PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua
mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam
menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian
1
terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja
yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1 ,selain itu dengan disusunnya makalah ini
diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun dan
umumya bagi pembaca.
2
BAB II
KONSEP
A. Definisi
B. Etiologi
1. food (makanan)
2. fingers (jari tangan/kuku)
3. fomitus (muntah)
4. fly (lalat)
5. feses.
3
Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dimakn oleh
orang yg sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
4
D. Patofisiologi
5
E. Pathway
6
F. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia
G. Penatalaksanaan
1. Perawataan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
7
3. Obat-obatan
a. Kloramfenikol, dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat
diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
b. Tiamfenikol, dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
c. Kortimoksazol, dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
d. Ampisilin dan amoksilin, dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2
minggu
e. Sefalosporin Generasi Ketiga, dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,
diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
f. Golongan Fluorokuinolon
1) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
2) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
3) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
4) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
5) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
6) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu
seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena
telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur
darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
8
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
9
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal
tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kkuman
Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika H 1/800 dan O 1/400.
10
3) Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
6) Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh
manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
3) Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses
keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga
didapatkan informasi yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatiakn antara lain:
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang
tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang
ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat
bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah,
makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan
2. Diagnosa Keperawatan
12
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat
3. Perencanaan
Menurut Carperito dan Moyet, (2007 : 83) perencanaan dalam proses keperawatan
adalah metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu
menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan.
1) Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak
elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam
24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan
atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan
klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai
indikasi.
13
2) Diagnosa. 2
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien,
anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat
badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan
atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgesik seperti (ranitidine).
3) Diagnosa 3
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan
tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas
klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan
14
pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat anti piretik.
4) Diagnosa 4
Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu
kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien
mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di
butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
vitamin sesuai indikasi.
5) Diagnosa 5
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta febris.
15
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran
tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan
kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
anti biotik sesuai indikasi.
6) Diagnosa 6
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit
anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien,
beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai
strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan
tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap
tindakan yang dilakukan pada klien
4. Pelaksanaan
16
dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
5. Evaluasi
Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu mengumpulkan data
yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data normal. Menilai
data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan dan
peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan
dan hasil yang di dapat.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam kurang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Dan dari tanda dan gejala klinis terjadi gangguan pada
saluran pencernaan diantaranya lidah tertutupi selaput kotor, mual muntah tidak
nafsu makan sehingga nutrisi berkurang. Nutrisi adalah jumlah interaksi antara
suatu organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi
adalah sesuatu yang dimkan seseorang dan bagaiman tubuh menggunakannya.
Nutrisi pada anak dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, lingkungan,budaya, usia,infeksi (Setiawan, 2014).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam kurang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Dan dari tanda dan gejala klinis terjadi gangguan pada
saluran pencernaan diantaranya lidah tertutupi selaput kotor, mual muntah tidak
nafsu makan sehingga nutrisi berkurang. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh ditandai dengan anorexia yaitu gangguan makanan yang dicirikan
oleh penolakan makanan . kebiasaan anak memilih makanan ringan atau makanan
yang berperasa kuat akan menyebabkan jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi anak kecil bervariasi sehingga kebersihan dan kualitas makanan tidak
terjamin sehingga dapat menimbulkan penyakit salah satunya
thypoid(Wong,2008).
B. Saran
1
Diharapan mahasiswa lebih banyak lagi mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama bidang keperawatan sehingga kedepannya ilmu kesehatan
terutama ilmu keperawatan lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA
2
14. Pengertian Demam Tipoid. Diambil tanggal 05 maret 2020 (http://sehat-
jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html)
15. Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan
dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 05 maret 2020
(http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html)
16. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal05 maret
2020. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-
fisiologi-sistem-pencernaan-manusia/
17. Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid
III, FKUI, Jakarta.
18. Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.