Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN....................................................................................1
1. Latar Belakang...................................................................................1
2. Batasan Masalah................................................................................2
3. Rumusan Masalah..............................................................................2
4. Tujuan................................................................................................ 2
5. Manfaat.............................................................................................. 3
B. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
1. Definisi Tuberkulosis..........................................................................3
2. Karakteristik Tuberkulosis..................................................................3
3. Bahaya Tuberkulosis..........................................................................4
4. Metode Diagnosis Tuberkulosis.........................................................5
5. Strategi Pengendalian Tuberkulosis...................................................6
C. METODE PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI.........................................7
1. Jenis Penelitian..................................................................................7
2. Tempat...............................................................................................7
3. Populasi dan Sampel..........................................................................8
D. PEMBAHASAN......................................................................................8
1. Analisis Sumber Penularan Tuberkulosis...........................................8
2. Jalur Penyebaran...............................................................................8
3. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyebaran................................9
4. Efektivitas Langkah-langkah Pengendalian Infeksi............................9
5. Pengaruh Lingkungan Fisik Puskesmas............................................9
6. Relevansi Data Epidemiologi dalam Pengambilan Keputusan...........9
E. PENUTUP.............................................................................................. 9
1. Simpulan............................................................................................ 9
2. Saran................................................................................................10
F. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................10
G. UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................12
ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Epidemiologi kasus tuberkulosis
sangat penting dalam pemahaman distribusi, determinan, dan kontrol
penyakit ini. Edwin Chadwick, seorang pionir dalam ilmu epidemiologi,
telah menyatakan bahwa kondisi sosial dan ekonomi memainkan peran
kunci dalam penyebaran penyakit (Ramesh Kumar et al., 2023) . Seiring
waktu, pandangan ini diperkuat oleh konsep determinan sosial kesehatan
yang dikembangkan oleh Sir Michael Marmot pada awal abad ke-21.
Pertama-tama, tuberkulosis memiliki distribusi yang tidak merata di
seluruh dunia. Negara-negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan
akses terbatas terhadap layanan kesehatan cenderung memiliki angka
kejadian yang lebih tinggi. Chadwick menyoroti bahwa kondisi lingkungan
yang buruk, seperti kepadatan penduduk tinggi dan sanitasi yang kurang
memadai, dapat memperburuk penyebaran penyakit menular
(Sonnenkalb et al., 2023)
.
Dalam kasus tuberkulosis, determinan sosial kesehatan juga
termanifestasi dalam ketidaksetaraan akses terhadap pelayanan
kesehatan. Pada abad ke-21, Marmot menekankan bahwa kesenjangan
sosial ekonomi dapat memengaruhi kesempatan individu untuk
mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Di beberapa negara,
kelompok-kelompok rentan, seperti pekerja migran atau mereka yang
tinggal di daerah konflik, lebih rentan terhadap tuberkulosis. Bahaya
tuberkulosis tidak hanya terkait dengan aspek kesehatan fisik, tetapi juga
menyangkut dampak sosial dan ekonomi (Vonnahme et al., 2023) . John
Snow, seorang ahli epidemiologi terkenal, menyatakan bahwa
epidemiologi tidak hanya tentang penyakit, tetapi juga tentang cara
penyakit tersebut memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat
(Venkatappa et al., 2023) . Tuberkulosis dapat menyebabkan stigmatisasi
sosial, kehilangan produktivitas ekonomi, dan beban finansial pada
1
individu dan keluarga. Mengatasi bahaya tuberkulosis memerlukan
pendekatan yang melibatkan pencegahan, deteksi dini, dan perawatan
yang adil secara sosial. Richard Doll dan A. Bradford Hill, dalam
pengembangan konsep risiko epidemiologi, menekankan pentingnya
identifikasi faktor risiko untuk mendukung perencanaan intervensi yang
efektif. Dalam konteks ini, program pencegahan tuberkulosis harus
mempertimbangkan faktor-faktor risiko individual, seperti status imunisasi
dan kebiasaan merokok (Braby & Roberts, 2023) .
Tuberkulosis (TB) tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di
berbagai negara, termasuk di Indonesia. Puskesmas Singgani, sebagai
bagian dari upaya pemerintah dalam mengendalikan penyakit ini,
menjalankan program pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan TB.
Namun, perlu adanya kajian tentang kasus TB di tingkat puskesmas untuk
meningkatkan efektivitas program.
2. Batasan Masalah
Fokus penelitian ini terbatas pada kasus TB yang dilaporkan di
Puskesmas Singgani dalam rentang waktu tertentu. Aspek-aspek yang
akan dikaji meliputi profil kasus, metode diagnosis, tindak lanjut
epidemiologi, dan keberhasilan program pengendalian TB.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana profil kasus TB di Puskesmas Singgani?
b. Bagaimana keberhasilan program pengendalian TB di
puskesmas ini?
c. bagaimana tindak lanjut epidemiologi yang dilakukan terhadap
kasus-kasus positif TB?
4. Tujuan
a. Untuk mengetahui profil kasus TB di Puskesmas Singgani.
2
b. Untuk mengetahui keberhasilan program pengendalian TB di
puskesmas ini.
c. Untuk mengetahui tindak lanjut epidemiologi yang dilakukan
terhadap kasus-kasus positif TB.
5. Manfaat
a. Memberikan informasi yang relevan bagi Puskesmas Singgani
dalam meningkatkan manajemen kasus TB.
b. Menyumbangkan data untuk pengembangan kebijakan
pengendalian TB di tingkat puskesmas.
c. Menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat terkait TB.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang telah menghantui
umat manusia sepanjang sejarah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang organ tubuh utama,
terutama paru-paru. Konsep pemahaman mendalam tentang TB
melibatkan pengertian karakteristik klinis, epidemiologis, dan sosial yang
melekat pada penyakit ini (Cuong et al., 2023) . Edwin Chadwick, seorang
tokoh penting dalam sejarah epidemiologi, menyumbangkan pemikiran
krusial terkait pengertian penyakit menular dalam konteks kondisi sosial.
Chadwick menggarisbawahi peran faktor-faktor sosial dan lingkungan,
seperti sanitasi dan kepadatan penduduk, dalam penyebaran TB. Dia
memperjuangkan perbaikan kondisi lingkungan sebagai strategi utama
untuk mengurangi prevalensi penyakit menular (Feng et al., 2023) .
2. Karakteristik Tuberkulosis
Terkait karakteristik penyakit, tuberkulosis sering kali bersifat laten
dan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun pada awal infeksi
3
(Nalunjogi et al., 2023) . Sir Robert Koch, seorang mikrobiolog terkemuka,
berhasil mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis sebagai agen
penyebab TB pada tahun 1882. Penemuan Koch membuka jalan untuk
pemahaman lebih lanjut tentang karakteristik mikrobiologis dan
mekanisme penularan TB. Pentingnya identifikasi kasus TB dini untuk
menghindari penyebaran lebih lanjut ditekankan oleh John Snow, seorang
pionir dalam epidemiologi modern. Snow memperkenalkan konsep
pemetaan epidemiologi untuk melacak penyebaran penyakit, yang dapat
diadopsi untuk memahami distribusi spasial kasus TB dan merancang
strategi intervensi yang lebih efektif (Baquero-Artigao et al., 2023a) .
Dalam konteks sosial, Michael Marmot dan konsep determinan
sosial kesehatan memberikan wawasan tentang peran ketidaksetaraan
ekonomi dalam penyebaran TB. Kesenjangan sosial dapat mempengaruhi
akses terhadap layanan kesehatan, diagnosis, dan perawatan,
memperparah beban penyakit di komunitas yang kurang mampu.
Ancaman global yang dihadirkan oleh TB juga terkait dengan faktor risiko
individu (Günther et al., 2023) . Richard Doll dan A. Bradford Hill, dalam
pengembangan teori risiko epidemiologi, menggarisbawahi hubungan
antara faktor-faktor seperti merokok dan peningkatan risiko TB.
Pemahaman terhadap faktor-faktor ini mendukung strategi pencegahan
yang terfokus (Baquero-Artigao et al., 2023b) .
3. Bahaya Tuberkulosis
Bahaya Tuberkulosis (TB) tidak dapat dianggap remeh, mengingat
dampaknya yang luas terhadap kesehatan masyarakat. Sebagai penyakit
menular yang menyerang sistem pernapasan, TB memiliki potensi untuk
menyebabkan kecacatan dan kematian jika tidak diidentifikasi dan diobati
dengan cepat. Pemahaman mendalam tentang bahaya TB melibatkan
analisis dari perspektif epidemiologi dan kesehatan global
(Mafirakureva et al., 2023)
. Richard Doll, seorang epidemiolog terkemuka, memberikan
kontribusi signifikan terkait pemahaman bahaya merokok terhadap
4
kesehatan. Meskipun Doll tidak secara langsung terkait dengan TB,
prinsip dasar yang dia kemukakan tentang hubungan antara perilaku
merokok dan penyakit paru-paru memberikan landasan untuk memahami
risiko TB pada individu yang merokok. Penelitian telah menunjukkan
bahwa perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan
mengembangkan bentuk aktif TB. Ancaman global TB juga terkait dengan
aspek sosial dan ekonomi. Michael Marmot, melalui kerangka determinan
sosial kesehatan, menyoroti ketidaksetaraan sebagai faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Komunitas dengan tingkat
ketidaksetaraan yang tinggi cenderung memiliki beban TB yang lebih
besar, menunjukkan bahwa kesenjangan sosial dapat memperkuat risiko
dan penyebaran penyakit ini (Bielenica et al., 2023) .
Selain itu, Julian Tudor Hart dan konsep "Inverse Care Law"
menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan sering tidak memadai di
wilayah dengan tingkat penyakit yang lebih tinggi. Dalam konteks TB, ini
dapat berarti akses terbatas terhadap layanan pemeriksaan, diagnosis,
dan perawatan yang diperlukan untuk mengendalikan penyebaran
penyakit. Dari perspektif kesehatan global, Paul Farmer dan Partners In
Health menunjukkan pentingnya intervensi yang menyeluruh dan
berkelanjutan dalam mengatasi TB di komunitas yang rentan. Farmer
menekankan pentingnya memberikan perawatan komprehensif dan
dukungan sosial kepada individu yang terinfeksi TB, sambil memperbaiki
sistem kesehatan di tingkat masyarakat (Bielenica et al., 2023) .
5
mikroskop untuk mengidentifikasi bakteri TB dalam sampel dahak. Koch,
seorang bakteriolog asal Jerman, memainkan peran kunci dalam
mengembangkan teknik mikroskopis ini, memberikan fondasi untuk
diagnosa laboratorium TB hingga saat ini (Bielenica et al., 2023) .
Uji tuberculin, atau tes tusuk tuberkulin, merupkan metode yang
melibatkan pemberian zat berbasis protein dari bakteri TB pada kulit dan
pengamatan terhadap respons tubuh. Sir Albert Calmette dan Camille
Guérin, dua ilmuwan Prancis, berkontribusi besar pada pengembangan
vaksin BCG yang digunakan dalam uji tuberculin. Walaupun bukan
metode langsung untuk mendeteksi bakteri, uji tuberculin membantu
mengidentifikasi individu yang terpapar bakteri TB dan berpotensi
mengembangkan penyakit aktif (Venkatappa et al., 2023) . Pemeriksaan
sinar-X dada merupakan terobosan lain dalam diagnosis TB. Paul-Louis-
Léon Charles, seorang fisikawan Prancis, menciptakan sinar-X pada
tahun 1895, dan Robert Koch (yang juga terlibat dalam pengembangan
pemeriksaan mikroskopis) menjadi salah satu yang pertama
menggunakan sinar-X untuk melihat adanya lesi pada paru-paru akibat
infeksi TB. Teknologi ini telah terus berkembang seiring waktu,
memungkinkan deteksi dini lesi bahkan pada tahap awal infeksi
(Bielenica et al., 2023)
.
6
efektif dalam mengurangi keparahan dan risiko kematian akibat TB pada
anak-anak (Venkatappa et al., 2023) .
Dalam upaya pengendalian TB, penting untuk memahami
epidemiologi penyakit ini. Sir Richard Doll, seorang epidemiolog asal
Inggris, memberikan kontribusi besar dalam memahami hubungan antara
rokok dan peningkatan risiko TB. Pemahaman ini telah memperkuat
kebijakan pengendalian TB dengan memperhatikan faktor-faktor risiko
tambahan. Strategi pengobatan yang efektif juga menjadi fokus utama.
Pengembangan obat anti-TB, seperti isoniazid dan rifampicin, mengubah
paradigma pengobatan TB. Perkembangan ini dipicu oleh penelitian dan
inovasi di bidang kedokteran, memungkinkan perawatan yang lebih efektif
dan tolerable bagi individu yang terinfeksi. Pendidikan masyarakat dan
kesadaran menjadi pilar lain dari strategi pengendalian TB. John Snow,
seorang dokter dan pakar epidemiologi asal Inggris pada abad ke-19,
menekankan pentingnya pendekatan preventif melalui peningkatan
pengetahuan masyarakat. Konsep ini tetap relevan dalam membangun
kesadaran tentang gejala TB, pentingnya pengobatan tepat waktu, dan
langkah-langkah pencegahan (Feng et al., 2023) .
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Singgani, yang menjadi
pusat pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Pemilihan
7
puskesmas ini didasarkan pada tingginya kasus tuberkulosis dan
relevansinya dengan kebutuhan intervensi epidemiologi.
D. PEMBAHASAN
1. Analisis Sumber Penularan Tuberkulosis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber penularan
tuberkulosis di Puskesmas Singgani dapat berasal dari berbagai faktor.
Faktor risiko utama melibatkan interaksi pasien tuberkulosis dengan
populasi rentan, terutama di lingkungan kerja, rumah tangga, dan fasilitas
umum. Selain itu, adanya keterlambatan dalam identifikasi kasus juga
berkontribusi pada penularan penyakit.
2. Jalur Penyebaran
Penyebaran tuberkulosis teridentifikasi melalui jalur kontak
langsung antara penderita dan individu rentan. Faktor mobilitas penduduk,
8
seperti transportasi umum, menjadi jalur penularan sekunder. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat tentang gejala dan pencegahan TB
turut mempercepat penyebaran penyakit.
9
E. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, penyebaran tuberkulosis di Puskesmas
Singgani dipengaruhi oleh berbagai faktor. Upaya pengendalian perlu
difokuskan pada identifikasi dini, peningkatan kesadaran masyarakat, dan
perbaikan infrastruktur puskesmas.
2. Saran
Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian tuberkulosis,
disarankan untuk memperkuat program pemantauan kasus, meningkatkan
kampanye edukasi, dan merancang ulang tata letak fisik puskesmas.
Kolaborasi antar sektor juga diperlukan untuk mengatasi determinan
sosial yang mendasari penyebaran penyakit.
F. DAFTAR PUSTAKA
Baquero-Artigao, F., del Rosal, T., Falcón-Neyra, L., Ferreras-Antolín, L., Gómez-
Pastrana, D., Hernanz-Lobo, A., Méndez-Echevarría, A., Noguera-Julian, A., Pascual
Sánchez, M. T., Rodríguez-Molino, P., Piñeiro-Pérez, R., Santiago-García, B., &
Soriano-Arandes, A. (2023a). Update on the diagnosis and treatment of
tuberculosis. Anales de Pediatria, 98(6), 460–469.
https://doi.org/10.1016/j.anpedi.2023.03.011
10
Braby, T. S., & Roberts, M. T. M. (2023). Lymph node tuberculosis
presenting as appendicitis. Clinical Infection in Practice, 20, 100247.
https://doi.org/10.1016/j.clinpr.2023.100247
Cuong, N. K., Thanh, D. Van, Luong, D. Van, Manh The, N., Duc Thai, T.,
Tran Thi Tuan, A., Thu Ha, D., & Dat, V. Q. (2023). Histopathological
features in the clinical specimens with tuberculosis diagnosis by
BACTEC MGIT 960 culture. Journal of Clinical Tuberculosis and
Other Mycobacterial Diseases, 33.
https://doi.org/10.1016/j.jctube.2023.100401
Feng, P. J. I., Horne, D. J., Wortham, J. M., & Katz, D. J. (2023). Trends
in tuberculosis clinicians’ adoption of short-course regimens for latent
tuberculosis infection. Journal of Clinical Tuberculosis and Other
Mycobacterial Diseases, 33.
https://doi.org/10.1016/j.jctube.2023.100382
Günther, G., Guglielmetti, L., Leu, C., Lange, C., van Leth, F., Hasan
Hafizi, Khachatryan, N., Aroyan, H., Kabasakalyan, E., Knappik, M.,
Skrahina, A., Klimuk, D., Nikolenka, A., Muylle, I., Milanov, V.,
Velkovska, D., Tarinska, N., Bachiyska, E., Jankovic, M., … Dudnyk,
A. (2023). Availability and costs of medicines for the treatment of
tuberculosis in Europe. Clinical Microbiology and Infection, 29(1), 77–
84. https://doi.org/10.1016/j.cmi.2022.07.026
Mafirakureva, N., Tchounga, B. K., Mukherjee, S., Youngui, B. T.,
Ssekyanzi, B., Simo, L., Okello, R. F., Turyahabwe, S., Kuate Kuate,
A., Cohn, J., Vasiliu, A., Casenghi, M., Atwine, D., Bonnet, M., &
Dodd, P. J. (2023). Cost-effectiveness of community-based
household tuberculosis contact management for children in
Cameroon and Uganda: a modelling analysis of a cluster-randomised
trial. The Lancet Global Health. https://doi.org/10.1016/S2214-
109X(23)00451-5
Nalunjogi, J., Mucching-Toscano, S., Sibomana, J. P., Centis, R.,
D’Ambrosio, L., Alffenaar, J. W., Denholm, J., Blanc, F. X., Borisov,
S., Danila, E., Duarte, R., García-García, J. M., Goletti, D., Ong, C.
W. M., Rendon, A., Thomas, T. A., Tiberi, S., van den Boom, M.,
Sotgiu, G., & Migliori, G. B. (2023). Impact of COVID-19 on diagnosis
of tuberculosis, multidrug-resistant tuberculosis, and on mortality in
11 countries in Europe, Northern America, and Australia. A Global
Tuberculosis Network study. International Journal of Infectious
Diseases, 130, S25–S29. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2023.02.025
11
Ramesh Kumar, S., Narendran, G., & Padmapriyadarsini, C. (2023). Role
for Linezolid in drug sensitive tuberculosis. Journal of Infection and
Public Health. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2023.11.012
Sonnenkalb, L., Carter, J. J., Spitaleri, A., Iqbal, Z., Hunt, M., Malone, K.
M., Utpatel, C., Cirillo, D. M., Rodrigues, C., Nilgiriwala, K. S.,
Fowler, P. W., Merker, M., Niemann, S., Barilar, I., Battaglia, S.,
Borroni, E., Brandao, A. P., Brankin, A., Cabibbe, A. M., … Zhu, B.
(2023). Bedaquiline and clofazimine resistance in Mycobacterium
tuberculosis: an in-vitro and in-silico data analysis. The Lancet
Microbe, 4(5), e358–e368. https://doi.org/10.1016/S2666-
5247(23)00002-2
Venkatappa, T., Shen, D., Ayala, A., Li, R., Sorri, Y., Punnoose, R., &
Katz, D. (2023). Association of Mycobacterium tuberculosis infection
test results with risk factors for tuberculosis transmission. Journal of
Clinical Tuberculosis and Other Mycobacterial Diseases, 33.
https://doi.org/10.1016/j.jctube.2023.100386
Vonnahme, L. A., Raykin, J., Jones, M., Oakley, J., Puro, J., Langer, A.,
Aiona, K., Belknap, R., Ayers, T., Todd, J., & Winglee, K. (2023).
Using Electronic Health Record Data to Measure the Latent
Tuberculosis Infection Care Cascade in Safety-Net Primary Care
Clinics. AJPM Focus, 2(4).
https://doi.org/10.1016/j.focus.2023.100148
12
13