Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

TB PARU PADA ANAK

Dosen Pengampu: Sri Hartini, S.kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Nadia Mazaya (2019012190)


2. Nailil Hidayati Maulidika (2019012192)
3. Nailil Muna (2019012193)
4. Nova Fitri Nurdiana (2019012194)

PSIK 4B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA

TAHUN 2020/2021

Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudu

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat
Menyelesaikan makalah Keperawatan Anak ini yang disusun berdasarkan materi
yang telah ditentukan; Materi yang kami tulis dalam makalah ini memang masih
minim , karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri
untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan
makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat
mahasiswa lebih aktif dan giat dalam belajar.

Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dapat
mendampingi kita dalam proses belajar,kami juga mengucapkan terima kasih
banyak atas dukungan dari teman – teman dan dosen pembimbing kami.

Kudus,25 Februari
2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Mantaat .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3
A. Pengertian .......................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................. 3
C. Klasifikasi .......................................................................................... 3
D. Gejala Klinis ...................................................................................... 3
E. Patofisiologi ....................................................................................... 4
F. Epiderniologi dan penularan TBC ..................................................... 5
G. Komplikasi ......................................................................................... 6
H. Pencegahan ........................................................................................ 6
I. Penatalaksanaan ................................................................................. 6
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 12
A. Subjective Data .................................................................................. 12
B. Objective Data ................................................................................... 14
C. Assesment .......................................................................................... 15
D. Planning ............................................................................................. 15
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 18
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai denganpembentukan
ranulorna pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi penyakit TB Paru bila tidak
ditangani aengan benar akan menimbullan kompiikasi seperti: pleuritis, efusi
pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia tenis bertarnbah. Sejauh mi, Asia
termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap
30 detik, ada satu pasien di Asia mcninggal dunia akibat penyakit mi. Sebelas dan
22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di antaranya
Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dan lima penderita TB di
Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia, angka
kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dan korban
meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dan 500.000 kasus baru
TB, dan 75 perscn penderita termasuk kelompok usia produktif Jumlah penderita
TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan China.
Menurut Diah Erti Mustikawati, Kepala sub bidang direktorat
pcngendalian penyakit Tuberkulosis Kemenkes, jumlah penderita TB paru—paru
anak pada 2011 rnencapai 10% hingga 12% dan seluruhjumlah kasus TB.
Berdasarakan data Riskesdas 2007 (Balitbangkes, 2008), pada 2010, Indonesia
menduduki urutan kc-4 jurnlah penderitaTB terbanyak didunia dengan 450 ribu
kasus.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat lebih dan 250 ribu
anak terserang TB dengan angka kematian 100 ribu anak setiap tahunnya.
Biasanya anak penderita TB yang beresiko mengalarni kematian adalah anak yang
mengalami TB berat, seperti TB milier, TB meningitis, TB usus, dan TB hati.
Resiko kematian tinggi lainnyajuga di alami oleh bayi bemsia kurang dan 6 bulan,
anak dengan gizi buruk, serta anak yang terkena HIV atau penyakit ganas lainnya.
Berdasarkan data yang terkumpul di poli anak RSUD. Ratu Zalecha
Martaura, tercatat 493 penderita TB paru-paru mulai dan januari sainpai
denganjuni 2012. 72 penderita pada bulan Januari, 76 penderita pada bulan
Februari, 87 penderita di bulan Maret, 91 penderita pada bulan April, 85 penderita
pada bulan Mei, dan 82 penderita pada bulan Juni. Pada kasus TB paru ini
terdapat 1,6% diantaranya berusia dibawah 6 bulan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Untuk megetahui asuhan keperawatan Anak I yang menderita TB Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan definisi TB Paru
b. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh.
c. Untuk menjelasan cara penularan TB paru
d. Untuk menjelaskan pencegahan dan pengobatan TB paru

1
e. Untuk menjelaskan peran perawat dalam rnelaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan TB Paru.

C. Manfaat
1. Untuk inengetahui definisi TB Paru.
2. Untuk rnengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui cara penularan TB ani
4. Untuk rnengetahui pencegahan dan pengobatan TB paru.
5. Untuk rnengetahui peran bidan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan TB Paru.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
• Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapatjuga ditularkan ke bagian tubuh Iainnya,
temtarna meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2002).
• Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Smeltzer, 2002).
• Tuberkulosis atau TB ( singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacteriurn tuberculosis (id.wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa detinisi mengenai tuberkulosis diatas, maka
dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) pam adalah suatu penyakit infeksius
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkirn
paru, bersifat sistemis sehingga dapat rnengenai organ tubuh lain, terutama
meningen, tulang, dan nodus lirnfe.

B. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1 -4/um dan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kirnia, fisik, sifat lain dan kuman ini adalah aerob
yang menyukai daerah yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi
daerah yang tinggi kandungan oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini
yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.

C. Klasifikasi
Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori:
1. Kategori 1: ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus
baru dengan batuk TB berat.
2. Kategori II: ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan
sputum BIA positf.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstr? paru selain dan yang disebut dalam
kategori I.
4. Kategori IV: ditujukan terhadap TB kronik.

D. Gejala Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit
yang rnernpunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demani. Pada sejurnlah penderita gejala yang
timbul tidakjelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
I. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk

3
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering di.keluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kernudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercakbercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim pam sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti .efusi pleura, pneumothorax, anemia
dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada .pada TB :paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sisternik, nieliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam ban mirip demam influeza, hilang timbul dan makin larna makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sisternik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penumnan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupunjarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

E. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis
(TBC) terjadi melalui udara, yaitu rnclalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkcl yang berasal dan orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektorya adalah rnakrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diiinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak
rnenyebabkan penyakit. Seteiah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit poiirnorfonuklear tampak pada
ternpat tersebut dan memfagosit bakteri narnun tidak rnembunuh organisme
tersebut. Setelah han-han pertanla leukosit diganti oleh rnakmfag Alveoli yang
terserang akan mengalarni konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapatjuga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga nienyebar melalui getah bening
menuju ke kelenjar getah bcning regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel

4
epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini rneinbutuhkan waktu 10-20
hari.
Nekrosis bagian sentral lesi rncrnbcrikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosu. Bagian ini disebut
dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dan sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan Fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan konipleks
Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dan dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kcmbali di bagian lain di paru-pani,
atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer
menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Rila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi
pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Kcedaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau inembentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lobs melalul kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat inenimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.

F. Epiderniologi dan Penularan TBC


Dalam penularan infeksi Mycohacterium tuberculosis hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Reservoir, suinber dan penularan
Manusia adalah reservoir paling umum, sekret saluran pernafasan dan orang
dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu
empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa
beberapa tahun.
3. Masa dapat menular

5
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang
dibatukkan atau dibersinkan.
4. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi
diberii vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis pam stadium lanjut yaitu:
• Hemoptisis berat (perdarahan dan saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
• Atelektasis (pam mengembang kurang sempuma) atau kolaps dan lobus
akibat retraksi bronchial.
• Bronliektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal. Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis lainnya yaitu terjadi
pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan
antara lain menimbulkan pneurnothoraks, eftisi pleural, dan gagal nafas, sedang
diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus. meningitis serosa, dan
tuberkulosis milier.

H. Pencegahan
• Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BG sebaiknya dibenikan sejak
anak masih kecil agar terhindar dan penyakit tersebut.
• Bila ada yang dicunigai sebagai pendenita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak mcnjadi pcnyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
• Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
• Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
• Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan
dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi
udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
• Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengcluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan
untuk mengurangi aktivitas keija serta menenangkan pikiran.

I. Penatalaksanaan
1. Promotif
a. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
b. Pemberitahuan baik melalui spanduk / iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko.
c. Mensosialisasiklan BCG di rnasyarakat.
2. Preventif
a. Vaksinasi BCG

6
b. Menggunakan isoniazmd (INH)
c. Membersihkari lingkungan dan tempat yang kotor dan lembab.
d. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
3. Kuratif
a. Obat TB yang digunakan (Medika Mentosa)
1). Isoniazid
INH adalah obat antituberkulosis yang cfektif saat ini bersifat bakterisid
dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif yaitu kuman
yang sedang berkenibang dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang diam.
Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat herdifusi kedalain
seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal (CSS), cairan
pleura, cairnn asites, jaringan caseosa dan angka timbulnya reaksi simpang
(adverse rcaction) sangat rendah. Dosis harian INH biasa diberikan 5-15
mg/kgBB/hari, max 300 mg/han, secara peroral, diberikan lx pemberian. INH
yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet 100 mg dan 300 mg dan dalam
bentuk sirup 100 mg/S ml.
INH mempunyai 2 efek toksik utama yaitu hepatotoksik dan neuritis
perifer, tetapi keduanya jarang tealadi pada anak, tetapi fIekuensinya meningkat
dengan bertambahnya usia. Flepatotoksik mungkin terjadi ada remaja atau anak-
anak dengan tuberkulosis berat. ldealnya perlu pernantauan kadar transaminase
ada 2 bulan pertama. Hepatotoksik akan meningkat apabila INH diberikan
bersama dengan Rifampisin dan PZA. Penggunaan INH bersama dengan
fenobartbital atau fenitoin dapat meningkatkan resiko hepatotoksik. INH tidak
dilanjutkan pemberiannya pada keadaan kadar transarninase serum naik lebih dan
3x harga normal atau terjadi manifestasi klinik hepatitis, berupa mual, rnuntah,
nyeri perut dan kuning.
Neuritis perifer timbul akibat inhibisi kompetitif karena metabolisme
piridoksin. Kadar piridoksin berkurang pada anak yang menggunakan INH tetapi
manifestasi klinisnya jarang sehingga tidak diperlukan piridoksin tambahan.
Manifestasi klinis neuritis perifer yang paling sering adalah mati rasa atau
kesemutan pada tangan dan kaki. Piridoksin diberikan lx sehari 25- 50 mg atau 10
mg piridoksin tiap 100 mg INH.
Manifestasi alcrgi atau hipersensitivitas yang disebabkan INH jarang
terjadi. Efek samping yang jarang terjadi antara lain pelagra, anemia hemolitik
pada pasien dengan defisiensi enzim G6PD, dan reaksi mirip lupus yang disertai
ruarn dan artritis.
2). Rifampisin
Rifampisin bersifat bakteriosid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki
semua jaringan, dapat membunuh kuman semi-dormand yang tidak dapat dibunuh
oleh INH. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada
saat pcrut kosong, dan kadar serum puncak tercapai dalam 2 jam. Saat ini
nifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10- 20mg/kgbb/hari,
maksimal 600mg/han dengan dosis 1 kali pembenian perhari. jika diberikan
bersama INIl, dosis rilampisin tidak melehihi ISmg/kghb/hari dan dosis INTl
tidak melebihi l0mg/kgbb/hari. Seperti halnya INH, rifampisin didistribusikan
secara luas ke jaringan dan cairan tubuh, termasuk CSS. Ekskresi rifampisin

7
terutama terjadi melalui traktus biliaris. Kadar yang efektif juga dapat ditemukan
diginjal dan urin. Efek samping rifampisin lebih sering terjadi daripada INH.
Efek samping rifampisin adalah gangguan gasirointestinal (mual dan
muntah) dan hepatotoksisitas (ikterus atau hepatitis) yang biasanya ditandai oleh
peningkatan kadar transaminase serum yang asimplomatik. Rifampisin dapat
mcnycbabkan trombositopcnia. Rifampisin umumnya tersedia dalam sediaan
kapsul 150 mg, 300 mg dan 450 mg. sehingga kurang sesuai untuk digunakan
pada anak-anak dengan berbagai kisaran berat badan.
3). Pirazin amid
Pirazinamid adalah derivat dan nikotinamid berpenetrasi balk pada jaringan
dan cairan tubuh termasuk SSP, cairan serebrospinal, baktenisid hanya pada
intrasci pada suasana asam, dircsorbsi baik pada saluran pencernaan. Pembenian
PZA secara oral dengan dosis 15- 30mm/kgbb/hari dengan dosis maksimal
2g/haii. Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet 500mg. efek samping PZA
adalah hepatotoksisitas, anoreksia, dan iritasi saluran cerna. Reaksi
hipersensisitivitas dan hiperunisemia jarang timbul pada anak.
4). Etambutol
Etambutol jarang diherikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada
mata. Dosis ctambutol (EMB) 15-20mg/kg/hari. Maksimal l,25g/hari dengan
dosis tunggal. Ekskresi terutama lewat ginjal dan saluran cerna. EMB tersedia
dalam tablet 250mg dan 500mg. Memiliki aktivitas bakteriostatik dan berdasarkan
pcngalaman, dapat mencegah timbulnya resistcnsi terhadap obat-obat lain. EMB
dapat bersifat bakteriosid, jika diberikan dengan dosis tiriggi dengan tcrapi
intermiten. EMB tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan
meningitis. EMB ditoleransi dengan balk pada dewasa dan anak-anak pada
pemberian oral dengan dosis 1 atau 2 kali sehari. Kemungkinan toksisitas utama
adalah neuritis optik dan huta wama merah-hijau. Tidak terdapat laporan toksisitas
optik pada anak-anak.
5). Streptoinisin
Streptomisin bersifat hakteriosid dan bakteniostatik. Kuman ekstraseluler
pada keadaan hasa atau netral, jadi tidak efektif membunuh kuman intraseluler,
Streptomisin dapat diberikan secara TM dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari,
maksimal 1 gram perhari, kadar puncak 40-50 mikrogram permililiter dalam
waktu 1—2 jam Streptomicin sangat baik melewati selaput otak yang meradang,
tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang. Streptomisin
berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, dieksresi melalui ginjal.
Toksisitas utama streptomisin terjadi jada nervus kranial VIII yang rnengganggu
keseimbangan dan pendengaran berupa telinga berdengung (tinismus) dan pusing.

b. Panduan obat TB
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 2 macam obat dan
diberikan dalam waktu relatil lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2
lase yaitu fase intensic (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan.
Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat
dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian
obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman, juga untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya relaps.
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni :

8
1). Tahap intensif( initial ), dengan memberikan 4-5 macam obat anti TB per
hari dengan tujuan
- Mendapatkan konversi sputum dengan ccpat ( efek baktcnisidal)
- Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
- Mencegah timbulnya resistensi obat
2). Tahap lanjutan (continuation phase), denga hanya memberikan 2 macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan :
- Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi )
- Mencegah kekambuhan
Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dan 33
kg, 33 -50 kg dan lebih dan 50 kg.
Pengobatan dibagi atas 4 katagori yakni
a). Katagori I
Ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan sputum negative
TB usus, TB genito urinarius.
• Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan 2RHZS ( E). Bila setelah
dua bulan BTA menjadi negatit diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila
setelah dua bulan masih positif, tahap intensif diperpanjang lagi selarna 2 - 4
minggu dengan 4 macam obat. Pada populasi dengan resistensi primer
terhadap INH rendah pada tahap intensifcukup diberikan 3 macam obat
yakni RHZ.
• Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3. Pasien
dengan TB berat (meningitis, TB diseminata, spondilitis dengan kelainan
neurologis ), R dan H harus dibenikan setiap han sclarna 6 - 7 bulan. Paduan
obat alternatif adalah 6 HE ( T).
b). Kategoni II
Ditujukan terhadap :
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTApositif
• Pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZE/IRHZE. Bila
setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap
lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap
intensif tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE. Bila setelah 4
bulan BTA masih juga positif pengobatan dihentikan selama 2 - 3 hari, lalu
diperiksa pasien dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan
dengan tahap lanjutan. Bila pasien masih mempunyai data resistensi BTA
dan ternyata BTA masih sensitif terhadap semua obat dan setelah tahap
intensif BTA menjadi negatif, maka tahap lanjutan harus diawasi dengan
ketat di RS rujukan. Kemungkinan konversi sputum rnasih cukup besar.
Bila data menunjukkan resiten tenhadap R dan H, maka kcmungkinan
kebcrhasilan menjadi kecil.
• Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 5 RHE atau paduan 5
R3H3E3 yang perlu diawasi dengan ketat. Rila sputum BTA masih tetap
positif setelah selesai tahap lanjutan, maka pasien tidak perlu diobati lagi,
c). Kategori III
Ditujukan terhadap
Kasus BTA negatif dengan keainan pam yang tidak luas.

9
- Kasus TBC ekstra pani selain yang disebut dalam kategori I
• Pengobatan tahap intensif dengan panduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3
• Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2R11 atau 2 R31-13. Bila
kelainan pam lebih luas dan 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum
remisi sempurna, maka tahap lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja
selama empat bulan lagi. Paduan obat alternatif adalab HE (T)
d). Kategori IV
Ditujukan terhadap kasus TB kronik.
Prioritas pengobatan disini rendah, terdapat resistensi terhadap obat-obat
anti TB (sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin
perlu dirawat beberapa bulan dan dibenikan obat-obat anti TB tingkat dua yang
kurang begitu efektif, lebih mahal dan lebih toksis.
Di negara yang maju dapat diberikan obat-obat anti TB eksperimental
sesuai dengan sensitivitasnya, sedangkan di negara yang kurang mampu cukup
dengan pemberian H seumur hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan
penularan
c. Evaluasi basil pengobatan
Evaluasi pengobatan dilakukan setelah 2 bulan. Diagnosis TB pada
anak sulit dan tidak jarang terjadi salah diagnosis. Apabila benespon pengobatan
baik yaitu gejala klinisnya hilang dan tenjadi penambahan berat badan. maka
pengohatan dilanjutkan. Apabila respon setelah 2 bulan kurang balk. yaitu gejala
masih ada, tidak terjadi penambahan berat badan, maka obat anti TB tetap
dibenikan dengan tambahan merujuk ke sarana lebih tinggi atau ke konsultan paru
anak.
Apabila setelah pengobatan 6-12 bulan terdapat perbaikkan klinis, seperti
berat badan mengingkat, napsu makan membaik, dan gejala-gejala lainnya
menghilang, maka pengobatan dapat dihentikan. Jika masih terdapat kelainan
gambaran radiologis maka dianjurkan pemeriksaan radiologis ulangan.
d. Pengobatan dengan non medika mentosa
1). Pendekatan DOTS
DOTS adalah strategi yang tclah dirëkomcndasi oleh WHO dalam
pelaksanaan program penanggulangan TB. Penanggulangan dengan strategi
DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Sesuai rekomendasi
rckorncndasi WHO, maka strategi DOTS tcrdiri atas 5 komponen, yaitu sebagai
berikut.:
- komitmen politis dan para pengambil keputusan tenmasuk dukungan dana.
- Diagnosis THE’ dengan pcmcriksaan dahak sccara rnikroskopis
- Pengobatan dengan panduan OTA jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh pengawas nienelan obat (PMO)
- Kesinambuugan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
- Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penganggulangan TBC
2). Sumber penularan dan case finding
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan
melakukan kontak erat dengan anak tcrsebut. Pelacakan dilakukan dengan cana
pcmeniksaan radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal). Selain itu perlu
dicari pula anak lain di sekitarnya yang mungkin tertular dengan uji tuberkulin.

10
Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnestik, pemeriksaan fisik, dan
pcmeniksaan penunjang, yaitu uji tuberkulin.
3). Aspek sosial ekonomi
Pengohatan tuherkulosis tidak terlepas dan masalah sosio ekonomi,
kanena pengobatan TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalani jangka
waktu yang cukup larna, maka memerlukan biaya yang cukup besar. Edukasi
ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui tentang tuberkulosis.
Pasien TB anak tidak perlu diisolasi. Aktifitas fisik pasien TB anak tidak perlu
dibatasi, kecuali pada TB berat.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT DENGAN TB PARU
DI RSUD. RATU ZALECHA MARTAPURA
Hari/tanggal pengkajian : 05 Juli 2012
Jam pengkajian : 10.00 wita
Tempat pengkajian : Poli Anak RSUD. Ratu Zalecha Martapura

A. SUBJEKTIF DATA
1. Identitas Anak
Nama : An. I
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2.
Orang tua AYAH IBU
Nama Tn. B Ny. E
Umur 36 Tahun 26 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bnagsa Jawa / Indonesia Banjar/ Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta IRT
Alamat Asam-asam Rt. 18/08, Pelaihari Asam-asam Rt. 18/08, Pelaihari

Keluhan Utama
Ibu mengatakan tampak benjolan pada leher anak, sesak nafas, keluar
keringat pada malani han dan ingin rnerneriksakan keadaan anaknya.
3. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke : 1
b. Tempat ANC : Puskesmas dan bidan
c. Imunisasi TT : Lengkap
d. Obat yang pcmah diminum selama hamil : Fe, Kalk, B 12
e. Masalah yang pemah dialarni sejak hamil :
4.
No Kehamilan/masalah UK Tindakan Olah Ket
1 Susah tidur 10 Konseling & Bidan -
minggu health education

a. Persalinan ke : 1
b. Tempat Persalinan : Bidan
c. Masalab saat Persalinan : tidak ada
d. Cara Persalinan : Spontan Pervaginaan
e. Lama Persalinan :
- Kalal : l0 jam - Kala III : 6 menit
- Kala 11 : 45 menit - Kala IV : 2 jam
f. Keadaan bayi saat lahir
Keadaan Umum : baik
Segera menangis : ya
PB : 49cm

12
BB : 2600 gram
5. Riwayat Kesehatan
a. Anak
anak tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
penyakit menurun seperti asma dan DM, penyakit menahun seperti jantung.
b. Keluarga
Dari pihak keluarga pernah menderita penyakit menular seperti TBC, tidak
pernah menderita hepatitis, penyakit menurun seperti asma dan DM,
penyakit menahun seperti jantung.
6. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Tempat Pelayanan
Vit. K Segera setelah lahir Bidan
Hbo 0-7 hari Bidan
Hepatitis B1 2 bulan Puskesmas
Hepatitis B2 3 bulan Puskesmas
Hepatitis B3 4 bulan Puskesmas
BCG 1 bulan Puskesmas
Polio 1 2 bulan Puskesmas
Polio 2 3 bulan Puskesmas
Polio 3 4 bulan Puskesmas
Polio 4 9 bulan Puskesmas
DPT 1 2 bulan Puskesmas
DPT 2 3 bulan Puskesmas
DPT 3 4 bulan Puskesmas
Campak 9 bulan Puskesmas
7. Kebutuhan Biologis
a. Kebutuhan Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : nasi, sayur, ikan, telur, buah, susu
Frekuensi : 2x sehari
Banyaknya : ½ piring
b. Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1x sehari frekuensi : 4x sehari
Konsistensi : lembek warna : kuning
Warna : kuning bau : pesing
Masalah : tidak ada masalah : tidak ada
c. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari (dibantu orang tua)
Gosok gigi : 2x sehari (dibantu orang tua)
Ganti pakaian : sesuai kebutuhan
Penggunaan popok anti tembus : tidak menggunakan
8. Data Psikososial dan Spiritual orang tua dan keluarga
a. Tanggapan anak tentang keadaan dininya Belum mengerti tentang didnya
b. Tanggapan keluarga terhadap anaknya : Baik
c. Pengambil Keputusan dalam keluarga : Ayah
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak : Baik, keluarga
rnengetahuinya dan tenaga kesehatan

13
B. OBJEKTIF DATA
1. Perneriksaan Umum
a. Keadaan Urnurn : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV : - Nadi : 99x/menit - Respirasi : 37x/menit
- Suhu : 36,5 °C
2. Pemeriksaan Antropometri
BB : 8 Kg
PB : 68 cm
Lingkar Kepala : 36 cm
Lingkar Dada : 34cm
Lila : 11 cm
3. Pemeriksaan Khusus
• Kepala: kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak ada benjolan
• Muka : tidak tampak pucat, tidak ada oedern
• Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
• Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen
• Hidung : simetris, tidak tampak ciiping hidung, tidak tampak sumbatanjalan
• Mulut : bibir tidak tampak pucat, tidak ada sariawan, pertumbuhan gigi
merata
• Leher : tampak pernbengkakan vena jugularis dan tidak tampak
pembengkakan kelenjar tiroid pernafasan sime(ris antara inspirasi dan
ekspirasi,
• Mamae : sirnetris, tidak ada pengeluaran cairan pada putting susu
• Abdomen : tidak tampak benjolan
• Ekstremskas : simetris,jari tangan lcngkap, tidak tcrdapat sindaktil dan
• Ekstnrnitas bawah simetris, tidak tampak fraktur,jari kaki lengkap, tidak
terdapat sindaktil dan polidaktil
• Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan Perkembangan Anak
a. Kemampuan Bahasa Anak

No Kemampuan Umur Pencapaian


1 Menangis 0 bulan
2 Mengoceh 3 bulan
3 Tertawa 4 bulan
4 Berbicara 2 kata 10 bulan
Ex : mama, papa
b. Kernarnpuan Umur Pencapaian
No Kemampuan Umur Pencapaian
1. Menggenggam 4 bulan
2. Menggigit mainan 5 bulan
3. Menunjuk mainan 7 bulan
4. Mengambil mainan 7 bulan
5. Duduk 8 bulan
6. Mencoret-coret 11 bulan
c. Kemampuan Motorik Kasar
No Kemampuan Umur Pencapaian

14
1. Refleksi menggengam benda yang menyentu
telapak tangan. 1 bulan
2. Menegakkan kepala saat ditelungkupkan. 3 bulan
3. Tengkurap. 3 bulan
4. Berguling ke kanan dan ke kiri. 4 bulan
5. Melempar benda yang dipegang. 6 bulan
6. Merangkak ke segala arah. 8 bulan
7. Duduk tanpa bantuan. 8 bulan
8. Berdiri dengan bantuan. 9 bulan
9. Bertepuk tangan 9 bulan

d. Adaptasi sosial
No Kemampuan Umur Pencapaian
1. Menangis untuk mengekspresikan 0 bulan
ketidaknyamanan
2. Menatap dan tersenyum 3 bulan
3. Menempelkan kepala bila merasa nyaman
dalam pelukan/gendongan 3 bulan

5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Hb : 12,7 gr% - Jumlah eritrosit : 4,92/mm3
- Jumlah leukosit : 9700/mm3 - SGOT : 25 U/I
- Jumlah trombosit : 549.000/mm3 - SGPT : 18 U/I
- LED

Radiologi : Thorax
- Bercak infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan limfonodi
hillus minimal, curiga e.c. spesifik proses
- Kedua sinus c.f lancip
- Konfigurasi cor normal

C. ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan : An. I, umur 1 tahun dengan TB paru
Masalah : Benjolan di leher belakang
Kebutuhan : Konseling, health education dan Kolaborasi dengan dokter

D. PLANNING
1. Memberitahu orang tua pasien hasil pemeriksaan yaitu
- BB : 8 kg - PB : 65 cm
- Nadi : 99x/menit - Respirasi : 38x/menit
- Temp : 36,5°C - Hh : 12,7 gr%
- Jumlah critrosit : 4,92/mm3 - SGOT : 25 U/I
- Jumlah Leukosit : 9700/mm3 - SGPT : 18 U/I
3
- Jumlali trombosit: 549.000/mm - LED :

15
Hasil pemeriksaan Radiologi: Thorax
- Bercak infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan limfonodi
hillus minimal, curiga e.c. spesifik proses.
- Kedua sinus c.flancip
“orang tua pasien mengetahui hasil pemeriksaan anaknya bahwa terdapat
flek pada paru-paru atau biasa di sebut dengan TB paru”
2. Memberitahu orang tua pasien tentang TB pani: Tuberculosis paru adalah
penyakit infeksi pada i,aru yang disebabkan oleh mycobacteriurn
tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.
“Orang tua pasien mengerti tentang TB paru”
3. Memberitahu orang tua cara penularan TB paru, yaitu : kontak langsung
dengan penderita TB pant, makanan, droplet ( dahak/liur), alat-alat makanan
dan alat mandi yang dipakai bersama dengan penderita TB paru, “orang tua
mengerti cara penularan TB Paru”
4. Menganjurkan orang tua agar anaknya tidak rneludah sembarangan, apabila
batuk anjurkan untuk di tutup. Hal ini dimaksudkan agar tidak menular pada
orang lain.
“Orang tua bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan”
5. Menganjurkan orang tua untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk
anaknya seperti makanan dengan gizi seimbang: nasi, bubur, sayur (sawi,
bayarn, wortel, kentang, dll), telur, ikan, buah-buahan, dan susu sebagai
tambahan ataupun pendamping asi. Dan memberikan makanan sedikit tapi
sering guna memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya
“Orang tua mengerti dan bersedia rnclaksanakan anjuran yang diberikan”
6. Menganjurkan orang tua agar anaknya mendapatkan istirahat yang cukup,
serta menganjurkan orang tua untuk mengawasi kcgiatan anaknya dan
hindari tcrialu banyak bcrrnain atau beraktivitas agar anak tidak kclclahan
yang bisa menycbabkan anak sesak napas, karena ketidakseimbangan suplai
oksigen. Dan untuk mengurangi kebutuhan metabolik scrta menghemat
energi untuk proses penyembuhan.
“Orang tua mengerti dan bersedia nielaksanakan anjuran yang di berikan”.
7. Menganjurkan orang tua untuk menjaga kebcrsihan anaknya, menjaga
kebersihan rumah, memperbaiki saluran ventilasi untuk memperlancar udara
yang keluar masuk, usahakan sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah
agar rurnah terhindar dan kuman dan bakteri.
“Orang tua bersedia melaksanakan anjuran yang sudah di berikan”
8. Memberikan orang tua obat anti TB untuk anaknya, yaitu:
- Isoniasid 50 mg lxi tablet/hari
- Pirazinamid 150mg lxl/hari
- Rifamicin 75mg 1x1/hari
- B6 (Pirodoksin) 100mg lxi tablet/hari
Untuk obat anti TB, di minum secara teratur setiap hari saat perut kosong
(setelah bangun tidur) dan vitamin b6 diminum setelah makan. Konsumsi
obat tidak boleh terputus sampai 6 bulan untuk proses penyembuhan.
“orang tua mengerti dan bersedia rnemberikan obat anti Tb sesuai anjuran”
9. Memberitahu orang tua efek samping dan pemberian obat dan
penatalaksanaan keluhan antara lain :
Efek Samping Penyebab penatalaksanaan

16
Tidak ada nafsu Rifamisin Semua OAT diminum
makan, mual, sakit malam sebelum tidur
perut
Nyeri sendi Pirasinamin Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa INH Beri Vitamin B6 (piridoxin)
terbakar di kaki 100mg per hari
Warna kemerahan Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa,
pada air seni (urine) tapi perlu penjelasa kepada
pasien
Gatal dan kemerahan Semua jenis Berikan dulu anti –
kulit OAT histamin, samnil
meneruskan OAT dengan
pengawasan ketat
Ikterus tanpa Hampir semua Hentikan semua OAT
penyebab lain OAT sampai ikterus menghilang
Bingung dan mumtah- Hampir semua Hentikan semua OAT,
muntah (permulaan OAT segera lakukan tes fungsi
ikterus karena obat) hati
“Orang tua mengerti penjelasan yang diberikan”
10. Menjelaskan pada orang tua bahwa anaknya di rujuk kembali ke puskesmas
yang tendekat dengan rumah untuk mempcnmudah proses penyembuhan
anaknya.
“orang tua rnengerti penjclasan yang di berikan”
11. Menganjurkan orang tua untuk melakukan kunjungan ulang setiap 2 bulan 1
kali untuk mengetahui keberhasilan pengobatan yang di berikan. Dan
melakukan kunjungan ulang pada bulan ke-6 ( sebelum obat habis ) untuk
evaluasi apakah ada respon baik dan pengobatan yang di lakukan seperti
peningkatan berat badan, napsu makan membaik dan gejala-gejala lainnya
menghilang, maka pengobatan dapat dihentikan. Jika masih terdapat
kelainan gambaran radiologis maka anjurkan untuk melakukan perneniksaan
laboratorium dan radiologis ulangan
“Onang tua bersedia melaksanakan anjunan yang di berikan”

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas rnengenãi kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pclaksanaan manajernen asuhan kebidanan pada an. I umur I tahun
menderita penyakit TB Paru di Poll Anak BLUD. Ratu Zalecha Martapura.
TB paru ini merupakan penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacteriurn tuberculosis. Penyakit TB Paru ini menular melalui udara, dahak,
kontak langsung dengan penderita TB, dan dan makanan.
Faktor- faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium
tuberculosis:
- Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan
secara genetic.
- Jenis kelamin: angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak
perempuan.
- Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
- Nutrisi: status nutrisi yang kurang.

A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar


Pengumpulan data dasar unerupakan proses manajemen asuhan
kebidanan yang di tujukan untuk pengumpulan informasi mengenai
kesehatan lisik, psikososial maupun spiritual. Pengurnpulan data di lakukan
melalui anamnese, pcmcriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium.
Menurut teori yang ada, TB paru ini merupakan penyakit infeksi pada
paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan studi
kasus “An. I” dengan TB pant, maka di lakukan pengobatan secara intensif
sampai 6 bulan.
B. Merumuskan diagnosa/ rnasalah aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan, harus
berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan di
tunjang oleb beberapa data, balk data subjektifrnaupun data objektif serta
pemeriksaan penunjang seperti Laboratorium dan Radiologi.
Pada study kasus “An. I”, di pcroleh diagnosa “An. I urnur I tahun
dengan TB Paru”, tampak flek-flek di paru pada basil foto thorax.

C. Rencana asuhan kebidanan


Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang
komprehensif di tujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi
klien serta hubungan dengan masalah yang di alami klien. Rencana tindakan
harus di setujui oleh orang tua klien dan sernua tindakan yang diambil harus
berdasarkan rasional yang relevan dan di akui kebenarannya.
Pada “An. I urnur I tahun dengan TB Paru, penulis merencanakan
asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yaitu inform consent, ben support
pada keluarga dan klien, berikan obat anti TB yaitu Isoniasid 50mg IxI
tablet/han, Pirazinamid 150mg IxI/hani, Rifamicin 75mg I xl/hari, B6
(Pirodoksin) 100mg lxi tablet/hari

18
D. Evaluasi
Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari
proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian
tujuan.
Pada tinjauan pustaka, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah
pemberian obat anti TB pada klien, serta pendidikan kesehatan antara lain :
- Anjuran untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk klien
- Anjuran untuk mencegah penularan
- Anjuran untuk menjaga kebersihan rurnah dan perbaikan ventilasi
- Anjuran untuk pemberian obat anti TB sesuai dosis
“Orang tua mengerti dan bersedia melaksanakan arijuran yang sudah di
berikan”

19
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
TB rnasih merupakan rnasalah mortalitas dan morbiditas di negara-
negara berkembang. TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberian irnunisasi BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu
penderita TB dewasa. Disamping itu dengan adanya penyakit karena HIV, maka
perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Diagnosis TB pada anak
sering sulit karena gambaran rontgcn paru dari gambaran klinis tidak selalu khas
dan sedangkan penemuan basil TB sulit.
TB Paru disebabkan oleh Mycohakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M
Bovis dan M. Avium. Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, Anoreksia,
Dispneu, Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning, Demam. Batuk, Sesak nafas,
Nyeri dada, Malaise.
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah
- Isoniazid (INK): selama 6-l2 bulan
1. Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
2. Dosis Profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari sekali sehari
3. Dosis maksimum : 500 mg/hari
- Rifampisin (R) : selama 2 – 3 bulan pertama
1. Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
2. Dosis maksimurn : 600 mg/hari
- Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
2. Dosis maksimum : 2 gram/hari
- Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali
sehari
2. Dosis maksimum : 1250 mg/hari
- Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
1. Dosis : 15-40 mg/kg/han diberikan sekali sehari intra
muskular
2. Dosis maksimum : 1 gram/hari

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengcmukakan beberapa
saran:
1. Saran untuk tenaga kesehatan
a. Diharapkan seorang tenaga kesehatan agar lebih profesional dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini
kasus-kasus patologi khususnya dalam kasus TB paru pada anak
b. Diharapkan seorang tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya di
perlukan adanya kerjasamn antar tim dan di perlukan ketersediaan dana dan
pnasarana yang memadai dan meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada
klien.

20
c. Dalam mengikuti program pengobatan maka perlu kiranya petugas
kesehatan perlu ditingkatkan intensitas dalam melakukan bimbingan,
pengawasan terhadap penderita (sepelti istilah menjemput bola bukan
menunggu bola) secara rutin dan kontinu.
d. Untuk meningkatkan kepatuhan penderita TBC pam daLam mengikuti
program pengobatan maka perlu ditingkatkan penyuluhan baik “dor to dor”
atau pun secara kolektif kepada penderita TBC.
2. Saran untuk Rumah Sakit
Sebaiknya pihak rumah sakit lebih meningkatkan peLayanan pada .klicn
dengan TB Paru khususnya pada anak untuk menununkan angka penderita
TB Paru pada anak yang sernakin meningkat.
3. Saran untuk institusi
Untuk rnendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan
dalam pcmecahan masaLah harus lebih di tingkatkan dan di kembangkan
mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga
kesehatan khususnya bidan dan menciptakan sumber daya manusia yang
berpotensi dan profesional.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ngastyah. 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. EGC : Jakarta


Prawiroharjo, Sarwono, Ilmu Kebidanan.2009. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
http://healthblogtbcanak.blogspot.com/
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/05/06/tuberkulosis-atau-tb-tbc-pada-
anak/
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/tb-paru-pada-anak-i.html
http://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/
http://p4bciamis.wordpress.com/2010/07/03/pengertian-tb-paru/
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09/asuhan-keperawatan-tb-paru/
http://mualimrezki.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-tb-pada-anak.html

22

Anda mungkin juga menyukai