Anda di halaman 1dari 22

Al-Tatwir, Vol. 7 No.

1 April 2020
GAMBARAN KECEMASAN DAN STRATEGI COPING
PADA MAHASISWA DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

Indah Roziah Cholilah


Dosen Tetap Program Studi Psikologi Islam
Fakultas Dakwah IAIN Jember
Annisa Abdillah Zuhair Deyon
Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam
Fakultas Dakwah IAIN Jember

Siti Nurmaidah
Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam
Fakultas Dakwah IAIN Jember

Abstrak
Adanya pandemi covid-19 menimbulkan sebagian orang merasakan ke-
takutan, kekhawatiran dan stres. Aturan untuk melakukan social distanc-
ing dan physical distancing pun diberlakukan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus. Termasuk aturan belajar dari rumah (during). Kondisi
seperti ini pada sebagian orang menjadi cemas, bosan dan stres, terma-
suk mahasiswa. Kecemasan merupakan rasa khawatir dan takut yang
ditmbulkan oleh situasi yang mengancam. Kecemasan ditandai dengan
berbagai simptom, mencakup fisik, perilaku dan kognitif. Beberapa
orang melakukan usaha untuk menyelesaikan situasi yang menimbulkan
kecemasan. Strategi coping merupakan upaya yang bisa mengurangi ke-
cemasan dan kekhawatiran yang disebabkan oleh covid-19. Strategi cop-
ing dibagi menjadi dua bagian, yakni strategy problem focused-coping dan
strategy emotion focused-coping. Adapun penelitian ini untuk mengetahui
gambaran kecemasan dan strategi coping pada mahasiswa dalam meng-
hadapi pandemi covid-19. Penelitian dilakukan kepada sepuluh maha-
siswa yang tersebar di Kota Jember. Metode pengambilan sampel den-
gan tekhnik purposive random sampling. Penelitian menggunakan pende-
katan kualitatitaf. Hasil penelitian dari sepuluh responden menunjukkan
bahwa seluruhnya merasakan kecemasan akibat covid-19. Berbagai res-
pon yang disebabkan oleh kecemasan, seperti merasakan sakit pada ke-
pala, tenggorokan, takut jika batuk dan flu yang dialami disebabkan ka-
rena covid, dan merasakan takut jika keluarganya tertular covid-19. Se-
dangkan responden melakukan strategi coping yang berpusat pada masa-
lah (strategy problem focused coping) dan strategi yang berpusat pada emo-
si (strategi emotion focused coping).

Kata kunci : Kecemasan,Strategi Coping.

~ 43 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
Pendahuluan
Covid-19 atau virus corona adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Coronavirus adalah suatu
kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Beberapa jenis coronavirus dapat menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk, pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sever Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan baru-baru inilah yang
menyebabkan penyakit covid-19. Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019
adalah tempat dan waktu awal dari virus baru ini dikenal.1
Virus corona dapat menular melalui percikan-percikan dari hidung atau
mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi covid-19 batuk, bersin, atau
berbicara. Orang dapat terinfeksi covid-19 jika menghirup percikan orang yang
terinfeksi virus ini (WHO.Int, 2020). Virus yang memiliki sifat menular ini
dengan cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Per 24 Juli 2020 telah
terkonfirmasi sebanyak 15,5 juta orang dari 200 negara terpapar virus corona
termasuk Indonesia (Kompas.com., 2020). 2 Virus corona diketahui telah
menjangkit di Indonesia pada awal Maret 2020 dengan dua kasus pertamanya
di Depok, Jawa Barat.3
Seiring berjalannya waktu, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif
covid-19 di Indonesia semakin meningkat. Tercatat hingga 10 Maret 2020, 19
orang di Indonesia terkonfirmasi positif covid-19. 4 Melihat kondisi yang
semakin memburuk, akhirnya pemerintah memberlakukan beberapa
peraturan untuk memutus rantai penyebaran covid-19, diantaranya adalah
work from home yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo secara resmi pada
15 Maret 2020. Peraturan work from home ini meminta masyarakat untuk
bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah dan diberlakukan pada seluruh
instansi baik negeri maupun swasta untuk menghindari kontak dekat dengan

1WHO.int. 2020. Coronavirus Disease Covid-19 (Pandemic).Diakses pada 25 Juli 2020


dari laman, https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus2019
2Kompas.com. 2020. 15 Juta Orang Terinfeksi di Dunia, 12 Negara ini Masih Nol Kasus

Virus Corona. Diakses pada 25 Juli 2020 dari laman, https://www.kompas.com/tren/read/


2020/07/24/063500865/15-juta-orang-terinfeksi-di-dunia-12-negara-ini-masih-nol-kasus-
virus?page=all
3Nasional.kompas.com. 2020. Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia.

Diakses pada 25 Juli 2020 dari laman, https://nasional.kompas.com/read/2020/


03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
4 Covid-19.kemkes.go.id. 2020. Situasi Terkini Perkembangan Corona Virus Disease

(Covid-19) 10 Maret 2020. Diakses pada 26 Juli 2020 dari laman, https://covid19.kemkes.go.
id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-
disease-covid-19-10-maret-2020

~ 44 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
manusia. Akibatnya, semua intitusi pendidikan baik dasar maupun perguruan
tinggi meniadakan pembelajaran tatap muka dan digantikan pembelajaran
jarak jauh atau daring.
Proses pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh adalah hal baru
bagi pelajar dan mahasiswa di Indonesia, hal itu tidak menutup kemungkinan
akan membuat stress karena perubahan sistem belajar. Selain karena proses
adaptasi terhadap sistem baru, pelajar maupun mahasiswa juga rentan
terhadap stress karena beberapa faktor seperti kesulitan mendapatkan sinyal;
kuota internet terbatas; tugas pembelajaran yang lebih banyak daripada ketika
tatap muka langsung; tidak dapat bertemu teman-teman; proses pembelajaran
online yang mulai membosankan; dan tidak dapatmengaplikasikan
pembelajaran praktek karena ketidaktersediaan alat.5
Tidak hanya sektor pendidikan, sektor perekonomianpun terkena imbas
pandemi covid-19. Sejumlah perusahaan swasta juga menetapkan work from
home bagi para karyawannya seperti Nestle, Unilever, Prudential, Coca Cola,
Indofood, dan juga Frisian Flag. 6 Banyak swalayan, toko, dan pasar yang
ditutup ataupun membatasi jumlah pengunjung, pemerintah juga menutup
semua tempat pariwisata guna memutus rantai penyebaran covid-19.
Lumpuhnya roda perekonomian Indonesia akibat ditutupnya semua sektor
perekonomian dan berkurangya daya beli masyarakat menyebabkan banyak
karyawan yang terkena PHK, banyak perusahaan yang gulung tikar, dan
banyak masyarakat kehilangan pekerjaannya karena ditutupnya tempat
pariwisata sebagai sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat. Kondisi ini
menyebabkan banyak masyarakat kehilangan pekerjaan dan sulit untuk
mencari lapangan kerja. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan
Indonesia mengungkapkan bahwa per-20 April 2020, sebanyak 241.431 pekerja
formal yang di PHK dan sektor informal kehilangan 538.385 orang
pekerjanya.7
Kondisi perekonomian yang menurun akibat covid-19, metode
pembelajaran dalam institusi pendidikan, dan pemberitaan yang masif
mengenai jumlah pasien terkonfirmasi positiv covid-19 yang semakin

5 Liviana Ph, dkk. 2020. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa : “Tugas Pembelajaran”
Penyebab Stress Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19. Vol. 3. No. 2. 203-208.
6 Dkjn.kemenkeu.go.id. 2020. Bekerja Dari Rumah (Work From Home) Dari Sudut

Pandang Unit Kepatuhan Internal. Diakses pada 26 Juli 2020 dari laman,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-Rumah-Work-From-
Home-Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-Internal.html
7Kemnaker.go.id. 2020. Menaker : Badai Pasti Berlalu, Panggil Kembali Pekerja yang ter-

PHK Nanti. Diakses pada 26 Juli 2020 pada laman, https://www.kemnaker.go.id/


news/detail/menaker-badai-pasti-berlalu-panggil-kembali-pekerja-yang-ter-phk-nanti

~ 45 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
meningkat rupanya cukup mengganggu kondisi psikologis masyarakat
Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Iskandarsyah dan
Yudiana (2020) di Indonesia, menunjukkan bahwa 78% partisipan merasa
cemas dengan penyebaran COVID-19 dan 23% merasa tidak bahagia atau
dalam kondisi tertekan. 8 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wang, dkk (2020) yang melibatkan 1.210 responden dari 194 kota di Cina
menyatakan bahwa 53,8% responden menilai dampak psikologis dari wabah
terebut sedang atau berat; 16,5% melaporkan gejala depresi sedang hingga
berat; 28,8% melaporkan gejala kecemasan sedang hingga berat; dan 8,1%
melaporkan tingkat stres sedang hingga berat.9
Emosi stres, takut, khawatir, dan cemas ketika pandemi ternyata adalah
hal yang wajar terjadi, seperti yang dijelaskan oleh Taylor dalam bukunya “The
Pandemic of Psychology” mengenai bagaimana pandemi penyakit
mempengaruhi psikologis orang secara luas dan masif, mulai dari cara
berpikir dalam memahami informasi tentang sehat dan sakit, perubahan emosi
(takut, khawatir, cemas) dan perilaku sosial (menghindar, stigmatsisasi, dan
perilaku sehat). Namun, jika emosi negatif tersebut dibiarkan menumpuk, bisa
mengakibatkan psikosomatis atau sakit fisik akibat adanya stressor yang
mengganggu proses mekanisme dalam tubuh.
Respon emosi dan fisiologis yang ditimbulkan oleh kecemasan dapat me-
nimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini mendorong individu untuk mengantisi-
pasi ketidaknyamanan tersebut dengan cara menyelesaikan, mengurangi atau
meminimalisir situasi yang menimbulkan kecemasan. Strategi coping menjadi
salah satu upaya yang bisa mengurangi kecemasan dan perasaan khawatir
akan hal-hal atau kondisi yang penuh dengan ketidakpastian akibat covid.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode
wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gambaran kecemasan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Per-
guruan Tinggi di Kota Jember dalam menghadapi pandemi covid-19.Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mengenai gamba-
ran kecemasan masyarakat dalam menghadapi pandemiataupun sebagai
intervensi dalam penanganan maupun tindakan untuk meminimalisir tingkat
kecemasan pada masyarakat.

Tinjauan Teori
1. Pengertian Kecemasan

8Muhammad Agung, Ivan. 2020. Memahami Pandemi Covid dalam Perspektif Psikologi
Sosial. Vol. 1 No. 2. 68-84
9Ibid. hal. 7

~ 46 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman anGst
kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata
yang digunakan Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan
keterangsangan.10 Kecemasan secara umum digambarkan dengan situasi atau
keadaan yang tidak menyenangkan, sering kali di iringi pula dengan rasa
panik dan ketakutan. Beberapa ahli juga berpendapat mengenai kecemasan
dan bagaimana kecemasan ini dapat mempengaruhi kehidupan individu.
Nevid Jeffrey S. Dkk dalam bukunya Psikologi Abnormal jilid 1
menjelaskan bahwa, kecemasan merupakan kondisi umum dari ketakutan
atau perasaan tidak nyaman. Kecemasan biasanya ditandai dengan berbagai
simtom, yang mencakup simtom fisik, perilaku dan kognitif. Biasanya
seseorang yang mengalami kecemasan ditandai dengan ciri fisik seperti,
kegelisahan, gemetar, sesak dibagian perut atau dada, berkeringat hebat,
telapak tangan berkeringat, kepala pusing atau rasa ingin pingsan, mulut atau
tenggorokan terasa kering, dan kadang juga disertai mual. Jika dilihat dari ciri
perilakunya, seseorang yang mengalami kecemasan akan berperilaku
menghindar, perilaku bergantung, dan perilaku gelisah. Hingga biasanya
kecemasan ini dapat berpengaruh pula pada kognitif seseorang. Seseorang
yang mengalami kecemasan ciri kognitifnya diantaranya adalah merasa takut
atau cemas akan masa depan, terlalu memikirkan atau sangat waspada dengan
sensasi yang muncul di tubuh, takut kehilangan kendali, memikirkan pikiran
yang mengganggu secara terus menerus, memiliki pemikiran yang
membingungkan, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikirannya, dan
berpikir bahwa segala sesuatunya menjadi tidak terkendali.11
Dalam literatur yang lain juga disebutkan bahwa kecemasan merupakan
suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan yang menyebabkan
kegelisahan sebagai reaksi dari ketidakmampuan mengatasi masalah atau
tidak memiliki rasa aman. Perasaan tidak menentu tersebut nantinya akan
menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis. 12 Perubahan fisiologis
tersebut diantaranya adalah; jari tangan dingin, detak jantung makin cepat,
berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak
nyenyak, dan dada sesak. Sedangkan perubahan psikologis yang terjadi
adalah; ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan

10Darmanto Jatman. 2000. Psikologi Jawa. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, cet

ke-2. Hal 3
11 Jeffry S. Nevid, dkk, Psikologi Abnormal “di dunia yang terus berubah” jilid 1, Terj.

Kartika Yuniarti (Jakarta : Erlangga, 2018), hlm. 183


12 Kholil Lur Rochman, Kesehatan Mental, (Purwokerto : Fajar Media Press, 2010),

hlm.104

~ 47 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan. 13 Menurut Kelly
kecemasan adalah mengenali bahwa peristiwa yang dihadapi oleh seseorang
berada diluar jangkauan kenyamanan pada sistem konstruk seseorang.14
Menurut Craig kecemasan dapat diartikan sebagi suatu perasaan yang
tidak tenang, rasa khawatir, atau ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas
atau tidak diketahui.15 Menurut Lazarus kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang
mengalami tekanan perasaan yang tidak jelas objeknya, tekanan-tekanan batin
ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan
kemampuan penyesuaian diri.16
Atkinson juga menyatakan kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi
ancaman impuls yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu
berdasar atas kenyataan, tetapi dapat juga hanya berdasarkan iamjinasi
individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh
ketakutan individu akan ketidak mampuan diri sendiri. 17 Menurut Freud
(Suryabrata, 1993) macam-macam kecemasan ada tiga yakni, yang pertama
adalah kecemasan realistis, yakni kecemasan atau takut akan bahaya-bahaya di
dunia luar. Yang kedua, kecemasan neurotis, yakni kecemasan apabila insting-
insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang-orang berbuat
sesuatu yang dapat dihukum. Dan yang ketiga adalah kecemasan moral, yakni
kecemasan kata hati. Kecemasan ini mempunyai dasar realitas karena dimasa
lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat perbuatan yang
melanggar kode moral dan mungkin akan mendapat hukuman lagi.18 Menurut
Dr. Savitri R. ada empat faktor utama yang mempengaruhi pola dasar
kecemasan , yakni diantaranya adalah lingkungan, emosi yang ditekan, sebab-
sebab fisik, dan keturunan.19
Selain itu, kecemasan (anxiety), juga didefinisikan sebagai perasaan

13 Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2004), hlm.62
14 Cervon dan Pervin, Kepribadian : Teori dan Penelitian, Jilid 2, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2012), hlm. 195


15 Indiyani, N. E., & Listiara, A, “Efektivitas metode pembelajaran gotong royong

(cooperative learning) untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika
(suatu studi eksperimental pada siswa di SMP 26 Semarang)”, Jurnal Psikologi, 2006, hlm. 12
16 Maisaroh, E. N., & Falah, F, “Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan

Menghadapi Ujian Nasional (UN)”, Jurnal Proyeksi, 2011, hlm.80


17Ibid.,
18Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),

hlm.139
19 Savitri Ramaiah, Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya, (Jakarta: Pustaka

Populer Obor, 2003), hlm. 11-12

~ 48 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa
mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut serta bersifat
individual. 20 Sarason dan Davidson menjelaskan bahwa kecemasan
merupakan bagian sari tiap pribadi manusia terutama jika individu
dihadapkan pada situasi yang tidak jelas dan tidak menentu. Sebagian besar
dari individu merasa cemas dan tegang jika menghadapi situasi yang
mengancam atau stressor.21 Dalam teori kecemasan yang diungkapkan oleh
Ghufron M.Nur dan Risnwati S. Rini, kecemasan merupakan pengalaman
subyektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan
berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami seseorang.
Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu yang (state anxiety) yaitu
menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi suatu permasalahan atau obyek tertentu.
Hal tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh
individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian.22
Muchlas mendefinisikan istilah kecemasan sebagai suatu pengalaman
subyektf mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai
konflik atau ancaman. 23 Sementara Lazarus membedakan perasaan cemas
menurut penyebabnya menjadi dua. Yakni yang pertama, state anxiety,
merupakan rekasi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang
dirasakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes, menjalani operasi, atau
lainnya. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan yang subyektuf. Yang kedua,
trait anxiety, merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi
berbagai macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat
yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menginterpretasi suatu
keadaan menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan
kepribadian yang demikian.24 Kecemasan juga merupakan rasa khawatir, rasa
takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar
dalam menggerakkan tingkah laku normal maupun tingkah laku yang
menyimpang, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan
dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya
ancaman, sehingga seseorang akan menghindar diri dan sebagainya.

20Chaplin, J.P. 2009, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta : Rajawali Press) Hal 32.
21 Zulkarnain. 2009. Kontribusi Budaya Kerja Etos Kerja Disiplin. Tesis (tidak
diterbitkan). Medan : Fakultas Psikologi Universitas Negeri Medan
22 Ghufron, M.Nur & Risnawati S. Rini. 2009. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta :

Arruzz Media. Hal 141


23Muchlas, M. 1976. Psikoneorosa dan Gangguan Psikomatif. Yogyakarta : Muria
24Ibid.,

~ 49 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari dalam diri,
dan pada umumnya ancaman itu smar-samar.25

2. Strategi Coping
Coping adalah bentuk tindakan yang dilakukan untuk merubah kognirit
secara konstan dan merupakan suatu usaha bentuk tingkah laku yang dilaku-
kan untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani
atau melebih sumber daya yang dimiliki.26 Coping dipandang sebagai suatu
usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari te-
kanan tersebut. Coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai selu-
ruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut benar-benar mampu
dikuasai. Coping yang efektif adalah coping yang dapat membantu seseorang
untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan te-
kanan yang dapat dikuasainya. Coping berfungsi untuk mengembankan emosi
individu dengan situasi yang penuh tekanan.27

3. Jenis-Jenis Strategi Coping


Menurut Lazarus & Folkman, dalam melakukan coping ada dua strategi
yang dibedakan:28
a) Problem-Focused Coping
Problem Focused Coping adalah usaha yang dilakukan untuk mengatasi
stres dengan cara mengatur tau mengubah masalah yang dihadapi dan ling-
kungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan atau stres. Individu
dapat merubah perilaku, keyakinan atau harapan mengenai peristiwa dan
mengurangi reaksi tekanan.

b) Emotion-Focused Coping
Emotion Focused Coping adalah usaha yang dilakukan untuk mengatasi
stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh situasi kondisi atau situasi
yang dianggap menekan. Tujuannya adalah untuk melepaskan ketegangan,
melupakan kecemasan, dan menghapus kekhawatiran atau untuk melepaskan
kemarahan.

25Gunarsa, Ylia Singgih. 2012. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : Penerbit Libri.
26 Lazarus & Folkman. Stress Appraisal and Coping. (1984). Hal 258
27 Hartati Pudji. Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Perilaku Coping Stres. Fa-

kultas Psikologi UII Yogyakarta. (1997). Hal. 37


28 Ibid,

~ 50 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
4. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan
oleh sumber daya individu yang meliputi:29
a. Kesehatan fisik
b. Keyakinan atau pandangan positif
c. Keterampilan memecahakan masalah
d. Keterampilan sosial
e. Dukungan sosial
f. Materi
5. Respon Strategi Coping
Respon strategi coping adalah respon yang dilakukan individu untuk
mengatasi suatu situasi yang dianggap sebagai ancaman, tekanan baik secara
internal maupun eksternal. Menurut Billings dan Moss (Niven, 1995) Kategori
respon coping adalah:30
a) Coping kognisi aktif-fokus pada emosi
1. Mencoba melihat sisi positif sebagai cara untuk mengurangi respon
emosional
2. Mencoba mundur dari situasi dengan melakukan pengadaan jarak ter-
hadap stimulus
3. Meminta tuntunan pada orang lain an dapat dijadikan suatu pengala-
man.
b) Coping kognisi aktif-fokus pada masalah
1. Mempertimbangkan beberapa alternatif untuk mengatasi masalah
2. Menyelesaikan masalah satu demi satu
3. Mengingat kembali pengalaman masa lalu.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan pen-
dekatan kualitatif. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitis,
yaitu dengan memaparkan suatu keadaan yang sebenarnya, yang meliputi su-
atu obyek, fenomena, atau setting sosial, kemudian dituliskan dalam sebuah
laporan yang bersifat naratif dengan interpretasi ilmiah31. Tekhnik pengumpu-
lan kedua adalah wawancara. Adapun wawancara dilakukan dengan meng-
gunakan media Whatsapp. Hal ini dilakukan karena keterbatasan peneliti
dengan subjek penelitian dalam menjaga interaksi fisik (physical distancing). se-

29 Ibid,
30 Ibid,
31Anggito, Albi & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.Sukabumi:

CV Jejak

~ 51 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
hingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk bertemu langsung dengan
subjek penelitian. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling,
yakni pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh
peneliti. Sampel penelitian adalah mahasiswa yang sedang melaksanakan stu-
di di Perguruan Tinggi di Kabupaten Jember.

Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Penelitian
Virus Corona adalah jenis virus yang baru-baru ini diketemukan. Banyak
sekali korban yang berjatuhan akibat virus tersebut. Penularannya pun begitu
cepat. Tidak adanya vaksin hingga saat ini menyebabkan membuat tenaga
kesehatan dan beberapa rumah sakit kewalahan menangani masyarakat yang
tertular virus. Sehingga pemerintah akhirnya membuat kebijakan-kebijakan
guna meminimalisir penyebaran virus corona. Salah satunya adalah kebijakan
bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Masyarakat diminta untuk senan-
tiasa melakukan social distancing, physical distancing dan menjaga kebersihan
diri. Banyaknya masyarakat yang terinveksi virus tersebut membuat beberapa
diantaranya melakukan penimbunan dengan membeli alat-alat kesehatan un-
tuk mencegah tertularnya virus corona. Seperti membeli masker, handsanitez-
er, rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan lain serta cairan-cairan pembersih
lantai dan pakaian yang dapat dibuat untuk disinfektan dibeli secara berlebi-
han. Perilaku menimbun dan melakukan pembelian secara besar-besaran men-
jadikan masyarakat panik akan adanya pandemi ini. Selain itu, berita di media
massa baik eletronik maupun cetak juga banyak memberitakan penyebaran
virus corona. Berita tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi masyarakat itu sendiri.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 responden, menun-
jukkan adanya kekhawatiran yang dirasakan akibat pandemi covid. Respon-
den pertama diwawancara menyatakan bahwa dirinya merasakan panik yang
luar bisa terhadap penyebaran virus. Kepanikan tersebut ditunjukkan dengan
perilaku menghindari dari orang-orang yang sedang sakit flu dan batuk. Ada-
pun coping yang dilakukan adalah berusaha tenang dan melakukan usaha
dengan membuat cairan disinfektan guna mencegah penyebaran virus.
“ya, saya merasakan kepanikan yang luar biasa akan penyebaran virus covid
ini. Saya menjadi parno, melihat orang batuk atau flu. Terkadang saya lang-
sung menghindari orang yang tiba-tiba batuk didekat saya32”
“biasanya saya tetap berusaha tenang, sambil lalu berikhtiar, misalnya mem-

32 Hasil wawancara dengan responden nomor 1

~ 52 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
buat disinfektan sendiri dari bahan-bahan yang saya beli di toko33”

Responden ke dua, menjelaskan mengenai kecemasannya dalam meng-


hadapi virus korona. Kecemasan tersebut ditunjukkan dengan keadaan fisi-
ologis, seperti merasa demam dan sakit kepala.
“Saya benar-benar cemas sama corona34”
“Demam dan sakit kepala sebelah35”

Selain itu, pemberitaan di media tentang situasi covid yang semakin


memburuk juga membuat subjek merasa khawatir. Kekhawatiran tersebut be-
ragam bentuknya, seperti misalnya khawatir tertular meski sudah melakukan
usaha pencegahan virus korona. Selain itu, subjek juga merasakan ketakutan
akan terjadinya krisis moneter yang disebabkan oleh virus korona.
“Cemasnya karena baca-baca berita di twitter dimana kasusnya parah sekali,
banyak yang meninggal bahkan ada yang sampai corona gelombang kedua, terus
takut juga kalau kejadian ke keluarga sendiri, saya takut juga dampaknya nanti
malah krismon mempengaruhi pekerjaan bahkan katanya lebih buruk dri tahun
199836”

Adapun usaha yang dilakukan subjek untuk mengatasi kekhawatirannya


adalah dengan cara mengurangi membaca berita melalui media. Seperti yang
disampaikan di bawah ini
“…cara mengatasinya ya berusaha tidak membaca berita seperti itu dahulu,
melakukan aktivitas yang bisa membantu saya melupakan corona…”37

Selain itu gejala fisik lainnya yang disebabkan karena kecemasan dengan
adanya virus korona adalah merasakan demam tinggi. Subjek merasa takut
bahwa demam yang dialami disebabkan terpapar virus korona. Ketakutan dan
kekhawatiran tersebut disampaikan kepada peneliti saat wawancara melalui
chat Whattsapp.
“Iya, oh saya pernah demam tinggi satu minggu”38
“karena terlalu cemas”39

33 Ibid,
34 Hasil wawancara dengan responden nomor 2
35 Ibid,
36 Ibid
37Ibid
38Hasil wawancara dengan responden 1
39Ibid

~ 53 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
Beberapa usaha yang dilakukan subjek untuk mengatasi kecemasananya
adalah dengan menonton film kesukaannya. Tidak hanya melakukan hal-hal
yang di sukai, namun subjek juga melakukan usaha-usaha pencegahan dengan
membuat cairan disinfektan.
“Nonton kartun spongebob”40
“Saya lebih ke memanfaatkan sisa disinfektan sih”41

Penyebaran virus covid-19 yang semaki cepat, maka aktivitas sosial yang
melibatkan pertemuan banyak orang secara langsung perlu dihindari. Bebera-
pa aturan yang dibuat oleh pemerintah harus ditaati. Mulai belajar, bekerja
dan beribadah semuanya dilakukan di rumah. Namun kondisi yang mengha-
ruskan individu untuk melakukan semua aktivitasnya di rumah tidak jarang
diantara mereka merasakan kebosanan, bahkan stress karena tidak bisa mela-
kukan aktivitas seperti sedia kala dengan leluasa. Keterbatasan di temui di
mana-mana. Namun individu harus tetap mampu menyesuaikan kondisi ter-
sebut. Kondisi ini, dialami oleh salah satu subjek penelitian. Ia menyampaikan
ketidaknyamanan, rasa bosan hingga stress karena terlalu lama berada di ru-
mah. Kegiatan belajar melalui sistem daring membuatnya lelah.
“apalagi sekarang, di kampus saya kuliahnya menggunakan sistem daring, stress
dan jenuh rasanya” 42
“...karena kuliah online itu menguras pikiran, pikiran jadi capek”43

Kuliah dengan sistem daring dilakukan guna sebagai langkah antisipasi


penyebaran virus korona di sekitar kampus. Namun beberapa usaha yang sub-
jek lakukan untuk meminimalisir kejenuhan belajar karena kuliah online. Se-
perti yang ia sampaikan saat wawancara dengan peneliti.
“Upaya yang saya lakukan adalah melihat youtube,bermain game,main bar-
ble,main senapan. Itulah kegiatan saya ketika saya bosan karena kuliah online”44
Kebijakan Work From Home yang diberlakukan oleh pemerintah tidak
sepenuhnya dapat dilakukan oleh masyarakat, terlebih masyarakat yang tidak
dapat bekerja dari rumah seperti pedagang kaki lima, tukang ojek, petugas
kebersihan, dan sebagainya. Selain itu, pemberlakuan belajar dari rumah juga
cukup menguras emosi sebagian pelajar maupun mahasiswa karena
minimnya jaringan internet di daerah tempat tinggalnya sehingga mereka

40Ibid
41Ibid
42Hasil wawancara dengan responden 3
43Ibid
44Hasil wawancara dengan responden 3

~ 54 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
kesulitan dalam mengakses pembelajaran. Hal itu menimbulkan kecemasan
tersendiri untuk para pekerja dan juga anggota keluarga karena harus keluar
rumah ditengah pandemi covid-19, seperti yang dikatakan oleh responden ke
empat, Ia menjelaskan bahwa dirinya merasa khawatir dan cemas akan
adanya pandemi ini karena kedua orangtuanya masih bekerja di luar rumah,
minimnya bantuan dari pemerintah, dan minimnya jaringan internet.
“Pastinya mengalami ke khawatiran, karena orang tua saya sendiri juga bekerja di
luar rumah, di daerah saya juga minim bantuan dari pemerintah yang bisa me-
nunjang perekonomian warganya alhasil walaupun dalam keadaan seperti ini ma-
syarakat menengah kebawah masih harus bekerja diluar rumah”45
“Iyaa bisa dibilang setres karena dengan adanya virus ini dunia pendidikan di
non aktifkan (tidak bertatap muka) apalagi bagi saya yang masih berstatus pelajar,
tugas demi tugas online setiap hari harus di kerjakan, sedangkan di tempat saya
jaringan internet sangat minim”.46

Perasaan jenuh karena berhari-hari tidak keluar rumah juga dirasakan


oleh sebagian masyarakat, termasuk responden ke empat ini, namun Ia berha-
sil mengatasi rasa jenuh tersebut dengan aktivitas menonton sambil lalu mem-
bangun komunikasi dengan orang tuanya,
“Kalau saya pribadi lebih suka menonton televisi ataupun drama Korea sembari-
berbincang dengan orang tua saya agar sedikit mengurangi rasa jenuh”.47(AA)

Selain karena faktor masih harus bekerja di luar rumah, minimnya


bantuan, dan juga jaringan internet di daerah tertentu yang dapat
menimbulkan cemas, banyaknya berita hoax atau bohong terkait covid-19 juga
menimbulkan kepanikan masyarakat seperti yang dialami oleh responden
kelima. Dirinya menjelaskan adanya kecemasan yang dirasakannya,
kecemasan itu dikarenakan banyaknya berita hoax mengenai covid yang
membuat panik dan juga takut jika suatu saat dirinya dikarantina sehingga
tidak bisa bertemu orangtuanya.
“Banyak berita atau informasi Hoaxsehingga membuat saya menjadi panik dan
cemas”.48 (S)
“Iya saya merasakan kecemasan tersebut,cemas seperti takut dikarantina yang
dikarenakan tidak boleh menemui keluarganya.”49 (S)

45Hasil wawancara dengan responden 4


46Ibid
47Hasil wawancara dengan responden 4
48Hasil wawancara dengan responden 5
49 Ibid

~ 55 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk

Kecemasan yang dialami oleh responden muncul akibat seringnya melihat


pemberitaan yang ada di sosial media tentang jumlah pasien yang terdampak
covid, sehingga responden merasa khawatir akibat dari semakin banyaknya
jumlah korban yang terdampak covid. Rasa cemas yang dirasakan pun sampai
menyebabkan munculnya gejala psikosomatis seperti flu, batuk, tenggorokan
sakit. Kecemasannya pun bukan hanya tentang diri pribadi responden,
melainkan juga cemas jika keluarganya ada yang sampai terdamapak covid.
“.. melihat update dari whatsapp atau line dari berita yang di infokan kemenkes
yang jumlah korbannya semakin bertambah, ya pasti rasa cemas, rasa takut itu
nggak hanya datang sekilas tetapi juga menumpuk dalam diri saya gitu, jadi
memang benar-benar takut dan cemas sekali. Pada waktu itu saya juga
mengalami kejadian flu, batuk, tenggorokan sakit yang memunculkan rasa takut,
juga saya takut sampai terjadi pada keluarga saya”50(M)

Dari kecemasan tersebut, responden juga mengatakan cara untuk


menghilangkan rasa cemas yang dirasakan dengan melihat update tentang
pasien yang sembuh terutama yang berada di sekitar wilayahnya.
“..saya menenangkan diri saya, dan menepis rasa cemas dengan melihat jumlah
pasien yang sembuh terutama di wilayah saya”51(M)

Responden yang lain juga mengungkapkan bahwa adanya covid ini


membuat subyek merasa cemas hingga menyebabkan subyek mengalami
badan panas dan sakit tenggorokan. Selain itu juga responden
mengungkapkan bahwa ia sampai merasa depresi ketika melihat pemberitaan
tentang covid yang semakin hari semakin bertambah, dan masih belum bisa
untuk menanggulangi rasa cemasan dan takut yang ia rasakan
“saya merasakan badan panas dan sakit tenggorokan..”52(NI)
“saya tidak mengerti bagaimana cara mengurangi cemas dan depresi”53 (NI)

Adanya pandemi ini juga membuat salah satu subyek merasa parno dan
khawatir hingga cemas bahkan untuk keluar rumah dan untuk keluar ke toko
terdekat.
“Kan kita tahu virus ini sangat mematikan, jadi mau ngapa-ngapain juga
bingung. Rasanya walau Cuma ke toko pun harus sangat waspada apalagi

50Hasil wawancara dengan responden 6


51Hasil wawancara dengan responden 6
52Hasil wawancara dengan responden 7
53Ibid

~ 56 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
melihat orang banyak”54(MM)

Subyek juga mengungkapkan untuk mencegah tertularnya virus, ia


melakukan hal-hal yang dianjurkan oleh pemerintah seperti menjaga jarak dan
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan.
“seperti masyarakat pada umumnya, menjaga kesehatan, menjaga pola makan,
cuci tangan dan olahraga, dan juga ketika keluar menggunakan masker dan
menjaga jarak, intinya tidak kontak langsung dengan orang lain”55(MM)

Hasil wawancara yang dilakukan pada responden ke sembilan juga tidak


jauh berbeda dengan wawancara dengan responden sebelumnya. Responden
ke sembilan juga mengatakan bahwa ada kekhawatiran yang dirasakan karena
virus ini dapat menyerang siapa saja. Kekhawatiran tersebut juga menimbul-
kan psikosomatis, subjek menjelaskan bahwa dirinya pernah merasakan gejala
covid berupa batuk dan ternyata hanya batuk biasa, bukan gejala covid-19.
“Khawatir yang pasti. Karna virus ini tidak terlihat secara langsung. Dan bisa
menyerang dari kalangan manapun”.56(N)
“Pernah merasa ya, karna kan saya batuk dan panik sebentar. Tapi saya percaya
ini bukan karena virus, dan ternyata memang batuk biasa.”57 (N)

Responden ke sembilan ini merupakan seorang pelajar, dia juga mengiku-


ti proses belajar mengajar secara online. Berdasarkan penuturannya, pada
awalnya dia merasa senang karena bisa belajar dari rumah, namun lambat
laun, ia merasakan bosan, karena proses pembelajaran yang tidak efektif dan
bosan terlalu lama di rumah saja.
“Awalnya senang. Karna kan kuliah dirumah. Lama kelamaan semua terhambat.
Dari segi pekerjaan orangtua, dari pembelajaran yang kurang efektif. Dan di ru-
mah sangat membosankan bagi saya”.58(N)

Responden ke sembilan ini juga menjelaskan tentang bagaimana dirinya


menjaga diri dari covid dan cemas akibat covid-19 yaitu dengan menjaga ke-
sehatan dan mentaati protokol kesehatan.
“Tidak keluar rumah jauh. Hanya sebatas dikampungya. Tidak mudah menyen-
tuh sesuatu apapun diluar. Sering mencuci tangan. Tidak mengadakan perkum-

54Hasil wawancara dengan responden 8


55Ibid
56Hasil wawancara dengan responden 9
57Ibid
58Ibid

~ 57 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
pulan Sering mengonsumsi air putih. Benar benar mencuci atau mengonsumsi
makanan yang higenis”.59 (N)

Responden yang ke sepuluh memberikan penjelasan mengenai


kecemasan yang dialaminya karena adanya virus ini dan juga anggapan dari
tetangga sekitarnya bahwa subyek menjadi seseorang yang anti sosial.
“Selain itu aku juga sempat kayak cemas berlebih. Sampai dibilang anti sosial
sama tetangga”.60(R)

Selain itu, subyek juga menjelaskan bahwa adanya pandemi ini juga
mengakibatkan kegiatan pendidikan yang dilakukan secara online membuat-
nya merasakan banyak kendala salah satunya adalah merasa bahwa kuliah
daring hanya menjadi tumpukan tugas online baginya.
“sebagai mahasiswa dampak bagi saya serba online kayak kuliah daring itu
nyatanya hanya tugas online saja”61(R)

2. Pembahasan Temuan Penelitian


Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir
yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Beberapa
hal yang sering dicemaskan oleh banyak orang, misalnya kesehatan, relasi so-
sial, ujian, karir, dan beberapa kondisi lingkungan yang menimbulkan kekah-
watiran62. Pandemi Covid-19 yang banyak menimbulkan korban, tidak sedikit
diantaranya meninggal disebabkan pandemi ini, membuat banyak orang men-
jadi khawatir akan kesalamatannya. Dampak yang dirasakan akibat adanya
pandemi ini pun bermacam-macam, sehingga seluruh aktivitas yang seharus-
nya dilakukan di luar rumah semuanya harus dikerjakan di dalam rumah.
Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan aturan yang harus di taati oleh selu-
ruh masyarakat Indonesia. Seperti misalnya belajar, bekerja, dan beribadah di
rumah. Beberapa orang cukup mampu menyesuaikan dengan kondisi pande-
mi saat ini, namun tidak sedikit diantara mereka merasakan kecemasan, kebo-
sanan bahkan stres dengan kehidupan yang semuanya dilakukan dari rumah.
Respon dari perasaan cemas antara satu dengan yang lainnya berbebada. Se-
perti misalnya cemas yang menimbulkan kepanikan, kegelisan, gugup, anggo-
ta badan menjadi gemetar, pening atau pusing, sulit bernafas, merasa lemas,

59Ibid
60Hasil wawancara dengan responden ke sepuluh
61Ibid.,
62 Jeffrey S. Nevid, dkk. Psikologi Abnormal, Edisi Kelima. Jilid 1. Penerbit Erlangga
(2002), hal. 163

~ 58 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
sulit menelan atau kecemasan dalam bentuk perilaku menghindar, perilaku
terguncang, kahwatir akan sesuatu, terancam, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Selanjutnya, bagi mereka yang mampu melakukan koping terhadap kecema-
sannya, ketabahan hati dan mampu memaknai setiap kejadian yang dihadapi,
maka dapat menurunkan tingkat kecemasannya. Strategi coping yang dilaku-
kanpun berbagai macam, yakni coping yang berfokus pada masalah (problem-
focused coping) dan coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping).
Mereka yang terampil mengatasi mampu mengatasi kecemasan yang dirasa-
kan. Dari hasil wawancara yang dilakukan mulai tanggal 8 April 2020 sampai
tanggal 15 April 2020, pada sepuluh subjek penelitian. Ditemukan bahwa sub-
jek penelitian merasakan kecemasan yang diakibatkan oleh pandemi covid-19.
Adapun bentuk kecemasan yang dirasakan berupa ciri-ciri fisik, seperti merasa
sakit kepala, demam tinggi, sakit pada tenggorokan, lelah berkepanjangan ka-
rena harus menjalankan aktivitas belajar di dalam rumah. Sedangkan ciri peri-
laku yang disebabkan karena kecemasan, diantaranya adalah perilaku meng-
hindar dari orang-orang yang sedang batuk dan flu, tidak lagi mengkuti berita
terkait pandemi covid, merasa panik dan terguncang dengan berita-berita
yang menyebabkan banyaknya masyrakat yang terpapar virus korona dan
menghindari bertemu dengan orang lain. Ciri lainnya dari bentuk kecemasan
ditunjukkan dengan ketakutan-ketakutan yang menghinggapi fikiran subjek
penelitian, yakni perasaan khawatir kehilangan orang yang disayang, karena
mereka harus tetap bekerja di luar rumah meski situasi sedang mengalami
pandemi, selain itu ketakutan karena situasi yang tidak pasti sehingga semuan
aktivitas harus dilakukan dari rumah, berita di media membuat beberapa in-
dividu merasa terancam dengan adanya virus, sehingga mereka memilih un-
tuk tetap berdiam diri di rumah dan takut dikarantina.
Respon-respon fisiologis maupun psikologis akibat adanya pandemi co-
vid dirasakan cukup mengganggu kehidupan individu. Maka dari itu, dibu-
tuhkan cara atau strategi yang tepat untuk bisa mengurangi kecemasan dan
individu diharapkan mampu menyesuaikan dari situasi yang memicu kece-
masan. Terdapat dua cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan
akibat pandemi covid-19, yaitu problem focused coping yakni usaha yang berfo-
kus terhadap masalah, dan emotion focused coping yaitu usaha yang berfokus
pada pengaturan emosi. Adapun coping yang dilakukan oleh subjek peneli-
tian, yang berfokus pada masalah yaitu melakukan usaha dengan membuat
cairan disinfektan, menghindari memabaca atau mengikuti berita terkait pan-
demi di media, melakukan aktivitas hidup bersih dan sehat dengan mencuci
tangan, berolah raga, menggunakan alat pelindung diri seperti masker, menja-
ga jarak dan mengikuti protokol kesehatan. Sebagian subjek lainnya saat mela-

~ 59 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
kukan aktifitas di luar rumah, mereka selalu berhati-hati. Tidak menyentuh
benda-benda yang ada di ruang publik, dan menghindari kerumunan serta
usaha lainnya adalah mengkonsumsi makanan yang sehat dan memperba-
nyak minum air mineral. Strategy emotion focused coping juga dilakukan oleh
beberapa subjek penelitian, diantara dari mereka mengganggap bahwa menga-
lihkan perhatian kepada aktifitas lainnya seperti menonton film, berbincang-
bincang dengan keluarga akan membantu menurunkan kecemasan mereka.
Selain itu, mengatasi kegelisahan, rasa stress dan khawatir dengan situasi yang
dihadapi subjek cenderung beralih pada hal-hal lainnya seperti bermain game,
melihat youtube, main barbel, dan senapan. Usaha lainnya yang dilakukan
adalah berusaha untuk mencari maknadari situasi yang dihadapi, dengan te-
tap bersikap tenang.

KESIMPULAN
Kecemasan merupakan kondisi umum dari ketakutan atau perasaan tidak
nyaman. Kecemasan biasanya ditandai dengan berbagai simptom, yang
mencakup simptom fisik, perilaku dan kognitif. Agar kecemasan yang dirasa-
kan tidak mengganggu kehidupan individu, maka dibutuhkan langkah-
langkah atau strategi untuk mengurangi kecemasan yang dihadapi karena
pandemi covid. Adapun strategi yang umum dilakukan untuk mengurangi
kecemasan adalah berfokus pada masalah yang dihadapi dengan cara mengu-
bah atau mengatur masalah dan lingkungan yang menimbulkan kecemasan
(problem- focused coping), sedangkan strategi kedua adalah mengatasi kecema-
san dengan mengatur respon emosional untuk menyesuaikan diri dengan
dampak yang ditimbulkan (emotion-focused coping).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sepuluh responden yang terlibat
dalam wawancara merasakan cemas, khawatir terhadap pandemi covid-19 ini.
Berbagai macam hal yang menimbulkan kecemasan, seperti takut tertular,
banyak berita hoax mengenai covid-19, pemberitaan jumlah pasien positif
covid-19 yang semakin meningkat, dan juga perekonomian yang semakin
memburuk. Psikosomatis adalah kondisi sakit fisik akibat adanya stressor
yang mengakibatkan cemas berlebih sehingga mengganggu mekanisme tubuh.
Dari sepuluh responden wawancara, lima diantaranya mengaku pernah
mengalami psikosomatis seperti batuk, pusing, demam, dan sakit tenggorokan
akibat cemas yang berlebihan. Namun, empat responden dari lima responden
yang mengalami psikosomatis mengaku mampu dengan baik mengatasi
psikosomatis dan rasa cemasnya dengan berbagai cara, diantaranya
menghibur diri dengan menonton tv maupun kartun, bermain game,
membaca jumlah pasien sembuh, dan menahan diri untuk tidak melihat berita

~ 60 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
mengenai covid-19. Tiga dari sepuluh responden dalam wawancara ini juga
mengaku selama pandemi mereka mengalami stress pendidikan. Sistem
pendidikan yang dirubah menjadi daring ini membuat mereka stress karena
jumlah tugas yang lebih banyak daripada kuliah offline, minimnya jaringan
internet, dan juga proses belajar mengajar yang kurang efektif.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi terkait usaha atau coping yang di-
lakukan. Beberapa diantara mereka melakukan usaha problem focused coping,
seperti membuat cairan disinfektan, menghindari membaca atau mengikuti
pandemi di media, melaksanakan protokol kesehatan dan melaksanakan hi-
dup bersih dan sehat. Selain itu bentuk usaha emotion focused coping yang dila-
kukan adalah mengalihkan perhatian pada kegiatan-kegiatan ringan di rumah,
seperti menonton film, berbicang dengan keluarga, melakukan hobi, dan me-
maknai setiap kejadian dengan tetap bersikap tenang.

SARAN
1. Diberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi kecemasan, terutama
bagi mahasiswa yang belum bisa melakukan koping terhadap kecemasan
yang dirasakan.
2. Dikarenakan kegiatan wawancara untuk mengumpulkan data hanya dila-
kukan melalui via whatsapp sehingga data yang dikumpulkan kurang
mendalam. Maka diharapkan ke depan untuk peneliti lainnya adalah me-
lakukan wawancara langsung dan observasi dengan tetap mengikuti pro-
tokol kesehatan, sehingga bisa menggali data lebih.
3. Literatur yang digunakan juga terbatas, sehingga teori yang dipaparkan
hanya menampilkan secara garis besar, sehingga peneliti selanjutnya dapat
menambah sumber literatur yang dapat menambah teori yang lebih
lengkap.

Daftar Pustaka
Anggito, Albi. Setiawan, Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Suka-
bumi Jawa Barat : CV Jejak. ISBN : 978-602-474-392-5 Diakses pada ce-
takan pertama Oktober 2018
Cervon dan Pervin, Kepribadian : Teori dan Penelitian, Jilid 2, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012)
Chaplin, J,P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Press.)
Darmanto Jatman. Psikologi Jawa. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, cet
ke-2. 2000
Ghufron, M. Nur & Risnawati S. Rini. Teori-teori Psikologi. (Yogyakarta: Arruzz

~ 61 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk
Media, 2009)
Goffman, 1963; Lestari & Wardhani, 2014
Indiyani, N. E., & Listiara, A, “Efektivitas metode pembelajaran gotong royong
(cooperative learning) untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika (suatu studi eksperimental pada siswa di SMP 26
Semarang)”, Jurnal Psikologi, 2006.
Jeffry S. Nevid, dkk, Psikologi Abnormal “di dunia yang terus berubah” jilid 1, Terj.
Kartika Yuniarti (Jakarta : Erlangga, 2018)
Kholil Lur Rochman, Kesehatan Mental, (Purwokerto : Fajar Media Press, 2010).
Lazarus & Folkman. Stress Appraisal and Coping. Newyork: Springer Publishing
Company. Inc. 1984
Liviana Ph, dkk. 2020. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa : “Tugas Pembelajaran”
Penyebab Stress Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19. Vol. 3. No. 2. 203-
208.
Maisaroh, E. N., & Falah, F, “Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan
Menghadapi Ujian Nasional (UN)”, Jurnal Proyeksi, 2011.
Muchlas, M. 1976. Psikoneorosa dan Gangguan Psikomatif. Jogjakarta: Muria
Muhammad Agung, Ivan. 2020. Memahami Pandemi Covid dalam Perspektif
Psikologi Sosial. Vol. 1 No. 2. 68-84
Reivich dan Shatte, The Resilience Factor, 2002 Journal American Psychology
Savitri Ramaiah, Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2003)
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993).
Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2004)
Zulkamain. 2009. Kontribusi Budaya Kerja Etos Kerja Disiplin. Tesis (tidak
diterbitkan). Medan: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Medan
WHO.int. 2020. Coronavirus Disease Covid-19 (Pandemic).Diakses pada 25 Juli
2020 dari laman, https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus 2019?gclid=CjwKCAjwsO_4BRBBEiwAyagRTb_jY-
jxRrVuZLDbgkow-
Vy3wtwlIzkZWsF6lKFQoJiN3SLuIL2Y7xoCa7gQAvD_BwE
Kompas.com. 2020. 15 Juta Orang Terinfeksi di Dunia, 12 Negara ini Masih Nol
Kasus Virus Corona. Diakses pada 25 Juli 2020 dari laman,
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/24/063500865/15-
juta-orang-terinfeksi-di-dunia-12-negara-ini-masih-nol-kasus-
virus?page=all
Nasional.kompas.com. 2020. Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di

~ 62 ~
Al-Tatwir, Vol. 7 No. 1 April 2020
Indonesia. Diakses pada 25 Juli 2020 dari laman,
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-
lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
Covid-19.kemkes.go.id. 2020. Situasi Terkini Perkembangan Corona Virus Disease
(Covid-19) 10 Maret 2020. Diakses pada 26 Juli 2020 dari laman,
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-10-
maret-2020/#.Xx1_354zbIV
Dkjn.kemenkeu.go.id. 2020. Bekerja Dari Rumah (Work From Home) Dari Sudut
Pandang Unit Kepatuhan Internal. Diakses pada 26 Juli 2020 dari laman,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-
Rumah-Work-From-Home-Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-
Internal.html
Kemnaker.go.id. 2020. Menaker : Badai Pasti Berlalu, Panggil Kembali Pekerja yang
ter- PHK Nanti. Diakses pada 26 Juli 2020 pada laman,
https://www.kemnaker.go.id/news/detail/menaker-badai-pasti-
berlalu-panggil-kembali-pekerja-yang-ter-phk-nanti

~ 63 ~
Indah Roziah Cholilah, dkk

~ 64 ~

Anda mungkin juga menyukai