Disusun Oleh :
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
A. Definisi..........................................................................................................7
B. Etiologi..........................................................................................................7
C. Klasifikasi.....................................................................................................7
D. Patofisiologi..................................................................................................8
F. Cara Penularan..............................................................................................9
H. Pengobatan..................................................................................................10
I. Komplikasi..................................................................................................11
J. Pencegahan..................................................................................................11
A. PENGKAJIAN............................................................................................12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................16
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................17
BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R.
Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi
stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan
berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan
perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan
bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu,
keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi,
tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan
kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu
memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada
rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan
secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R
Budi Dwi K, 2010).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB paru
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70%
usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3
tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia
mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus
kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus
TBC berada di sekitar kita.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan TB
b. Apa saja Etiologi TB Paru
c. Apa saja klasifikasi TB pru
d. Bagaimana proses Patofisiologi TB paru
e. Apa saja tanda dan gejala TB paru
f. Bagaimana cara penularan Tb Paru
g. Bagaimana cara melakukan Penegakan Diagnostik
h. Apa saja Pengobatan TB Paru
i. Apa saja Komplikasi TB Paru
j. Bagaimana cara Pencegahan TB Paru
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas
dengan masalah TB Paru
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian TB
b. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
c. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
d. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
f. Untuk mengetahui penularan Tb Paru
g. Untuk mengetahui melakukan Penegakan Diagnostik
h. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
i. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
j. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC. Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis
paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh
mybacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar
limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain.
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang
hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah
paru-paru.
D. Etiologi
TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat
kaitanya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa,
mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering disebakan
oleh Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini ditularkan melalui udara yaitu
percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB paru biasanya menyerang paru
akan tetapi dapat menyerang organ tubuh lain.
E. Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan
menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta
gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC
primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post
Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior
atau inferior pada paru.
F. Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ
lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer.
Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer
ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer,
limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan
meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa
berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke
sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
H. Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa.
2. Bacteri bisa masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu
infeksi TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara
tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang
dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.
J. Pengobatan
1. Jenis Obat
a. Isoniasid
b. Rifampicin
c. Pirasinamid
d. Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat
dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis
tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat
yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman
kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a. Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari
selama 2 - 3 bulan.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali
seminggu selama 4 – 5 bulan.
c. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat
TB bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat
berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh
rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu
makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan
dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien
merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi
dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan.
Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
K. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanju:
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
L. Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu
setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga
masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan
menimbukan komplikasi yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan
sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan
seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko
tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi
tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin
yang tepat imunisasi BCG.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS POPULASI
PENYAKIT INFEKSI : TB Paru
A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 :
Kabupaten / kotamadya :
Kecamatan :
Kelurahan :
b. Luas Wilayah :
c. Batas daerah/wilayah :
2. Data Demografi
Jumlah Penduduk :
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-laki
2 Perempuan
Total
3. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1
2
3
Total
4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam
2 Kristen
3 Katolik
4 Hindu
5 Budha
Total
5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD
2 SD
3 SMP
4 SMA
5 Tidak tamat D1,D2,D3
6 Tamat S1
7 >S1
8 Belum sekolah
Total
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
3) Pusat kegiatan ekonomi
4) Penghasilan rata – rata perbulan (KK)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan (KK)
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat (Jiwa)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam
b. Kolam Renang
c. Taman Kota
d. Bioskop
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penularan penyakit TB paru berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan penyakit TB paru
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru dengan kurangnya peranan
fasilitas pelayanan kesehatan
N. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor
keperawatan masyarakat
keperawatan selama 2 minggu internal dan eksternal
dapat:
diharakan tidak terjadi 1. Semua penduduk yang yang dapat
peningkatan prevalensi menderita TB Paru meningkatkan atau
penyakit TB memeriksakan menurunkan motivasi
kesehatannya ke untuk memeriksakan
puskesmas diri ke puskesmas
2. Masyarakat rutin 2. Identifikasi penyebab
mengambil obat TB di masyarakat tidak
puskesmas engambil obat di
3. Masyarakat yang puskesmas
menderita TB Paru tidak 3. Identifikasi penyebab
mengalami putus obat dan masyarakat putus obat
Rutin minum obat 4. Beri penyuluhan
4. Masyarakat membuka tentang tentang
jendela kamarnya penyakit TB Paru dan
5. Warga yang belum akibat bila tidak
memiliki ventilasi dapat mengkonsumsi obat
membuat ventilasi dengan benar serta
6. Pencahayaan yang cukup penyebab putus obat
A. Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R.
Fallen & R Budi Dwi K, 2010).
O. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Setiap institusi pendidikan di harapkan dapat menjadikan makalah ini
sebagai masukan ilmu pengetahuan dalam proses belajar mengajar ataupun
perkuliahan
2. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta dapat
menjadikannya sebagai panduan belajar. Namun Kami menyadari bahwa
dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, materi
ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan sehingga tentunya
tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami
menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk masukan dan kritik
dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan
menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC