Dosen Pengampu :
Indah Adharsyah
Rahmatun Wahyu
Muliani
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allat SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan proposal tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis proposal serta yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. drh. Darmawi, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar;
2. Fitrah Reynaldi, SKM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar;
3. Yarmaliza SKM, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Metode Penelitian
4. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah ikut serta memberikan bantuan
dan dorongan dalam proses penyelesaian proposal ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan
laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, dan pada umumnya bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DARTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 3
1.3.2Tujuan Khusus .................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 4
1.4.1Bagi Masyarakat .................................................................................................. 4
1.4.2 Bagi mahasiswa .................................................................................................. 4
1.4.3Bagi pemerintah .................................................................................................. 4
1.4.4 Bagi institusi ...................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
2.1 Penyakit Campak ........................................................................................................ 5
2.2 Epidemiologi Penyakit Campak .................................................................................. 5
2.2.1 Epidemiologi Penyakit Campak ......................................................................... 5
2.2.2 Etiologi Dan Penularan ....................................................................................... 6
2.2.3 Gejala Klinis ....................................................................................................... 6
2.2.4 Tanda Dan Gejala Penyakit Campak .................................................................. 7
2.2.5 Pengobatan,Pencegahan, Dan Pemberantasan Campak .................................... 8
2.2.6 Vaksinasi Dan Imunisasi .................................................................................... 9
2.3 Faktor Resiko Kejadian Penyakit Campak .................................................................. 9
2.3.1 Tingkat Pengetahuan Ibu ................................................................................... 9
2.3.2 Status Imunisasi .................................................................................................. 10
2.3.3 Umur Pemberian Imunisasi ............................................................................... 11
2.4 Kerangka Teori ............................................................................................................ 11
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 13
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................................. 13
3.2 Populasi Dan Sampel ................................................................................................... 13
3.3 Waktu Dan Lokasi Penelitian ....................................................................................... 13
3.4.Prosedur Penelitian ...................................................................................................... 13
3.5 Teknikpengumpulandata .............................................................................................. 14
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15
4.2 Saran ............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Campak (morbili atau measles) adalah salah satu penyakit menular yang sering
terjadi di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan Paramyxovirus.
Gejala yang sering terjadi meliputi demam, batuk, hidung berair, mata merah atau
berair, dan ruam kulit (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Penularan dapat terjadi
melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (percikan ludah) penderita
campak saat batuk, meludah, atau bersin dan terhirup oleh individu lain.
Prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%) dan masih cukup tinggi
ditemukan pada usia di bawah 5 tahun (Huvaid, Yulianita dan Mairoza,
2019).Pada tahun 2019 kasus campak melonjak mencapai jumlah kasus tertinggi
yang dilaporkan dalam 23 tahun. Kematian akibat campak global naik hampir 50
persen sejak 2016, merenggut sekitar 207.500 nyawa pada 2019 saja (WHO,
2020). Dengan adanya vaksinasi campak mengakibatkan penurunan 73%
1
kematian akibat campak antara tahun 2000 dan 2018 di seluruh dunia. Meskipun
vaksinasi telah secara drastis mengurangi kematian akibat campak global di
seluruh dunia, Campak masih umum di banyak negara berkembang, terutama di
beberapa bagian Afrika dan Asia.
Pada tahun 2018 dilaporkan lebih dari 140.000 orang meninggal karena
campak terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun vaksin sudah
tersedia secara aman dan efektif (World Health Organization, 2019). Penyakit
campak di Indonesia menjadi masalah kesehatan yang harus ditangani karena
kasusnya masih tinggi dan masih terdapat kejadian luar biasa (KLB). Penyebaran
kasus suspek campak hampir terdapat di seluruh provinsi. Kasus suspek campak
terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (1.562 kasus), DKI Jakarta (1.374
kasus), dan Aceh (972 kasus). Proporsi kasus campak terbesar pada umur 1-4
tahun (29,3%), sedangkan terendah pada umur 10-14 tahun (11,6%) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Menurut (Profil Kesehatan Aceh, 2020). Provinsi Aceh memilik jumlah kasus
suspek campak pada tahun 2020 sebanyak 270 kasus, terjadi penurunan kasus
campak dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 2.986 kasus. Cakupan imunisasi
campak/MR pada bayi di Aceh tahun 2020 sebesar 40% menurun dari tahun
sebelumnya yang mencapai 53%. Penurunan ini akan dapat meningkatkan risiko
kembalinya penyakit campak. Penyebaran kasus suspek campak terdapat hampir
di seluruh wilayah Aceh.. Suspek campak terbanyak terdapat di Kabupaten Pidie
(470 kasus), di ikuti Aceh Besar (414 kasus), Bireuen (370 kasus), dan Kota
Banda Aceh (327 kasus)
2
Mengutip dari situs Ikatan Dokter Indonesia tidak ada batasan usia untuk
imunisasi campak, namun imunisasi campak diberikan pada waktu-waktu terbaik.
Imunisasi campak pertama dianjurkan untuk diberikan kepada anak ketika mulai
berusia 9 bulan dan sebelum masuk sekolah. Kemudian untuk penunjangnya,
vaksin campak kedua diberikan pada anak berusia 18 bulan. Namun, vaksin
campak kedua tidak perlu diberikan apabila seorang anak sudah mendapatkan
vaksin MMR (mumps, measles, rubella). Apabila anak berumur 12 bulan belum
mendapatkan vaksin campak, anak dapat diberikan vaksin MMR. Adapun batas
usia imunisasi campak lanjutan atau imunsasi campak tambahan adalah umur 5-6
tahun melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Berdasarkan urian latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah di atas,
yaitu apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit campak
pada balita di aceh barat
1.3 Tujuan
3
Untuk mengetahui apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit campak pada balita di aceh barat
1.4 manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum adanya pengenalan vaksin campak pada tahun 1963, kasus campak
rata-rata mencapai 549.000 kasus campak dan 495 kematian setiap tahun. Hampir
seluruh orang Amerika terkena campak dan diperkirakan terdapat 3-4 juta kasus
campak setiap tahunnya. Setelah pelaksanaan program vaksin campak dosis satu,
terjadi penurunan yang signifikan dalam kasus campak di Amerika Serikat selama
tahun 1980-an. Pada akhir 1980-an, wabah campak masih terjadi pada anak-anak
usia sekolah yang telah menerima dosis satu vaksin campak. Sehingga pada tahun
1989, dosis kedua vaksinasi campak mulai direkomendasikan. Selama 1989-1991,
kasus campak dilaporkan lebih dari 55.000 kasus dan 123 kematian. Epidemiologi
ditandai oleh kasus pada usia pra-sekolah anak-anak kurang mampu yang tidak
vaksin dosis satu tepat waktu. Peningkatan pemberian vaksin dosis satu dan dosis
dua secara tepat waktu pada anak usia sekolah menyebabkan penurunan kasus
campak (Paul A et al., 2019).
5
2.2.2 Etiologi dan penularan.
1. Etiologi
Virus campak merupakan spesies virus RNA berantai tunggal negatif,
berselubung, tidak bersegmen, termasuk dalam genus Morbillivirus di famili
Paramyxoviridae. Memiliki genom sekitar 16.000 nukleotida yang mengkodekan
enam protein struktural, nukleoprotein, fosfoprotein, hemaglutinin, matriks, fusi,
dan dua protein non-struktural V dan C yang dikodekan dalam fosfoprotein gen.
Protein hemaglutinin merupakan salah satu dari dua glikoprotein trans
membran pada permukaan virion dan berikatan dengan reseptor seluler seperti
limfosit, monosit, makrofag, sel dendritik, dan nectin-4. Kekebalan tubuh
disebabkan oleh penetralan antibodi IgG terhadap protein haemaglutinin yang
menghalangi pengikatan ke sel inang Reseptor. Protein fusi, virus kedua
glikoprotein yang terpapar permukaan virus. Protein fusi bertugas untuk fusi
amplop virus dengan sel inang membran, ribonukleoprotein virus masuk ke dalam
sitoplasma (Moss, 2017).
2. Penularan (Patofisiologi)
Virus campak menular melalui droplet atau partikel aerosol pada mulanya
menginfeksi limfosit, sel dendritik, dan makrofag alveolar di saluran pernapasan.
Selama masa inkubasi, virus bereplikasi dan menyebar. Mulanya menyebar ke
jaringan limfoid kemudian disebarluaskan ke seluruh aliran darah oleh limfosit
yang terinfeksi. Sel dendritik yang terinfeksi dan limfosit mentransfer virus
campak ke sel epitel saluran pernapasan menggunakan reseptor nectin-4.
Permukaan epitel yang rusak memungkinkan transmisi menuju inang yang rentan.
Masa infeksi campak meluas beberapa hari sebelum maupun setelah dimulainya
ruam. RNA virus campak dapat terdeteksi 3 bulan setelah onset ruam. RNA virus
campak tetap terdeteksi di limfoid jaringan meskipun sudah tidak terdeteksi dalam
darah (Moss, 2017).
6
Sedangkan masa inkubasi selama 7-18 hari (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018). Gejala pada campak diawali dengan demam tinggi, pilek, batuk,
kehilangan nafsu makan, dan konjungtivitis (Balu & Mostow, 2019). Muncul
bintik koplik atau papula putih pada dasar eritematosa pada mukosa bukal dalam
beberapa hari. Pada keadaan ini, infeksi sangat menular. Setelah beberapa hari
enantem memudar, suhu meningkat, dan munculnya eksantema morbiliform
eritematosa yang khas dimulai dari belakang telinga (Drutz, 2016). Gejala pada
tubuh berbentuk makulopapular selama 3-7 hari menjalar keseluruh tubuh
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Dalam kasus campak yang
lebih parah dapat menyebabkan infeksi telinga, diare, pneumonia, atau ensefalitis.
Kasus campak pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, kematian saat lahir,
prematur, dan bayi yang baru lahir dengan campak (Balu & Mostow, 2019)
Infeksi campak bisa berlangsung selama beberapa minggu, mulai 7-14 hari
saat seseorang terpapar virus. Namun, masa Inkubasi terjadi pada 7-18 hari.
Gejala awal campak muncul ketika 1-3 hari pertama sakit. Sementara masa
penularan penyakit campak terjadi saat 4 hari sebelum ruam hingga 4 hari setelah
timbulnya ruam.
7
• Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi
bagian dalam.
8
3. Tahapan Pemberantasan Campak
Penanggulangan campak terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi, eliminasi,
dan eradikasi. Tahap reduksi adalah upaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin
dan imunisasi pada kesempatan kedua dengan pemberian imunisasi tambahan
pada daerah dengan kasus campak yang tinggi. Tahap eliminasi memiliki cakupan
imunisasi >95%, kasus campak sangat jarang terjadi, daerah-daerah dengan
cakupan imunisasi rendah sangat kecil jumlahnya, dan KLB hampir tidak pernah
terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan
diberikan imunisasi. Tahap eradikasi ketika cakupan imunisasi sangat tinggi dan
merata serta kasus campak sudah tidak ditemukan lagi diseluruh dunia (World
Health Organization, 2012).
9
Seseorang dikatakan mempunyai pengetahuan yang tinggi apabila
didukung oleh banyaknya sumber informasi yang didapatkan. Semakin banyak
informasi yang didapatkan akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan
sumber informasi haruslah akurat. Hal ini sesuai dengan kategori yang
diungkapkan oleh Notoatmodjo yaitu kemungkinan analisis dan sintesis yang
merupakan bagian dari domain kognitif pengetahuan, sehingga semakin baik
kemampuan analisis dan kemampuan sintesis maka tingkat pengetahuan semakin
baik (Notoatmodjo, 2003).
Oleh karena itu Penyakit campak bukanlah penyakit yang dapat
disembuhkan begitu saja tanpa penanggulangan lebih lanjut. Tingkat pemahaman
seseorang terhadap penyakit campak ini harus cukup, setidaknya seorang ibu
harus mengetahui bagaimana gejala awal dari penyakit campak, cara mencegah
agar tidak terserang penyakit campak dan tindakan awal yang harus dilakukan
ketika balita telah terserang penyakit campak. Tingkat pengetahuan yang baik,
membuat para ibu tergerak untuk mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam
bentuk perilaku yaitu dengan mewaspadai penyait campak, memperhatikan
lingkungan bermain anak hingga menjaga daya tahan tubuh anak sehingga tidak
rentan dengan penyakit.
10
berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin dengan intrakutan
atau intra muskular dengan dosis 0,5 cc. pemberian imunisasi campak satu kali
akan memberikan kekebalan selama 14tahun, sedangkan untuk mengendalikan
penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per wilayah secara
merata selama bertahun-tahun (Irianto, 2014).
Penelitian lainnya yang sejalan dilakukan oleh Giasrawan menjelaskan
bahwa status imunisasi yang tidak lengkap pada anak berisiko 16 kali
mempengaruhi terjadinya kasus campak. (Giarsawan, Asmara, & Yulianti, 2014).
11
Variabel Independen
Umur Pemberian
Imunisasi
Variabel Dependen
Kejadian campak
Status Imunisasi
12
BAB III
METODE PENEITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitiankuantitatif dengan desain studi control.
Desain studi control merupakan penenlitian epidemiologis analitik observasional
yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu
dengan faktor-faktor risiko tertentu dan berpengaruh terhadap kejadian yang
diteliti dengan cara wawancara, observasi atau pengumpulan data secara sekaligus
pada suatu saat.
3.4.Prosedur Penelitian
1.Tahap persiapan
a. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian
b. Melakukan survey pendahuluan
c. Menyusun jadwal penelitian
2.Tahap Pelaksanaan
a.Mengunjungi lokasi penelitian yaitu Perumahan Budha Suci
b.Melakukan wawancara kepada responden
c.Menganalisis hasil penelitian
d.Menarik kesimpulan
e.Menyusun laporan penelitian
13
3.5 TeknikPengumpulandata
1.Wawancara
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data nya melalui teknik
wawancara kepada masyarakat yang tinggal diperumahan budha suci ini terkhusus
bagi ibu yang mempunyai balita. Kemudian juga dilanjutkan dengan wawancara
kepada kepala desa budha suci mengenai apa-apa saja langkah-langkah yang
dilakukan kepala desa beserta warga masyarakat dalam menanggulangi atau
setidaknya mengurangi dampak debu da lingkungan kotor yang ada diperumahan
budha suci tersebut. Adapun alasan kami mengunakan teknik wawancara dalam
pengambilan data adalah karena waktunya lebih cepat dan juga lebih jelas dalam
perolehan informasi.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperkuat data dan informasi yang
didapatkan dari wawancara yang dilakukan di perumahan budha suci ,Kecamatan
meureubo.
14
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh
infeksi virus campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Virus campak
termasuk dalam genus Morbillivirus di famili Paramyxoviridae. Gejala pada
campak diawali dengan demam tinggi, pilek, batuk, kehilangan nafsu makan, dan
konjungtivitis. Tatalaksana umumnya suportif dan pemberian vitamin A sesuai
usia penderita. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi MMR.
4.2 Saran
➢ Meningkatkan cakupan imunisasi di masyarakat dan mendeteksi secara
dini dan cepat adanya penyakit campak di masyarakat sehingga tidak
terjadi KLB
➢ Program pencegahan penyakit campak lebih difokuskan pada kelompok 0-
4 tahun dan 5-9 tahun.
➢ Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan hubungan antara
cakupan imunisasi campak dengan insidens campak
15
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, D.K. (2019) ‘Profil Kesehatan Aceh 2019’, Dinas Kesehatan Aceh, 53(9),
pp. 1689–1699.
Arianto, M. et al. (2018) ‘Beberapa Faktor Risiko Kejadian Campak Pada Balita
di Kabupaten Sarolangun’, Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas,
3(1), p. 41. Available at: https://doi.org/10.14710/jekk.v3i1.3127.
Falawati, W.F. (2020) ‘Hubungan Status Imunisasi Dan Peran Petugas Imunisasi
Dengan Kejadian Campak Di Kabupaten Muna’, Midwifery Journal:
Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(1), p. 60. Available at:
https://doi.org/10.31764/mj.v5i1.1067.
Nur Afifah, M. (2022) Apa itu Imunisasi Campak Rubella, Manfaat, untuk Usia
Berapa, Efeknya?, KOMPAS.com. Available at:
https://health.kompas.com/read/2022/09/22/090100068/apa-itu-imunisasi-
campak-rubella-manfaat-untuk-usia-berapa-efeknya-?page=all.
Nurseptiana, E., Suroyo, R.B. and ... (2021) ‘Perspektif Agama (Islam) Dan
Kesehatan Tentang Penggunaan Imunisasi Campak Di Puskesmas
16
Simpang Kanan Kecamatan Simpang …’, Journal of …, 7(1), pp. 451–
465. Available at:
http://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/1478.
Savita, R. and Vira, E. (2021) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Terhadap Status Imunisasi Pada Balita Pasien Campak’, Citra Delima :
Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung, 5(1), pp. 53–57.
Available at: https://doi.org/10.33862/citradelima.v5i1.236.
17