DISUSUN OLEH :
ALMADIAN AURA TITANIA
NIM. SR18212052
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat, menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Peranan Penggunaan SAFIRE pada Pemeriksaan MSCT Abdomen”
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Terapan di Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang
tahun 2021. Pada Kesempatan in penulis ingin berterimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Marsum BE, S.Pd, MHP, Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Ibu Fatimah SST., M.Kes, Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Poltekkes Kementerian Kesehatan Semarang.
3. Ibu Dartini, SKM M.Kes., Ketua Program Studi Sarjana Terapan Teknologi
Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes
Kementerian Kesehatan Semarang.
4. Ibu Dwi Rochmayanti S. ST, M. Eng selaku Pembimbing 1 dalam penulisan
proposal skripsi
5. Bapak Ardi Susilo Wibowo ST., M.Si selaku Pembimbing 2 dalam penulisan
proposal skripsi
6. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Poltekkes Kementerian Kesehatan Semarang.
7. Ibu, bapak dan keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan
doa dengan tulus.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga proposal
skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................4
D. Manfaat.............................................................................................................4
A. Anatomi Abdomen............................................................................................6
C. Kualitas Gambar.............................................................................................16
D. Dosis Radiasi...................................................................................................19
A. Desain Penelitian.............................................................................................31
B. Sumber Data....................................................................................................31
E. Sintesis Penelitian...........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020, wabah virus Covid-19 mengguncang dunia. Virus ini
menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi semua orang di semua Negara dan
wilayah di dunia. COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) adalah penyebutan untuk
infeksi virus corona dan pertama kali terdeteksi pada akhir desember 2019 di Wuhan,
China . Virus ini dapat menyebar dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir
semua negara, termasuk Negara Indonesia, dan hanya terjadi dalam waktu yang
singkat. Hal tersebut menyebabkan beberapa negara yang terjangkit virus ini
mengambil kebijakan sebagai upaya untuk mencegah dan mengehentikan penularan
infeksi virus corona, salah satunya adalah dengan memberlakukan lockdown. Di
Indonesia sendiri, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah
diterapkan untuk menekan penyebaran virus ini (WHO,2020).
Data yang didapatkan pada tanggal 30 April 2020, telah terkonfirmasi bahwa
Covid-19 terjadi pada 3.096.686 orang dengan kasus baru 72.955 di seluruh wilayah
dunia, dan angka kematian sekitar 9.859, sehingga sebanyak 223.198 orang
merupakan total jumlah kematian karena Covid-19. Jika dibandingkan dengan data 28
April 2020 angka tersebut jauh lebih meningkat, dimana jumlah penderita Covid-19
sebanyak 2.957.350 orang dengan total jumlah kematian 207.961 orang (WHO,
2020). Penularan Covid-19 ditandai dengan adanya gejala demam, sakit tenggorokan,
batuk, sesak nafas, dan ada beberapa individu yang positif terkena Covid-19 tanpa
gejala (Kemenkes RI, 2020). Penatalaksanaan Covid-19 saat ini bersifat dukungan,
dan penyebab utama terjadinya mortalitas adalah gagalnya pernafasan (Mehta,
McAuley, Brown, Sanchez, Tattersall, & Manson, 2020).
Berdasarkan hal tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
( Kemdikbud) mengeluarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 menyatakan agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di
sekolah maupun kampus perguruan tinggi menggunakan metoda daring atau online
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perkembangan dan penyebaran
Coronavirus disease (Covid-19). Pembelajaran daring adalah kegiatan pembelajaran
seperti menyampaikan materi tetapi dengan memanfaatkan jaringan internet, sebagai
metode berinteraksi dalam pembelajaran (Mustofa dkk., 2019).
Sumber stres akademik meliputi : situasi yang monoton, kebisingan, tugas yang
berlebihan, harapan yang mengada-ngada, ketidakjelasan, kurangnya kontrol, situasi
bahaya dan kritis, tidak dihargai, diabaikan, kesempatan yang hilang, peraturan yang
menyebabkan kebingungan, permasalahan kebutuhan, dan batas akhir waktu tugas
perkuliahan (Davidson, 2001 dalam Purwati, S. 2012).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran psikologis mahasiswa dalam proses pembelajaran selama masa
pandemic Covid-19
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran psikologis mahasiswa dalam pembelajaran
selama masa pandemic Covid-19
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan,
menambah wawasan peneliti, dan memberikan wacana baru bagi peneliti tentang
Gambaran psikologis Mahasiswa dalam proses pembelajaran selama Pandemi
COVID-19.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti selanjutnya
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti dalam
bidang psikologi secara klinis mengenai Gambaran Psikologis Mahasiswa dalam
proses pembelajaran selama Pandemi COVID-19.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psikologis
1. Definisi
Psikologis berasal bahasa Yunani terdiri dari kata Psyche atau
psikis yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi secara harfiah,
psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang ilmu-ilmu
kejiwaan. Namun karena jiwa itu abstrak dan tidak dapat dikaji secara
empiris, maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah
laku manusia, oleh karena itu yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah
laku (Sandra, 2012).
a. Kecemasan (Anxiety)
1) Pengertian
Kecemasan dalam bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari
bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang
berarti mencekik. Gangguan cemas adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA masih baik), kepribadian
masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal (Hawari, 2006). Kecemasan juga merupakan respon terhadap
situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal normal yang
terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru,
serta dalam menemukan identitas diri dan hidup (Kaplan & Sadock,
2014).
2) Klasifikasi
Klasifikasi Tingkat Kecemasan Empat tingkat kecemasan
berdasarkan Videbeck (2011) menunjukkan masing-masing perubahan
secara psikologis dan fisiologis yang dijabarkan sebagai berikut:
a) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi
cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal
ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun
dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
c) Sebab-sebab fisik
b. Stress
1) Pengertian
Stress adalah suatu reaksi terhadap setiap tuntutan yang
melibatkan fisik dan psikis sehingga menyebabkan ketegangan dan
mengganggu stabilitas kehidupan sehari - hari (Priyoto, 2014). Stres
merupakan respon tubuh terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga
dapat menjadi sistem pertahanan diri yang dapat melindungi dirinya
sendiri (Nasir & Munith 2011). Stres adalah suatu keadaan atau
keadaan fisik yang terganggu akibat stres psikis, biasanya stres
berkaitan dengan penyakit jiwa. Namun hal tersebut lebih disebabkan
oleh masalah psikologis seseorang yang berujung pada penyakit fisik
yang dapat disebabkan oleh kelemahan dan daya tahan tubuh yang
rendah dalam kondisi stres (Mumpuni, Y, & Wulandari, A, 2010).
2) Penyebab Stres
Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor
(Umar, 2005). Stressor adalah suatu peristiwa, situasi individu, atau
objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Ada
beberapa bentuk stressor antara lain stressor psikologis (misalnya,
krisis, 11 frustasi, konflik dan tekanan) dan stressor bio ekologis
(misalnya, suara/bising yang menggangu, polusi udara, suhu terlalu
panas/dingin, ketidakcukupan gizi) (Dermawan, 2008). Stres
akademik merupakan salah satu penyebab terjadinya stres pada
mahasiswa semester akhir. Penyebab stress akademik merupakan hal
yang normal terjadi karena merupakan bagian perkembangan diri
seperti menyesuaikan diri dengan tatanan sosial baru, mendapatkan
peran dan tanggungjawab baru sebagai mahasiswa, mempunyai beban
belajar dan konsep-konsep pendidikan yang berbeda dengan masa
sekolah sebelumnya, kegiatan/beban akademik, masalah keuangan,
kurangnya kemampuan mengelola waktu, harapan terhadap
pencapaian akademik, perubahan gaya hidup dan perkembangan
konsep diri. Beban akademik yang dimaksud adalah pekerjaan rumah
(penugasan) yang sangat banyak, atau tidak jelas, hubungan dengan
staf akademik dan tekanan waktu untuk menyelesaikan tugas atau
pendidikan (Rakhmawati, Farida & Nurhalimah, 2014). Stresor adalah
stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan (Ardhiyanti,
Pitriani & Darmayanti, 2014). Penyebab stres yang terjadi pada
mahasiswa tingkat akhir selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan
akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi individu
terhadap waktu penyelesaian tugas, dedline tugas perkuliahan dngan
waktu yang ditentukan, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, dan
biaya perkuliahan (Kausar, 2010).
3) Tingkat Stres
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu
karena tekanan yang didapat secara mental maupun fisik. Tingkat stres
yaitu hasil penilaian derajat stres yang dialami individu. Tingkat stres
dapat digolongkan menjadi stres normal, stres ringan, stres sedang dan
stres berat (Mardiana & Zelfino, 2014).
a) Stres Normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah
mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung
berdetak lebih keras ketika melakukan bimbingan skipsi maupun
ketika akan melakukan persentasi. Stres normal alamiah dan menjadi
penting, karena setiap mahasiswa pasti pernah mengalami stres
bahkan, sejak dalam kandungan (Purwati, 2012).
b) Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
umumnya dirasakan oleh setiap mahasiswa misalnya: lupa,
kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik atau revisi skripsi yang
menumpuk. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan bahaya
(Rachmadi, 2014).
c) Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan dengan teman atau pacar (Potter & Perry, 2010). Fase ini
ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indera penglihatan dan
pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan tidak
mampu mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suzanne
& Brenda, 2008).
d) Stres Berat
Situasi Stres yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin
sering dan lama situasi stress, semakin tinggi resiko kesehatan yang
ditimbulkan (Mardiana & Zelfino, 2014). Stres berat seperti
perselisihan dengan dosen atau teman secara terus-menerus, kesulitan
finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang.
Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi risiko stres yang
ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa
tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan
di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan
segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir
bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stres yang dialami
mahasiswa tingkat akhir secara bertahap maka akan menurunkan
energi dan respon adaptif (Purwati, 2012).
4) Jenis Stres
a) Distress
Distress (stres negatif) yaitu stres individu yang tidak mampu
mengatasi keadaan emosinya sehingga akan mudah tersearah distress.
Distress memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri-ciri individu yang
mengalami distress adalah mudah marah, sulit berkonsentrasi, cepat
tersinggung, bingung, pelupa, pemurung, penurunan akademik dan
kesulitan mengambil keputusan (Rachmadi, 2014). Terjadinya gangguan
penyesuaian (distress) dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan psikis
dan fisik (psikosomatik) sehingga seseorang tidak lagi mampu
menjalankan fungsinya secara optimal secara psikis dan fisik. Gangguan
tersebut dapat berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan
pola makan dan gangguan emosi. Jika kondisi ini terjadi pada mahasiswa
tentu akan menghambat proses pendidikannya. Selain itu, secara timbal
balik, proses pendidikan juga merupakan salah satu penyebab stres
(stressor) bagi mahasiswa tingkat akhir karena proses pendidikan
merupakan stresor yang lebih bagi individu. Jika mahasiswa tingkat akhir
mengalami distress akan terjadi hubungan timbal-balik yang terus akan
mepengaruhi proses belajarnya (Hardisman & Pertiwi, 2014).
b) Eustress
Eustress (stres positif) yaitu stres baik atau stres yang tidak
mengganggu individu dan memberikan perasaan senang dan bersemangat.
Eustress adalah respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat dan
konstruktif (membangun) (Rachmadi, 2014). Eustress merupakan energi
motivasi, seperi kesenangan, pengharapan, dan gerakan yang bertujuan.
Eustress dikatakan juga sebagai stres yang membangun kesehatan namun,
ide srtres yang sehat bersifat kontroversial karena sulit untuk dikatakan
apakah individu telah diuntungkan karena stres atau beradaptasi dengan
penyangkalan stres (Potter & Perry, 2010).
5) Faktor- factor yang menyebabkan stress
Wahjono, Senot Imam (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan stres antara lain :
a) Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur
organisasi, ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan
para karyawan dalam sebuah organisasi. Bentuk_bentuk ketidakpastian
lingkungan ini antara lain ketidakpastian ekonomi berpengaruh
terhadap seberapa besar pendapatan yang diterima oleh karyawan
maupun reward yang diterima karyawan, ketidakpastian politik
berpengaruh terhadap keadaan dan kelancaran organisasi yang
dijalankan, ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap kemajuan
suatu organisasi dalam penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian
keamanan berpengaruh terhadap posisi dan peran organisasinya.
b) Faktor Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres antara
lain:
i.Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan
tata letak kerja fisik.
ii.Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan
pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan
dalam sebuah organisasi termasuk beban kerja yang diterima seorang
individu.
iii. Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya
hubungan antar pribadi para karyawan.
iv. Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di
ambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi individu
dalam pengambilan keputusan merupakan potensi sumber stres.
v.Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan
atau manajerial dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan
tertentu dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan
pribadi individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan.
Menurut Robbins (2006) Setiap individu memiliki tingkat stres yang
berbeda meskipun diasumsikan berada dalam faktor-faktor pendorong
stres yang sama. Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress
yang ada. Secara teoritis faktor perbedaan individu ini dapat
dimasukkan sebagai variable intervening. Ada lima yang dapat
menjadi variabel atau indikator yang dapat digunakan dalam mengukur
kemampuan individu dalam menghadapi stres yaitu pengalaman kerja
merupakan pengalaman seorang individu dalam suatu pekerjaan dan
pendidikan yang ditekuninya, dukungan sosial merupakan dukungan
atau dorongan dari dalam diri sendiri maupun orang lain untuk
menghadapi masalah-masalah yang dialaminya termasuk bagaimana
motivasi dari dalam diri individu maupun dari luar individu, ruang
(locus) kendali merupakan cara bagi seorang individu mengendalikan
diri untuk menghadapi masalah yang ada, keefektifan dan tingkat
kepribadian orang dalam menyingkapi permusuhan dan kemarahan.
6) Dampak Stres
Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal
ini dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi
tantangan. Sedangkan stres pada level yang tinggi dapat menyebabkan
depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon imun, dan kanker
(Jenita DT Donsu, 2017).
b) Dampak psikologik
i.Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan
punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.
ii.Kewalahan/keletihan emosi.
iii.Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa
kompeten dan rasa sukses.
c) Dampak perilaku
i.Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering
terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
ii.Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
iii.Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Depresi
1) Pengertian
Depresi merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan
mood seseorang secara signifikan dan adanya kehilangan minat
terhadap aktivitas yang awalnya dianggap menyenangkan (Bilsker
dkk, 2004). WHO (2012) mendefinisikan depresi sebagai gangguan
neuropsikiatri yang umum terjadi dengan karakteristik berupa
gangguan mood, kehilangan minat atau kesenangan, penurunan energi,
perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, dan penurunan
konsentrasi.
2) Gejala Depresi
Depresi merupakan sindrom heterogen dimana terdapat
berbagai faktor dan penyakit yang dapat mendasarinya, sehingga
depresi tidak bisa dilihat sebagai sebuah penyakit tunggal. Beberapa
subtipe depresi dibuat berdasarkan gejalanya, dimana gejala utama
depresi yaitu penurunan mood serta perasaan kesedihan yang patologis
(Fernandes, 2010). Secara garis besar gejala depresi terbagi dalam
empat gangguan atau keluhan utama :
a) Keluhan somatik berupa insomnia (gangguan tidur) dan keluhan
lain yang meliputi seluruh organ tubuh, seperti mulut kering,
nyeri ulu hati, nyeri kepala, serta jantung berdebar.
b) Keluhan psikis berupa perasaan bersalah dan putus asa,
kegelisahan, sering khawatir akan masa depan, serta adanya
keinginan untuk bunuh diri.
c) Gangguan psikomotor berupa hilangnya minat terhadap hal yang
digemari sebelumnya serta dapat disertai dengan penurunan
produktivitas kerja.
d) Keluhan lain yangberupa gejala paranoid (ketakutan yang
berlebihan), kecurigaan, dan waham biasanya terdapat pada
depresi berat.
3) Etiologi
Etiologi dari depresi dapat dibagi menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi sehingga seseorang dapat dikategorikan sebagai
depresi, faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada
amin biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid),
HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil
glikol), di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal pada pasien
gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi
depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin
pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada
pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti
respirin dan penyakit dengan konsentrasi dopamin menurun
seperti Parkinson. Kedua penyakit tersebut disertai gejala depresi.
Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,
amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan,
2010). Adanya disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus
merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input
neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada
pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin.
Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang
mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang
mengaktivasi aksis Hypothalamic- Pituitary-Adrenal (HPA) dapat
6 menimbulkan perubahan pada amin 4 biogenik sentral. Aksis
neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid,
dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang
paling banyak diteliti. Hipersekresi Cortisol Releasing Hormone
(CRH) merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental
pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat
adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik
atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan
neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi
CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan
marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang
merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya
diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN,
yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH. (Kaplan, 2010).
b) Faktor genetic
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko
di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar
11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot
(Kaplan, 2010).
c) Faktor psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi
adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Faktor
psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa
kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika,
kegagalan yang berulang, teori kognitif, dan dukungan sosial
(Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres,
lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari
episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa
kehidupan memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan
terbatas dalam onset depresi. Stresor lingkungan yang paling
berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stresor psikososial yang
bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stresor
kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama,
kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat
menimbulkan depresi. Dari faktor kepribadian, beberapa ciri
kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti
kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya depresi, sedangkan kepribadian
antisosial dan paranoid mempunyai resiko yang rendah (Kaplan,
2010)
4) Tingkatan Depresi
Menurut (Maslin, 1997 dalam Lilik Ma’rifatul, 2011) ,
tingkatan depresi ada tiga berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:
a) Depresi Ringan
Gejalanya: Kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan
kepercayaan diri yang kurang, Lamanya gejala tersebut
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, hanya sedikit
kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
b) Depresi sedang
Gejalanya: Kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan
kepercayaan diri yang kurang, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis, Lamanya kejala tersebut berlangsung minimum
sekitar 2 minggu, mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan
kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga
c) Depresi berat
Gejalanya: Mood depresif, Kehilangan minat dan kegembiraan,
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas, Konsentrasi dan perhatian yang
kurang, Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, Perbuatan
yang membahayakan dirinya atau bunuh diri, Tidur terganggu,
Disertai waham, dan halusinasi, Lamanya gejala tersebut
berlangsung selama 2 minggu.
B. Pembelajaran Daring
1. Pengertian
2. Keaslian Penelitian
Untuk menentukan keaslian penelitian peneliti dan berdasarkan pengetahuan
peneliti sebagai penulis penelitian dengan judul " Gambaran Psikologis
Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak dalam Proses Pembelajaran
Daring selama Pandemi Covid-19 ", peneliti yakin tidak ada penelitian yang
memiliki judul yang sama dengan penelitian saya, tapi mungkin ada penelitian
serupa dengan penelitian yg ditulis oleh peneliti, seperti:
D. Keaslian Penelitian
E. Kerangka teori
Stress
Depresi
F. Hipotesis
Dari uraian di atas dan berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan
dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Gambaran
Psikologis Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19
terhadap Mahasiswa STIK Muhammadiyah tahun Akademik 2018/2019”.
BAB III
B. Desain penelitian
Penelitian dengan pendekatan deskriptif analitik dengan dengan teknik total
sampling. Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut
(Sugiono: 2009; 29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata
lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan
perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian
dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulannya. Data dikumpulkan menggunakan kesioner terkait
karakteristik responden dan tingkat ansietas, stres dan depresi menggunakan
instrument DASS-21. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat yang
disajikan secara distribusi frekuensi. Penulis menggunakan metode deskriptif
analisis karena dirasa cocok untuk mengetahui fenomena yang saat ini sedang
berlangsung.
1. Populasi
2. Sampel
D. Definisi Operasional
E. Teknik dan instrument pengumpulan data
2. Instrumen Penelitian
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner
(angket) , Kuesioner (Angket) Menurut Bungin (2011:133) mengatakan
bahwa kuesioner merupakan serangkain atau daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis, kemudian diisi oleh responden untuk diteliti oleh peneliti.
Untuk memudahkan peneliti untuk memperoleh jawaban yang diberikan oleh
reponden, maka peneliti menggunakan kuisioner DASS ( Depression Anxiety
Stress Scale). Depression Anxiety and Stress Scale adalah kuesioner untuk
menilai depresi, rasa cemas dan stress. Kuesioner ini bukan sebagai alat bantu
diagnosis namun sebagai alat untuk menentuka tingkat keparahan kondisi
stress. Depression Anxiety and Stress Scaletelah diterjemahkan kedalam
beberapa bahasa dan digunakan secara luas dalam praktik sehari-hari maupun
dalam ruang lingkup penelitian ( Musa R., dkk, 2007). Kuesioner ini mudah
diaplikasikan pada populasi dan tidak membutuhkan pelatihan khusus dalam
penggunaannya. Depression Anxiety and Stress Scalememiliki dua versi
yaitu DASS-42 dan DASS-21. DASS-12 merupakan versi pendek dari
DASS-42. (Musa R., dkk, 2007). DASS-21 terdiri dari dua puluh satu
pernyataan yang terdiri dari masing-masing tujuh pernyataan untuk menilai
depresi, rasa cemas dan menilai stress.(Lovibond SH. & Lovibond PF., 1995)
Setiap pertanyaan diberikan skor 0 hingga 3, kemudian skor pada masing-
masing kategori dijumlahkan dan dilakukan interpertasi normal, ringan,
sedang, berat dan sangat berat. Interpretasi hasil penjumlahan skor pada
DASS-21 ditampilakan pada table 1
G. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk menghindari
terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka
dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut (Hidayat, 2014) :
2. Anonimitas
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden,
tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.
4. Sukarela
Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau
sampel yang akan diteliti.