Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Terapi
Aktivitas Kelompok Menggambar Terhadap Perubahan Interaksi pada pasien
Halusinasi” tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah kami ini.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan-kekurangan yang


perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat bermanfaat seperti yang kami harapkan. sebagai akhir kata,
kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Samarinda, 19 Desember 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAftar isi..................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................5
E. Metode Penulisan......................................................................................5
F. Sistematika Penulisan...................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Landasan teori...........................................................................................6
B. Tujuan........................................................................................................6
C. Aktivitas dan Indikasi.................................................................................7
D. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori..................................7
Terapi Stimulasi Sensori Suara Mendengar Musik..........................................8
Terapi Stimulasi Sensori Menggambar...........................................................12
Terapi Stimulasi Sensori Menonton TV/Video................................................16
Pengorganisasiaan Dan Role Play.......................................................................20
A. Pengorganisasian....................................................................................20
Peran Dan Tugas............................................................................................20
B. Role Play..................................................................................................22
BAB III...................................................................................................................27
PENUTUP.............................................................................................................27
A. Simpulan..................................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi


modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien
dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. Salah satu jenis
terapi aktivitas kelompok untuk klien gangguan interaksi sosial : menarik diri
adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori)
agar memberi respon yang adekuat.(Kelliat B.A & Akemat,2014). Terapi ini
diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Samarinda merupakan


pusat rujukan dalam merawat klien dengan gangguan jiwa di Kalimantan
Timur. Berdasarkan data dari Riskerdas Kalimantan Timur tahun 2018
Prevalensi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa 5 orang per
mil.Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur>
15 tahun sebesar 6,1.Cakupan pengobatan pada penderita depresi tahun
2018 yang berobat 9% dan yang tidak berobat 91%.

Kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan untuk


menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain atau suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (Rawlins, 2003).
Kerusakan interaksi sosial terjadi apabila individu menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Pemutusan
proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap
proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta dan tidak
mampu berespon dengan lingkungan sosialnya, kondisi ini dapat
mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan menghindar dari
orang lain. Apabila tingkah laku tersebut tidak segera ditanggulangi dapat
menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang lebih berat seperti
munculnya halusinasi, risiko mencederai diri dan orang lain dan penurunan
minat kebutuhan dasar psikologis. Asuhan keperawatan klien dengan
kerusakan interaksi sosial dilakukan dengan pendekatan individu dan
pendekatan kelompok. Hal ini dapat dilakukan terapi aktivitas kelompok,
penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan kekambuhan serta pemulihan
harga diri klien selama dirawat di Rumah Sakit. Dinamika kelompok
membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku
maladaptif.

Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok


dapat memberikan dampak positif dan dapat membantu klien meningkatkan
perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif terutama pada pasien
dengan kerusakan interaksi sosial yang salah satunya disebabkan oleh
ketidakmampuan berespon dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mempunyai tujuan


agar klien mampu memberikan respon dan dapat mengekspresikan
perasaan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori klien dapat menggunakan semua
panca inderanya untuk merespon stimulus yang diberikan, sehingga klien
dapat memberi respon yang adekuat, dengan kemampuan memberi respon
terutama terhadap lingkungan diharapkan klien mampu meningkatkan
hubungan sosial dengan orang lain.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori


sebagai tindakan terapeutik asuhan keperawatan jiwa?
C. TUJUAN

Untuk mengetahui prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi


sensori sebagai tindakan terapeutik dalam asuhan keperawatan jiwa

D. MANFAAT

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai prinsip


terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai tindakan terapeutik
dalam asuhan keperawatan jiwa

E. METODE PENULISAN

Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-


data bersifat sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi
kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur penunjang masalah yang
dibahas.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

1. Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk


menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respon yang
adekuat (Keliat, 2014)
2. Terapi aktivitas kelompok:stimulasi sensori merupakan aktivitas yang
digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan
melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas
kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami
kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitas
penggunaan pancaindera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih, 2016).
Jadi, terapi stimulasi sensori merupakan jenis terapi dengan
menstimulasi sensori klien untuk mendapatkan reaksi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi, dan ucapan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum:
Tujuan umum klien dapat berespon terhadap stimulus pancaindera
yang diberikan
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kemampuan sensoris
b. Meningkatkan uupaya meningkatkan pusat perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Tujuan khusus berdasarkan jenis Terapi Stimulasi Sensori:
a. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar
b. Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
C. AKTIVITAS DAN INDIKASI

Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi Sensori adalah


klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan
kurang komunikasi verbal. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus
terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video,
tarian, dan nyanyian.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Jika klien pergi atau meninggalkan ruangan terapis mengingatkan
kontrak yang telah disepakati.
2. Jika pasien diam fasilitator membujuk klien untuk berbicara jika
klien tetap tidak mau berbicara terapis atau leader meningkatkan
motivasi klien dengan mengatakan “ Yang lain bisa pasti Bapak
bisa “
3. Jika klien melakukan hal –hal yang tidak di inginkan (amuk,
Mengganggu pasien lain, ribut ) terapis mengingatkan tentang
aturan permainan.

D. JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI

TAK stimulasi sensori memiliki 3 sesi yaitu:

a) Sesi 1 : mendengarkan musik


b) Sesi 2 : Menggambar
c) Sesi 3 : Menonton TV/video
Terapi Stimulasi Sensori Suara Mendengar Musik

Sesi 1 : mendengar musik

I. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara pada pasien


sehingga terjadi perubahan perilaku.

II. Tujuan
1. Klien mampu mengenali musik yang didengar
2. Klien mempu memberii respon terhadap music
3. Klien mampu menceritakan perasannya setelh mendengarkan music
III. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
IV. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset lagu dangdut, slow music, rohani (religius)
V. Metode
1. Diskusi
2. Sharing persepsi
VI. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi menarik
diri, harga diri rendah dan tidak mau bicara
b) Mempersiakan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Salam dari terapis kepada klien
c) Evaluasi atau validasi
d) Menanyakan perasaan klien saat ini
e) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaiu mendengarkan music
 Terapis menjelaskan aturan main berikut :
° Jika ada klien yang ingin meningalkan kelompok, harus minta
ijin kepeda terapis
° Lama kegiatan 45 menit
° Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri ( nama, dan
nama panggilan ) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum
jam.
b) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c) Terapis dan klien memakai papan nama.
d) Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk
tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai
klien akan diminta mencritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan
klien setelah mendengan lagu.
e) Terapis memutar lagu, klien mendengar boleh berjoget, tepuk tangan
(kira-kira 15 menit) music yang diputar boleh diulang beberapa kali.
Terapis mengobservasi respon klien terhadap musik
f) Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya.
Sampai semua klie mendapat giliran.
g) Terapis memberiikan pujian, setiap klien menceritakan perasaannya,
dan mengajak klien lain bertepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan music yang disukai
dan brmakna dalam kehidupannya.
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang yaitu menggambar.
 Menyepakati waktu dan tempat.
5. Evaluasi Dan Dokumentasi
a) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya


pada tahap kerja.aspek yang dievaluasi adlah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensori mendengar musik,
kemampuan klien yang diharapkan dalah mengikuti kegiatan , respon
terhadap musi, memberi pendapat tentang musik yang didengar dan
perasaan sat mendengar music. Formulir evaluasi sebagai berikut:

SESI 1:TAK

STIMULASI SENSORI MENDENGAR MUSIK

KEMAMPUAN MEMBERI RESPON PADA MUSIK


NAMA KLIEN
NO ASPEK YANG DINILAI

1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2. Memberii respon ( ikut benyanyi/ menari/ joget/


menggerakkan tangan dan kaki dagu sesuai
irama)

3. Memberii pendapat tetang music yang


didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah mendengar lagu

Petunjuk

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
merespon, memberi pendapat, mennyampaikan perasaan tentang music
yang didengar (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu
b) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada


catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi sensori mendengar music. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir
dan menggerakkan jari sesuai dengan irama music namun belum mampu
memberi pendapat dan perasaan tentang music. Latih klien untuk
mendengarkan music diruang rawat.
Terapi Stimulasi Sensori Menggambar

Sesi 2 : Menggambar

I. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus menggambar pada


pasien sehingga terrjadi perubahan perilaku.

II. Tujuan
1. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar
2. Klien dapat memberii makna gambar
III. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
IV. Alat
1. Kertas HV A
2. Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)
V. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi
VI. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dan klien memakai papan nama
b) Evaluasi / validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c) Kontrak
 Terapis menjelaskan ktujuan kegiatan, yaitu menggambar
dan menceritakannya kepada orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
° Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis
° Lama kegiatan 45 menit
° Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menggambar dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain .
b) Terapis membagikan kertas dan pensil untuk tiap klien
c) Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini
d) Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan
memberii penguatan kepada klien untuk terus menggambar.
Jangan mencela klien.
e) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-
masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang
telah dibuatnya pada klien lain. Yang harus diceritakan adalah
gambar apa dan apa makna gambar tersebut untuk klien.
f) Kegiatan point e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.
g) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak
klien lain bertepuk tangan.

4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Trapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan
melalui gambar.
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV.
 Menyepakati waktu dan tempat.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
sensori menggambar, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mampu mengikuti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa yang
digambar dan menceritakan makna gambar.

SESI 2: TAK

STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR

KEMAMPUAN MEMBERI RESPON TERHADAP MENGGAMBAR

NAMA KLIEN
NO ASPEK YANG DINILAI

1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
menggambar, menyebutkan gambar dan menceritakan makna gambar.
Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu
b) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK


pada catatan proses keperawatan tiap klien contoh : klien mengikuti
sesi 2 TAK stimulasi sensori menggambar. Klien mengikuti sampai
selesai. Klien mampu menggambar, menyebutkan nama gambar,
dan menceritakan makna gambar. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaan melalui gambar.
Terapi Stimulasi Sensori Menonton TV/Video

Sesi 3 : Menonton TV / Video

I. Pengertian

TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara dan melihat pada
pasien sehingga terjadi perubahan perilaku

II. Tujuan
1. Klien dapat memberii respons terhadap tontonan TV/Video (jika
menonton TV, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan
bermakna terapi untuk klien).
2. Klien menceritakan makna acara yang ditonton.
III. Setting
1. Klien dan terapis duduk membentuk setengah lingkaran didepan
televise.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
IV. Alat
1. Video/CD player dan video tape/CD
2. Televise
V. Metode
Diskusi
VI. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang tlah mengikuti TAK sesi 2
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dank lien memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini

c) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton
TV/video dan menceritakannya
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
° Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis
° Lama kegiatan 45 menit
° Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a) Terapus menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menonton TV/video petikan film “laskar pelangi” dan menceritakan
makna yang telah ditonton.
b) Terapis memutar TV/VCD yang telah disiapkan.
c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/video
d) Setelah menonton, masing-masing klien diberi kesempatan
menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien.
Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada disebelah
kiri terapis. Sampai semua klien mendapat giliran.
e) Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak
klien lain bertepuk tangan dan memberiikan pujian.

4. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara TV yang baik
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan dating sesuai dengan indikasi
klien
 Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimlasi sensori
menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti
kegiatan, berespon terhadap tontonan, menceritakan isi tontonan,
dan mengungkapkan perasaan saat menonton. Formulir evaluasi
sebagai berikut :

SESI 3: TAK

STIMULASI SENSORIS MENONTON

KEMAMPUAN MEMBERI RESPON PADA TONTONAN


NAMA KLIEN
NO ASPEK YANG DINILAI

1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir TAK

2. Memberi respon pada saat menonton


(senyum, sedih, dan gembira)

3. Menceritakan cerita dalam TV/video

4. Menceritakan perasaan saat menonton

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
berespon, menceritakan, dan menyampaikan perasaan saat menonton.
Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu

b) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK


pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contohnya : klien
mengikuti sesi 3 TAK stimulasi sensori menonton. Klien mengikuti
kegiatan sampai selesai, ekspresi datar, dan tanpa respon, klien
tidak dapat menceritakan isi tontonan dan perasaannya. Tingkatkan
stimulus diruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

E. MEKANISME

1. Identifikasi Pertanyaan
a. Analisa PICOT
P ( Problem and Patient ) : Pasien dengan Halusinasi dengar
I ( Intervention ) : Terapi Aktivitas Kelompok Menggambar
C ( Comparation ) : Tidak ada perbandingan
O (Outcame) : Menurunkan tingkat Halusinasi pada pasien
Halusinasi pendengaran
T ( Time ) : Dilakukan 3 x TAK Menggambar (durasi15 -
30 menit)dalam sehari selama 3 hari dari
tanggal 15 Desember s/d 18 Desember
2019
b. Pertanyaan Klinis
Apakah terapi aktivitas kelompok mengambar dapat
meningkatkan interaksi pada pasien halusinasi.

BAB III
PENGORGANISASIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Topik : Stimulasi sensori

Sesi Ke : 4 (Menggambar dan mendengarkan musik)

Terapis : 4 orang Mahasiswa Praktek Profesi Ners Poltekes Kaltim 2019

Sasaran : Klien yang memenuhi kriteria yang berjumlah 4 orang

A. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar, klien dapat

memberi makna gambar


2. Tujuan Khusus
Tujuan umum klien dapat berespons terhadap stimulus pancaindra yang
diberikan, dan tujuan khususnya adalah :

1. Klien mampu berespons terhadap suara yang didengar


2. Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar

B. LANDASAN TEORITIS

1. Pendahuluan

Pada dasarnya terapi aktivitas kelompok telah dipergunakan dalam

praktek kesehatan jiwa yang juga merupakan bagian terpenting dari

keterampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi aktivitas kelompok


sebagai metode yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah

serta dapat dilihat keuntungannya yaitu :

- Mendapat dukungan (support)

- Pendidikan

- Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah


Dengan adanya kelompok dalam praktek jiwa akan memberikan
dampak positif dalam pencegahan, pengobatan dan terapi pemulihan
melalui terapi aktifitas kelompok. Dengan demikian perawat sebagai
pimpinan kelompok dapat menggunakan kelompok untuk mendorong
individu mengungkapkan masalah dan mendapat pemecahan masalah
dari kelompok sehingga perawat menilai klien selama berada dalam
kelompok.

Terapi yang dilakukan adalah dengan cara mengenalkan apa itu


halusinasi kepada klien. Permainan ini dipilih karena dapat merangsang
kemampuan persepsi dan komunikasi

2. Pengertian terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi sensori adalah upaya
menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar member respons yang
adekuat (Keliat, 2014).

3. Alat
1. Kertas HVS

2. Pensil atau Krayon

3. Tape/HP

4. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi

C. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK

Kriteria klien yang akan mengikuti kegiatan adalah :

1. Klien yang kurang komunikasi verbal


2. Klien yang kooperatif dengan riwayat isolasi sosial, menarik diri, halusinasi
3. Klien yang secara fisik sehat
4. Klien yang menyepakati kontrak dengan terapis sebelumnya

D. PROSES SELEKSI

1. Identifikasi klien yang masuk dalam kriteria

2. Membuat kontrak dengan klien :


 Menjelaskan tujuan kegiatan

 Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan

 Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam bermain.

E. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN

1. Hari/tanggal : Senin s/d Rabu (15 s/d 18 Desember 2019)

2. Tempat : Ruang Punai ( Ruang Makan )

3. Waktu : 08.30 s/d 09.00

4. Metode : menggambar dan mendengarkan

musik

5. Jumlah anggota : 4 orang

6. Setting tempat : Terapis dan klien duduk bersama

dalam lingkaran
Tempat tenang dan nyaman.

Keterangan :

= Leader

= Observer

= Klien

= Fasilitator

F. MEKANISME KEGIATAN TAK

No. Waktu Kegiatan TAK


Kegiatan Pasien
1. 05 Menit Perencanaan

a. Persiapan Materi
b. Persiapan media/alat
yang digunakan
c. Setting tempat terapis
dan peserta
d. Mengingatkan kontrak
kepada klien
e. Pembagian tugas terapis

2. 20 Menit Pelaksanaan

a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
 Memberi salam
 Memperkenalkan  Menjaw
terapis dan ab salam
pembimbing  Menden
 Menanyakan nama gar dan
dan panggilan semua memperhatikan
klien
 Berdoa memulai  Memper
kegiatan kenalkan diri.
2. Evaluasi/Validasi
 Menanyakan  Mengik
perasaan klien saat ini uti dan
3. Kontrak memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan kegiatan
 Menjelaskan
kontrak, waktu, dan  Mengun
topik kegiatan. gkapkan perasaan
 Menjelaskan  Menden
aturan permainan, gar dan
yaitu sebagai berikut: memperhatikan
 Jika ada klien yang  Menden
ingin meninggalkan gar dan
kelompok, harus memperhatikan
minta izin pada  Menden
kepada terapis gar dan
 Lama kegiatan 45 memperhatikan
menit
 Semua klien
mengikuti kegiatan
dari awal sampai
selesai
b. Kerja
1. Terapis
menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan,
yaitu menggambarkan dan
menceritakan hasil
gambar kepada klien lain
2. Terapis
membagikan kertas dan  Menden
pensil, untuk tiap klien garkan
3. Terapis memintak
klien menggambar apa
saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini.
4. Sementara klien
mulai menggambar,  Meneri
terapis berkeliling dan ma kertas dan
memberi penguatan pensil
kepada klien untuk terus
menggambar. Jangan  Menden
mencela klien garkan dan
5. Setelah semua memperhatikan
klien selesai menggambar,
terapis meminta masing-
masing klien untuk  Mengga
memperlihatkan dan mbar
menceritakan gambar
yang dibuatnya kepada
klien lain. Yang harus
diceritakan adalah gambar
apa dan apa makna
gambar tersebut menurut
klien
6. Kegiatan poin e
dilakukan sampai semua
klien mendapat giliran  Menden
7. Setiap kali klien garkan dan
selesai menceritakan memperhatikan
gambarnya, terapis
mengajak klien lain
bertepuk tangan

 Menden
garkan dan
memperhatikan

 Menden
garkan dan
memperhatikan

3. 5 Menit c. Terminasi
1. Evaluasi
 Terapis menyakan  Mendengarkan dan
perasaan klien setelah memperhatikan
mengikuti TAK
 Terapis memberikan
pujian atas  Mendengarkan dan
keberhasilan kelompok memperhatikan
2. Tindak lanjut
 Terapis menganjurkan
klien untuk  Menden
mengekspresikan garkan dan
perasaan melalui memperhatikan
gambar
3. Kontrak yang akan
datang
 Menyepakati TAK
yang akan datang
 Menyep
akati memasukan
kejadwal kegiatan
harian
 Menyepakati waktu
dan tempat
 Menyepakati kontrak

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Leader : Hendri Ubaidillah

Observer : Setyo Budi

Fasilitator : Deva Tri Mayasari

Fasilitator : Heldyan

Prilaku yang ditampilkan oleh Leader :

 Mampu memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapatnya

tentang cerita yang dibaca klien.

 Mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok antar

klien.

Prilaku yang ditampilkan oleh Co-Leader

 Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader

 Mengingat leader bila diskusi menyimpang

Prilaku yang ditampilkan oleh Observer

 Mampu mengobservasi jalan permainan

 Mampu mengobservasi jalan diskusi


 Mencatat pendapat yang dikemukakan oleh klien secara verbal dan non

verbal selama permainan dan diskusi berjalan.

Prilaku yang ditampilkan oleh Fasilitator

 Mampu memfasilitasi klien yang kurang aktif

 Mampu menjadi role model bagi klien

Prilaku yang diharapkan dari kelompok

 Klien dapat bermain sesuai dengan aturan.

 Klien dapat ikut serta dalam seluruh kegiatan terapi kelompok

 Klien dapat menggambar dan mengemukakan makna gambar

TAK
STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR
Kemampuan memberi respons terhadap menggambar

No Aspek yang Nama Klien


dinilai

1. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai
akhir

2. Menggambar
sampai selesai

3. Menyebutkan
gambar apa

4. Menceritakan
makna gambar

H. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta 4 orang
 Setting tempat sesuai dengan rencana
 Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan
tertib
2. Evaluasi Proses
 Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
 Klien dapat mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
 Klien berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan dapat memberikan
tanggapan tentang kegiatan dan manfaat kegiatan
 Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
 4 peserta mampu mempraktekkan cara menghardik dengan tepat
 4 peserta mampu mengungkapkan bagaimana perasaannya setelah
menghardik.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.Pelaksanaan

Pelaksanaan di lakukan pada tanggal 16 – 18 Desember 2019 di


ruang Punai RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda :

TAK
STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR
Kemampuan memberi respons terhadap menggambar

Senin, 16 Desember 2019 jam 09.00 – 09.30 Wita di ruang makan ruang Punai

No Aspek yang Nama Klien


dinilai
Ny.F NY.N NY.D NY.DW

1. Mengikuti kegiatan √ √ √ √
dari awal sampai
akhir

2. Menggambar √ √ √ ×
sampai selesai

3. Menyebutkan √ √ × ×
gambar apa

4. Menceritakan √ √ × ×
makna gambar

Pembahasan :

Kegiatan diikuti oleh 4 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi, satu oarng
pasien tidak menggambar sampai selesai, dua orang pasien tidak dapat
menyebutkan gambar apa, dua orang tidak dapat menceritakan makna gambar,
satu orang berbicara sendiri

TAK
STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR
Kemampuan memberi respons terhadap menggambar

Selasa, 17 Desember 2019 jam 10.00 – 10.30 Wita di ruang makan ruang Punai

No Nama Klien
Aspek yang Ny.F NY.N NY.D NY.DW
dinilai

1. Mengikuti kegiatan √ √ √ √
dari awal sampai
akhir

2. Menggambar √ √ √ √
sampai selesai

3. Menyebutkan √ √ √ √
gambar apa

4. Menceritakan √ √ √ √
makna gambar

Pembahasan :

Kegiatan diikuti oleh 4 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Semua
pasien dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, semua pasien
menggambar sampai selesai, semua pasien dapat menyebutkan gambar apa,
semua pasien dapat menceritakan makna gambar, semua pasien mengatakan
sangat senang dan dapat berkomunikasi dengan baik, semua pasien
mengatakan tidak mengalami halusinasi.

TAK
STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR
Kemampuan memberi respons terhadap menggambar

Rabu, 18 Desember 2019 jam 14.00 – 14.30 Wita di ruang makan ruang Punai

No Aspek yang Nama Klien


dinilai
Ny.F NY.N NY.D NY.DW

1. Mengikuti kegiatan √ √ √ √
dari awal sampai
akhir

2. Menggambar √ √ √ √
sampai selesai

3. Menyebutkan √ √ √ √
gambar apa

4. Menceritakan √ √ √ √
makna gambar

Pembahasan :

Kegiatan diikuti oleh 4 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Semua
pasien dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, semua pasien
menggambar sampai selesai, semua pasien dapat menyebutkan gambar apa,
semua pasien dapat menceritakan makna gambar, semua pasien mengatakan
sangat senang dan dapat berkomunikasi dengan baik, semua pasien
mengatakan tidak mengalami halusinasi.

B. Faktor Pendukung

 Pasien kooperatif

 Pasien bisa mengambar sampai selesai

 Pasien dapat menyebutkan gambar

 Pasien dapat menceritakan makna gambar

 Ruangan dan alat tulis yang memadai

C. Faktor Penghambat

Terbatasnya jumlah fasilitator sehingga jumlah pasien yang mengikuti TAK


menggambar terbatas hanya 4 orang.

D. Evaluasi Kegiatan

Selama kegiatan TAK menggambar dilaksanakan semua pasien mengikuti


kegiatan dari awal sampai akhir, satu orang pasien masih mengalami
halusinasi sehingga tidak dapat menyelesaikan gambar, semua pasien
dapat berinteraksi dengan sangat baik, antara pasien dengan perawat juga
antara pasien dengan pasien, evaluasi yang dilakukan pada hari ketiga
semua pasien tidak mengalami halusinasi.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok merupakan timulasi sensori adalah upaya
untuk menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon
yang adekuat. Tujuannya adalah agar klien dapat berespon terhadap
stimulus pancaindera yang diberikan. Aktivitas Stimulasi sensori dapat
berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti
gambar, video, tarian, dan nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi TAK-
Stimulasi Sensori adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri
rendah,halusinasi yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.

B. SARAN
Berkesenian dapat dapat menjadi sarana bagi pasien
mengekspresikan emosi dan kondisi kejiwaan mereka. Seni dapat
menjadi salah satu media terapi yang mampu memberikan konstribusi
positif terhadap proses rehabilitasi gangguan kejiwaan. TAK dengan
menggambar dapat memberikan dampak positif bagi pasien karena
pasien dapat mengekpresikan perasaan dan emosinya lewat gambar.
TAK stimulasi sensori dengan menggambar bisa dikombinasikan dengan
menyanyi atau dengan mendengarkan musik sehingga hasil yang
diharapkan bisa lebih maksimal.
Terapi aktivitas kelompok sudah sepantasnya masuk dalam standar
asuhan keperawatan jiwa dan menjadi integral dalam standar asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada tindakan keperawatan jiwa yang
diberikan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa utamanya di
ruang rawat inap rumah sakit jiwa. Dengan demikian menjadi kewajiban
perawat untuk memberikan terapi aktivitas kelompok secara rutin sesuai
dengan kebutuhan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa dan
menjadikannya sebagai bagian dari budaya profesional sehingga dapat
meningkatkan citra dan mutu pelayanan keperawatan jiwa bagi pasien dan
keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Haura: Aji, R.P. 2017. Upaya meningkatkan sosialisasi dengan melatih berkenalan pada klien

menarik diri. Universitas Muhamadyah Surakarta.

Anggraini,Karina et.al.2013. Pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat halusina dengar


pada pasien skizofrenia di RSJD dr: Amino Gondohutomo Semarang.

Anovianti SR. 2008. Terapi seni melalui melukis pada pasien Skizofrenia dan ketergantungan
narkoba. ITB J. Vis. Art & Des ; 2 (1): 72-84
Candra, I Wayan, dkk. 2014. Terapi Okupasi Aktivitas menggambar terhadap Perubahan
Halusinasi pada pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

Chaery l. 2009. TAK: Persepsi Sensori. Jakarta: Salemba Medika.

Chambala, A. 2008. Anxiety and art therapy: treatment in the public eye. Journal of Art Therapy
Assocation vol 25(4).

Direja,Ade Herman Surya.2011.Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika: Yogyakarta.

BALITBANGKES 2013. Jakarta Riset Kesehatan Dasar.Kementrian Kesehatan.

G.C & Neale Davison J.M. 2006.Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja. Grafindo Persada.

Durand, V. M, Barlow, D.H. 2007. Essentials of Abnormal Psychology. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hartono, Y. & Kusumawati, F. 2010. BukuAjar Keperawatan Jiwa.Jakarta :SalembaMedika

Hartono, Y. & Kusumawati, F. 2011.Buku ajar keperawatan jiwa.Jakarta :SalembaMedika.

Maramis. 2005. Catatan llmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.

Maslim, Rusdi.(2013).Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-II dan DSM-V.Cetakan 2 -

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.Jakarta: PT. Nuh Jaya.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitiandan Pengembangan


KesehatanKementerian RI tahun 2018.

Sadock, Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott.2010. Gangguan ansietas. Dalam : Kaplan &
Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke-2.Jakarta:EGC.

Hawari, D. 2014.Skizofrenia Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psiko-Sosial-Sosial.Jakarta ะ FKUI.

Keliat, Budi Anna. 2009. Proses KeperawatanJiwa.Jakarta: ECG. Kemenkes RI. 2012. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2012; (online),
(www.litbang.depkes.go.id,diakses tanggal 18 Desember 2019).

Muthmainnah. 2015. Peranan terapi menggambar terhadap katarsis emosi anak.Jurnal


pendidikan anak volume IV edisi 1.

Norsyehan, et.al. 2015. Terapi melukis terhadap kognitif pasien skizofreniaDi rumah sakit

jiwa sambang lihum. DK Vol.3 no. 2.

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Susana, S.A d & Hendarsih, S. 2011. Terapi Modalitas: Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Tirta I Gusti Rai & Putra Risdianto Eka. 2008. Terapi Okupasi pada Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali.

Sarah dan Nida Ul Hasanat. 2010. Kajian Teoritis Pengaruh Art Therapy dalam Mengurangi
Kecemasan pada Penderita Kanker. "Buletin psikologi fakultas psikologi universitas gadjah mada
Volume 18, no. 1.

Sudjarwo, Eddi. 2013. Pengaruh terapi aktivitas individu: menghardik terhadap


kemampuanmengontrol halusinasi pendengaran. Jurnal kesehatan mesencephalon 1:4

Wahyuni.2010.Pengaruh Terapi Okupasi Aktivitas Menggambar Terhadap Frekuensi Halusinasi


Pasien Skizofrenia di Ruang Model Praktek Keperawatan Prefesional Rumah Sakit Jiwa
Tampan PekanbaruMedan. Skripsi.

Yosep, I., Puspowati, N. N., & Sriat, A. 2010. Pengalaman Traumatik Penyebab Gangguan Jiwa
(Skizofrenia) Pasien di Rumah Sakit Jiwa Cimahi. Kedokteran Bandung Volume 41 No. 4.
Ekstraksi Data dan Critical Appraisal

Penelitian Sampel
Hasil Level
No ( peneliti & (karakteristik,ukuran, Desain/seleksi responden Intervensi Komenta
temuan/kesimpulan penelitian
waktu ) setting)
1. Khoirun Nuha, Sampel penelitian ini Jenis penelitian ini adalah - Perkenalan diri kepada - Sebelum diberi Metode Keterbatas
Desi Ariyana sebanyak 2 orang yang menggunakan desain pasien dan keluarga aktivitas menggambar observasi
Fakultas Ilmu diambil dengan teknik Descriptive Study - Jelaskan tujuan sebagian besar pasien (Nursalam - Jumlah
Keperawatan purposive sampling. - Menilai tingkat halusinasi mengalami frekwensi 2003) (Level harusnya
dan Kesehatan Kriteria Inklusi : (sekelompok subyek di halusinasi 10-15 kali III) untuk
Universitas - Pasien dengan Halusinasi obsevasi sebelum dan sehari digenera
Muhammadiyah - Pasien bersedia dilakukan sesudah dilakukan - Setelah diberi aktivitas - Tidak
Semarang penelitian intervensi) menggambar mencant
2018 Kriteria Eksklusi : - Pasien duduk santai dan frekwensi halusinasi penelitia
- Pasien tidak kooperatif nyaman di tempat duduk, menurun menjadi 8 - Waktu
“Aplikasi Terapi - Pasien tidak bersedia di bebas dari rasa sakit, kali sehari hanya 1
Okupasi teliti lapar dan ngantuk. - Tingkat halusinasi
Aktivitas - Menggambar Gambar pasien dengan
Menggambar selama 3 hari sesuai halusinasi dapat Kekuatan
Terhadap keinginan pasien (15-30 diturukan - Kriteria
Perubahan menit)/hari jelas
Halusinasi Pada - Mengukur Frekwensi
Pasien Halusinasi dalam 1 hari
Halusinasi Di - Gunakan ceklist penilaian
Puskesmas yang sama.
Nalumsari”

Penelitian
( peneliti &
waktu )

2 Febriana Sartika Sampel yang diambil Metode Penelitian Quasi - Peneliti memperkenalkan - Berdasarkan Hasil 1. Metode Kekuatan
Sari, Rizqy sebanyak 10 Experiment dengan pre test- diri kepada pasien . analisis, maka dapat Analisa - Waktu
Lukmanul responden dibagi post test with control grup - Jelaskan tujuan disimpulkan bahwa (Level III). selama 1
Hakim,Irna menjadi 2, kelompok - Mengukur tingkat pada kelompok - Kriteria
Kartika kontrol 5 responden keparahan gejala control menunjukkan jelas
STIKES dan kelompok schizoprenia (alat ukur penurunan gejala - Alat uku
Kusuma Husada intervensi 5 responden yang sama antara group positif dan negatif
Surakarta yang dirawat di ruang kontrol dan eksperimen sebesar 30,2 poin Keterbatas
2018 Srikandi RSJD Dr.Arif menggunakan PANSS - Pada kelompok - Jumlah
Zainudin Surakarta EC) perlakuan kurang b
Art Drawing - Pasien duduk santai dan menunjukkan - Tidak
Therapy Efektif Kriteria inklusi : nyaman di tempat duduk, penurunan gejala penelitia
Menurunkan - Pasien dengan bebas dari rasa sakit, positif dan negatif
Gejala Negatif diagnosis lapar dan ngantuk. sebesar 49,4 poin
Dan Positif Schizoprenia. - Mengggambar selama 3 - Terjadi penurunan
Pasien - Pasien stabil hari sesuai keinginan yang signifikan pada
Schizoprenia - Pasien di rawat di pasien (15-30 menit)/hari kelompok perlakuan
Di RSJD Arif ruang Srikandi RSJD - Ukur tingkat keparahan dibandingkan dengan
Zainudin Dr.Arif Zainudin gejala Schizoprenia kelompok kontrol
Surakarta Surakarta. setelah mengambar sebesar 0,015
dengan PANSS EC sedangkan pada
Kriteria Eksklusi : setelah menggambar kelompok perlakuan
- Pasien dengan 0,017 (⍺ 0,05)
gaduh gelisah
- Pasien tidak bersedia
menggambar.
BAB III

PENUTUP

C. SIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok merupakan timulasi sensori adalah upaya untuk menstimulasi semua pancaindera
(sensoori) agar member respon yang adekuat. Tujuannya adalah agar klien dapat berespon terhadap stimulus
pancaindera yang diberikan. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan
lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi Sensori adalah klien
isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.

D. SARAN
Terapi aktivitas kelompok sudah sepantasnya masuk dalam standar asuhan keperawatan jiwa dan menjadi
integral dalam standar assuhan keperawatan jiwa khususnya pada tindakan keperawatan jiwa yang diberikan pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa utamanya di ruang rawat inap rumah sakit jiwa. Dengan demikian menjadi
kewajiban perawat untuk memberikan terapi aktivitas kelompok secara rutin sesuai dengan kebutuhan di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan jiwa dan menjadikannya sebagai bagian dari budaya profesional sehingga dapat
meningkatkan citra dan mutu pelayanan keperawatan jiwa bagi pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakara: EGC

Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Arifin, Yasir. 2009. Terapi Kelompok. 23 Mei 2009. Arifin Yasir: Blog (Diakses 28 April 2012).
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/terapi-kelompok.html
Candra et al. n.d. Eksistensi Terapi Aktivitas Kelompok dalam Tindakan Keperawatan Jiwa. (Diakses 28 April 2012).
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/laporan-terapi-aktivitas kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai