Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Dokementasi Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Nining Fitrianingsih S.Kep., M.Kes

Disusun oleh:
Riska Tsania Wati
112210013

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR
TERAKREDITASI “B”
Jl. Letjend Ibrahim Adjie No 180, Sebrang Perumahan Victoria Hill, Sindang Barang, Bogor Barat.
Phone: 0251-8327396 / 0251-8327399.
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatNya sehingga
laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan TB Paru” ini dapat
diselesaikan dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administasi
pendidikan dalam profesi keperawatan.

Harapan penulis semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman penulis sangat kurang.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberi masukan-masukan
yang bersifat membagun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 15 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..........3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..5
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………………...5-6
BAB II TINJAUAN TEORITAS……………………………………………………………………...7
2.1 Definisi TBC…………………………….………………………………...………………7
2.2 Etiologi……………………………………………………………………...……………..8
2.3 Manifetasi klinis TBC………………………………………………………..…………8-9
2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………………...10
2.5 Kemungkinan data Fokus………………………………………………………………..11
a. Anamnesa………………….....................................................................................11
b. Pemeriksaan Fisik….…………………………………………………………12-13
c. Pemeriksan Diagnostik…………………………………………………………..13
2.6 Penatalaksaan medis………………………………………………………………….13-14
2.7 Kemungkinan diagnosa keperawatan……………………………………………………14
2.8 Diagnosa keperawatan………………………………………………………………..14-15
2.9 Intervensi……………………………………………………………………………..15-16
2.10 Evaluasi…………………………………………………………………………………16
BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………….17
3.1 Pengkajian Keperawatan……………………………………………………………..17-25
3.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………….….26
3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………………....27-29
3.4 Implementasi Keperawatan………………………………………………………..…30-31

3.5 Evaluasi Keperawatan………………………………………………………………..32-33

3
BAB IV PENUTUPAN…………………………………………………………………………….34
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………...34
4.2 Saran……………………………………………………………………………………….34
DATAR PUSTAKA………………………………………………………………………………..35

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus
terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus dan akan mengecil (Nugroho, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari Global Tuberculosis Report
2015, pada tahun 2014 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9.6 juta dengan
kematian akibat TB sebanyak 1,5 juta orang. TB merupakan penyebab mortalitas tertinggi untuk
kasus kematian karena penyakit infeksi dan telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia
sehingga, WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Health Emergency (Amin, 2014). Pada
tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah
Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%) (WHO, 2016).
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat
dunia dan Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pengendalian penyakit
tuberkolosis (TB) Paru sejak 1995 dengan strategi DOTs (Kemenkes RI, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan tugas tentang
asuhan keperawatan pasien dengan TB Paru. Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai
berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan TB Paru?”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami TB Paru.


2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru.
3. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru.
4. Mampu melakukan implementasi Tindakan keperawatan ada klien yang mengalami TB Paru.
5. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis
Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam upaya
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru.

5
2. Secara Praktis
 Bagi Rumah Sakit
Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman pelaksanaan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru sehingga
penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran klinis
yang baik bagi pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan di rumah sakit yang
bersangkutan.
 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dan
meningkatkan pengembangan profesi keperawatan.

3. Bagi klien dan keluarga


Sebagai bahan bacaan kepada keluarga tentang penyakit TB Paru. Selain itu agar
keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITAS

2.1 Definisi TBC


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ). Tuberkulosis (TBC) paru
merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Indonesia, bahkan menjadi
penyebab kematian utama dari golongan penyakit infeksi (Arsin, 2016).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahap asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit (Price, 2015). Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru, dan dapat juga menyerang organ tubuh lain
(Depkes, 2016).

Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai
organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri
ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.
Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam
hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie
M.P,2013).

Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).

7
2.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman ini
berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid, sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi
yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis.
Selain itu, faktorpenyebabnya yaitu herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya
sekresisteroid, infeksi berulang (Somantri, 2009).

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain :


a. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif..
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid atau terinfeksi HIV).

c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.


d. Individu tanpa perawatan yang adekuat.
e. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronik,
penyimpanan gizi.

f. Individu yang tinggal di daerah kumuh (Elizabeth, 2001).

2.3 Manifestasi Klinis TBC


Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis
dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

a. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas


badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza
ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan

8
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk/batuk berdahak

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c. Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru

d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik melepaskan napasnya.

e. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering


ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

9
2.4 Patofisiologi

Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit tuberculosis
terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit
tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang
mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara sehingga
kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi
ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan
sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan terdampar
pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli
di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat
terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa
tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi
inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang
macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah
macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila
prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan
tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka
kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel
(biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama- kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila
jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan
pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).

10
2.5 Kemungkinan Data Fokus

a. Anamnesa

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan


dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali. Bagitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita merasa tidak pernah
terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari ulai dari kering (non
produktif) kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe)
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchu juga terjadi pada
ulkus dinding bronchus.

3. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.

4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan

11
turun), sakit rus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
Gajala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

b. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk

- TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)

- Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

- Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)

-Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam

1) Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis,
skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.

2) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya pasien
kesulitan saat inspirasi

Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah

Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak

Auskultasi : Biasanya terdapat bronki

3) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris

Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

12
4) Ekremitas atas

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

5) Ekremitas bawah

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

c. Pemeriksaan Diagnostik

a) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.

b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).

c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa
cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB paru.

e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

f) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun

2.6 Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Promotif , terbagi antara lain :

- Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC.


- Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.
- Mensosialisasikan BCG dimasyarakat b. Preventif, terbagi antara lain:

- Vaksinasi BCG
- Menggunakan Isoniazid
- Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.
- Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit

13
2. Penatalaksanaan Medis

Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:


a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
b) Jangka Panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat dilakukan
dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.

c) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan


pada pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat : Rifampicin,
Isoniazid, Ethambutol, Pyridoxin.

2.7 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru

c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

d. Deficit pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,


berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan

2.8 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat
sebagai akibat dari maslaah keperawatan atau proses kehidupan actual atau potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar dalam penyususnan rencana Tindakan asuhan keperawatan.
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis sebab dalam mengumpulkan data-data

14
saat melakukan pengkajian keperawatan yang diutuhkan untuk menegakkan diagnose
keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis.
Standar diagnosis keperawatan Indonesia, diagnosa yang termuat dalam standar ini diurutkan
sesuai dengan kategori dan subkategori diagnosis keperawatan. Diagnosis-diagnosis keperawatan
yang berada dalam satu subkategori diurutkan secara alfabetis untuk memmudahkan pencarian
diagnosis keperawatan dalam suatu subkatgori yang akan dirujuk. Terdapat 5 kategori dan 14 sub
kategori Diagnosis Keperawatan, Fisiologis, Psikologis, Perilaku, Relasional, Lingkungan.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas (D.0149)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (miis. Nyeri saat
bernafas, kelemahan otot pernafasan) (D.0005)
3. Hipertemi beruhubungan dengan proses penyakit (miss. Infeksi, kanker ditandai dengan
sushu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
4. Inteleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas (D.0056)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hamabatan lingkungan (misalnya
lingkungan/Tindakan ). (D0055)
6. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas dibuktikan
dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak
7. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan pasien

2.9 Intervensi

Menurut SDKI PP 2017 Intervensi keperawatan adalah treatment yang dilakukan oleh perawat
yang dikerjakan berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai outocome yang di
harapkan. Salah satu contoh intervensi dari diagnosa diatas:

1. Latihan Batuk Efektif


Tindakan:
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Memonitor adanya retensi sputum
- Memonitor tanda dan gejala
- Infeksi saluran nafas

15
- Monitor input dan output cairsan (mis. Jumlah dan Karakteristik

Terapeutik

- Atur posisi semi flower atau flower


- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang secret pada tempat sputum

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


- Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik.
- Anjurkan mengulangi Tarik nafas dalam yang ketiga
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ketiga

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian mukotlitik atau ekspektoran jik perlu.

2.10 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak dengan
pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif dari pasien,
keluarga, dan anggota tim Kesehatan. Selain itu, anda juga meninjau ulang pengetahuan tentang
status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Anda dapat
mengevalusasi pasien secara lebih baik.Jika hasil telah dipenuhi, berati tujuan untuk pasien juga
telah terpenuhi. Bandingkan prilaku dan respon sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawata.
Bisa disimpulkan bahwa Langkah – Langkah evaluasi sebagai berikut:

1. Daftar tujuan pasien


2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapt melakukan sesuatu
3. Bandingkan anatar tujuan dan kemampuan pasien
4. Diskusikan dengan pasien atau keluarga, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

16
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Tn. A DENGAN TB PARU

A. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


Tempat : Ruangan Melati 1
Tanggal Masuk : 15 Mei 2023 Pukul: 17:35 WIB

B. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2023 Pukul: 11:00 WIB
1). Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas Pasien
 Nama : Tn. A
 Umur : 53 Tahun
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Sunda/ Indonesia
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : PNS Guru
 Alamat : Kp. Cigombong Rt03/07, Kec. Cigombong Kab. Bogor
b. Identitas penanggung jawab
 Nama : Nn. N
 Umur : 48 Tahun
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : PNS Guru
 Alamat : Kp. Cigombong Rt03/07, Kec. Cigombong Kab. Bogor
 Hub dgn pasien : Istri

17
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan batuk dan terasa sesak nafas

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke RS pada tanggal 15 Mei 2023 pukul 17:35 dengan keluhan batuk
berdahak sejak 2 minggu berturut-turut, disertai sesak, demam hilang timbul, sering
berkeringat saat malam, dan mengalami penurunan berat badan.
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Asma/ TBC : pasien mengakatan tidak pernah sesak nafas secara tiba -tiba dan batuk
lebih dari 2 minggu
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai riwat penyakit keturunan

4. Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat-obatan, makanan dan minuman.

5. Pola Kebiasaan selama post Partum

NO ADL Sebelum dirawat Setelah dirawat


1. Nutrisi Makanan

Frekuensi (3x1 hari) (1x1 hari)


Porsi Sedang Sedang
Makanan Kesukaan Ayam bakar
Makanan Pantangan Jeroan Jeroan
Nafsu Makan Normal Menurun
Cara makan sendiri/dibantu Sendiri Dibantu
Kesulitan Makan Tidak Ya
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji

18
Minum Air putih Air putih

Frekuensi 1,5L/hari 2L/Hari


Cara minum dibantu/sendiri Sendiri Sendiri
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji
2. Eliminasi BAB Normal Normal
Frekuensi
Waktu 2x1 hari 3x1 hari
Warna Normal Normal
Diare Tidak Tidak
Stoma
Cara pengeluaran Normal Normal
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji
BAK

Frekuensi Normal Normal


Warna Normal Normal
Bau, darah, lender Tidak Tidak
Kesulitan Tidak Tidak
Penggunaan kateter Tidak Tidak
Cara pengeluaran Normal Normal
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji
3. Istirahat dan tidur 01:00 WIB 10:00 WIB
Waktu tidur malam
Waktu tidur siang Tidak 13:00 WIB
Ada tidaknya masalah tidur Tidak Tidak
Kebiasaan yang dilakukan saat Makan dan tidur Makan Dan tidur
istirahat
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji
4. Personal Hygiene
Mandi 2x1 hari 1x1 hari
Frekuensi

19
Penggunaan sabun/tidak Ya Ya
Cara melakukan sendiri / sendiri Dibantu
dibantu
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji
Penggunaan sikat gigi/tidak Ya Ya
Penggunaan pasta gigi atau Ya Ya
tidak
5. Aktivitas/Latihan Ya Tidak
Olahraga
Kegiatan diwaktu luang Ya Tidak
Cara melakukan sendiri / Sendiri Sendiri
Dibantu
Masalah Tidak terkaji Tidak terkaji

6. Profil Psikososial
Pola Nilai/Kepercayaan
A. Kegiatan Keagamaan Yang Dijalani : Shalat & Mengaji
B. Nilai/ Kepercayaan Yang Bertentangan Dengan Kesehatan : Tidak ada

7. Keadaan Umum

GCS Tingkat Kesadaran : CM

Eye (E) : 4 Verbal (V) : 5 Motorik (M) : 6

8. Vital Sign
Tekanan Darah (TD) : 120/70 mmHg
Suhu : 36.7 C
Frek. Nadi : 70x/i
Frek. Nafas (RR) : 24x/i

20
9. Pemesiksaan Fisik

1. Kepala
Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, wajah tampak pucat, bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Sklera tidak ikterik, bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Pendengaran baik, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan
4. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering dan tidak ada gigi palsu
Palpasi : Tidak ada nyeri tekanan
5. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekanan
6. leher dan tenggorokan
Inspeksi : Tidak kesulitan menelan
Palpasi : Tidak ada benjolan
7. Payudara (laki/perempuan)
Inspeksi : Bentuk sismetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada benjolab
8. Paru- Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, penafasan cepat
Palpasi : Focal verminuts Normal
9.Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris tidak ada lesi
Palpasi : Ada nyeri tekanan

21
10. integument
Inspeksi : Kulit tampak kering
Palpasi : Tidak ada edema dan nyeri tekan

22
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

No. Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


16-05-23 Laboratorium :
Pemeriksaan Diagnostik :

 Leukosit
14,94

 Hemoglobin
13,5

Terapi saat ini:

No. Jenis Terapi Obat Indikasi/kegunaan Dosis


1. Omeprazol Untuk mengatasi gangguan 1x40mg
lambung
2. Paracetamol Untuk menurunkan demam 3x1gr
3. Ceftriaxon Antibiotik yang berguna 1x2gr
untuk pengobatan sejumlah
infeksi bakteri
4. B complex Untuk membantu 2x1
memenuhi kebutuhan
vitamin B complex
5. B6 Vitamin generic yang 1x1
bermanfaat untuk
mencegah defisiensi
vitamin B6

23
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Riska Tsania


No rekam medik : 19076 NIM : 112210013
Ruang rawat : Melati 1
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :

Penumpukan secret Bersihan Jalan Napas


- Pasien mengatakan
berlebih.
batuk berdahak. Tidak Efektif. (D.0001)

- Pasien mengatakan
dahak berwarna
kuning dan kental.

- Pasien mengatakan
susah untuk
mengeluarkan dahak.

- Pasien mengatakan
sesak napas.

DO :

- Pasien tampak batuk


berdahak.

- Pasien tampak sulit


mengeluarkan dahak

24
- TD : 120/70 mmHg

- S : 36.5 C

- RR : 24x/i

- N : 70 x/i

DS :

- Pasien mengatakan
badan terasa lemas. Factor psikologis
Defisit Nutrisi (D.0019)
(keengganan untuk
- Pasien mengatakn
makan)
nafsu makan
berkurang.

DO :

- Pasien tampak lemas

- Makan ½ porsi

25
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak

2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor psikologis


(keengganan untuk makan) dibuktikan dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang

26
RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI

Nama Pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Riska Tsania Wati


No rekam medis : 19076 NIM : 112210013
Rekam Medis : TB Paru
No. DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak SLKI : Bersihan Jalan Nafas SIKI
efektif berhubungan dengan Latihan Batuk Efektif (I. 01006)
hipersekresi jalan nafas (L.01001) Observasi :
dibuktikan dengan pasien
Setelah dilakukan - Identifikasi kemampuan batuk.
mengatakan batuk berdahak
perawatan/intervensi selama 1x7 jam,
dan sulit mengeluarkan - Monitor adanya retensi
diharapkan bersihan jalan napas
dahak sputum.
meningkat dengan kriteria hasil :
Terapeutik :
- Batuk efektif meningkat.

- Atur posisi semi fowler/fowler


- Produksi sputum menurun.
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien.

- Buang secret pada tempat


sputum.

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur


batuk efektif.

- Anjurkan Tarik napas dalam


melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,

27
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir dibulatkan selama

8 detik.

- Anjurkan mengulangi Tarik


napas dalam hingga 3 kali.

- Anjurkan batuk dengan kuat


langsung setelah Tarik napas dalam
yang ke 3.

2. Defisit nutrisi kurang dari SLKI : Nafsu Makan (L.03024) SIKI


kebutuhan berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
dengan faktor psikologis perawatan/intervensi selama 1x7 jam, Observasi :
diharapkan nafsu makan meningkat
(keengganan untuk makan) dengan kriteria hasil :
- Identifikasi status nutrisi
dibuktikan dengan pasien - Keinginan makan meningkat - Identifikasi makanan
mengatakan nafsu makan yang
berkurang - Asupan makanan meningkat
disukai
- Asupan nutrisi meningkat - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik :
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai

- Berikan makanan tinggi serat


untuk mencegah konstipasi

- Berikan makanan tinggi kalori


dan tinggi protein

- Berikan suplemen maknan jika


perlu

28
Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan

- Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori
dengan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

29
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Riska Tsania
No rekam medik : 19076 NIM : 112210013
Rekam Medis : TB Paru
No. HARI / TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTD
PERAWAT
1. Selasa/ 16 Mei 2023 Bersihan jalan nafas Latihan Batuk Efektif (I. 01006)
tidak efektif
- Mengidentifikasi kemampuan batuk.
Hasil :

S : Pasien mengatakan sesaknya


sudah sedikit berkurang

O : Pasien tampak kooperatif

- Memonitor adanya retensi sputum.


Hasil :
S : Pasien mengatakan dahaknya
sedikit bisa dikeluarkan

O : Pasien tampak kooperatif

30
2. Selasa/16 Mei 2023 Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)

- Mengidentifikasi status nutrisi

S : Pasien mengatakan sudah mau


makan sedikit-sedikit

O : Pasien tampak memakan


makanannya

- Mengidentifikasi makanan yang


disukai

S : Pasien mengatakan sudah mau


makan

O : Pasien tampak makan ½ porsi

- Memonitor asupan makanan

S : Pasien mengatakan nafsu makan


sudah membaik

O : Pasien tampak sudah tidak pucat

- Memonitor berat badan

S : Pasien mengatakan berat


badannya masih belum bertambah
O : Pasien tampak tidak lemas

31
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Riska Tsania
No rekam medis : 19076 NIM: 112210013
No. HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
1. Selasa, 16 Mei 2023 1. Bersihan jalan napas tidak S :
efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas - Pasien mengatakan
batuk, sesak
2. Defisit nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan O :
dengan faktor psikologis - KU : Sedang
- Kesadaran : CM
- TD : 120/80
- RR : 24x/i
- S : 36.2
- N : 102
- ADL dibantu
- IVFD RR/8 jam
- Posisi semi fowler
- Makan habis ½ poris
A:
- DxI : Bersihan jalan
nafas tidak efektif

- DxII : DEfisit Nutrisi


P:
- Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan
1x10 jam diharapkan
masalah teratasi

32
2. Rabu, 17 Mei 2023 1. Bersihan jalan napas tidak S:
efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan
hipersekresi jalan nafas batuk sesak berkurang

2. Defisit nutrisi kurang dari O :


kebutuhan berhubungan - KU : Sedang
dengan faktor psikologis
- Kesadaran : CM
- TD : 110/80
- RR : 22x/i
- S : 36.5 C
- N : 83x/i
- SPO : 96%
- IVFD : RL/8jam
- Makan habis ½ porsi
- Skala nyeri 0/10
A:
- DxI : Bersihan jalan
nafas tidak efektif

- DxII : Defisit Nutrisi


P:
- Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan selama
1x10 jam diharapkan masalah
teratasi

33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan pernapasan TB Paru (TBC) melalui
proses pengkajian dengan menggunakan format pengkajian, pemeriksaan fisik,
observasi, dan wawancara dilaksanakan kepada klien dan keluaraga
Dari pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan TBC dilakukan
secara bio, psiko, osio, spriritual, pada laporan kasis pasien dengan TB paru perlu
dikaji riwayat kesehat keluarga, masa lalu, pola kebiasaan sehari - hari dan dilanjutkan
pemesiksaan fisik menyeluruh.

4.2 Saran
- Bagi perawat yang sudah terjun langsung ke pasien hendaknya meningkatkan
kualitan pendokumentasian terutama repon tindakan dan evaluasi akhir (SOAP)
dapat di lakukan pada setiap diagnosa keperawatan
- Bagi mahasiswa sebaika sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap
klien, hendaknya memahami konsep dasar terkait kasus yang akan ditangani
sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komperafif dan sesuai
teori

34
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO) dari Global Tuberculosis Report 2015


Kemeskes RI 2013
Kemenkes RI 2016
Depkes, 2016
Tabrani 2010
Andara S.F & Yessie M.ap, 2013
Kemenkes RI 2015
Simantru 2009
Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009)

35

Anda mungkin juga menyukai