32
4.7 Validitas dan reabilitas………………………………………………………32
4.8 Rencana pengumpulan data………………………………………………….33
4.9 Analisa data……………………………………………………………….....34

iv
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...36

LAMPIRAN 1 Jadwal tentative penelitian

LAMPIRAN 2 Lampiran penjelasan

LAMPIRAN 3 Inform consent

LAMPIRAN 4 Kuisioner

LAMPIRAN 5 Format kegiatan konsultasi

LAMPIRAN 6 Bukti mengikuti kegiatan seminar proposal

LAMPIRAN 7 Curriculum Vitae (CV)

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Covid-19 adalah merupakan penyakit dengan kasus penularan yang

sangat cepat. Pada 31 desember 2019 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menerima laporan kasus pneumonia yang disebut Covid-19 dari kota Wuhan,

Provinsi Hubei, China. Dengan cepat wabah ini meluas di Wuhan dan banyak

menelan korban serta menyebar ke provinsi lain di Cina dan bahkan sampai

mendunia seperti Italia, Iran, Korea Selatan, Inggris, Jepang, Amerika Serikat,

Jerman dan Negara lainnya dalam waktu singkat. UNESCO mencatat hingga 20

desember 2020, 40 negara telah menutup sementara sekolah untuk mencegah

penyebaran Covid-19 (Amalia & Sa’adah, 2020).

Prawitasari, (2021) menjelaskan bahwa Pandemi Covid-19 menjadi fokus

perhatian saat ini karena menjadi krisis kesehatan masyarakat dunia yang

mengancam jiwa. Virus ini berasal dari kelelawar dan ditularkan ke manusia

yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan termasuk pneumonia, pilek,

bersin dan batuk. Pandemi yang terjadi akibat Covid-19 mengharuskan negara

menerapkan lockdown dan karantina antisipasi pencegahan tertular. Karantina

merupakan pembatasan dan pemisahan pergerakan orang yang berpotensi

terkena penyakit menular. Tujuan utama karantina untuk mencegah penularan

agen infeksius dari yang berpotensi menginkubasi. Masa karantina biasanya

1
2

berkisar 14 hari dan lebih. Adanya pembatasan dan pemisahan dalam rentang

waktu yang cukup lama tentulah menimbulkan dampak tersendiri dari berbagai

aspek kehidupan.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait pandemi

Covid-19 salah satunya adalah larangan orang untuk berkumpul atau

berkerumunan dan membatasi aktivitas keluar rumah. Kebijakan tersebut

menganjurkan masyarakat untuk tetap tinggal dirumah, beribadah dari rumah,

belajar dan bekerja dari rumah. Sebab virus ini sangat berbahaya dan dapat

ditularkan ke orang lain melalui kontak fisik baik secara bersentuhan maupun

dari udara. Semua individu juga diwajibkan untuk menjaga jarak (physical

distancing). Meski demikian, hal tersebut sangat berdampak pada kegiatan

belajar-mengajar (Amalia & Sa’adah, 2020).

Kebijakan pemerintah dalam surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan Kebijakan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease

(COVID-19), pembelajaran dilaksanakan secara daring (Nafrin & Hudaidah,

2021). Pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 mengharuskan untuk

melaksanakan pembelajaran secara online dengan memanfaatkan teknologi

yang tersedia untuk mendukung proses pembelajaran (Herliandry, Nurhasanah,

Suban, & Kuswanto, 2020).

Jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 lebih sedikit dari populasi global,

akan tetapi tetap menimbulkan dampak psikologis pada anak sebagian besar

parah. Gaya hidup juga rutinitas anak telah terpengaruh total karena tindakan
3

pengamanan Covid-19. Perkembangan psikologis dan kesejahteraan anak usia

sekolah dasar bergantung kepada pencapaian tugas, suatu masa dimana mereka

sedang mempersiapkan perkembangan hidupnya dengan berinteraksi dengan

teman sebaya dan dunia luar juga pandai memilih teman dan cara bersikap yang

baik. Beban emosional berakar kuat diawal anak usia sekolah dasar, perhatian

terhadap kesehatan mental anak yang dikarantina diperlukan untuk menghindari

konsekuensi dalam jangka panjang. Maka dari itu dampak masalah emosi dan

perilaku anak usia sekolah akibat Covid-19 sangat penting untuk diidentifikasi

(Prawitasari, 2021).

Menurut WHO (World Health Organization) golongan anak usia sekolah

berusia antara 7-15 tahun. (Oktaviani, 2018) menjelaskan anak merupakan

individu yang berusia sampai 18 tahun. Anak dapat dikategorikan dalam

beberapa kelompok berdasarkan rentang usianya. Salah satunya yaitu anak usia

sekolah. Usia rata-rata anak sekolah dasar di Indonesia adalah 6 tahun sampai

12 tahun. Usia sekolah merupakan tahapan perkembangan anak yang dapat

menghadapi dan menyelesaikan tugas sehingga dapat menghasilkan sesuatu.

Akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan dirumah membuat anak menjadi

kurang bersosialisasi dan motivasi anak untuk belajar menurun. Dampak

tersebut berpengaruh pada masalah emosional anak usia sekolah dasar.

Masalah emosional merupakan kondisi dimana perilaku dan emosional

setiap anak berbeda satu dan yang lainnya dengan umur dan latar belakang yang

sama yang menyebabkan terjadinya penurunan interaksi anak, proses belajar


4

dan tingkah laku anak. Jika masalah ini tidak ditangani akan mengakibatkan

dampak negative pada pematangan karakter anak dalam berperilaku. Anak akan

mengalami kesulitan bersosialisasi dan belajar karena konsentrasinya mudah

teralihkan. Itulah mengapa anak usia sekolah yang mengalami gangguan

emosional sangat sulit mendapatkan nilai akademis dibawah rata-rata (Subekti

et al., 2019).

Gangguan emosi yang sering terjadi pada anak adalah gangguan perilaku

merusak seperti ketidakpatuhan, agresif, gangguan kecemasan dan gangguan

perasaan. Sekolah sangatlah penting pada anak masa usia sekolah karena

disekolah anak mendapat pembelajaran. Disekolah juga dapat mempengaruhi

perkembangan emosional yang dapat menyebabkan anak stress, depresi, dan

kecemasan. Masalah emosi anak juga dapat dilihat dari inteaksinya dengan

lingkungan sekitarnya seperti menarik diri dari lingkungannya, tidak mau

berinteraksi dengan teman sebayanya, mudah marah, sering gelisah, mudah

menangis tanpa henti, sehingga mengakibatkan konflik dengan keluarga dan

lingkungan sekolahnya (Oktaviani, 2018).

Adapun kemungkinan resiko pada anak dengan gangguan emosi dan

perilaku yaitu menghambat anak dalam berpartisipasi didunia pendidikan,

teman sebaya menjadi menghindar, dapat membahayakan diri dan teman secara

fisik maupun mental, berpengaruh pada proses belajar dikelas, mengakibatkan

tingginya angka resiko kenakalan dan criminal dimasa dewasa anak tersebut.

Dampak tersebut dapat muncul karena orangtua dan pihak sekolah tidak dapat
5

memahami cara penanganan yang tepat. Anak mendapat stigma negative dari

teman sebayanya sebagai anak yang bermasalah, bodoh dan tidak memiliki

harapan. Karena hal tersebut, perlu dilakukan deteksi dini masalah emosi dan

perilaku pada anak usia sekolah dasar. Proses deteksi dini bukanlah hal baru,

menurut Permendikbud No. 137 tahun 2014 lampiran II, mendeteksi tumbuh

kembang anak adalah cara menemukan potensi, hambatan pertumbuhan dan

perkembangan anak, dapat menjadi rujukan bagi guru untuk menyusun kegiatan

pembelajaran sesuai kebutuhan karakteristik anak. Tingginya angka prevalensi

dampak dari masalah tersebut diharapkan menjadi baseline research (dasar

peneliti) untuk dikembangkan bagi anak yang terdeteksi dini mengalami

masalah emosi dan perilaku (Maharani & Puspitasari, 2019).

Survey awal yang dilakukan peneliti di SDN 100 Gunung Tua Kec.

Panyabungan didapat fakta masih banyak anak yang mengalami masalah pada

emosi dan perilaku dilihat dari bagaimana interaksi anak dengan teman

sebayanya, dengan guru dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu

dilakukan deteksi dini penyebab anak mengalami masalah emosi dan perilaku

agar anak lebih dapat mengontrol masalah tersebut dikehidpan sehari-harinya

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana gambaran deteksi dini

masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah pada masa pandemi Covid-19 di

SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan”.


6

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah

emosi dan perilaku anak usia sekolah pada masa pandemi Covid-19 di

SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi masalah emosi anak usia sekolah pada masa

pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. panyabungan

2. Mengidentifikasi masalah perilaku anak usia sekolah pada masa

pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. panyabungan

3. Mengidentifikasi hiperaktivitas anak usia sekolah pada masa

pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. panyabungan

4. Mengidentifikasi masalah hubungan dengan teman sebaya anak usia

sekolah pada masa pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec.

panyabungan

5. Mengidentifikasi perilaku Pro-sosial yang mendukung pada anak

usia sekolah pada masa pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua

Kec. panyabungan

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :
7

1. Bagi pendidikan

Penelitian ini dapat disajikan sebagai informasi bagi dunia pendidikan

bagaimana masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah pada masa

pandemi Covid-19.

2. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkam dapat digunakan sebagai tambahan

pengetahuan tentang masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah pada

masa pandemi Covid-19.

3. Penelitian selanjutnya

Menjadi masukan kepada peneliti selanjutnya untuk penelitian yang

berhubungan dengan masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah

pada masa pandemi Covid-19.

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kepada

masyarakat tentang masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah pada

masa pandemi Covid-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep pandemi covid-19

2.1.1 Defenisi covid-19

Corona virus merupakan jenis virus menular baru yang dapat

menginfeksi manusia dan hewan. WHO menyatakan Coronavirus

Disease (Covid-19) sebagai kasus pandemi berdasarkan bencana

nasional non-alam sesuai dengan keputusan Presiden RI No. 12 Tahun

2020. Pandemi covid 19 menjadi krisis kesehatan yang pertama kali

terjadi didunia. Kondisi pandemi covid-19 mengakibatkan perubahan

yang luar biasa, salah satunya pada bidang pendidikan. (Herliandry,

Nurhasanah, Suban, & Heru, 2020)

2.1.2 Dampak pandemi covid-19

Pandemi Covid-19 menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif.

Peristiwa pandemi Covid-19 menjadi kendala bukan hanya didunia

kesehatan tapi juga dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar

menjadi terhambat dan menggantikannya menjadi pembelajaran daring.

(Nandya & Sari, 2020). Kebijakan ini tentu tidak mudah dilakukan

karena dari proses pembelajaran baik dari standar maupun kualitas

capaian pembelajaran belum siap sepenuhnya. Banyak anak juga orang

tua kurang memahami cara memanfaatkan media untuk pembelajaran

daring. Hal ini mengakibatkan banyak anak mengeluh tidak paham dan

8
9

pembelajaran menjadi tidak efektif. Pembelajaran yang efektif bukan

hanya tercapainya tujuan dari pembelajaran tetapi keaktifan anak dalam

mengikuti proses pembelajaran (Herliandry, Nurhasanah, Suban, &

Heru, 2020).

2.2 Konsep anak usia sekolah dasar

2.2.1 Defenisi anak usia sekolah dasar

Anak usia sekolah dasar adalah anak dengan rentang usia 6-13 tahun

yang telah mampu menerima pendidikan dengan karakteristiknya yang

unik sehingga mampu menyerap dan mengetahui berbagai hal yang ada

dilingkungannya. Anak usia sekolah dasar masih sangat berpengaruh

terhadap sifat egosentris yaitu perhatian pada diri sendiri bertujuan

untuk keuntungan sendiri dengan mengabaikan atau mengorbankan

orang lain. Oleh karena itu, anak usia sekolah dasar memerlukan

bimbingan orang tua atau guru dalam berinteraksi dengan teman

sebayanya untuk mencegah terjadinya konflik (Trianingsih, 2016).

2.2.2 Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh dalam

kemampuan bergerak, berbicara dan berbahasa serta bersosialisasi.

(Trianingsih, 2016). adapun tahap perkembangan anak yaitu :

a. Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar

Pada tahap ini anak mulai membentuk suatu konsep,

mngetahui cara melihat suatu hubungan dan dapat memecahkan


10

masalah pada situasi yang tidak asing baginya. Anak mampu

berubah dari pemikiran egosentris menjadi pemikiran objektif. Dan

anak juga mampu mengartikan mana akibat yang dianggap baik dan

buruk. Dalam hal ini peran gueu sangat penting untuk menghadirkan

objek nyata dalam pembelajaran yang nyata untuk memudahkan

anak dalam berfpikir logis, membentuk konsep, melihat hubungan

dan memecahkan masalah.

b. Perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar

Anak usia sekolah pada tahap ini sudah menyadari jika dirinya

memiliki keunikan sendiri yang berbeda dengan temannya. Anak

mulai membentuk konsep diri dalam kelompok sosial tanpa

keluarga, dan ketergantungan anak terhadap keluarga mulai

berkurang. Anak mencoba mencari perhatian diluar, mulai

bertanggung jawab dan gemar belajar bersama dengan temannya.

Ketidakpercayaan anak akan muncul jika dia tidak mampu

melewatinya persis seperti temannya. Ini sangat berbahaya bagi

perkembangan psikologis anak, oleh sebab itu peran guru sangat

penting dalam menumbuhkan semangat berkarya anak sesuai

dengan kemampuan diri masing-masing anak dengan membuang

rasa ketidakpercayaan diri tersebut. Peran orang tua juga sangat

dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan kemampuan

anak sejak dini.


11

c. Perkembangan moral anak usia sekolah dasar

Ada tiga domain utama dalam perkembangan moral anak usia

sekolah dasar, yaitu pemikiran, tingkah laku dan perasaan.

Kemampuan seseorang agar mampu menyesuaikan diri dalam

bersikap sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada dilingkungannya.

Moral pada anak usia sekolah dasar dapat dinilai dari interaksinya

terhadap teman sebayanya. Anak mampu mempertimbangkan

perasaan orang lain dalam mengambil suatu keputusan. Penanaman

moral dilakukan tanpa disadari anak. Dalam hal ini guru harus

menjadi teladan yang baik dan mengerti dengan keunikan setiap

siswanya.

d. Perkembangan fisik dan motorik anak usia sekolah dasar

Perkembangan fisik dan motorik anak merupakan sesuatu yang

tak terpisahkan. Anak yang sehat secara fisik akan berkaktivitas

dengan baik sehingga motoriknya dapat berjalan dengan baik. Pada

motorik kasar anak dengan gerakan yang menggunakan seluruh otot

besarnya. Sedangkan motorik halus menggunakan otot kecil juga

berkoordinasi dengan mata dengan tangan. Perkembangan tersebut

sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik anak, dapat dilihat

dari tinggi dan berat badan dan ciri-ciri fisik yang tampak. Pada

usia 7-9 tahun anak perempuan lazimnya lebih pendek dan kurus.

Pada usia 9-10 tahun anak perempuan akan berkembang dan


12

memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan laki-laki. Pada

usia 11 tahun anak perempuan akan lebih tinggi dan berat

disbanding laki-laki. Dalam melatih motorik ini guru perlu

mengajak anak seperti berolah raga dan menggambar. Orang tua

juga berperan penting untuk memberikan gizi yang sehat pada anak

agar dapat beraktivitas dengan penuh semangat.

2.3 Konsep emosi

2.3.1 Defenisi emosi

Emosi berasal dari kata Emotus atau Emovere yang berarti sesuatu

yang mendorong pada sesuatu misalnya emosi gembira mendorong

untuk tertawa dan emosi sedih mendorong untuk menangis. Menurut

Chaplin emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang

dapat menyebabkan suatu perubahan fisiologis disertai dengan perasaan

yang kuat dan kebiasaannya mengandung kemungkinan untuk meletus.

(Ilham, 2020) menjelaskan bahwa emosi merupakan perasaan intens

yang diekspresikan seseorang dari suatu kejadian atau peristiwa. Emosi

sangat berperan dalam perkembangan anak dimana emosi adalah faktor

yang dominan dalam mempengaruhi tingkah laku individu seperti

belajar dan bersosialisasi.

Masalah emosional sangat dipengaruhi oleh multi faktor yang masing-

masing saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Rahmadi et al.,

2015).
13

2.3.2 Perkembangan emosi

Emosi berkembang sejak anak baru lahir dan ditimbulkan oleh

rangsang. Pada anak-anak emosi sangat sukar untuk dibedakan seperti

ekspresi ketika menangis pada anak dapat juga diartikan sebagai

ekspresi marah, lapar, takut dan sebagainya. Semakin tumbuh dewasa

anak maka semakin banyak anak belajar mengekspresikan emosinya

baik itu dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Pengalaman akan

mempengaruhi perkembangan emosinya. Anak yang mempunyai

banyak pengalaman yang bersikap positif akan berbeda perkembangan

dan kematangan emosinya, baik pengalaman yang didapat dari keluarga,

sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Pengalaman anak dapat

diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja (Sundari, 2005).

2.3.3 Reaksi emosi

Pada buku (Sundari, 2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya emosi

dasar dapat meliputi :

1. Takut

Reaksi takut dapat terjadi jika seseorang merasa lemah dan

tidak ada keberanian melawan terhadap apa yang sedang dia alami

yang bersifat mengencam. Dengan mengenal sebab akibat dan

mengerti cara mengatasi rasa takut dapat membantu mengontrol rasa

takut tersebut.

2. Gelisah
14

Reaksi gelisah dapat muncul jika seseorang sedang menghadapi

suatu hal yang belum pernah diketahui dan dialami, seperti

contohnya menunggu pengumuman hasil kelulusan. Gelisah

memilki sifat yang terdiri dari beberapa tingkat yaitu :

a. Kebingungan terhadap apa yang akan dihadapi

b. Ketidaktentuan atau tidak tegas

c. Merasa tidak mampu dan tidak berdaya

d. Rasa dendam atau rasa sentiment

Untuk menghindarkan diri dari perasaan gelisah hendaknya kita

harus selalu berpikiran positif terhadap suatu hal yang terjadi.

3. Marah

Marah merupakan pernyataan agresif yang mengganggu orang

disekitarnya, reaksi ini terjadi karena sesuatu hal yang menyebabkan

gagalnya suatu usaha atau perbuatan. Untuk menghindari reaksi

marah sebelumnya kita harus menggunakan rasio/pikiran dan

memahami dampak negative akibat reaksi marah tersebut.

4. Sedih

Sedih merupakan reaksi yang disebabkan karena ada rasa

kehilangan atau kekosongan terhadap situasi yang sedang dihadapi.

Seseorang yang sedang mengalami ini akan mengurung diri dari

keramaian dan jika berlarut-larut akan menjadi agresif dan dapat


15

membunuh atau bunuh diri. Untuk meredakan rasa sedih kita harus

sabar, suka memaafkan, berpandangan luas dan rela berkorban

dengan ikhlas.

5. Senang

Rasa senang adalah reaksi positif terhadap sesuatu yang sedang

dihadapi yang menimbulkan semangat gairah dan memberi

ketenangan. Seseorang dapat merasakan senanag dengan penuh

kesegaran dan keharmonisan. Sama halnya dengan simpati, keikut

sertaan terhadap perasaan orang lain.

6. Iri

Iri merupakan reaksi dari perpaduan dari berbagai emosi. Iri

yang bernilai positif dapat menimbulkan rasa untuk berkembang dan

meningkatkan usaha dan cita-citanya. Sedangkan iri yang bernilai

negative biasanya terjadi jika seseorang tidak memperoleh apa yang

diinginkan dan menimbulkan kecewa, sedih, malu, benci dan iri

kepada yang lain. Untuk mencegah hal tersebut terjadi kita harus

menanamkan iri yang positif dan menghindari emosi negative sejak

masih belia sesuai dengan panutannya.

2.3.4 Gangguan afek dan emosi

Buku (Hidayat, 2009), afek dan emosi adalah hal normal yang sudah

melekat pada eksitensi manusia, tapi jika afek dan emosi sudah menjadi

tidak terkontrol maka telah terjadi gangguan afek atau emosi, berupa :
16

1. Depresi

Depresi ditandai dengan rasa sedih, rasa tak berguna,

penyesalan yang berlebihan, dengan komponen somatic seperti

anorexia, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan nadi

menurun.

2. Kecemasan

Kecemasan sangat mengganggu homeostasis fungsi individu,

maka perlu dihilangkan dengan cara penyesuaian diri. Adapun jenis-

jenis kecemasan :

a. Kecemasan yang mengambang yaitu kecemasan yang tidak

menyerap dengan suatu pemikiran atau mengambang

b. Agistasi yaitu kecemasan dengan kegelisahan motorik yang

hebat

c. Panik yaitu kecemasan yang begitu hebat dengan kegelisahan,

kebingungan dan hiperaktif yang tidak terorganisir

3. Afek dan emosi yang tak wajar

Yaitu sifat tak wajar seperti tertawa pada situasi yang tak lucu.

4. Afek dan emosi yang labil

Yaitu perubahan emosi secara cepat seperti tiba-tiba marah dan

menangis.

5. Kesepian

Yaitu merasa dirinya diacuhkan dan ditinggalkan.


17

2.4 Konsep perilaku

2.4.1 Defenisi perilaku

Perilaku merupakan persamaan dari kata reaksi atau respon. Perilaku

dapat diartikan dengan segala perbuatan yang dilakukan manusia baik

dalam perkataan maupun tindakan. Perilaku dapat diamati, diukur dan

direkam oleh diri sendiri juga orang lain. Dari pandangan biologis,

perilaku adalah kegiatan yang dapat diamati juga tidak dapat diamati.

Pada intinya perilaku adalah reaksi atau aktivitas dari diri sendiri dan

akan terbentuk apabila menghasilkan respon (Widodo, 2018).

2.4.2 Bentuk perilaku

Widodo, (2018) menjelaskan bahwa pada pembentukan perilaku dapat

dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku pasif (tersembunyi)

Perilaku pasid adalah perilaku yang tidak nampak dan tak

terlihat oleh mata manusia. Seperti berfikir, karena hanya diri sendiri

yang dapat mengetahui apa yang sedang difikirkan. Pada kata sifat

seperti pendiam, pekerja keras dan lain sebagainya tidak disebut

dengan perilaku. Tetapi pada kata sehat, kaya, cerdas adalah hasil

dari sebuah perilaku.

b. Perilaku aktif (tidak tersembunyi)


18

Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat dilihat secara

langsung yang bersifat terbuka tanpa harus menyimpulkannya,

seperti berbicara, menangis dan lain sebagainya.

2.5 Konsep anak hiperaktivitas

2.5.1 Defenisi hiperaktif

Hiperaktif adalah gangguan perilaku yang dialami anak yang agresif

atau banyak bergerak dan sulit untuk diam, temper tantrum (kesulitan

emosional), sulit fokus pada suatu perhatian dan suka mencari perhatian

orang lain. Contoh sederhana karakteristik perilaku hiperaktif ketika

anak tidak bisa diam, sering meninggalkan tempat duduknya dikelas

untuk lai-lari bahkan naik ke atas meja kelas. Adapun perbedaan anak

hiperaktf dengan anak normal yaitu dapat dilihat melalui pemahaman

dan tingkah laku yang berbeda karena anak selalu melakukan tingkah

yang aneh setiap waktunya. anak hiperaktif cenderung memiliki

perilaku yang aneh yang mendorong melakukan sesuatu diluar kendali

anak tersebut, berperilaku sangat aktif sehingga mengganggu teman-

temannya. Karena perilaku mereka yang sulit ditebak dan memiliki

mood yang berubah-ubah menimbulkan kecemasan pada teman sebaya,

guru bahkan orang tua temannya. Dalam menangani anak hiperaktif

seperti gangguan kepribadian dan emosional anak dilakukan melalui

bimbingan konseling untuk memanagemen atau memodifikasi perilaku


19

anak untuk lebih dapat mengontrol diri dan menghargai teman

sebayanya (Jeklin, 2016).

Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional

menegaskan anak atau peserta didik yang memiliki kelainan fisik dan

mental disebut dengan istilah anak luar biasa. Sedangkan dalam

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, anak yang memiliki kelainan fisik dan mental disebut dengan

istilah anak berkebutuhan khusus.

2.5.2 Faktor penyebab anak hiperaktif

Faktor-faktor penyebab anak menjadi hiperaktif yaitu :

a. Pemanjaan

Anak yang terlalu sering dimanja akan selalu mencari caranya

sendiri agar apa yang anak tersebut inginkan terpenuhi. Perlakuan

yang terlalu manis kepada anak sangat tidak dibenarkan seperti

membujuk-bujuk anak untuk makan, menuruti semua keinginannya,

dan sebagainya. Jika hal tersebut tetap dibiarkan maka anak tersebut

akan menjadi egois dan mental ingin menang dan dimengerti sendiri

b. Kurang disiplin dan pengawasan

Anak dengan kurang pendisiplinan dan pengawasan akan

berbuat sesuka hatinya, jika terus dibiarkan anak akan sulit untuk

dikendalikan, anak tersebut akan melakukannya juga diluar rumah

seperti lingkungan bermain dan disekolahnya.


20

c. Orientasi kesenangan

Anak yang memiliki kepribadian ini akan memiliki ciri-ciri

hiperaktif secara sosio-psikologis. Anak dengan kepribadian ini

selalu ingin menang sendiri.

Selain itu, ada tiga faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

kondis anak hiperaktif, yaitu :

a. Faktor genetik / keturunan

Anak yang menderita hiperaktif mendapat kondisi ini dari

orang tuanya. Hiperaktif cenderung terjadi pada keluarga.

b. Ketidakseimbangan kimia

Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada

otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang memengaruhi

perkembangan gejala hiperaktif.

c. Kinerja otak

Pada anak hiperaktif, area otak yang mengontrol perhatian

tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya

yang tidak menderita hiperaktif.

2.5.3 Ciri-ciri anak hiperaktif

Adapun ciri-ciri anak hiperaktif, yaitu :

a. Selalu berjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak mau diam

b. Sering mengganggu teman-teman dikelasnya


21

c. Suka berpindah-pindah dari suatu kegiatan ke kegiatan lainnya dan

sangat jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah

d. Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas

sekolah

e. Sangat mudah berprilaku untuk mengacau atau mengganggu

f. Kurang memberi perhatian orang lain berbicara

g. Selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakn tugas-tugas di

sekolah

h. Sulit mengikti perintah atau suruhan lebih dari satu pada saat yang

bersamaan

i. Mempunyai masalah belajar hampir di seluruh bidang study

j. Tidak mampu menulis surat dan mengeja huruf

k. Sering gagal di sekolah karena in-atensi dan masalah belajar karena

persepsi visual dan auditori yang lemah Karena sering mengikuti

kata hati (impulsif)

Jika anak tidak mendapatkan intervensi sejak dini, dapat menimbulkan

masalah psikososial yang lebih buruk. Anak akan menjadi kesulitan

dalam belajar, penyalahgunaan narkotika, alkhol, dan zat adiktif lain

gangguan tingkah laku seperti kenakalan, kekerasan, dan perbuatan

kriminal, kesulitan penyesuaian diri, baik di rumah, di sekolah, maupun


22

di masyarakat, serta dapat menimbulkan masalah dalam keluarga

(Novriana et al., 2014).

2.6 Masalah hubungan anak dengan teman sebaya

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial memiliki tingkah laku yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Anak dengan tingkat keingin tahuannya

sering melakukan interaksi secara langsung dengan teman sebayanya. Interaksi

adalah hubungan timbal balik antara dua individu atau lebih dan masing-masing

individu dapat memainkan perannya secara aktif. Dalam interaksi ini terjadi

hubungan antara dua belah pihak yang saling mempengaruhi. Pada anak,

interaksi ini berupa tingkah laku yang ditujukan pada orang sekitarnya dalam

hubungan sosial teman sebaya. Dari interaksi tersebut, anak lebih memahami

bagaimana perasaan dan menghargai teman sebayanya dan orang sekitarnya.

Yang disebut dengan teman sebaya adalah anak dengan tingkat usia dan

kematangan yang sama. Berinteraksi dengan teman sebayanya anak bisa

mengisi suatu peran dalam bersosialisasi dan menerima umpan balik dari teman

sebayanya dan belajar mengenai dunia diluar keluarga mereka (Ningsih & Ali,

2018).

Periode kritis perkembangan anak jika tidak dapat dilalui dengan humoris

maka menimbulkan penyimpangan perilaku dan perbuatan negative. Adapun

gejala yang terlihat adalah sulit menyesuaikan diri, sulit berinteraksi dengan

lingkungan termasuk dengan teman sebayanya, kepribadian terganggu, dan


23

kemungkinan melanggar aturan dan norma. Teman sebaya dapat memberikan

pengaruh besar baik positif maupun negative. Orang tua memiliki peran penting

dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun, sebagian orang tua secara sadar

dapat membebaskan anaknya karena sibuk dengan pekerjaan. Tidak memantau

anak dan jarang ada waktu dengan anak. Ini akan mendorong anak untuk

mencari perhatian didunia luar dengan teman sebayanya (Parulian & Yulianti,

2019).

2.7 Perilaku pro-sosial pada anak

Perilaku pro-sosial adalah tindakan atau perilaku yang bertujuan untuk

menguntungkan orang lain. Perilaku ini dilakukan sukarela dari diri sendiri

tanpa adanya paksaan meskipun dapat menguntungkan pada orang lain. Jika

anak tidak dapat melakukan perilaku pro-sosial seperti bekerjasama dan

berbagi, akan memberi dampak negative pada dirinya karna pada dasarnya

manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan bantuan orang lain. Interaksi ini

banyak dilakukan anak pada saat disekolah. Pro-sosial akan berpengaruh pada

sosialitas anak dengan teman sebayanya. Anak yang mampu bersosialisasi akan

menerima reaksi positif dari teman sebayanya (Hasanah & Drupadi, 2020).
BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dibuat pada bab sebelumnya

menjadi dasar pembentukan kerangka konsep penelitan. Kerangka konsep ini

mencakup variable yang akan diteliti. Pada penelitian tentang Deteksi Dini

Masalah Emosi dan Perilaku Anak Usia Sekolah pada Masa Pandemi Covid-

19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan. Berdasarkan kajian teoritis

yang ada, maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Faktor-faktor yang menyebabkan


masalah kesehatan pada anak
Deteksi dini
1. Perkembangan kognitif anak
usia sekolah dasar 1. Masalah emosi
2. Perkembangan psikososial 2. Masalah perilaku
anak usia sekolah dasar 3. Hiperaktivitas
3. Perkembangan moral anak usia 4. Masalah hubungan dengan
sekolah dasar teman sebaya
4. Perkembangan fisik dan 5. Perilaku pro-sosial yang
motorik anak usia sekolah mendukung
dasar

Skema 3.1 Kerangka Konsep Deteksi Dini Masalah Emosi dan Perilaku Anak
Usia Sekolah Dasar.

24
25

3.2 Defenisi operasional

Pada bagian ini ditemukan defenisi operasional dari penelitian ini

yaitu masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah.

Tabel 3.2 Defenisi operasional

Variable Definisi Parameter dan Alat ukur Skala ukur


Kategorik
Masalah Sifat anak SDQ skore Kuisioner Ordinal
emosi dan disekolah a. Tidak Benar : 0 SDQ
perilaku berbeda pada b.Kadang-kadang : 1 (Strenghts and
anak usia umumnya c. Benar : 2 Difficulties
sekolah dengan gejala Kategori : Questionare)
yang 1. Masalah emosi dengan 25
ditimbulkan Normal : 0-3 pertanyaan.
terdiri dari Ambang : 4
emosional, Abnormal : 5-10
masalah 2. Masalah perilaku
perilaku, Normal : 0-2
hiperaktivitas / Ambang : 3
inatensi, Abnormal : 4-10
masalah 3. Hiperaktivitas
hubungan antar Normal : 0-5
sesama, dan Ambang : 6
perilaku social Abnormal : 7-10
4. Masalah hubungan
dengan teman
sebaya
26

Normal : 0-2
Ambang : 3
Abnormal : 4-10
5. Perilaku pro-sosial
yang mendukung
Normal : 6-10
Ambang : 5
Abnormal : 0-4
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan

metode deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran hasil Deteksi Dini

Masalah Emosi dan Perilaku Anak Usia Sekolah pada Masa Pandemi Covid-

19. Deskripsi dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data

faktual dari pada penyimpulan.

4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruh dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian (Riduwan., 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa di SDN 100 Gunung Tua Kec.

Panyabungan sebanyak 106 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian

dan mewakili populasi (Riduwan., 2010). Dalam penelitian ini jumlah

populasi 106 siswa, untuk memudahkan penentuan jumlah sampel yang

diambil ditentukan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n=

n= Jumlah sampel

27
28

N= Jumlah populasi

d2 = Nilai presisi 0,1 (10%)

Dimana jumlah populasi siswa sebesar N= 106 dan tingkat

presisi yang do tetapkan d = 10% yang disesuaikan dengan rumus

diperoleh sampel sebagai berikut:

n=

n=

n=

n=

n=

n= 51,456 ( dibulatkan menjadi 51 orang )

Jadi total responden untuk penelitian ini sebanyak 51 orang.

Diketahui jumlah populasi 106 orang yang terbagi menjadi 6 kelas,

yaitu kelas 1 berjumlah 17 orang, kelas 2 berjumlah 28 orang, kelas 3

berjumlah 14 orang, kelas 4 berjumlah 12 orang, kelas 5 berjumlah 18

orang dan kelas 6 berjumlah 17 orang.

Table 4.1 Populasi dan Jumlah Sampel Penelitian di SDN 100 Gunung
Tua Kec. Panyabungan
Kelas I II III IV V VI Jumlah
Populasi 17 28 14 12 18 17 106
Sampel 4 4 5 11 12 15 51
29

4.2.3 Teknik sampling

Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan

nonprobability sampling menggunakan teknik purposive sampling yaitu

teknik penetapan sampel diantara populasi sesuai dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneilti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya

(Nursalam, 2013).

Dalam penentuan sampel penelitian perlu ditetapkan kriterian inklusi

dan eksklusi agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi.

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh

subjek agar dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria

inklusi dalam peneitian ini adalah:

1. Anak usia sekolah (Sekolah dasar) yang memiliki orang tua lengkap

(tinggal bersama orangtua) dan didampingi oleh orang tua.

2. Berdomisili diwilayah penelitian

3. Tidak teridentifikasi Covid-19

4. Anak usia sekolah dasar yang bersedia menjadi responden

Kriteria eklusi pada penelitian ini adalah anak usia sekolah yang

mengalami masalah emosi dan perilaku.


30

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

4.3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan,

tepatnya di Kabupaten Mandailing Natal yang didasari atas berbagai

pertimbangan.

4.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan februari 2021 yang

diawali dengan pembuatan proposal, mengumpulkan data, dan

selanjutnya pengolahan hasil serta penulisan laporan penelitian.

4.4 Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin

penelitian kepada pihak sekolah yang akan dilakukan penelitian. Setelah

mendapatkan persetujuan, maka peneliti akan melakukan pengumpulan data.

Lembaran persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan

menjelaskan maksud tujuan penelitian yang akan dilakukan dan manfaat

penelitian. Responden berhak menolak atau pun mengundurkan diri selama

proses penelitian (autonomy). Responden yang bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut

(informed consent).

Untuk menjaga kerahasiaan responden (confidentiality), peneliti tidak

menuliskam nama responden pada instrumen penelitian (anonimity), tetapi


31

menggunakan inisial. Kerahasian informasi yang diberikan responden

dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja

(non-maleficence) serta bermanfaat bagi peneliti dalam penyelesaian tugas

akhir.

4.5 Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti mengumpulkan

data menggunakan alat ukur kuisioner SDQ yang terdiri dari 25 pertanyaan

untuk mendeteksi dini masalah emosi dan perilaku anak di SDN 100 Gunung

Tua Kec. Panyabungan.

4.5.1 Kusioner data demografi

Instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi berisi

nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat. Data demografi

responden tidak akan dianalisi melainkan hanya untuk mengetahui

karakteristik responden.

4.5.2 Kusioner masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah dasar

Kuisioner SDQ (Strength and Diffculties Questionaire) yang terdiri

dari 25 pertanyaan untuk mendeteksi dini masalah emosi dan perilaku

anak yang terbagi menjadi 5 subskala dengan pilihan jawaban Tidak

Benar (TB) diberi skore 0, Kadang-kadang (KK) diberi skore 1, Benar

(B) diberi skore 2. Setiap subskala terbagi menjadi 5 pertanyaan,

pertanyaan masalah emosi (3,8,13,16,24), masalah perilaku


32

(5,7,12,18,22), hiperaktivitas (2,10,15,21,25), masalah dengan teman

sebaya (6,11,14,19,23), masalah perilaku prososial (1,4,9,17,20).

4.6 Alat penelitian

Kuisioner SDQ.

4.7 Validitas dan reliabilitas

4.7.1 Validitas

Pengujian validitas isi pada kuesioner SDQ (Strenghts and Difficulties

Questionnaire) dilakukan dengan meminta justifikasi kepada 1 orang

ahli dalam bidang keperawatan jiwa mengenai relevansi setiap item. Uji

validitas dalam penelitian ini menghitung nilai validitas dengan

menggunakan rumus Koefisien Aiken’s, dimana rumus tersebut adalah:

V = ∑ S/n (C-1)

Sehingga didapatkan hasil nilai CVI sebesar 1. Menurut Polit dan Beck

(2004) kuesioner dikatakan valid apabila nilai CVI ≥ 0,8.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan (Nursalam, 2013). Dari

hasil penelitian Suci Hapsari dengan judul “Masalah Kesehatan Jiwa

Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) di Wilayah Binaan Puskesmas Padang

Bulan Medan”, uji reliabilitas dilakukan pada anak yang berjumlah 30

anak usia sekolah yang berdomisili di Wilayah Binaan Puskesmas


33

Padang Bulan dan memiliki karakteristik yang sama dengan anak usia

sekolah penelitian, namun diluar dari sampel yang telah ditentukan.

Setelah data untuk uji reliabilitas dikumpulkan, peneliti menggunakan

analisa Cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan komputer

untuk mengukur reliabilitas instrumen kekuatan dan kesulitan pada

anak. Nilai hasil reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,887. Menurut

Polit dan Beck (2004) suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai

koefisiennya ≥ 0,7. Dengan demikian, instrumen Strengths and

Difficulties Questionnaire (SDQ) dinyatakan reliabel dan layak untuk

digunakan.

4.8 Rencana pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data yaitu pada

tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara,

kemudian permohonan izin yang telah diperoleh diberikan ke SDN 100

Gunung Tua Kec. Panyabungan untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah

mendapatkan izin, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data penelitian

kepada anak usia sekolah yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

dengan menggunakan kuesioner. Peneliti melakukan pengumpulan data sesuai

dengan protocol kesehatan. Anak usia sekolah dalam penelitian ini adalah

anak usia sekolah dan didampingi oleh orangtua. Setelah mendapat anak usia

sekolah, peneliti menjelaskan pada anak usia sekolah tentang tujuan, manfaat
34

dan cara pengisian kuesioner, kemudian bagi anak usia sekolah yang bersedia

maka orangtua dari anak usia sekolah yang diminta untuk menandatangani

surat persetujuan (informed concent) ataupun memberikan persetujuan secara

lisan. Kemudian anak usia sekolah diminta untuk menjawab pernyataan yang

ada di kuesioner yaitu karakteristik anak usia sekolah dan Strenghts and

Difficulties Questionnaire (SDQ). Setelah jumlah sampel yang didapatkan

sebanyak dengan jumlah yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan pengolahan

data penelitian.

4.9 Analisa data

4.9.1 Pengolahan data

Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan

agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisis atau

interpretasi dengan menggunakan system komputerisasi dengan

beberapa tahap (Notoadmodjo, 2012).

1. Editing (memeriksa data), pada tahap ini peneliti melakukan

peengecekan isian kuesioner dari anak usia sekolah apakah jawaban

yang ada di kuesioner sudah memenuhi syarat atau belum.

2. Coding (pemberian kode pada data), pada tahap ini peneliti membuat

lembaran kode berupa kolom-kolom untuk mencatat data secara

manual.
35

3. Data entry (memasukkan data), pemrosesan data dilakukan peneliti

dengan cara memasukkan data yang telah diberi kode kemudian

disusun secara sistematis (berurutan) dari kuesioner ke program

komputer.

4. Tabulating, tahap ini peneliti memindahkan data dari daftar

pertanyaan dan selanjutnya memberikan nilai akhir dan scoring.

4.9.2 Analisis univariat

Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Karakteristik

anak usia sekolah dan juga setiap kategori jawaban pada 5 domain diatas

yang diisi oleh orangtua anak usia sekolah akan dipaparkan dalam

bentuk distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A., & Sa’adah, N. (2020). Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Kegiatan
Belajar Mengajar Di Indonesia. Jurnal Psikologi, 13(2), 214–225.
https://doi.org/10.35760/psi.2020.v13i2.3572
Hasanah, N., & Drupadi, R. (2020). Perilaku Prososial Anak selama Pandemi Covid-
19. Buana Gender , 5, 98–106.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020).
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi
Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Herliandry, L. D., Nurhasanah, Suban, M. E., & Heru, K. (2020). Transformasi
Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi
Pendidikan, 22(1), 65–70. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp
Hidayat, D. R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga
Kesehatan. CV. Trans Info Media.
Ilham, I. (2020). Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Anak Usia Sekolah Dasar.
EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 4(2), 162–
180. https://doi.org/10.52266/el-muhbib.v4i2.562
Jeklin, A. (2016). GAMBARAN PERILAKU ANAK HIPERAKTIF PADA SISWA
KELAS I SD NEGERI II DEMAK IJO. 7(July), 1–23.
Maharani, E. A., & Puspitasari, I. (2019). Deteksi Gangguan Emosi dan Perilaku
Disruptif Pada Anak Usia Prasekolah. Journal of Early Childhood Care and
Education, 2(1), 1. https://doi.org/10.26555/jecce.v2i1.566
Nafrin, I. A., & Hudaidah, H. (2021). Perkembangan Pendidikan Indonesia di Masa
Pandemi Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 456–462.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.324
Nandya, & Sari, D. (2020). Educational journal of elementary school. 1, 13–17.
Ningsih, S., & Ali, M. (2018). Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku
Asosial Pada Anak. Kesehatan, Vol.1, 15.
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Peneltian Kesehatan. Rineka Cipta.
Novriana, dita eka, Yanis, A., & Masri, M. (2014). Prevalensi Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas Tahun 2013.

36
37

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis (3


ed). salemba medika.
Oktaviani, V. J. E. (2018). Hubungan Dukungan Sosial di Lingkungan Sekolah
dengan Masalah Mental Emosional Pada Anak Usia Sekolah. JOM FKp, 5(2),
307–317.
Parulian, T. S., & Yulianti, A. R. (2019). Hubungan pola asuh orang tua dengan
interaksi teman sebaya pada remaja. In Jurnal Keperawatan Jiwa (Vol. 7, Issue
2, p. 173). https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.175-180
Prawitasari, I. (2021). Studi Kepustakaan Dampak Pandemi COVID-19 terhadap
Psikologis Anak Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 2157–2164.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/1269
Rahmadi, F. A., Hardaningsih, G., & Pratiwi, R. (2015). Prevalensi dan jenis
masalah emosional dan perilaku pada anak usia 9-11 tahun dengan perawakan
pendek di Kabupaten Brebes. 3(2), 116–119.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta Sarwono.
Subekti, N., Nurrahima, A., Keperawatan, I., & Emosional, G. M. (2019). Gambaran
Keadaan Mental Emosional. 10–15.
Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. PT.RINEKA CIPTA.
Trianingsih, R. (2016). Al Ibtida 3 (2): 197-211 Pengantar Praktik Mendidik Anak
Usia Sekolah Dasar. Pengantar Praktik Mendidik Al Ibtida, 3(2), 197–211.
www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida
Widodo, A. P. A. (2018). Anak Dengan Hambatan Perilaku Emosi dan Sosial.
Nizamia Learning Center.
38

LAMPIRAN 1. Jadwal Tentative Penelitian

JADWAL TENTATIF PROSES PELAKSANAAN SKRIPSI MAHASISWA


PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2021/2022 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

Lampiran 2. Lampiran Penjelasan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Saya Muhaini Atmayana Purba sebagai Mahasiswa Ilmu Keperawatan di


Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan
penelitia yang berjudul “Deteksi Dini Masalah Emosi dan Perilaku Anak Usia
Sekolah Pada Masa Pnademi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec. Panyabungan”

Adapun tujuan dari penelitian saya adalah untuk mengidentifikasi masalah


emosi dan perilaku anak pada masa pandemi covid-19 Manfaat ini adalah untuk
menambah informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya.

Informasi yang diberikan anak akan digunakan hanya untuk kepentingan


penelitian ini dan tidak akan disebarluaskan yang dapat merugikan anak sebagai
responden. Persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini tidak ada unsur
pemaksaan dan tidak dipungut biaya. Setelah memahami hal yang berkaitan dengan
penelitian ini diharapkan Saudari/saudara bersedia mengisi lembar persetujuan yang
telah saya siapkan. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas perhatian dan
kesediaan saudara/saudari untuk menjadi responden dalZ penelitian ini, saya ucapkan
terimakasih.

Peneliti,

(Muhaini Atmayana Purba)


40

LAMPIRAN 3. Inform Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Judul Penelitian : Deteksi Dini Masalah Emosi dan Perilaku Anak Usia Sekolah
Pada Masa Pandemi Covid-19 di SDN 100 Gunung Tua Kec.
Panyabungan

Nama : Muhaini Atmayana Purba

NIM : 181101131

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Alamat :

Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang memiliki
tujuan untuk mengidentifikasi masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah dasar.
Saya telah diberitahukan bahwa partisipasi atau penolakan ini tidak merugikan saya
dan saya mengerti bahwa penelitian ini akan bermanfaat untuk saya maupun bagi
dunia Kesehatan.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Responden,

( )
41

Lampiran 4. Kuisioner

Untuk setiap pernyataan beri tanda ceklis pada kotak Tidak Benar, Kadang-kadang,
Benar. Akan sangat membantu kami apabila anda menjawab semua pernyataan sebaik
mungkin. Berikan jawaban anda menurut perilaku anak selama 6 bulan terakhir atau
selama tahun ajaran ini.

Nama Anak :

T. Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Pertanyaan Tidak Kadang- Benar


benar kadang
1 Dapat memperdulikan perasaan orang lain

2 Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam untuk


waktu lama
3 Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau
sakit-sakit lainnya
4 Kalau mempunyai mainan, kesenangan, atau
pensil, anak bersedia berbagi dengananak-anak
lain
5 Sering sulit mengendalikan kemarahan

6 Cenderung menyendiri, lebih suka bermain


seorang diri
7 Umumnya bertingkah laku baik, biasanya
melakukan apa yang disuruh oleh orang dewasa
8 Banyak kekhawatiran atau sering tampak
khawatir
42

9 Suka menolong jika seseorang terluka, kecewa


atau merasa sakit
10 Terus menerus bergerak dengan resah atau
menggeliatgeliat
11 Mempunyai satu atau lebih teman baik

12 Sering berkelahi dengan anak-anak lain atau


mengintimidasi mereka
13 Sering merasa tidak bahagia, sedih atau menangis

14 Pada umumnya disukai oleh anak-anak lain

15 Mudah teralih perhatiannya, tidak dapat


berkonsentrasi
16 Gugup atau sulit berpisah dengan orang
tua/pengasuhnya pada situasi baru, mudah
kehilangan rasa percaya diri
17 Bersikap baik terhadap anak-anak yang lebih
muda
18 Sering berbohong atau berbuat curang
19 Diganggu, di permainkan, di intimidasi atau di
ancam oleh anak-anak lain
20 Sering menawarkan diri untuk membantu orang
lain (orang tua, guru, anak-anak lain)
21 Sebelum melakukan sesuatu ia berpikir dahulu
tentang akibatnya
22 Mencuri dari rumah, sekolah atau tempat lain
23 Lebih mudah berteman dengan orang dewasa
daripada dengan anak-anak lain
24 Banyak yang ditakuti, mudah menjadi takut

25 Memiliki perhatian yang baik terhadap apapun,


mampu menyelesaikan tugas atau
pekerjaanrumah sampai selesai
43
44

Lampiran 6, Bukti Mengikuti Kegiatan Seminar Proposal

BUKTI MENGIKUTI KEGIATAN SEMINAR PROPOSAL

No. Tanggal Pemakalah Judul Paraf


Pembimbing
1

7
45

Lampiran 7, Curriculum Vitae (CV)

CURRICULUM VITAE (CV)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap Muhaini Atmayana Purba


Tempat, Tanggal Panyabungan, 21 April 2000
Lahir
Alamat Jl. Wakaf Gang Landong No. 9 Kel. Sei Agul Kec. Medan
Barat
Program Study Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara
Angkatan 2018
IPK
Email muhainipurba21@gmail.com
Nomor Kontak 081396398484
Pribadi

PENDIDIKAN

NIM : 181101131

Universitas/Instusi : Universitas Sumatera Utara

Fakultas : Keperawatan

Jurusan/Prodi : Ilmu Keperawatan


46

PENDIDIKAN TERAKHIR

No Jenjang Nama Sekolah Alamat


1 Sekolah Dasar SDN 111 Pidoli Jl. Nusantara II, Pidoli Dolok, Kec.
Dolok Panyabungan, kab. Mandailing
Natal, Prov. Sumatera Utara
2 Sekolah SMPN 2 Jl. Sutan Soripada Mulia, Kayujati,
Menengah Panyabungan Kec. Panyabungan Kota, Kab.
Pertama Mandailing Natal, Prov. Sumatera
Utara
3 Sekolah SMAN 1 Jl. Sutan Soripada Mulia, Kayujati,
Menengah Atas Panyabungan Kec. Panyabungan Kota, Kab.
Mandailing Natal, Prov. Sumatera
Utara

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Jabatan/Peran Organisasi Tahun

1 Anggota Forkis Rufa’idah 2018

2 Anggota Pengabdian Masyarakat 2018

3 Anggota Dhescien 2021

Anda mungkin juga menyukai