Dosen Pengajar :
Ns. Muhammad Irwan., S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh :
Bahrul Ilmi
Juwita Asri
Nur Azizah
Ria Yulianti
Winanto
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
petunjuk-Nya sehingga tersusunlah makalah ini dalam mata pelajaran
Keperawatan Dewasa.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan mengakui, bahwa isi
dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih dalam proses
pembelajaran.
Tidaklah akan terwujud dalam penyusunan makalah ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak yang membantu kami. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Muhammad
Irwan., S.Kep selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Dewasa atas bimbingan
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kelompok V
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan....................................................................................................... 4
2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah laki-laki,
3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anak- anak. Penyebab
kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta
CDR), yaitu jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan
1
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada
terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Cina, diperkirakan ada 1
tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak
Kabupaten Kampar pada tahun 2018 terdapat 1.079 kasus dengan rincian
perempuan 383 kasus dan laki-laki sebanyak 696 kasus (Dinas Kesehatan
penyakit jantung dan saluran pernapasan pada semua kelompok usia serta
Selain itu juga dapat menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut seperti
2
Peran perawat dalam promotif dan preventif yakni memberikan
menjalani pengobatan.
3
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud tuberkulosis paru ?
4
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT
5
2. Bronkus
Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada rongga dada, hasil
dari percabangan trakeayang menghubungkan paru-paru bagian kiri
dengan paru-paru bagian kanan.Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya
lebih lebar, pendek serta lebih lurus, sedangkan bronkus bagian sebelah
kiri memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya sekitar 5cm. Jika dilihat
dari asalnya bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus premier dan
bronkus sekunder.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan saluran udara dari
bronkus. Letaknya tepat di ujung bronkus.Bronkiolus mempunyai diameter
kurang lebih 1mm atau bisa lebih kecil.Bronkiolus berfungsi untuk
menghantarkan udara dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta juga
sebagai pengontrol jumlah udara yang akan nantinya akan di distribusikan
melalui paru-paru oleh konstriksi dan dilatasi
4. Alveolus
Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di dalam paru-
paru yang memungkinkan oksigen dan karbondioksida untuk bisa bergerak
di antara paru-paru dan aliran darah.Di dalam tubuh manusia terdapat
kurang lebih hampir 300 juta alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal
dari udara. Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon dioksida (CO2)
dengan oksigen (O2).
5. Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta
melindungi paru-paru dari gesekan-gesekan yang ada selama proses
terjadinya respirasi. Ada dua lapisan pada Pleura paru-paru manusia
diantarnya adalah:
a. Pleura visceraladalah bagian dalam yang membungkus langsungparu
b. Pleura parietaladalah pleura bagian luar yang menempel di rongga
dada.
6
2.1.2. Fisiologi Paru
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran gas antara darah dan
atmosfer dengan tujuan untuk menyuplai oksigen bagi jaringan dan
mengeluargkan karbondioksida. Pertukaran gas melalui beberapa proses
udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
yaitu bronkus dan bronkiolus yang merupakan cabang dari trakea atau
tenggorokan. Udara tersebut menuju ke alveolus yang merupakan
gelembung udara tempat pertukaran antara oksigen dankarbondioksida
(Mc. Ardle, 2006). Terdapat empat mekanisme kerja paru-paru, antara
lain sebagai berikut :
a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara
alveoli dan atmosfer
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh
d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).
7
alkohol (acid-alcohol-fast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis
terutama mengenai paru, kelenjar getah bening, dan usus.
TB paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau
bagian lain dari tubuh manusia melalui droplet (bersin, batuk dan berbicara)
yang dapat menyerang lewat udara dari penderita ke orang lain.
2.3 Epidemiologi
Dalam laporan WHO pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta
kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah
pasien dengan HIV positif. Sekitar 75 % dari pasien tersebut berada di
wilayah Afrika, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang
menderita TB MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia.
Di Indonesia berpeluang mengalami penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 apabila dibandingkan
dengan data tahun 1990. Angka prevalensi TB pada tahun1990 sebesar 443
per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 ditargetkan menjadi 280 per 100.000
penduduk. Berdasarkan hasil survei prevalensi TB tahun 2013, prevalesi TB
Paru smear positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke atas sebesar 257.
Secara umum angka notifikasi kasus BTA positif baru da semua kasus dari
tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi kasus
(case notification rate/ CNR) pada tahun 2015 untuk semua kasus sebesar 117
per 100.000 penduduk (Depkes RI., 2016).
2.4 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um
(Amin dan Asril, 2007). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri
yang bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang
memiliki konsentrasi tinggi oksigen seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
8
Mycobacterium tuberculosis rentan atau cepat mati terhadap paparan sinar
matahari langsung, namun dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini bisa
mengalami dorman atau inaktif (tertidur lama) selama beberapa tahun.
Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles,
kemudian dihirup oleh manusia melalui udara dan menginfeksi organ tubuh
terutama paru-paru. Diperkirakan, satu orang menderita TB paru BTA positif
yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang setiap tahunnya. (Depkes RI,
2002; Aditama, 2002).
2.5 Klasifikasi
Menurut Depkes (2007), klasifikasi penyakit TB paru, diantaranya adalah
sebagai berikut :
9
4) satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks normal tidak menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi
beberapa tipe pasien, yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
10
b. Kasus Kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
2.6 Patofisiologi/Patologi
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap
dan lembab.Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang
kemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil
ini langsung membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri
namun tidak membunuh, sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan
makrofag. Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel epiteloid. Jaringan
mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa dan
membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah
pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan
penumpukan sekret. Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dorman
11
aktif kembali dikarenakan imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007;
Amin dan Asril, 2007).
Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) tanda dan gejala tuberkulosis dibagi
atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
a. Gejala Sistemik adalah:
1) Badan Panas
Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, sering
kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas
badan meningkat atau menjadi lebih tinggi bila proses berkembang
menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau
muka terasa panas.
2) Menggigil
Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi
tidak diikuti pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat
terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.
3) Keringat Malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit
tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses
telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat
malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala
timbul bila ada panas.
4) Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa
tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin
kurus, sakit kepala, mudah lelah.
b. Gejala Respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus.
Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronchus, selanjutnya akibat
adanya peradangan pada bronchus, batuk akan menjadi produktif. Batuk
12
produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi
peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
2) Sekret
Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam
jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau
kuning hujau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila
sudah terjadi pengejuan dan perlunakan.
3) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura
terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.
4) Ronchi
suatu bunyi tambahan yang terdengar gaduh terutama terdengar selama
ekspirasi disertai adanya sekret.
13
merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik
terhadap basil TB
6. Tes mantoux / tuberkulin
7. Teknik polymerase chain reaction
deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya retensi
8. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh M. Tuberculosis
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.Obat utama yang dipakai dalam terapi
Tuberculosis Paru antara lain sebagai berikut :
2.9.1 Rifampisin
14
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah :
a. Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
b. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang kadang diare
c. Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
2.9.2 Isoniazid (INH)
Obat ini digunakan pada saat fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg
BB 3 Xsemingggu,50 mg /kg BB 2 X semingggu atau :BB > 60 kg :
1500 mg, BB 40-60 kg : 1 000 mg, BB < 40 kg : 750 mg
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat(penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus).Nyeri sendi juga dapat
terjadi (beri aspirin) dan kadangkadangdapat menyebabkan serangan
arthritis Gout, hal inikemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi
danpenimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksidemam, mual,
kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
15
2.9.4 Streptomisin
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg /kg BB,
fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2
Xseminggu atau : (BB >60kg : 1500 mg, BB 40 -60 kg : 1000 mg, BB
< 40 kg : 750 mg, Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali).
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatanberupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warnamerah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okulertersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekaliterjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari
atau 30 mg/kgBB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan
penglihatanakan kembali normal dalam beberapa minggu setelah
obatdihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anakkarena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
16
2.10 Pathway
Mycrobacterium Tuberculosis
Alveolus
Respon radang
Leukosit digantikan
Trakeobronkial
oleh makrofag
17
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji
meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin : TB paru bisa terjadi pada pria dan wanita
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun.
d. Pekerjaan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat
pendapatan, jenis pekerjaan
3.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien
hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau
gelengan.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
18
d. Riwayat Tumbuh Kembang:
19
3) Pola makan 3 hari terakhir/ 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan, nafsu makan.
4) Kepuasaan akan berat badan.
5) Persepsi akan kebutuhan metabolic
6) Faktor pencernaan: nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau,
gigi, mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan,
alergi makanan.
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan
SMRS)
c. Domain Eliminasi dan Pertukaran
8) Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), wana, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan menontrol BAK, adanya perubahan
lain.
9) Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc), warna,
bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubhana lain.
10) Keyakinan budaya dan kesehatan.
11) Kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri.
12) Penggunaan bantuan untuk ekskresi
13) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdmen, genetalia,
rectum, prostat)
c. Domain Aktivitas / Istirahat
1) Aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Olahraga: tipe, frekuensi, durasi, da inetensitas.
3) Aktivitas menyenangkan
4) Keyakinan tentang latihan dan olahraga
5) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi)
6) Mandiri, bergantung atau perlu bantuan.
7) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
8) Data pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular,
muskoloskeletal, neurologi)
20
9) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan
bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran setelah tidur)
10) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan)
11) Jadwal istirahat dan relaksasi
12) Gejala gangguan pola tidur
13) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
14) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk)
d. Domain Persepsi / Kognisi
1) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
pendengar, perasa, peraba)
2) Penggunaan ketidaknyaman nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
3) Keyakinan budaya terhadap nyeri
4) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
5) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
e. Domain Persepsi Diri
1) Keadan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial.
2) Identitas Personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
3) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang
disukai dan tidak)
4) Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri.
5) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran).
6) Riwayat berhubungan denan masalah fisik dan tau psikologi.
7) Data meneriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung,
gidak mau berintaksi)
21
f. Domain Hubungan Peran
1) Gambaran tentang peran berkaitan degan keluarga, teman, kerja
2) Kepuasan/ ketidak puasaan menjalankan peran
3) Efek terhadap status kesehatan
4) Petingnya keluarga
5) Struktur dan dukungan keluarga
6) Proses pengambilan keputusan keluarga
7) Pola membesarkan anak
8) Hubungan dengan orang lain
9) Orang terdekat dengan klien
10) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
g. Domain seksualitas
1) Masalah atau perhatian seksual
2) Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami/istri
3) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, peukan,
sentuhan, dll)
4) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reprosuksi
5) Efek terhadap kesehatan
6) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara,
rektum)
h. Domain Koping / Toleransi Stress
1) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
2) Tingkat stress yang dirasakan
3) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
4) Strategi mengatsai stress yang biasa digunakan dan
keefektifannya.
5) Strategi koping yang biasa digunakan
6) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
7) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga.
22
i. Domain Prinsip Hidup
1) Latar belakang budaya/ etnik
2) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya/ etnik
3) Tujuan kehidupan bagi pasien
4) Pentingnya agama/ spiritualitas
5) Dmapak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
6) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, larangan, adat)
yang dpat mempengaruhi kesehatan
j. Domain Keamanan / Perlindungan
1) Infeksi
2) Cedera fisik
3) Perilaku kekerasan
4) Bahaya lingkungan
5) Proses pertahanan tubuh
6) Temoregulasi
k. Domain Kenyamanan
1) Berisikan Kenyamanan fisik, lingkungan dan sosial pasien
l. Domain Pertumbuhan / Perkembangan
1) Berisi tentang pertumbuhan dan perkembangan klien
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
Keadaan umum pada klien dengan TB Paru dapat dilakukan
secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian
tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran
klien yang terdiri dari compos mentis, apatis, somnolen, sopo,
soporokoma, atau koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
klien dengan TB Paru biasanya di dapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan dan tekanan
darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit seperti hipertensi.
23
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB Paru meliputi pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4
(Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus
pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System ) B1 (Breathing) :
pemeriksaan fisik pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan
fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.
a. Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien
dengan TB Paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior
dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit
dari Tb Paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka
terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran
intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang
disertai etelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak
simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan
intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.
b. Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukan-
meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atau paru.
Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah
berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB
Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukanpalpasi, gerakan dada
saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara kiri dan
kanan. Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa
ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam
24
laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat
dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi
konsonan.
c. Perkusi
Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai komplikasi
seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak
pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di
rongga pleura.
d. Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar
melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan
vokal.
25
mringis, menangis,merintih, meregang, dan menggeliat.
Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB Paru dengan hemoptoe
masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan
gangguan fungsi hati.
g. B4 (Bladder): pengukuran volume output urine berhubungan
dengan intake cairan. Olek karena itu, perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi
karena meminum OBAT terutama rifampisin.
h. B5 (Bowel) : klien biasanya mengalami mual,muntah,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
i. B6 (Bone) : aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien
dengan TB Paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan,
kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
menjadi tak teratur.
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
2. Pemeriksaan CT Scan
3. Radiologi TB paru militer
a. TB paru militer akut
b. TB paru militer subakut (kronis)
4. Pemeriksaan Laboratorium
26
3.1.5 Analisa Data
Tabel 3.1 Konsep Analisa Data
No Data Masalah Etiologi Paraf
1. DO : Ketidakefektif Ketidakefektifanb IS
anbersihan ersihan jalan
1. pasien tampak batuk
jalan nafas nafas
2. suara terdengar serak
DS :
Spasme jalan
1. pasien mengatakan batuk
nafas
berdahak
2. pasien mengatakan dahak
Perubahan
tidak bisa keluar.
frekuensi nafas
3. Pasien mengatakan sesak
nafas
4. Auskultasi paru
:Terdengarsuararonkhipadapa
rukanan
27
berat badan dari kebutuhan kebutuhan tubuh
2. Pasien tampak lemah tubuh.
3. Makan tampak tidak habis 1 Kurang asupan
porsi makanan
4. Pasienmengalamipenurunnbe
ratbadan ± 6 kg Berat badan 20%
atau lebih
dibawah rentang
DS :
berat badan ideal.
28
danortopnoe,menggunakan Perubahan
otot bantu pernafasan , membran
retraksi dinding dada, batuk alveolar-kapiler.
berdahak dankental,menggun
akannafas cuping hidung Pola pernafasan
DS: abnormal.
1. klien mengatakan nafasnya
terasa sesak
2. Klien mengeluh susah tidur.
3. Klien mengatakan anaknya
batuk-batuk , berdahak.
6. DO : Gangguan pola Gangguan pola tidur IS
1. Kantong mata bawah hitam. tidur
2. Konjungtiva anemis.
imobilisasi
3. Pasien tampak lemas.
4. Pasien sering terbangun pada
malam hari. penurunan
DS : kemampuan
29
kepalanya pusing.
3. Pasien mengatakan sesak
nafas
30
3.3 Intervensi
Tabel 3.2 Konsep Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Domain 11 : Keamanan/perlindungan.
Kelas 2. Cedera fisik (00031)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas
untuk mempertahankan jalan nafas.
NOC
Kriteria Hasil :
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran gas.
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal)
31
3. Gunakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan.
4. Tentukan perlunya suktion mulut atau trakhea.
5. Aukultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction.
6. Aspirasi nasopharingeal dengan kanul suction sesuai dengan kebutuhan
7. Berikan sedatif sebagaimana mestinya.
8. Masukan nasopharingeal airway untuk melakukan suction nasotracheal sesuai
kebutuhan
9. Instruksikan pada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan
suction nasotracheal dan gunakan oksigen sesuiai kebutuhan.
Diagnosa :
Domain 4:Aktivitas/ Istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal(00032)Ketidakefektifan pola
nafas.
Definisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
NOC
Kriteria Hasil :
setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah ketidakefektifan pola nafas
dapat teratasi.
32
1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana
mestinya.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas.
4. Masukkan alat (NPA) atau (OPA) sebagaimana mestinya.
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya.
Diagnosa :
Domain 3: Eliminasi dan pertukaran
Kelas 4. Fungsi respirasi (00030) Gangguan pertukaran gas
Definisi: kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida
pada membran alveolar-kapiler
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam gangguan pertukaran gas kembali
normal.
(0402) status pernafasan : pertukaran gas
Definisi:
pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan
konsentrasi darah arteri.
1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
2. Tekanan parsial karbondioksida didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari
kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala
4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan
ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
Definsi:fasilitas kepatenan jalan nafas.
33
Aktivitas-aktivitas:
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
3.Posisikan untuk meringankan sesak nafas
4.Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya.
Diagnosa :
Domain 2: Nutrisi
Kelas 1. Makan (00002) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi:asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
(1009) status nutrisi : asupan nutrisi.
Definisi:
asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan metabolik
6.Asupan zat besi dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4
(sebagian besar adekuat)
34
NIC
(1100) manajemen nutrisi
Definisi:menyediakan dan meningkatkan intake nurisi yang seimbang.
akvifitas-aktivitas:
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya elergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
3. Tentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien.
4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan yang
lebih sehat.
Diagnosa :
Domain 4: aktivitas/istirahat
Kelas 1. Tidur/istirahat (000198) Gangguan pola tidur
Definisi:interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam masalah gangguan pola tidur dapat
teratasi.
(0003) istirahat
Definisi:berkurangnya kuantitas dan pola aktifitas untuk memulihkan mental dan
fisik.
1. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
(tidak terganggu)
2. kualitas istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
(tidak terganggu)
3. beristirahat secara fisik dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi
skala 5 (tidak terganggu)
4. beristirahat secara mental dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi
skala 5 (tidak terganggu)
35
NIC
(1850) peningkatan tidur
Definisi:memfasilitasi tidur/siklus bangun teratur.
Aktivitas-aktivitas:
1. tentukan pola tidur pasien
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama penyakit dan lain-lain
3. monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik.
4. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur.
5. Mulai/terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat,pemberian posisi
dan sentuhan efektif.
6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur.
7. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.
Diagnosa :
Domain 4: aktifitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal (00092) Intoleran aktivitas
Definisi:ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktifitas
tercapai.
(0002) konservasi energi
Definisi:tindakan individu dalam mengelola energi untuk memulai dan
mempertahankan aktivitas.
36
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)
37
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
38
2. Faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi dari skala 1 (tidak ada
pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
3. Faktor resiko dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala
4 (pengetahuan banyak)
4. Tanda dan gejala dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi
skala 4 (pengetahuan banyak)
5. Proses perjalanan penyakit biasanya dari skala 1 (tidak ada pengetahuan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
6. Strategi untuk meminimalkan
Perkembangan penyakit dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
NIC
(5602) pengajaran: proses penyakit
Definisi: membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan dengan
proses penyakit secara spesifik.
Aktivitas-aktivitas:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik.
2. Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya.
3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan.
4. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
5. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisi, sesuai kebutuhan.
6. Berikan informasi kepada keluarga yang penting bagi pasien mengenai
perkembangan pasien sesuai kebutuhan.
7. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol/meminimalkan gejala
sesuai kebutuhan.
39
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2019. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2019. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
41