Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

PERAWATAN MENJELANG
AJAL & PALIATIF TB PARU

Nama : Nazwa Mesfer


Kelas : Progsus

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga pelaksanaan tugas makalah ini dapat
dilaksanakan dengan lancar, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan daripada pembuatan laporan tugas makalah ini adalah untuk
menambah wawasan, kreatifitas, ilmu pengetahuan mahasiswa dan untuk
mempelajari lebih dalam lagi tentang TB PARU.

Penulis menyadari bahwa laporan Skripsi ini jauh untuk dikatakan sempurna
baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan laporan di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas makalah tentang TB PARU ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca maupun semua pihak yang berkepentingan .

Ambon, 03 Oktober 2021

Penulis

Nazwa
Mesfer

2
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................7
C. Tujuan...................................................................................................................7
1. Tujuan Umum..................................................................................................7
2. Tujuan Khusus.................................................................................................7
Dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:.................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
PEMBAHASAN...............................................................................................................8
1. Anatomi Paru.......................................................................................................8
2. Fisiologi Paru........................................................................................................9
3. Definisi Penyakit TB Paru.................................................................................10
4. Klasifikasi...........................................................................................................10
5. Etiologi................................................................................................................12
6. Patofisiologi/Patologi..........................................................................................12
7. Manifestasi Klinis...............................................................................................13
8. Pengobatan Tuberkulosis Paru.........................................................................14
9. Tanda Dan Gejala..............................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20
tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di
dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah
suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman
tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Kemenkes, 2015). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh
mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput
otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC.

Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.
Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian
akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014.
India,Indonesi

4
dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut
23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015).

Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan


dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak
dibandingkan tahun 2014 yang hanya 324.539 2 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah
(Kemenkes RI, 2016). Data terakhir dinas kesehatan Jawa Tengah menyebutkan, di Jawa
Tengah pada tahun 2015 kasus TB BTA positif sebesar 115,17 per 100.000 penduduk ,
penemuan kasus BTA positif pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2014 yaitu 55,99 per 100.000 penduduk. Kota dengan CNR tuberkulosis BTA positif di
Sukoharjo sebesar 66,6 per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng, 2016).

Tahun 2017 Kota Ambon terdapat kasus baru BTA positif 364 dan jumlah seluruh
kasus TB 1.316 merupakan yang tertinggi dari 11 kabupaten kota yang berada di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dengan Case Detection Rate 63.89 %. Case
Detection Rate atau cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati tertinggi terdapat pada
puskesmas Waehaong dengan CDR sebesar 60,7%, sedangkan puskesmas dengan cakupan
pengobatan semua kasus TB yang diobati terendah terdapat pada puskesmas Urimessing
dengan CDR sebesar 5%.18 Penyebab utama masih adanya beban TB dan belum berhasilnya
kota Ambon mencapai standar indikator program Case Detection Rate pada tahun 2017
adalah pelaksanaan program pengendalian tuberkulosis yang berjalan dengan tidak baik dan
tidak optimal kemudian belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik dalam
penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan.Manajemen program
pengendalian tuberkulosis di Kota Ambon masih mengalami kendala, 9 pelaksanaan kegiatan
hanya berorientasi pada pencapaian target saja, bukan pada kualitasnya dalam hal ini
pelaksanaan yang sesuai standar. Kegiatan program pengendalian tuberkulosis menunjukan
sumberdaya program seperti tenaga, dana dan fasilitas telah tersedia tetapi indikator program
masih belum mencapai target dalam hal ini CDR yang tidak mencapai 70%. Program-
program pengendalian tuberkulosis yang sudah dilaksanakan pada masing-masing puskesmas
di kota Ambon namun penurunan prevalensi tidak cukup cepat sesuai yang ditargetkan masih
saja terdapat kasus TB yang tinggi dan terdapat perbedaan atau disparitas angka CDR antara
puskesmas dengan CDR tertinggi dengan puskesmas dengnn CDR terendah.

5
Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi dengan beberapa strategi dari
Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan perluasan pelayanan DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course). DOTS adalah salah satu strategi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB paru melalui penyuluhan sesuai dengan
budaya setempat, mengenai TB paru pada masyarakat miskin, memberdayakan masyarakat
dan pasien TB paru, serta menyediakan akses dan standar pelayanan yang diperlukan bagi
seluruh pasien TB paru.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 6 anggota keluarga,


diperoleh suatu data bahwa tidak semua keluarga mengetahui tentang penyakit TB Paru. Dari
6 keluarga yang di wawancara di dapatkan hasil sebanyak 4 keluarga yang masih kurang
mengenal penyakit TB Paru seperti pengertian TB Paru, tanda dan gejala TB Paru, cara
penularan TB Paru dan cara pencegahan TB Paru, sedangka 2 keluarga sudah mengenal dan
mengetahui tentang pengertian TB Paru, tanda dan gejala TB Paru, cara 5 penularan TB Paru
dan cara pencegahan TB Parumelalui informasi dari koran, televisi, dan tenaga kesehatan.

Menurut WHO penyakit tuberkulosis menduduki peringkat di atas HIV/AIDS. Pada


tahun 2016 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis atau 142 kasus/100.000
populasi, dengan 480.000 kasus multidrug–resistant. Indonesia merupakan negara dengan
jumlah kasus baru terbanyak kedua di dunia setelah India. Sebesar 60% kasus baru terjadi di
6 negara yaitu India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan. Kematian akibat
tuberkulosis diperkirakan sebanyak 1,3 juta kematian ditambah 374.000 kematian akibat
tuberkulosis pada orang dengan HIV positif. Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis
menurun dari 1,7 juta menjadi 1,3 juta antara tahun 2000 dan 2015, tuberkulosis tetap
menjadi 9 2 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 (WHO, Global
Tuberculosis Report,2017).

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia pada tahun 2015 jumlah semua
kasus tuberkulosis yang ditemukan sebesar 330.729 dan meningkat menjadi 351.893 pada
tahun 2016. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak 21.606
orang dan Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut
sebesar 44 % dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

6
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi TB Paru?


2. Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB Paru?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit TB Paru?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah “Perawatan Menjelang Ajal & Paliatif”

2. Tujuan Khusus
Dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi TB Paru
2. Untuk mengetahui klasifikasi TB Paru
3. Untuk mengetahui etiologi TB Paru
4. Untuk mengetahui patofisiologi TB Paru
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis TB Paru
6. Untuk mengetahui pengobatan TB Paru

7
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR TUBERCULOSIS

1. Anatomi Paru

Paru-paru terletak pada rongga dada yang ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-
paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil
yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis
yaitu pleura. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum (Sherwood, 2001) (Istna Abidah Mardiyah, 2017).

Bagian paru paru terdiri dari beberapa organ sebagai berikut :


1. Trakea
Trakea atau tenggorokan merupakan bagian paru-paru yang berfungsi
menghubungkan larynk dengan bronkus. Trakea pada manusia teridiri dari jaringan
tulang rawan yang dilapisi oleh sel bersilia. Silia yang terdapat pada trakea ini
berguna untuk menyaring udara yang akan masuk ke dalam paru-paru.
2. Bronkus
3. Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada rongga dada, hasil dari percabangan
trakea yang menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan paru-paru bagian kanan.

8
Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih lebar, pendek serta lebih lurus,
sedangkan bronkus bagian sebelah kiri memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya
sekitar 5cm. Jika dilihat dari asalnya bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus
premier dan bronkus sekunder.
4. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan saluran udara dari bronkus. Letaknya
tepat di ujung bronkus. Bronkiolus mempunyai diameter kurang lebih 1mm atau bisa
lebih kecil. Bronkiolus berfungsi untuk menghantarkan udara dari bronkus masuk
menuju ke alveoli serta juga sebagai pengontrol jumlah udara yang akan nantinya
akan di distribusikan melalui paru-paru oleh konstriksi dan dilatasi
5. Alveolus
Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di dalam paru-paru yang
memungkinkan oksigen dan karbondioksida untuk bisa bergerak di antara paru-paru
dan aliran darah. Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih hampir 300 juta
alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal dari udara. Alveolus berfungsi untuk
pertukaran karbon dioksida (CO2) dengan oksigen (O2).
6. Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta melindungi paru-
paru dari gesekan-gesekan yang ada selama proses terjadinya respirasi. Ada dua
lapisan pada Pleura paru-paru manusia diantarnya adalah:
a. Pleura visceral adalah bagian dalam yang membungkus langsung paru
b. Pleura parietal adalah pleura bagian luar yang menempel di rongga dada.
2. Fisiologi Paru
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran gas antara darah dan atmosfer dengan tujuan
untuk menyuplai oksigen bagi jaringan dan mengeluargkan karbondioksida. Pertukaran
gas melalui beberapa proses udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit yaitu bronkus dan bronkiolus yang merupakan cabang dari trakea atau
tenggorokan. Udara tersebut menuju ke alveolus yang merupakan gelembung udara
tempat pertukaran antara oksigen dan karbondioksida (Mc. Ardle, 2006). Terdapat empat
mekanisme kerja paru-paru, antara lain sebagai berikut :
a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh

9
d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007) (Istna Abidah Mardiyah, 2017).

3. Definisi Penyakit TB Paru


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang biasanya menyerang organ
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002) (Istna Abidah Mardiyah, 2017).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru biasanya
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk,
2009) (Istna Abidah Mardiyah, 2017).
Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra,
2010). Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007) (Istna Abidah Mardiyah, 2017),
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri berbentuk batang yang tahan asam-alkohol
(acid-alcohol-fast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis terutama mengenai
paru, kelenjar getah bening, dan usus.
TB paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian
lain dari tubuh manusia melalui droplet (bersin, batuk dan berbicara) yang dapat
menyerang lewat udara dari penderita ke orang lain.

4. Klasifikasi
Menurut Depkes (2007), klasifikasi penyakit TB paru, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
1) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

10
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2) satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan kultur atau biakan kuman
TB positif.
4) satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks normal tidak menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.
1. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih
dan alat kelamin.
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus Kambuh (relaps)

11
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.

5. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril,
2007). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob sehingga
sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi oksigen
seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Mycobacterium tuberculosis rentan atau cepat mati terhadap paparan sinar matahari
langsung, namun dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini bisa mengalami dorman atau inaktif (tertidur
lama) selama beberapa tahun. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui
droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia melalui udara dan menginfeksi organ
tubuh terutama paru-paru. Diperkirakan, satu orang menderita TB paru BTA positif yang
tidak diobati akan menulari 10-15 orang setiap tahunnya. (Depkes RI, 2002; Aditama,
2002) (Istna Abidah Mardiyah, 2017).

6. Patofisiologi/Patologi
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi
dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh
kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Faktor yang kemungkinkan seseorang terpajan kuman

12
TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini
langsung membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tidak
membunuh, sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi. Makrofag yang mengadakan infiltrasi bersatu menjadi
sel tuberkel epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya
adalah pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan
sekret. Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dorman aktif kembali
dikarenakan imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007)
(Istna Abidah Mardiyah, 2017).

7. Manifestasi Klinis

Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) (Istna Abidah Mardiyah, 2017)tanda dan gejala
tuberkulosis dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
a. Gejala Sistemik adalah:
1) Badan Panas
Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, sering kali panas
badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau
menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita
merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.
2) Menggigil
Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti
pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu
reaksi umum yang lebih hebat.
3) Keringat Malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis
paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada
orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini.
Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
4) Malaise

13
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak
badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala,
mudah lelah.

b. Gejala Respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus. Batuk mula-
mula terjadi oleh karena iritasi bronchus, selanjutnya akibat adanya peradangan
pada bronchus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk
membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau
purulen.
2) Sekret
Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam jumlah
sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hujau sampai
purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan
perlunakan.
3) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala
ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.
4) Ronchi
suatu bunyi tambahan yang terdengar gaduh terutama terdengar selama ekspirasi
disertai adanya sekret.

8. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk mengobati, juga

untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman terhadap Obat Anti

Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan.

a. Penemuan Penderita TB Paru

14
Penatalaksnaan terapi: asupan nutrisi adekuat/mencukupi.

1) Kemoterapi yang mencakup pemberian : isoniazid (INH) sebagai bakterisidial

terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama 18 s.d 24 bulan dan

dengan dosis 10-20mg/kg berat badan/hari melalui oral. Kombinasi antara NH,

rifampicin, dan prrazinamid yang diberikan selama 6 bulan. Obat tambahan

antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol. Terapi

kortikosteroid bersamaan dengan obat anti tuberkulosis untuk mengurangi respon

peradangan, misalnya pada meningitis.

2) Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini dilakukan

dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.

3) Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang yang

terinfeksi basil tuberkulosis serta mempertahankan asupan nutrisi yang memadai.

Pemberian imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh.

Menurut Kemenks (2015) pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap

awal dan tahap lanjutan dengan :

1) Tahap awal : pengobatan diberikan setiap hari. paduan pengobatan pada tahap ini

adalah dimaksudkan secara efektif menurunkan jumblah kuman yang ada dalam

tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang

mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.

pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

15
2) Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk

membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada didalam tubuh khususnya kuman

persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

9. Tanda Dan Gejala

a. Tanda
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneu
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b. Gejala
1) Demam
2) Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang
masuk.
3) Batuk
4) Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
5) Sesak nafas
6) Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
7) Nyeri dada
8) Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
9) Malaise
10) Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

 Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui
udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
 TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang
aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV.
Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.
Avium.

B. Saran
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia maupun penyakit
menular, oleh karena itu diharapkan kepada pasien TB paru agar tetap patuh dalam
menjalani pengobatan agar kesembuhan dapat dicapai sesuai yang diharapkan. Dan bagi
keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan pada pasien dengan cara selalu
mengingatkan dan memotivasi pasien untuk minum obat secara teratur serta meluangkan
waktu untuk mengantarkan pasien berobat ketika pasien membutuhkan bantuan

17
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/57377/3/BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/36153620/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Tuberculosis_
Paru.docx

Alodokter. 2017. Satuan Acara Penyuluhan di https://www.alodokter.com/proses-


terjadinya-penularan-tbc (Diakses pada tanggal 20 April 2019).

Saraswati, Rina, Hasanah, Nur, dan Al Ummah, M. B. (2016). Konsep Diri Penderita Tb
Paru Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan,
12(2), 91–101. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/0040-6031(79)80026-X

18

Anda mungkin juga menyukai