OLEH
KELOMPOK 10
NAMA KELOMPOK:
1. ERNI F. DJAMI
2. FRENGKI DETAN
3. ARNOL PAUT
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,berkat rahmat dan karunia Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan komunitas ini yang berjudul ‘‘Manajemen
Kasus Kegawatdaruratan Sistem Muskuluskeletal,Sistem Persyara,Dan Sistem Pernapasan ”
dengan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menyusun makalah
ini.Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Devinisi ..................................................................................................................
B. Etiologi ..................................................................................................................
C. Klasifikasi ..............................................................................................................
D. Patofisiologi ...........................................................................................................
E. Tanda dan Gejala ..................................................................................................
F. Cara Penularan .......................................................................................................
G. Penegakan Diagnostik............................................................................................
H. Pengobatan ............................................................................................................
I. Komplikasi .............................................................................................................
J. Pencegahan ............................................................................................................
K. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang TB
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan
pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan
sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan
konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit
ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh
masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan
kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.
Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki
kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat
kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang
akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K,
2010).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif
dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan
komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan
masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian
data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi
terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui
relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah
menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah
dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan
sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF
dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan
lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi,
kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan
pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Bakteri salah satunya yaitu Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit
ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini
sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang
dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah
pasien TB dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100
per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO
tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan
bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka
kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus
TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang
terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang
dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk
membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk
menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Sedangkan pada virus salah satunya yaitu Human Immunadeficiency Virus (HIV)
adalah virus penyebab Acquired Immunadeficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan
masalah kesehatan global baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Penderita
HIV/AIDS lebih dari 45 juta orang dengan korban meninggal dunia lebih dari 25 juta jiwa
sejak penyakit ini dilaporkan pertama kali pada tahun 1981. Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan
dan Asia Tenggara merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi virus HIV. Di Indonesia
sampai maret 2008 terdapat 6130 penderita infeksi HIV dan 11868 penderita AIDS, dengan
korban meninggal sebanyak 2486 orang.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi
yang terkait erat dengan penyakit TB paru dan juga HIV/AIDS, pengertian tentang, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru
dan HIV/AIDS.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah TB Paru dan HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru dan HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru dan HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru dan HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru dan HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru dan HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru dan HIV/AIDS
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru dan HIV/AIDS
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru dan HIV/AIDS
11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. TB PARU
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah
suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium
tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke
organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hamper
seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru.
B. Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering
tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.
C. Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post
primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatuk-
kan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan
lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap
oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel
ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial
beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC primer
akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru.
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
D. Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang sekali
terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di
jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru.
Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal),
dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer,
limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990;
Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan cacat atau
sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus
atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara
perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang
bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan
ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
H. Pengobatan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
a. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
b. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
c. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
d. Mencegah kambuhnya penyakit
e. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
f. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller,
2002).
Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik
dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat.
Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis
obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan
(Depkes RI, 1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan
dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E),
dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan
yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam
bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan
menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis
dalam satu kemasan (WHO, 2002)
Paduan Obat
Kategor Tahap Tahap Untuk Klien TUberculosis
i Intensif lanjutan
I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro
(+) dengan kerusakan
jaringan paru yang luas
TBC ekstra paru sakit
II 2HRZES 5H3R3E3 berat
atau TBC paru BTA (+),
1HRZ kambuh
E TBC paru BTA (+),
gagal
TBC paru BTA (+),
III 4H3R3 pengobatan ulang
karena lalai berobat
2HRZ
TBC paru BTA (-) Ro
(+)
TBC ekstra paru
Keterangan :
H : INH;
R : Rifampicin;
E : Etambutol;
Z : Pirasinamid;
S : Streptomisin (Depkes, RI, 2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan,
sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat
tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid
diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI,
2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik.
Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat
mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat
mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis
optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis
yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata
kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek
samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat
dapat menyebabkan resistensi terhadap obat.
Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan
dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai
obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi
terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
(Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari
terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan
rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.
Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu: Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan di
pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru.
Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
a. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.
b. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui
pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
c. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh
pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat
seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan
diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
d. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem
surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
e. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka
waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
2. Penatalaksaan Keperawatan
Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering
kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat
yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani
“follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif
atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan
berkeringat malam hari.
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu
produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau
lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
3. Penatalaksanaan Diet
Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki
dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar
penderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal
b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin
serum yang rendah (75-100 gram)
c. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
f. Macam diet untuk penyakit TBC:
1) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
2) Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
3) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
4) Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)
I. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
J. Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis
yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah pemberian BCG.
Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat mungkin
menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang
gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular
interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi
BCG.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU
A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu
Kecamatan : Kotamobagu Utara
Kelurahan : Bilalang II
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Pontodon
Selatan : Bilalang 4
Barat : Bilalang 3
Timur : Pontodon
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
N Jenis Kelamin Bilalang 2 %
O
1 LaLaki-laki 258 49
2 PePerempuan 271 51
3 ToTotal 529 100
3. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
N Suku Bilalang 2 %
o
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa suku
mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%)
4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 456 88
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Total 529 100
5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6 Tamat S1 24 4,5
7 >SI 1 0,1
8 Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100
c. Sosial ekonomi
1) Karakteristik pekerjaan
a) Jenis pekerjaan
1. PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
2. Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
3. Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
4. Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
5. Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
b) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
1. Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
2. Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
c) Pusat kegiatan ekonomi
1. pasar tradisional : -buah
2. Pasar swalayan : - buah
3. Pasar kelontong : - buah
d) Penghasilan rata – rata perbulan
1. < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
2. Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
3. Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
4. >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
e) Pengeluaran rata – rata perbulan
1. Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
2. 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
3. >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
2) Kepemilikian industry
Ada
3) Jenis industri kecil
Makanan
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS Kurang pengetahuan Resiko
- Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penularan
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru penyakit TB
masyarakat tidak tahu tentang paru di
perawatan TB Paru sehingga Bilalang 2
mereka kadang-kadang Kelurahan
meludah/berdahak di sembara Bilalang
ng tempat (kadang di kecamatan
got, di jalan umum) kota
- Tidak ada pengkhususan alat mobagu
tenun dan alat makan antara utara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
1. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 23%
2. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB paru
sebanyak 57%
3. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %)
Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dn
ruangan di dalam rumah
tampak gelap
2. DS: Kurang pengetahuan Resiko
1. Dari hasil wawancara tentang penyakit TB paru terjadi
dengan warga bahwa peningkatan
masyarakat yang menderita prevalensi
TB Paru tidak memeriksakan penyakit TB
/mengontrol kesehatannya ke Paru di
puskesmas Bilalang 2
2. Dari hasil wawancara Kelurahan
dengan warga bahwa bilalang
mayoritas masyarakat tidak kecamatan
rutin mengambil obat TB ke Kotamobag
Puskesmas u utara
3. Dari hasil wawancara
dengan warga bahwa
sebagian masyarakat banyak
yang mengalami putus obat
dan kambuh akibat
pengobatan yang tidak tuntas
atau juga karena bosan/ lupa
tidak minum obat TB akibat
kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara
menunjukan bahwa sebanyak
60 % dari warga yang
memiliki ventilasi, tidak
pernah membuka jendela nya
DO;
1. Jumlah penderita TB Paru
TB Paru sebanyak 23 orang
(43,5%)
2. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK
(34,31 %)
3. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga
kurang pencahayaan sehingga
tampak gelap dan ruangan di
dalam rumah tampak gelap
3. DS: Kurangnya peranan Kurang
1. Dari hasil wawancara ternyata fasilitas pelayanan pengetahuan
warga masyarakat belum kesehatan tentang
pernah mendapatkan perawatan
informasi tentang penyakit TB paru di
TB paru baik dari tenaga Bilalang 2
kesehatan maupun melalui Kelurahan
leaflet. Bilalang
2. Dari hasil wawancara ternyata kecamatan
Pada daerah tersebut belum kotamobagu
pernah diadakan penyuluhan utara
kesehatan tentang penyakit
TB Paru.
DO:
1. fasilitas pelayanan kesehatan
di daerah tersebut hanya
terdapat 1 buah puskesmas
pembantu
2. Pendidikan warga yang lulusan
SD sebanyak 180 KK (47,2 %)
3. Pendidikan warga yang lulusan
SD sebanyak 101 KK (26,5 %)
4. Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
5. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 23%
6. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB paru
sebanyak 57%
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan
kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit
TB paru
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit
TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan
D. Penapisan Masalah
Kemungkina
Perhatian Poin Tingkat n
Masalah kesehatan Skor
masyarakat prevalensi bahaya Untuk
dikelola
Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru
Bilalang 2
Kelurahan Bilalang
kecamatan
kotamobagu utara
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan
prevalensi penyakit
TB Paru di
Bilalang 2
Kelurahan Bilalang
kecamatan
kotamobagu utara
Kurang 1 3 3 3 10
pengetahuan
tentang perawatan
TB paru di Bilalang
2 Kelurahan
Bilalang
kecamatan
kotamobagu utara
DIAGNOSA
NO KRITERIA KEPERAWATAN
1 2 3
1. Sesuai dengan peran 5 5 5
perawat komunitas
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk 5 5 5
penkes
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk 4 3 4
diatasi
7. Sesuai dengan program 5 5 5
pemerintah
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3
10. Sumber daya dana 4 4 2
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
F. Perencanaan
N Tujuan jangka Tujuan jangka panjang Intervensi
O pendek
1 Seelah dilakukan Setalah dilakukan 1. Identifikasi factor
tindakan tindakan internal dan eksternal
keperawatan keperawatan yang dapat
selama 2 minggu masyarakat dapat: meningkatkan atau
diharakan tidak 1. Semua penduduk yang menurunkan motivasi
terjadi menderita TB Paru untuk memeriksakan
peningkatan memeriksakan diri ke puskesmas
prevalensi kesehatannya ke 2. Identifikasi penyebab
penyakit TB puskesmas masyarakat tidak
2. Masyarakat rutin engambil obat di
mengambil obat TB di puskesmas
puskesmas 3. Identifikasi penyebab
3. Masyarakat yang masyarakat putus obat
menderita TB Paru tidak 4. Beri penyuluhan
mengalami putus obat dan tentang tentang
Rutin minum obat penyakit TB Paru dan
4. Masyarakat membuka akibat bila tidak
jendela kamarnya mengkonsumsi obat
5. Warga yang belum dengan benar serta
memiliki ventilasi dapat penyebab putus obat
membuat ventilasi
6. Pencahayaan yang cukup
2 Seelah dilakukan Setalah dilakukan 1. Berikan penyuluhan
tindakan tindakan keperawatan tentang perawatan
keperawatan masyarakat dapat: penyakit TB pru
selama 2 minggu 1. Masyarakat tahu tentang 2. Jelaskan kepada
diharakan tidak perawatan TB Paru masyarakat untuk
terjadi penyakit 2. Masyarakat dapat mengkususkan alat
TB paru mengkhususan alat tenun tenun dan makan antara
dan alat makan antara penderita TB dan orang
penderita dengan orang sehat
yang sehat. 3. Jelaskan kepada
4. Warga yang memilki masyarakat pentingnya
pengetahuan tentang TB penerangan rumah oleh
paru matahari
5. Warga memilki cukup 4. Anjurkan masyarakat
pengetahuan TB paru untuk meiliki
6. Penerangan rumah oleh pencahayaan dalam
matahari cukup rumah yang terang
7. Pencahayaan dalam
rumah tampak terang
3 Selah dilakukan Setalah dilakukan 1. Identifikasi
tindakan tindakan keperawatan pengetahuan
keperawatan masyarakat dapat: masyarakat tentang TB
selama 2 minggu 1. Pengetahuan masyarakat Paru
diharapkan tentang TB Paru 2. Lakukan penyuluhan
pengetahuan meningkat (80%) kesehatan tentang TB
masyarkat 2. Masyarakat mengetahui paru(pengertian,
meningkat tentang TB paru, penyebab, cara
tentang TB Paru penyebab, cara pencegahan dan
serta peranan pencegahan dan penularan penularan)
fasilitas 3. Adanya penyuluhan dari 3. Anjurkan untuk
pelayanan tenaga kesehatan tentang meningkatkan fasilitas
kesehatan TB Paru pelayanan kesehatan
meningkat 4. Fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat
2. HIV/AIDS
A. Definisi HIV/AIDS
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.
Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk
limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.
B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
C. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain.
Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses
yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara
tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan
kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada
di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang
mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan
limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T
helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut.
Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan
HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas
benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari
HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga
menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai
suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif
membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan
penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan
sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang
disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
D. Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1. Gejala mayor
a) Penurunan BB ≥ 10%
b) Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c) Diare kronis
d) Tuberkulosis
2. Gejala minor
a) Koordinasi orofaringeal
b) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c) Kelemahan tubuh
d) Berkeringat malam
e) Hilang nafsu makan
f) Infeksi kulit generalisata
g) Limfodenopati
h) Herpes zoster
i) Infeksi herpes simplek kronis
j) Pneumonia
k) Sarkoma kaposi
E. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
a) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,ketidak-
seimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
b) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
c) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabso
rbsi, dan dehidrasi
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obatillegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasiperianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,pneumo-
coccus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal
nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,
infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
G. Penatalaksanaan
1. Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan
aman
b. Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV–AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan
bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin
dan mineral
BAB II
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan /
malaise, Perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan
2. Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera
(jarang terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis:
perpanjangan kapiler
3. Integritas ego
Gejala:
Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan
dengan orang lain. Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan
penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB. Mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah. Kehilangan kontrol diri dan depresi.
Tanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri. Perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, dan kontak mata kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa
dengan gejala yang sama
4. Eliminasi
Gejala:
Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal,
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering Nyeri tekan
abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik
urin
5. Makanan / cairan
Gejala:
Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah. Disfagia,
nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor
kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna.
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal. Edema (umum, dependen)
6. Higiene
Gejala:
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda:
Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan
diri, aktivitas perawatan diri
7. Neurosensori
Gejala:
Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau
kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun,
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran. Klemahan otot, tremor dan perubahan
ketajaman penglihatan. Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan
perubahan paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon
melambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia. Tremor
pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik. Vocalis: hemi paresis; kejang, Hemoragi
retina dan eksudat
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki, Sakit kepala (keterlibatan ssp).
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, Penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan / pincang. Gerak otot melindungi bagian yang sakit
9. Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap, Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam), Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan, Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius,
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
10. Keamanan
Gejala:
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler
mayor, insiden traumatis), Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut,
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, Rektum,
luka-luka perianal atau abses,
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis:
leher, ketiak, paha), menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
11. Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks
anal, menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks, penggunaan kondom
yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita
yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil]
12. Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat,
teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual
yang meninggal akibat AIDS, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi,
perubahan penyusunan tujuan
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV/AIDS
adalah:
1. Pengkajian
A. Identitas pasien.
1) Nama :Tn. ABC
2) Umur : 37 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
5) Agama : Kristen Katholik
6) Status perkawinan : Belum kawin
7) Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
8) Bahasa yang digunakan : Indonesia
9) Alamat : Jl. Garuda
B. Alasan masuk rumah sakit
1) Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan
kadang demam serta tubuh terasa lemah.
2) Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak
diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang
dilakukan adalah diam.
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik.
Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya.
Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya.
Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang
lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016,
memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire.
A. Makan dan
minum
1. Nutrisi
Pola makan tidak teratur, Pola makan 3kali/hari
tetapi tidak ada bubur, namun tidak
napsu makan, ada napsu makan,
terutama jika sudah nyeri saat menelan,
memakai obat. makan hanya 1/2
porsi.
2. Minum Minum air putih dengan Minum air putih 2-3
jumlah tidak tentu gelas dan teh hangat
kadang minuman 2-3 gelas.
keras.
B. Psikososial.
1. Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh
teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak
berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme
koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002
bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat
merasa tidak berguna lagi.
2. Sosial :
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya
meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.
3. Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari
Menara Kathedral Surabaya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg
b. Head to toe :
1) Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal,
nampak kurang bersih.
2) Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik,
tidak menggunakan alat bantu kacamata.
3) Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan
mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
4) Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu,
semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi
pendengaran normal.
5) Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah
bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
6) Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak
meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
7) Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi
jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
8) Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
9) Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
10) Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas
atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
11) Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Tanggal 10-1 2016
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
5. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
Pasien mengatakan lemah, cepat Keadaan umum : Pasien
lelah, bila melaukan aktivitas, tampak lemah, kurus, dan
terbatas. pucat
Pasien mengatakan kadang Kesadaran : Compos Mentis
demam. TD : 110/70 mmHg
Pasien mengatakan tidak ada N : 120 x/ mnt
nafsu makan, saat menelan sakit, R : 22 x/ mnt
mengatakan tidak bisa SB : 37,8oC
menghabiskan porsi yang BB : 40 kg
disiapkan Turgor masih baik,
Pasien mengatakan diare sejak 1 inkontinensia alvi, BAB
bulan yang lalu, mengatakan encer, membran mukosa
menceret 5-7 kali/hari, kadang kering, bising usus
demam dan keringat pada malam meningkat 20 X/menit
hari, minum 2-3 gelas/hari Lemah, 4 hari tidak makan,
Klien merasa diasingkan oleh mulut kotor, lemah,
keluarga dan teman-temannya, holitosis, lidah ada bercak-
klien tidak punya uang lagi, klien bercak keputihan, Hb
merasa frustasi karena tidak 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
punya teman dan merasa anemis
terisolasi. Minta dipanggilkan
Pastur Jelantik dari Gereja
Katedral.
6. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds ;
Pasien mengatakan kadang
demam
Do:
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus,
dan pucat
Imunocompromised Resiko Infeksi
Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC
8. DIAGNOSA, INTERVENSI
Diagnosa Rencana Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi Keseimban Monitor tanda- Volume cairan
terhadap gan cairan tanda dehidrasi. deplesi
kekurangan dan merupakan
volume cairan elektrolit komplikasi dan
b/d kehilangan dipertahan Monitor intake dapat dikoreksi.
yang berlebihan, kan dengan dan ouput
diare berat, kriteria Melihat
ditandai dengan : intake Anjurkan untuk kebutuhan cairan
Ds : seimbang minum peroral yang masuk dan
Pasien output, keluar.
mengatakan diare turgor
sejak 1 bulan normal, Atur pemberian Sebagai
yang lalu, membran infus dan kompensasi
mengatakan mukosa eletrolit : RL akibat
menceret 5-7 lembab, 20 tetes/menit. peningkatan
kali/hari, kadang kadar urine output.
demam dan normal, Kolaborasi
keringat pada tidak diare pemberian Memenuhi
malam hari, setelh 3 antidiare kebutuhan intake
minum 2-3 hari antimikroba yang peroral
gelas/hari. perawatan. yang tidak
Do : terpenuhi.
Turgor masih
baik, Mencegah
inkontinensia kehilangan cairan
alvi, BAB encer, tubuh lewat diare
membran mukosa (BAB).
kering, bising
usus meningkat
20 X/menit
Dukung Untuk
perilaku positif meningkatkan
klien. harga diri
klien
Karena hal
tersebut
merupakan
suatu cara
mengelabui
petugas.
Meningkatka
n harga diri
klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa Bilalang 2 dapat kita
tarik kesimpulan bahwa Desa bilalang 2 masih memerlukan perhatian yang serius dari
pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang
pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan
bidang-bidang lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.
Dan pada Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air
Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
B. Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
2. Untuk masyarakat desa Bilalang 2
a. Masyarakat desa Inobonto hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan
pendidikan bagi kelangsungan masa depan putra-putri desa bilalang 2
b. Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk program yang berhubungan dengan
kesehatan dan pendidikan
3. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila
ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta
Mubarak
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta, 2000.
Kunoli J. Firdaus. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular : Untuk Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. Jakarta