Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ANALISIS JURNAL

Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus

DISUSUN OLEH:

FATMAWATI : 21.01.03.071
EKA RANIKE OKTALIA S : 21.01.03.017
DWIYANI SYAHNING P : 21.01.03.013
RENDI KURNIAWAN : 21.01.03.044
REGINA SCUNDA MAYA A : 21.01.03.043
RISA RINGGALIH : 21.01.03.045

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021

. | Analisa Jurnal Keperawatan Anak i


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ANALISIS JURNAL

Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus

DISUSUN OLEH:
FATMAWATI : 21.01.03.071
EKA RANIKE OKTALIA S : 21.01.03.017
DWIYANI SYAHNING P : 21.01.03.013
RENDI KURNIAWAN : 21.01.03.044
REGINA SCUNDA MAYA A : 21.01.03.043
RISA RINGGALIH : 21.01.03.045

Pringsewu, November 2021

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

(……………………………..)

. | Analisa Jurnal Keperawatan Anak ii


LEMBAR KONSUL

No Tanggal Saran Paraf

. | Analisa Jurnal Keperawatan Anak iii


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan analisis jurnal stase keperawatan Anak Maksud dan tujuan

dari pembuatan laporan ini adalah guna mengetahui memenuhi tugas laporan analisis jurnal kelompok

pada stase keperawatan keperawatan Anak

Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan

ini.Namun tentu saja laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan saran

saran positif yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi penulis pada

khususnya.Sekian dan terima kasih.

Metro, November 2021


Penulis

. | Analisa Jurnal Keperawatan Anak iv


DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
LEMBAR KONSUL ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B. Tujuan........................................................................................................... 4
C. Manfaat......................................................................................................... 4
BAB II ANALISIS JURNAL
A. Analisis Penulisan......................................................................................... 5
B. Evidance Based Practice............................................................................... 19
C. Gambaran Umum Rumah Sakit..................................................................... 20
D. Analisis SWOT............................................................................................. 26
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................... 32
B. Saran............................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA

. | Analisa Jurnal Keperawatan Anak v


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan sumber daya manusia suatu bangsa. Anak harus hidup sejahtera agar
tumbuh dan berkembang dengan optimal untuk melaksanakan tugas-tugas dimasa yang akan
datang. Anak yang status kesehatannya sering terganggu kelak akan tumbuh menjadi pribadi
yang lemah dan tidak siap untuk menjalankan tugas sebagai penerus bangsa (Bidulp, dalam
Darmayanti, 2018).
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang
dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi ( 0-1 tahun ), usia bermain toodler ( 1-3 tahun ), pra
sekolah ( 3-5 tahun ), usia sekolah ( 5-11 tahun) hingga remaja ( 11-18 tahun). Rentang ini
berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak
terdapat rentang perubahan dan pertumbuhan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku social
(Yuniarti,2015).
Usia toodler adalah masa yang dimana anak yang menjadi paling hebat dalam pertumbuhan
dan perkembangan. Masa yang sulit dilalui oleh orang tua dan anak, yang penting baik untuk
perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Di dalam keadaan tubuh anak sudah
mulai terbentuk sistem mekanika pertahanan tubuh untuk mempertahankan sistem kekebalan
tubuhnya. Anak usia toodler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya.
Sumber stress yang utama adalah akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan
tahapannya, yaitu tahap proses, putus asa, dan pengingkaran (denial). Oleh karena itu
pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuan untuk mengontrol
diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Perubahan yang terjadi pada anak yang sehat akan berlangsung sesuai dengan perkembangan
usianya. Anak yang mengalami penyakit akan menyebabkan perubahan fisiologis.
Kemampuan anak untuk melewati kondisi sakit dipengaruhi oleh proses adaptasi dan
pertahanan fisiologis tubuh serta ketahanan psikologis dan lingkungan sosialnya (Perry &
Potter, 2006). Ketika seorang anak sakit, orang tua langsung memegang dahi bayi dengan
menggunakan punggung tangan atau telapak tangan untuk mengetahui suhu tubuh anak yang
tinggi atau tidak itu bukanlah suatu penyakit yang biasanya disebut dengan demam.
Salah satu faktor yang mempengaruhi seringnya anak mengalami sakit adalah wilayah tropis,
dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi kuman untuk berkembang biak.
Berbagai penyakit itu biasanya semakin mewabah pada musim peralihan. Terjadinya
perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak
dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu tubuh yang
disebut sebagai demam (Damayanti, 2008 dalam Ali, 2011)
Demam adalah suatu respon pengaturan tubuh yang adaptif terhadap rangsangan sistem imun
( biologi dan kimia). Selama fase akut respon terhadap demam melibatkan sistem otonom,
perilaku dan proses neuroendokrin (Thompson, 2007). Peningkatan suhu tubuh yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi
berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidup nya, lebih lanjut dapat
mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang anak ( Reiga, 2010). Demam menjadi
masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat, dan orang tua baik dirumah sakit
maupun di masyarakat. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya bagi
kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak(Anver, 2009).
Hasil dari penelitian menunjukan 80 % orang tua fobia terhadap demam ( Karnia,2010).
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tnggi dari biasanya atau suhu diatas
normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan.
Para peneliti melaporkan orang tua yang menjadi cemas ketika anak mereka mengalami
demam, hal ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi demam
tidak memadai sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung berlebihan
(Lumbantobing,2006).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan
cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri
obat penurun panas ( Setiawati, 2009)
Upaya penanganan ketidaknyamanan berkaitan dengan demam sebaiknya di dasari oleh
mekanisme proses terjadinya kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas
dapat terjadi konduksi , konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perpindahan panas
sebagai akibat perpindahan suhu antara kedua objek. Kehilangan panas terjadi ketika adanya
kontak langsung antara kulit anak dengan permukaan yang lebih dingin (Yunanto, 2010)
Salah satu teknik untuk menurunkan suhu tubuh adalah dengan menggunakan metode
kompres hangat tapid sponge dengan cara yang benar (Thomas, 2008). Metode ini dilakukan
dengan mengompres menggunakan handuk atau waslap yang dibasahi air hangat (30°C).
Tapid sponge dengan cara yang benar dapat menurunkan demam lebih cepat 15 menit dari
pada hanya dengan obat antipiretik (Alves,2008).
Kompres yaitu salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam.
Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan saat anaknya demam.
Namun kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam
tidak turun, bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan.
Pada saat sekarang kompres yang dianjurkan adakah kompres air hangat karena
dianggap lebih efektif dari pada kompres dingin.
Menurut Hamid (2011), penelitian yang dilakukan jika anak yang mengalami demam dengan
cara melakukan Kompres hangat tapid sponge. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
kompres hangat tapid sponge menunjukan bahwa suhu pada menit ke 5 dan ke 14 belum ada
menunjukan perbedaan. Penurunan suhu tubuh tampak nyata berbeda mulai menit ke 30
sampai ke 120. Besar selisih rata-rata penurunan suhu tubuh antara kedua kelompok
perlakuan yang berbeda setiap waktu pengukuran, besar selisih antara kompres konvensional
dan kompres hangat tapid sponge sebesar 0,81°C pada menit ke 60. Dengan demikian hasil
dari penelitian Hamid (2011), menunjukan lebih efektif menggunakan kompres hangat tapid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh
di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pada anak
yang mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan otak,
hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan
belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa tindakan
keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu Tepid Water Sponge (TWS)
Tepid water sponge merupakan suatu metode pemandian tubuh yang dilakukan dengan cara
mengelap sekujur tubuh yang dilakukan dengan cara mengelap sekujur tubuh dan melakukan
kompres pada bagian tubuh tertentu dengan menggunakan air yang suhunya hangat untuk
jangka waktu tertentu (Perry & Potter, 2010). Pada saat pemberian tepid water sponge otak
akan menyangka bahwa suhu diluar panas, sehingga otak akan segera memproduksi dingin
dan terjadilah penurunan suhu tubuh. dengan kompres hangat pada daerah vaskuler yang
banyak, maka akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi. Vasodilatasi yang kuat
pada kulit akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh kekulit, hingga
delapan kali lipat lebih banyak (Tamsuri, 2007)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas dari program pendidikan profesi NERS state

Keperawatan Anak.

2. Tujuan Khusus

a) Menganalisa jurnal mulai dari judul, pendahuluan, metodologi, hasil, serta

kesimpulan dengan memberikan kelebihan, kekurangan dan saran dari jurnal

tersebut.

b) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang isi dari jurnal yang di analisa.

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit Islam

analisa ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi perawat pelaksana

dan tenaga kesehatan lainnya dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertermia

2. Bagi institusi

Analisa Jurnal ini diharapkan sebagai sumber tambahan referensi bagi institusi yang

menaungi, yaitu Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.


3. Bagi penulis

Analisa Jurnal ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat

memperkaya khasanah keilmuan bagi penulis.


BAB II

ANALISIS PENULISAN JURNAL

A. Analisis Penulisan

Judul Jurnal : Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan
Hipertermia: Studi Kasus
Nama Peneliti : Emy Mulyani, Nur Eni Lestari
Tahun Terbit : 2015

No. Variabel Standar Temuan/ data (Jurnal) Perbedaan (Gap)


JUDUL
1. Judul Syarat judul penelitian: Temuan: Tidak Sesuai karena tidak mengikuti standar
1. Menarik Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap baku 13 kata, dan tidak memuat tempat dan
2. Menggambarkan apa yang ingin Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak waktu penelitian
dibahas
Dengan Masalah Keperawatan
3. Singkat
Hipertermia: Studi Kasus
4. Standar baku 13 kata.
5. Memuat tempat penelitian.
6. Memuat waktu penelitian.
ABSTRAK
1. Latar belakang Latar belakang menggambarkan dari Hipertermia merupakan gejala yang paling Tidak Sesuai
dilakukannya penelitian. sering muncul pada anak dengan Dengue Latar belakang belum menggambarkan dari

Haemoragic Fever (DHF). Hipertermia dilakukannya penelitian, karena hanya


berdasarkan penelitian sebelumnya dan belum
dapat didefinisikan dengan suatu keadaan
ada study pendahuluan di tempat penelitian
suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
dilaksanakan.
peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Pada anak yang mengalami
demam peningkatan suhu ringan kisaran
37,5-38°C. Dampak yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani
adalah bisa menyebabkan kerusakan otak,
hiperpireksia yang akan menyebabkan
syok, epilepsi, retardasi mental atau
ketidakmampuan belajar. Untuk mengatasi
masalah hipertermia dapat dilakukan
beberapa tindakan keperawatan mandiri
yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu
Tepid Water Sponge (TWS)
2. Tujuan Dalam abstrak harus dicantumkan Tujuan penelitian ini yaitu untuk Sesuai
tujuan umum dari penelitian yang mengetahui efektifitas TWS sebagai
mengacu pada judul. intervensi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah
hipertermia
3. Desain penelitian Dalam abstrak harus dicantumkan Temuan : Sesuai
desain dari penelitian Desain yang digunakan adalah studi kasus
pada 2 kasus anak dengan masalah
hipertermi
4. Tempat dan Waktu Dalam abstrak harus dicantumkan Temuan : Tidak sesuai karena dalam abstrak tidak
penelitian tempat dan waktu dari penelitian Tidak ditemukan dicantumkan tempat penelitian dan tidak ada
waktu kapan dilakukan penelitian
5. Subyek penelitian Peneliti menyebutkan subyek Temuan : Tidak Sesuai
penelitian dalam abstrak penelitian Tidak ditemukan Peneliti tidak menyebutkan subyek penelitian
dalam abstrak penelitian
6. Hasil penelitian Dalam abstrak harus dicantumkan Temuan : Sesuai
hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tindakan TWS mampu mengatasi masalah
hipertermia pada anak. Hasil inidiharapkan
dapat menjadi studi kasus manajemen
hipertermia pada anak yang kemudian
dapat dikembangkan menjadi penelitian
dan landasan manajemen hipertermia pada
anak
7. Simpulan Dalam abstrak harus mencantumkan Temuan : Tidak Sesuai
simpulan dari penelitian Dalam abstrak tidak dicantumkan simpulan
Tidak ditemukan
dari penelitian
8. Jumlah kata Jumlah kata sudah bagus karena Temuan : Sesuai
kurang dari 250 kata (Sugiono, 2005) Jumlah kata dalam abstrak 192 kata
9. Kata kunci Kata kunci sebaiknya disebutkan Temuan : Sesuai
dalam abstrak Dengue Haemoragic Fever, Hipertermia,
Tepid Water Sponge
PENDAHULUAN
1. Latar belakang Latar belakang penelitian Temuan : Sesuai
menjelaskan seriousness of the - Suhu tubuh pada kondisi meningkatdapat
problem, magnitude dan dipergunakan sebagai salah satu ukuran
manageability, political concern dan penting yang dapat memberikan petunjuk
community/ public concern.
mengenai memburuk atau membaiknya
keadaan penderita. Demam merupakan
suatu pertanda adanya gangguan
kesehatan dan hanyalah suatu keluhan
dan bukan merupakan suatu diagnosis.
Sebagai suatu keluhan demam
merupakan keluhan kedua terbanyak
setelah nyeri, jadi merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk diketahui
tentang demam (Hastomo & Suryadi,
2018; Lestari, 2018; Marcdante2014)
- Demam memerlukan perawatan lebih
lanjut, yaitu dengan menjaga agardemam
yang terjadi tidak meningkat, sehingga
kemungkinan anak mengalami kejang
demam dan dehidrasi dapat dihindari.
Terapi non farmakologi untuk demam
menggunakan metode yangmeningkatkan
pengeluaran panas melalui evaporasi,
konduksi, konveksi, dan radiasi. Secara
tradisional perawat telah menggunakan
mandi tepid water sponge, yaitu dengan
menggunakan air hangat (Perry & Potter,

2010). Perawatan anak demam dilakukan


dengan berbagai tindakan, seperti
pemberian obat penurun panas
(farmakologi), pemberian cairan air yang
lebih banyak dari biasanya (manajemen
cairan),penggunaan pakaian yang
menyerap keringat, dan melakukan tepid
water sponge (Sodikin, 2012)
- Tepid water sponge merupakan suatu
metode pemandian tubuh yang dilakukan
dengan cara mengelap sekujur tubuh
yang dilakukan dengan cara mengelap
sekujur tubuh dan melakukan kompres
pada bagian tubuh tertentu dengan
menggunakan air yang suhunya hangat
untuk jangka waktu tertentu (Perry &
Potter, 2010). Pada saat pemberian tepid
water sponge otak akan menyangka
bahwa suhu diluar panas, sehingga otak
akan segera memproduksi dingin dan
terjadilah penurunan suhu tubuh. dengan
kompres hangat pada daerah vaskuler
yang banyak, maka akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi.
Vasodilatasi yang kuat pada kulit akan
memungkinkan percepatan perpindahan
panas dari tubuh kekulit, hingga delapan
kali lipat lebih banyak.
2. Rumusan masalah Rumusan masalah menggambarkan Temuan : Tidak Sesuai
masalah utama, yaitu masalah yang Tidak ditemukan Karena tidak ditemukan rumusan masalah
mendominasi ditulis dengan kalimat yang yang akan dicari jawabannya melalui
tanya. pengumpulan data untuk mendukung
pemecahan suatu masalah.
3. Tujuan Dalam jurnal harus mencantumkan Temuan: Tidak Sesuai
tujuan penelitian berupa tujuan umum Tidak ditemukan.
Tidak dipaparkan tujuan umum dan tujuan
dan tujuan khusus.
khusus dalah jurnal penelitian ini
4. Manfaat Dalam jurnal harus mencantumkan Temuan : Tidak Sesuai
manfaat penelitian. Dalam pendahuluan tidak ditemukan penulis
mencantumkan manfaat penelitian
5. Ruang Lingkup Dalam jurnal harus mencantumkan Temuan : Tidak Sesuai, Dalam jurnal tidak
ruang lingkup penelitian. Tidak ditemukan mencantumkan ruang lingkup penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
1 Desain penelitian Dalam jurnal seharusnya Temuan : Tidak Sesuai
mencantumkan: Penelitian ini menggunakan desain studi
Jenis penelitian. kasus pada 2 kasus anak dengan masalah Jurnal penelitain ini menampilkan pendekatan
1. Pendekatan. hipertermia. penelitiam yang digunakan tanpa menjelskan
2. Jenis data. jenis data dan jenis analitisnya
3. Jenis analitis.
2 Waktu dan tempat Waktu dan tempat penelitian Temuan : Sesuai
penelitian seharusnya dijelaskan dalam jurnal. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap
anak RS PMI Bogor. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai
dengan April 2019
3. Populasi dan sampel Populasi dan sampel penelitian Temuan : Tidak Sesuai
seharusnya dijelaskan dalam jurnal. Sampel dalam penelitian ini adalah anak
Sampel dalam jurnal ini di jelaskan akan tetapi
Juga seharusnya mencantumkan yang dirawat dengan diagnosis medis DHF
penjelasan populasi dan metodepengambilan
metode pengambilan sampel. yang mengalami masalah keperawatan sampel tidak ditemukan
hipertermia.
4. Variabel penelitian Variabel penelitian merupakan Temuan : Tidak Sesuai
sebuah konsep penelitian (Kerlinger, Tidak ditemukan.
Tidak ditemukan variabelpenelitian di dalam
1978). Variabel penelitian merupakan
jurnal yang menguraikan obyek penelitiaatau
uraian tentang obyek penelitian atau
hal- hal yang diamati
hal – hal yang diamati. Dalam
penelitian seharusnya mencantumkan
variabel penelitian.
5. Metode pengambilan Metode pengambilan data Temuan : Sesuai
data menjelaskan cara yang digunakan Pengumpulan data dilakukan dengan
dalam pengambilan data mencatat catatan medis dan catatan
keperawatan pasien yang mendapat
intervensi TWS serta dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan observasi langsung
terhadap pasien tersebut. Pemberian TWS
dilakukan sesuai dengan prosedur
operasional pemberian TWS. TWS
diberikan 20-30 menit setelah diberikan
antipiretik.
6. Metode pengolahan Metode pengolahan data Temuan : Tidak Sesuai
data menggambarkan metode yang Tidak ditemukan Metode pengolahan data
digunakan dalam mengolah data. yang menggambarkan metode yang digunakan
Metode pengolahan data yang dalam mengolah data
biasanya digunakan yaitu:
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Transfering.
7. Metode analisa data Metode analisa data menggambarkan Temuan : Tidak Sesuai
metode yang digunakan dalam Tidak ditemukan
Tidak ditemukan Metode analisa data yang
menganalisis data.
menggambarkan metode dalam menganalisis
data hasilpenelitian
8. Metode penyajian data Metode penyajian data digunakan Temuan : Tidak Sesuai
untuk menyajikan data agar lebih Tidak ditemukan
Tidak ditemukan tabel penyajian data
mudah dibaca. Pemakaian tabel harus
menggunakan nomor tabel, judul tabel
menggunakan nomor tabel, judul
(variabel, tempat, waktu), tabel memuat kolom
tabel (variabel, tempat, waktu), tabel nomor, baris dan kolom serta mencantumkan
memuat kolom nomor, raw dan sumber data pada tabel dan ada interpretasi
kolom, mencantumkan sumber data dari tabel tersebut
pada tabel dan ada interpretasi dari
tabel tersebut.
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran daerah Gambaran daerah tempat penelitian Temuan : Tidak Sesuai
tempat penelitian dicantumkan untuk mengetahui Tidak ditemukan
Tidak ditemukan gambaran tempat penelitian
karakterisitik tempat penelitian.
hanya tercantum lokasi yaitu ruang rawat
inap anak RS PMI Bogor sehingga tidak
mengetahui karateristik tempat penelitian
2. Karakteristik Karakteristik responden tempat Temuan : Tidak Sesuai
responden penelitian dicantumkan untuk Tidak ditemukan
Karakteristik responden tempat penelitian tidak
mengetahui karakterisitik responden.
dicantumkan untuk mengetahui karakterisitik
responden
3. Hasil penelitian Hasil penelitian mengungkapkan Temuan : Tidak Sesuai
hasil dari penelitian secara - Pada kasus pertama An SL, pada hari
Hasil penelitian tidak mengungkapkan hasil
keseluruhan dan menjawab hipotesis pertama tindakan tepid water sponge dari penelitian secara keseluruhan dan
penelitian. dilakukan sebanyak 2 kali. Tindakan ini menjawab hipotesis penelitian
dilakukan karena 2 jam setelah dilakukan
tindakan, suhu tubuh klien masih diatas
38ºC. Sehingga dilakukan kembali
tindakan pemberian TWS. Selama
diberikan tindakan, klien kooperatif dan
tampak tenang. Setelah dilakukan
intervensi pemberian TWS selama
2x 2 jam, terjadi penurunan suhu tubuh
sebanyak 2ºC. Pada hari kedua, tindakan
tepid water sponge, klien kembali
mengalami hipertermi dengan suhu
38,4ºC. Pada hari kedua dilakukan
kembali pemberian TWS sebanyak 2 kali
dengan dan didapatkan penurunan suhu
2ºC setelah dilakukan intervensi TWS
selama 2x2 jam. Pada hari ketiga
tindakan tepid water sponge dilakukan
hanya 1 kali karena 2 jam setelah
dilakukan intervensi TWS suhu tubuh
klien yang semula 38,7 ºC sudah turun
menjadi 37,3ºC. Pemberian TWS pada
hari ketiga juga berjalan dengan baik,
klien kooperatif dan tenang. Rata-rata
penurunan suhu tubuh pada pasien kedua
adalah 2ºC.
- Pada kasus kedua, pada hari pertama
tindakan tepid water sponge dilakukan
sebanyak 2 kali. Tindakan ini dilakukan
karena 2 jam setelah dilakukan tindakan,
suhu tubuh klien masih diatas 38ºC.
Sehingga dilakukan kembali tindakan
pemberian TWS. Selama diberikan
tindakan, klien kurang kooperatif, rewel
dan menangis. Setelah dilakukan
intervensi pemberian TWS selama 2x 2
jam, terjadi penurunan suhu tubuh
sebanyak 1ºC, dari suhu awal 38,3ºC
menjadi 37,3ºC. Pada hari kedua,
tindakan tepid water sponge, klien
kembali mengalami hipertermi dengan
suhu 38,6ºC..
23 Pembahasan Pembahasan menjelaskan makna Temuan : Sesuai
hasil penelitian yang bukan Pembahasan menunjukkan penjelasan secara
merupakan pengulangan hasil rinci mengenai hasil penelitian yang berkaitan
penelitian, tetapi merupakan dengan tujuan dari penelitian.
pembahasan secara rinci hasil – hasil
penelitian yang dikaitkan dengan
tujuan penelitian.

KESIMPULAN & SARAN


1. Kesimpulan Kesimpulan berisi simpulan hasil Temuan : Sesuai
pembahasan penelitian yang Pada pengkajian klien pertama dan kedua Kesimpulan berisi simpulan hasil pembahasan
berkaitan dengan menjawab hipotesis didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh penelitian yang berkaitan dengan menjawab
dan atau tujuan penelitian. dan masalah keperawatan hipertermia. hipotesis dan atau tujuan penelitian
Intervensi keperawatan mandiri yang bisa
dilakukan oleh perawat salah satunya yaitu
dengan memberikan tepid water sponge.
Pada dua klien yang dilakukan teknik tepid
water sponge terbukti dapat menurunkan
demam. Terdapat perbedaan penurunan
suhu tubuh.
25. Saran Saran yang disampaikan berkaitan Temuan : Tidak Sesuai
dengan simpulan penelitian yang Tidak ditemukan
telah dilakukan. Saran yang
disampaikan harus terkait dengan
hasil penelitian yang dilakukan dapat
berupa kebijakan, upaya
praktik dan aspek yang dapat diteliti
lebih lanjut. Saran sebaiknya dibuat
secara operasional.

26. Daftar Pustaka - Penulisan daftar pustaka Temuan : Sesuai


dituliskan secara alfabetis, Alves, J.G.B, Almeida, N.D.C.M., &
- Penulisan sesuai nama, tahun, Almeida, C.D.C.M. (2008).
judul buku, kota terbit dan nama Tepidsponging plus dipyrone versus
penelrbit. dipyrone alone in reducing body
- Sumber buku yang digunakan temperature in febrilechildren. Sao
adalah 10 tahun terakhir dari Paulo Medical
waktu penelitian.
Journal. 126(2): 107-111
Hastomo, M.T., & Suryadi, B. (2018).
Teknik relaksasi nafas dalam terhadap
skala nyeri pada saat pemasangan
infus di Instalasi Gawat Darurat.Jurnal
Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia.
8(2):436-442.https://doi.org/10.
33221/jiiki.v8i02.320
B. Evidance Based Practice

1. P (Patient)

Anak yang dirawat dengan diagnosis medis DHF yang mengalami masalah keperawatan

hipertermia. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat catatan medis dan catatan

keperawatan pasien yang mendapat intervensi TWS serta dengan melakukan pemeriksaan

fisik dan observasi langsung terhadap pasien tersebut. Pemberian TWS dilakukan sesuai

dengan prosedur operasional pemberian TWS. TWS diberikan 20-30 menit setelah

diberikan antipiretik. Evaluasi efek TWS terhadap masalah keperawatan hipertemia pada

anak dilakukan setelah dilakukan tindakan tepid water sponge pada 20 – 30 menit setelah

pemberian antpiretik.

2. I (Intervention)

Pada kasus pertama An SL, pada hari pertama tindakan tepid water sponge dilakukan

sebanyak 2 kali. Tindakan ini dilakukan karena 2 jam setelah dilakukan tindakan, suhu

tubuh klien masih diatas 38ºC. Sehingga dilakukan kembali tindakan pemberian TWS.

Selama diberikan tindakan, klien kooperatif dan tampak tenang. Setelah dilakukan

intervensi pemberian TWS selama 2x 2 jam, terjadi penurunan suhu tubuh sebanyak 2ºC.

Pada hari kedua, tindakan tepid water sponge, klien kembali mengalami hipertermi

dengan suhu 38,4ºC. Pada hari kedua dilakukan kembali pemberian TWS sebanyak 2 kali

dengan dan didapatkan penurunan suhu 2ºC setelah dilakukan intervensi TWS selama 2x2

jam. Pada hari ketiga tindakan tepid water sponge dilakukan hanya 1 kali

karena 2 jam setelah dilakukan intervensi TWS suhu tubuh klien yang semula 38,7 ºC

sudah turun menjadi 37,3ºC. Pemberian TWS pada hari ketiga juga berjalan dengan

baik,klien kooperatif dan tenang. Rata-rata penurunan suhu tubuh pada pasien kedua

adalah 2ºC.

3. Comparation

Pada penurunan suhu tubuh antara klien pertama dan kedua terdapat perbedaan sebesar

1ºC. Hal tersebut bisa terjadi oleh karena ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi

penurunan suhu tubuh salah satunya yaitu faktor umur klien. Usia merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (Hegner, 2003). Yang mana umur pasien

kedua An. A berusia 3 tahun dibawah dari umur pasien pertama An. SL berusia 10
tahun. Anak dengan umurnya lebih besar atau tinggi badan atau berat badan lebih,

memiliki permukaan tubuh yang lebih luas. Pada saat tindakan tepid water sponge

dilakukan pengusapan waslap keseluruh permukaan tubuh anak, semakin luas

permukaan tubuh anak semakin luas kulit yang kontak dengan waslap dan air hangat

sehingga pelepasan panas baik melalui cara evaporasi maupun konveksi bisa lebih

optimal (Suryadi & Yuliani, 2010)

4. O (Outcome) :

Pada pengkajian klien pertama dan kedua didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh dan

masalah keperawatan hipertermia. Intervensi keperawatan mandiri yang bisa dilakukan

oleh perawat salah satunya yaitu dengan memberikan tepid water sponge. Pada dua klien

yang dilakukan teknik tepid water sponge terbukti dapat menurunkan demam. Terdapat

perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua klien yang tidak signifikan setelah

dilakukan tindakan tepid water sponge yaitu sebesar 0,2ºC. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor penurunan suhu tubuh yaitu faktor usia klien. Yang mana kasus pertama

berusia 10 tahun dan kasus kedua berusi

5. T (Tipe of study)

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada 2 kasus anak dengan masalah

hipertermia. Evaluasi ini dilakukan melalui wawancara terhadap orangtua dan pasien

langsung. Analisis terhadap masalah hipertermia dilakukan dengan mengidentifikasi

peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit dan adanya tanda gejala dehidrasi.
C. Gambaran Umum RS/ Ruangan

1. Geografis Rumah Sakit Islam

Rumah Sakit Islam Metro didirikan oleh sebuah Yayasan yaitu Yayasan Da'wah dan

Pemeliharaan Masjid Taqwa (YDPMT) Metro yang diketuai oleh Bp. Hi. A. Sajoeti

Mantan Bupati Lampung Tengah. Pada tanggal 4 oktober 1976 dilakukan peletakan batu

pertama pembangunan Rumah Sakit Islam Metro yang berlokasi di Jln. Jend. Sudirman 21

P Metro yang kini berubah menjadi Jln. Jend. AH. Nasution No. 250 Yosodadi Metro

dengan luas tanah + 12.350 M2 berdasar surat keterangan Nomor. AG.00/1142/XI/1987.

Setelah ± 2 tahun dari peletakan batu pertama tepatnya pada tanggal 21 Februari 1978.

Peta Geografir Rumah Sakit Islam Metro

2. Gambaran Umum Ruangan

Ruang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit ruangan di Rumah Sakit Islam

Metro yang meyediakanpenanganan awal pasien sesuai dengan tingkat kegawatannya

,memilah pasien dalam kelompok triase.

3. Sumber Daya Manusia

KETENAGAAN :
Tenaga Medis
1 Dokter Umum 10 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 Spesialis Bedah 3 Orang
4 Spesialis Obstetrik & Ginekologi 2 Orang
5 Spesialis Anak 1 Orang
6 Spesialis Penyakit Dalam 2 Orang
7 Spesialis Radiologi 1 Orang
8 Spesialis Patologi Klinik 1 Orang
9 Spesialis THT 2 Orang
10 Spesialis Mata 1 Orang
11 Spesialis Fisik dan Rehabilitasi Medik 1 Orang
12 Spesialis Syaraf 1 Orang
13 Spesialis Anestesi 1 Orang
14 Spesialis Orthopedi           1 Orang
Total Tenaga Medis 28 Orang

Tenaga paramedis
1 D. III Keperawatan 80 Orang
2 D IV Keperawatan 2 Orang
3 SI Keperawatan/Ners 13 Orang
4 D. III Kebidanan 12 Orang
5 D III Perawat Gigi 1 Orang
6 Perawat Anestesi           2 Orang
Total Tenaga paramedic 110 Orang

4. Perincian Kamar & Jumlah Tempat Tidur

PERINCIAN KAMAR/BED
No Jenis Pelayanan KLS. KLS Tanpa
VIP KLS. II
I . III Kls
1 VIP 7 - - - -
2 Kelas 1 Umum - 6 - - -
3 Ruang Penyakit Dalam - 2 2 4 -
4 Ruang Bedah - 2 1 3 -
5 Ruang Anak - 2 2 1 -
6 R. Obstetri & Genekologi - 1 2 2 -
7 R. Perinatologi / Bayi - - - - 1
8 R. Syaraf - - 2 2 -
9 R. HCU - - - - 2
10 R. Isolasi - 4 - - -
11 Poliklinik - - - - 8
12 Hemodialisa - - - - 7
Tabel Jumlah Tempat Tidur
Jumlah Perincian Tempat Tidur Perkelas
5. N Jenis Pelayanan / TT Kelas Tanp
Kelas Kelas Kelas
o Ruang Rawat Inap Tersedi Utam a
I II III
a a Kelas
1 2 3 4 5 6 7 8
1 VIP                   7                    
2 Kelas 1 Umum                   6                      
3 Penyakit dalam                   2     4   12      
4 Bedah                         2     2   13      
Kesehatan
5                         6   4      
Anak
Obstetrik &
6               1     2   4      
Ginekologi
Perinatologi / 4(box
7                            
Bayi bayi)
8 Syaraf                         1     2   6      
R.
9                                             2  
HCU
10 R. Isolasi                       4                   1  
JUMLAH 0 7 16 16 39 3
TOTAL 81

Jumlah Sarana dan Prasarana

VI
- : Tempat tidur
P
Kulkas
AC
TV
Almari Pasien
Km. Mandi +
WC
Wastafe
l
Meja Kursi
Dispenser

Kelas
- : Tempat tidur
I
Almari Pasien
TV
AC
Km. Mandi
Kursi Tunggu
Dispenser

- Kelas II : Tempat tidur


Almari Pasien
Kipas
Angin
Km. Mandi
Kursi Tunggu

- Kelas III : Tempat tidur


Almari Pasien
Kipas
Angin
Km. Mandi
Kursi Tunggu

6. Karakteristik Pasien Di Ruangan

- Ruang Bedah

Pasien merupakan pasien yang sebelum dan setelah dilakukan operasi, rata-rata pasien

memilki Riwayat penyakit bedah yang harus mendapatkan Tindakan operasi sehingga

pasien diklasifikasikan dalam ruang bedah.

- Ruang Penyakit Dalam

Pasien pada ruangan ini merupakan pasien dengan karakteristik penyakit menular dan

tidak menular sehingga pasien di pisahkan berdasarkan jenis penyakitnya.

- Ruang Kelas 1

Pasien pada ruang kelas 1 merupakan pasien dengan karakteristik penyakit dalam yang

memilih tempat berdasarkan kelas askes maupun mandiri yang sesuai dengan

permintaan pasien.

7. Metode Yang Digunakan diruangan

Metode yang digunakan dalam setiap ruangan adalah sama yaitu metode Tim dengan

Komunikasi Efektif yaitu S-BAR, dimana perawat maupun dokter berkomunikasi

berdasarkan metode komunikasi S-BAR, perawat juga melakukan ronde keperawatan di

setiap pergantian dinasnya.

D. Analisa SWOT

Berdasarkan Analisa jurnal dan data diatas maka dilakukan Analisa SWOT untuk

diterapkan di rumah sakit adalah sebagai berikut:

No Aspek Strength Weakness Opportunity Treaths


. Yang (kekuatan) (Kelamahan) (Peluang) (Ancaman)
Analisis
1. Kebijaka Rumah sakit Kemampuan Perawat mampu Ijin dan
n mendukung perawat yang memperbaharui dukungan
kebijakan belum ilmu sehingga tim medis
intervensi mempelajari dapat diterapkan lain dalam
mandiri tentang intervensi ini melakukan
keperawatan Pemberian intervensi ini
resusitasi cairan
dengan jenis dan
jumlah yang tepat
dan cepat
2. SDM Jumlah Perawat Kurangnya Perawat mampu Ketidaktepata
di ruangan pemahaman memperbaharui n perawat
cukup memadai tentang ilmu sehingga gawat darurat
Pemberian dapat diterapkan dalam
resusitasi cairan intervensi ini menangani
dengan jenis dan pasien dengan
jumlah yang tepat syok
dan cepat hipovolemik
3. Dana Tersedianya Kurang Pasien dan Kemauan
sarana lengkapnya perawat perawat
pelayanan di kebutuhan memiliki dalam
IGD sarana komunikasi melakukan
pelayanan yang terjalin intervensi
kegawatdarurata baik
n di IGD
4. Metode Perawat Adanya perawat Perawat perlu Kemuan dan
diruangan yang belum memperbharui motivasi
menggunakan memahami ilmu dan perawat
metode yang tentang alur manajemen dalam
baik dalam ronde tatalaksana memperbhar
manajemen keperawatan kegawat ui ilmu nya
keperawatan yang baru daruartan syok
5. Sarana Sarana Tidak tersedia Perawat mampu Tidak ada
dan mendukung dengan lengkap memaksimalkan
Prasaran penanganan penggunaan alat
a kegawatdarurata kegawatdarurata
n syok n dengan
maksimal

E. RELEVANSI JURNAL

1. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi ril di klinis atau di lapangan

Berdasarkan observasi yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam klien yang mengalami

hipertermi akibat kejang demam didapatkan bahwa ketika klien baru tiba di IGD klien

tampak lemas, badan teraba panas, akral dingin, suhu 39.9oC, dan setelah dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan bahwa data klien ada dalam tanda-tanda

peningkatan suhutubuh, setelah di berikan kompres hangat denga tepid sponge ditambah

dengan kolaborasi pemberianobat antipiretik selama sekitar 60 menit didapatkan bahwa

tanda-tanda vital klien mengalami sedikit peningkatan, pemberian kompres hangat

dengantepidsponge ini juga didukung oleh tindakan lain salah satu nya adalah pemberian

terapi cairan, dimana kedua intervensi tersebut dapat membantu klien dalam menurunkan

demam pasien serta meningkatkan rehidrasi cairan klien, sehingga klien merasa lebih

nyaman dan lebih rileks

2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

- Kelebihan
a. Metode penelitian eksperimen dengan membandingkan diberikan dan tidak di

tindakan intervensi kompres hangat dengan tepid sponge

b. Hasil penelitianya telah dijelaskan diberikan dan tidak di tindakan intervensi

c. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi ilmu keperawatan, sebagai terapi awal yang

bisa dilakukan di IGD

- Kekurangan

Dalam jurnal ini peneliti memiliki berbagai kekurangan,antara lain:

a. Didalam jurnal penelitian ini tidak dijelaskan lokasi penelitian secara jelas.

b. Peneliti tidak mencantumkan Counfounding factors tidak diidentifikasi.

c. Dalam penelitian ini belum dijelaskan ethical approval (Kelayakan Etik)

d. Informed consent dalam penelitian ini tidak dijelaskan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Analisis
Jurnal penelitian ini secara keseluruhan belum sesuai / sudah sesuai. Kesesuaian dan

ketidak sesuaiannya adalah:

1. Kesesuaian

- Dalam abstrak sudah dicantumkan tujuan umum dari penelitian yang mengacu pada judul,

mencantumkan desain dari penelitian

- Peneliti menyebutkan subyek penelitian dalam abstrak penelitian serta hasil penelitian

- Latar belakang penelitian menjelaskan seriousness of the problem, magnitude dan

manageability, political concern dan community/ public concern

- Waktu dan tempat penelitian sudah dijelaskan dalam jurnal

- Populasi dan sampel penelitian sudah dijelaskan dalam jurnal dan mencantumkan metode

pengambilan sampel.

- Karakteristik responden tempat penelitian sudah dicantumkan untuk mengetahui

karakterisitik responden

- Hasil penelitian sudah mengungkapkan hasil dari penelitian secara keseluruhan dan

menjawab hipotesis penelitian


- Pembahasan sudah menjelaskan makna hasil penelitian yang bukan merupakan pengulangan

hasil penelitian, tetapi merupakan pembahasan secara rinci hasil – hasil penelitian yang

dikaitkan dengan tujuan penelitian

- Kesimpulan dan saran sesuai

2. Ketidak sesuaian

- Syarat judul penelitian Menarik, menggambarkan apa yang ingin dibahas, singkat, standar

baku 13 kata, tidak memuat tempat penelitian. dan tidak memuat waktu penelitian

- Latar belakang belum menggambarkan dari dilakukannya penelitian, karena hanya

berdasarkan penelitian sebelumnya dan belum ada study pendahuluan di tempat penelitian

dilaksanakan

- dalam abstrak tidak dicantumkan tempat penelitian dan tidak ada waktu kapan dilakukan

penelitian

- Peneliti tidak menyebutkan subyek penelitian dalam abstrak penelitian

- Dalam abstrak tidak dicantumkan simpulan dari penelitian

- tidak ditemukan rumusan masalah yang yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan

data untuk mendukung pemecahan suatu masalah.

- Dalam jurnal tidak mencantumkan tujuan penelitian berupa tujuan umum dan tujuan khusus,

manfaat penelitian dan ruang lingkup

- Tidak ditemukan gambaran tempat penelitian hanya tercantum lokasi yaitu ruang rawat inap

anak RS PMI Bogor sehingga tidak mengetahui karateristik tempat penelitian

- Dalam jurnal tidak mencantumkan Jenis penelitian, Pendekatan yang digunakan dan jenis

data

- Tidak menjelaskan variabel penelitian yangmerupakan sebuah konsep penelitian (Kerlinger,

1978). Variabel penelitian merupakan uraian tentang obyek penelitian atau hal – hal yang

diamati. Dalam penelitian seharusnya mencantumkan variabel penelitian

- Gambaran daerah tempat penelitian tidak dicantumkan untuk mengetahui karakterisitik

tempat penelitian

- Metode pengolahan data menggambarkan metode yang digunakan dalam mengolah data.

Metode pengolahan data yang biasanya digunakan yaitu : Editing ,Coding, Tabulating ,

Transfering
- Metode penyajian data tidak menggunakan penyajikan data agar lebih mudah dibaca.

Pemakaian tabel sudah menggunakan nomor tabel, judul tabel (variabel, tempat, waktu), tabel

memuat kolom nomor, raw dan kolom, mencantumkan sumber data pada tabel dan ada

interpretasi dari tabel tersebut

B. Rekomendasi/ Saran untuk Jurnal Berikutnya


Rekomendasi untuk jurnal berikutnya yaitu untuk meneliti metode lain dalam penanganan

hipertermi pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh

C. Rekomendasi/saran untuk RS:


a. Secara Umum
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam asuhan keperawatan pasien
dengan hipertermi
b. Bagi tenaga kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai self-assesment bagi perawat dalam menangani
pasien dengan hipertermi
c. Bagi pasien / keluarga pasien
Hendaknya dapat mengerti dan mengenali tanda bahaya hipertermi dirumah dan dapat
memberikan pertolongan pertama atu tindakan cepat bagi keluarga yang beresiko
mengalami kejang demam atau akibat penyakit atau lainya
DAFTAR PUSTAKA

Kania, N. (2007). Penatalaksanaan demam pada anak. Bandung: Unpad.

Latupeirissa, D. (2012). Demam berkepanjangan pada anak di RSUP Fatmawati tahun 2008-
2010. Sari Pediatri. 14(4): 241-5

Lestari, N.E. (2018). Telaah Kepustakaan: Penurunan Tingkat Nyeri Menggunakan Terapi
Musik
Pada Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan Pemasangan Infus. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan Keris Husada. 2(1): 25-30.

Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., & Behrman, R.E. (2014). Nelson ilmu kesehatan

anak esensial. Jakarta: Saunders Elsevier.

Mulyani & Lestari. 2020. Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus. Poltekkes Mataram.
Jakarta

Sodikin. (2012). Prinsip perawatan demam pada anak. Jakarta: Rufaida LQ.

Supartini. (2012). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

Suryadi & Yuliani. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai