Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus
DISUSUN OLEH:
FATMAWATI : 21.01.03.071
EKA RANIKE OKTALIA S : 21.01.03.017
DWIYANI SYAHNING P : 21.01.03.013
RENDI KURNIAWAN : 21.01.03.044
REGINA SCUNDA MAYA A : 21.01.03.043
RISA RINGGALIH : 21.01.03.045
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus
DISUSUN OLEH:
FATMAWATI : 21.01.03.071
EKA RANIKE OKTALIA S : 21.01.03.017
DWIYANI SYAHNING P : 21.01.03.013
RENDI KURNIAWAN : 21.01.03.044
REGINA SCUNDA MAYA A : 21.01.03.043
RISA RINGGALIH : 21.01.03.045
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(……………………………..)
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan analisis jurnal stase keperawatan Anak Maksud dan tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah guna mengetahui memenuhi tugas laporan analisis jurnal kelompok
Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan
ini.Namun tentu saja laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan saran
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi penulis pada
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Anak merupakan sumber daya manusia suatu bangsa. Anak harus hidup sejahtera agar
tumbuh dan berkembang dengan optimal untuk melaksanakan tugas-tugas dimasa yang akan
datang. Anak yang status kesehatannya sering terganggu kelak akan tumbuh menjadi pribadi
yang lemah dan tidak siap untuk menjalankan tugas sebagai penerus bangsa (Bidulp, dalam
Darmayanti, 2018).
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang
dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi ( 0-1 tahun ), usia bermain toodler ( 1-3 tahun ), pra
sekolah ( 3-5 tahun ), usia sekolah ( 5-11 tahun) hingga remaja ( 11-18 tahun). Rentang ini
berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak
terdapat rentang perubahan dan pertumbuhan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku social
(Yuniarti,2015).
Usia toodler adalah masa yang dimana anak yang menjadi paling hebat dalam pertumbuhan
dan perkembangan. Masa yang sulit dilalui oleh orang tua dan anak, yang penting baik untuk
perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Di dalam keadaan tubuh anak sudah
mulai terbentuk sistem mekanika pertahanan tubuh untuk mempertahankan sistem kekebalan
tubuhnya. Anak usia toodler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya.
Sumber stress yang utama adalah akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan
tahapannya, yaitu tahap proses, putus asa, dan pengingkaran (denial). Oleh karena itu
pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuan untuk mengontrol
diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Perubahan yang terjadi pada anak yang sehat akan berlangsung sesuai dengan perkembangan
usianya. Anak yang mengalami penyakit akan menyebabkan perubahan fisiologis.
Kemampuan anak untuk melewati kondisi sakit dipengaruhi oleh proses adaptasi dan
pertahanan fisiologis tubuh serta ketahanan psikologis dan lingkungan sosialnya (Perry &
Potter, 2006). Ketika seorang anak sakit, orang tua langsung memegang dahi bayi dengan
menggunakan punggung tangan atau telapak tangan untuk mengetahui suhu tubuh anak yang
tinggi atau tidak itu bukanlah suatu penyakit yang biasanya disebut dengan demam.
Salah satu faktor yang mempengaruhi seringnya anak mengalami sakit adalah wilayah tropis,
dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi kuman untuk berkembang biak.
Berbagai penyakit itu biasanya semakin mewabah pada musim peralihan. Terjadinya
perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak
dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu tubuh yang
disebut sebagai demam (Damayanti, 2008 dalam Ali, 2011)
Demam adalah suatu respon pengaturan tubuh yang adaptif terhadap rangsangan sistem imun
( biologi dan kimia). Selama fase akut respon terhadap demam melibatkan sistem otonom,
perilaku dan proses neuroendokrin (Thompson, 2007). Peningkatan suhu tubuh yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi
berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidup nya, lebih lanjut dapat
mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang anak ( Reiga, 2010). Demam menjadi
masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat, dan orang tua baik dirumah sakit
maupun di masyarakat. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya bagi
kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak(Anver, 2009).
Hasil dari penelitian menunjukan 80 % orang tua fobia terhadap demam ( Karnia,2010).
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tnggi dari biasanya atau suhu diatas
normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan.
Para peneliti melaporkan orang tua yang menjadi cemas ketika anak mereka mengalami
demam, hal ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi demam
tidak memadai sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung berlebihan
(Lumbantobing,2006).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan
cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri
obat penurun panas ( Setiawati, 2009)
Upaya penanganan ketidaknyamanan berkaitan dengan demam sebaiknya di dasari oleh
mekanisme proses terjadinya kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas
dapat terjadi konduksi , konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perpindahan panas
sebagai akibat perpindahan suhu antara kedua objek. Kehilangan panas terjadi ketika adanya
kontak langsung antara kulit anak dengan permukaan yang lebih dingin (Yunanto, 2010)
Salah satu teknik untuk menurunkan suhu tubuh adalah dengan menggunakan metode
kompres hangat tapid sponge dengan cara yang benar (Thomas, 2008). Metode ini dilakukan
dengan mengompres menggunakan handuk atau waslap yang dibasahi air hangat (30°C).
Tapid sponge dengan cara yang benar dapat menurunkan demam lebih cepat 15 menit dari
pada hanya dengan obat antipiretik (Alves,2008).
Kompres yaitu salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam.
Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan saat anaknya demam.
Namun kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam
tidak turun, bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan.
Pada saat sekarang kompres yang dianjurkan adakah kompres air hangat karena
dianggap lebih efektif dari pada kompres dingin.
Menurut Hamid (2011), penelitian yang dilakukan jika anak yang mengalami demam dengan
cara melakukan Kompres hangat tapid sponge. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
kompres hangat tapid sponge menunjukan bahwa suhu pada menit ke 5 dan ke 14 belum ada
menunjukan perbedaan. Penurunan suhu tubuh tampak nyata berbeda mulai menit ke 30
sampai ke 120. Besar selisih rata-rata penurunan suhu tubuh antara kedua kelompok
perlakuan yang berbeda setiap waktu pengukuran, besar selisih antara kompres konvensional
dan kompres hangat tapid sponge sebesar 0,81°C pada menit ke 60. Dengan demikian hasil
dari penelitian Hamid (2011), menunjukan lebih efektif menggunakan kompres hangat tapid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh
di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pada anak
yang mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan otak,
hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan
belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa tindakan
keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu Tepid Water Sponge (TWS)
Tepid water sponge merupakan suatu metode pemandian tubuh yang dilakukan dengan cara
mengelap sekujur tubuh yang dilakukan dengan cara mengelap sekujur tubuh dan melakukan
kompres pada bagian tubuh tertentu dengan menggunakan air yang suhunya hangat untuk
jangka waktu tertentu (Perry & Potter, 2010). Pada saat pemberian tepid water sponge otak
akan menyangka bahwa suhu diluar panas, sehingga otak akan segera memproduksi dingin
dan terjadilah penurunan suhu tubuh. dengan kompres hangat pada daerah vaskuler yang
banyak, maka akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi. Vasodilatasi yang kuat
pada kulit akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh kekulit, hingga
delapan kali lipat lebih banyak (Tamsuri, 2007)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas dari program pendidikan profesi NERS state
Keperawatan Anak.
2. Tujuan Khusus
tersebut.
b) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang isi dari jurnal yang di analisa.
C. Manfaat
analisa ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi perawat pelaksana
2. Bagi institusi
Analisa Jurnal ini diharapkan sebagai sumber tambahan referensi bagi institusi yang
Analisa Jurnal ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat
A. Analisis Penulisan
Judul Jurnal : Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan
Hipertermia: Studi Kasus
Nama Peneliti : Emy Mulyani, Nur Eni Lestari
Tahun Terbit : 2015
1. P (Patient)
Anak yang dirawat dengan diagnosis medis DHF yang mengalami masalah keperawatan
hipertermia. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat catatan medis dan catatan
keperawatan pasien yang mendapat intervensi TWS serta dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan observasi langsung terhadap pasien tersebut. Pemberian TWS dilakukan sesuai
dengan prosedur operasional pemberian TWS. TWS diberikan 20-30 menit setelah
diberikan antipiretik. Evaluasi efek TWS terhadap masalah keperawatan hipertemia pada
anak dilakukan setelah dilakukan tindakan tepid water sponge pada 20 – 30 menit setelah
pemberian antpiretik.
2. I (Intervention)
Pada kasus pertama An SL, pada hari pertama tindakan tepid water sponge dilakukan
sebanyak 2 kali. Tindakan ini dilakukan karena 2 jam setelah dilakukan tindakan, suhu
tubuh klien masih diatas 38ºC. Sehingga dilakukan kembali tindakan pemberian TWS.
Selama diberikan tindakan, klien kooperatif dan tampak tenang. Setelah dilakukan
intervensi pemberian TWS selama 2x 2 jam, terjadi penurunan suhu tubuh sebanyak 2ºC.
Pada hari kedua, tindakan tepid water sponge, klien kembali mengalami hipertermi
dengan suhu 38,4ºC. Pada hari kedua dilakukan kembali pemberian TWS sebanyak 2 kali
dengan dan didapatkan penurunan suhu 2ºC setelah dilakukan intervensi TWS selama 2x2
jam. Pada hari ketiga tindakan tepid water sponge dilakukan hanya 1 kali
karena 2 jam setelah dilakukan intervensi TWS suhu tubuh klien yang semula 38,7 ºC
sudah turun menjadi 37,3ºC. Pemberian TWS pada hari ketiga juga berjalan dengan
baik,klien kooperatif dan tenang. Rata-rata penurunan suhu tubuh pada pasien kedua
adalah 2ºC.
3. Comparation
Pada penurunan suhu tubuh antara klien pertama dan kedua terdapat perbedaan sebesar
1ºC. Hal tersebut bisa terjadi oleh karena ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi
penurunan suhu tubuh salah satunya yaitu faktor umur klien. Usia merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (Hegner, 2003). Yang mana umur pasien
kedua An. A berusia 3 tahun dibawah dari umur pasien pertama An. SL berusia 10
tahun. Anak dengan umurnya lebih besar atau tinggi badan atau berat badan lebih,
memiliki permukaan tubuh yang lebih luas. Pada saat tindakan tepid water sponge
permukaan tubuh anak semakin luas kulit yang kontak dengan waslap dan air hangat
sehingga pelepasan panas baik melalui cara evaporasi maupun konveksi bisa lebih
4. O (Outcome) :
Pada pengkajian klien pertama dan kedua didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh dan
oleh perawat salah satunya yaitu dengan memberikan tepid water sponge. Pada dua klien
yang dilakukan teknik tepid water sponge terbukti dapat menurunkan demam. Terdapat
perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua klien yang tidak signifikan setelah
dilakukan tindakan tepid water sponge yaitu sebesar 0,2ºC. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor penurunan suhu tubuh yaitu faktor usia klien. Yang mana kasus pertama
5. T (Tipe of study)
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada 2 kasus anak dengan masalah
hipertermia. Evaluasi ini dilakukan melalui wawancara terhadap orangtua dan pasien
peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit dan adanya tanda gejala dehidrasi.
C. Gambaran Umum RS/ Ruangan
Rumah Sakit Islam Metro didirikan oleh sebuah Yayasan yaitu Yayasan Da'wah dan
Pemeliharaan Masjid Taqwa (YDPMT) Metro yang diketuai oleh Bp. Hi. A. Sajoeti
Mantan Bupati Lampung Tengah. Pada tanggal 4 oktober 1976 dilakukan peletakan batu
pertama pembangunan Rumah Sakit Islam Metro yang berlokasi di Jln. Jend. Sudirman 21
P Metro yang kini berubah menjadi Jln. Jend. AH. Nasution No. 250 Yosodadi Metro
Setelah ± 2 tahun dari peletakan batu pertama tepatnya pada tanggal 21 Februari 1978.
Ruang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit ruangan di Rumah Sakit Islam
KETENAGAAN :
Tenaga Medis
1 Dokter Umum 10 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 Spesialis Bedah 3 Orang
4 Spesialis Obstetrik & Ginekologi 2 Orang
5 Spesialis Anak 1 Orang
6 Spesialis Penyakit Dalam 2 Orang
7 Spesialis Radiologi 1 Orang
8 Spesialis Patologi Klinik 1 Orang
9 Spesialis THT 2 Orang
10 Spesialis Mata 1 Orang
11 Spesialis Fisik dan Rehabilitasi Medik 1 Orang
12 Spesialis Syaraf 1 Orang
13 Spesialis Anestesi 1 Orang
14 Spesialis Orthopedi 1 Orang
Total Tenaga Medis 28 Orang
Tenaga paramedis
1 D. III Keperawatan 80 Orang
2 D IV Keperawatan 2 Orang
3 SI Keperawatan/Ners 13 Orang
4 D. III Kebidanan 12 Orang
5 D III Perawat Gigi 1 Orang
6 Perawat Anestesi 2 Orang
Total Tenaga paramedic 110 Orang
PERINCIAN KAMAR/BED
No Jenis Pelayanan KLS. KLS Tanpa
VIP KLS. II
I . III Kls
1 VIP 7 - - - -
2 Kelas 1 Umum - 6 - - -
3 Ruang Penyakit Dalam - 2 2 4 -
4 Ruang Bedah - 2 1 3 -
5 Ruang Anak - 2 2 1 -
6 R. Obstetri & Genekologi - 1 2 2 -
7 R. Perinatologi / Bayi - - - - 1
8 R. Syaraf - - 2 2 -
9 R. HCU - - - - 2
10 R. Isolasi - 4 - - -
11 Poliklinik - - - - 8
12 Hemodialisa - - - - 7
Tabel Jumlah Tempat Tidur
Jumlah Perincian Tempat Tidur Perkelas
5. N Jenis Pelayanan / TT Kelas Tanp
Kelas Kelas Kelas
o Ruang Rawat Inap Tersedi Utam a
I II III
a a Kelas
1 2 3 4 5 6 7 8
1 VIP 7
2 Kelas 1 Umum 6
3 Penyakit dalam 2 4 12
4 Bedah 2 2 13
Kesehatan
5 6 4
Anak
Obstetrik &
6 1 2 4
Ginekologi
Perinatologi / 4(box
7
Bayi bayi)
8 Syaraf 1 2 6
R.
9 2
HCU
10 R. Isolasi 4 1
JUMLAH 0 7 16 16 39 3
TOTAL 81
VI
- : Tempat tidur
P
Kulkas
AC
TV
Almari Pasien
Km. Mandi +
WC
Wastafe
l
Meja Kursi
Dispenser
Kelas
- : Tempat tidur
I
Almari Pasien
TV
AC
Km. Mandi
Kursi Tunggu
Dispenser
- Ruang Bedah
Pasien merupakan pasien yang sebelum dan setelah dilakukan operasi, rata-rata pasien
memilki Riwayat penyakit bedah yang harus mendapatkan Tindakan operasi sehingga
Pasien pada ruangan ini merupakan pasien dengan karakteristik penyakit menular dan
- Ruang Kelas 1
Pasien pada ruang kelas 1 merupakan pasien dengan karakteristik penyakit dalam yang
memilih tempat berdasarkan kelas askes maupun mandiri yang sesuai dengan
permintaan pasien.
Metode yang digunakan dalam setiap ruangan adalah sama yaitu metode Tim dengan
D. Analisa SWOT
Berdasarkan Analisa jurnal dan data diatas maka dilakukan Analisa SWOT untuk
E. RELEVANSI JURNAL
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam klien yang mengalami
hipertermi akibat kejang demam didapatkan bahwa ketika klien baru tiba di IGD klien
tampak lemas, badan teraba panas, akral dingin, suhu 39.9oC, dan setelah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan bahwa data klien ada dalam tanda-tanda
peningkatan suhutubuh, setelah di berikan kompres hangat denga tepid sponge ditambah
dengantepidsponge ini juga didukung oleh tindakan lain salah satu nya adalah pemberian
terapi cairan, dimana kedua intervensi tersebut dapat membantu klien dalam menurunkan
demam pasien serta meningkatkan rehidrasi cairan klien, sehingga klien merasa lebih
- Kelebihan
a. Metode penelitian eksperimen dengan membandingkan diberikan dan tidak di
c. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi ilmu keperawatan, sebagai terapi awal yang
- Kekurangan
a. Didalam jurnal penelitian ini tidak dijelaskan lokasi penelitian secara jelas.
BAB III
A. Kesimpulan Analisis
Jurnal penelitian ini secara keseluruhan belum sesuai / sudah sesuai. Kesesuaian dan
1. Kesesuaian
- Dalam abstrak sudah dicantumkan tujuan umum dari penelitian yang mengacu pada judul,
- Peneliti menyebutkan subyek penelitian dalam abstrak penelitian serta hasil penelitian
- Populasi dan sampel penelitian sudah dijelaskan dalam jurnal dan mencantumkan metode
pengambilan sampel.
karakterisitik responden
- Hasil penelitian sudah mengungkapkan hasil dari penelitian secara keseluruhan dan
hasil penelitian, tetapi merupakan pembahasan secara rinci hasil – hasil penelitian yang
2. Ketidak sesuaian
- Syarat judul penelitian Menarik, menggambarkan apa yang ingin dibahas, singkat, standar
baku 13 kata, tidak memuat tempat penelitian. dan tidak memuat waktu penelitian
berdasarkan penelitian sebelumnya dan belum ada study pendahuluan di tempat penelitian
dilaksanakan
- dalam abstrak tidak dicantumkan tempat penelitian dan tidak ada waktu kapan dilakukan
penelitian
- tidak ditemukan rumusan masalah yang yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan
- Dalam jurnal tidak mencantumkan tujuan penelitian berupa tujuan umum dan tujuan khusus,
- Tidak ditemukan gambaran tempat penelitian hanya tercantum lokasi yaitu ruang rawat inap
- Dalam jurnal tidak mencantumkan Jenis penelitian, Pendekatan yang digunakan dan jenis
data
1978). Variabel penelitian merupakan uraian tentang obyek penelitian atau hal – hal yang
tempat penelitian
- Metode pengolahan data menggambarkan metode yang digunakan dalam mengolah data.
Metode pengolahan data yang biasanya digunakan yaitu : Editing ,Coding, Tabulating ,
Transfering
- Metode penyajian data tidak menggunakan penyajikan data agar lebih mudah dibaca.
Pemakaian tabel sudah menggunakan nomor tabel, judul tabel (variabel, tempat, waktu), tabel
memuat kolom nomor, raw dan kolom, mencantumkan sumber data pada tabel dan ada
Latupeirissa, D. (2012). Demam berkepanjangan pada anak di RSUP Fatmawati tahun 2008-
2010. Sari Pediatri. 14(4): 241-5
Lestari, N.E. (2018). Telaah Kepustakaan: Penurunan Tingkat Nyeri Menggunakan Terapi
Musik
Pada Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan Pemasangan Infus. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan Keris Husada. 2(1): 25-30.
Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., & Behrman, R.E. (2014). Nelson ilmu kesehatan
Mulyani & Lestari. 2020. Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus. Poltekkes Mataram.
Jakarta
Sodikin. (2012). Prinsip perawatan demam pada anak. Jakarta: Rufaida LQ.
Supartini. (2012). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
Suryadi & Yuliani. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: EGC