STIMULASI SENSORI
Kelompok 2B
1. Dinda Rifqi Alifya
2. Eno Larian
3. Imang Budiati
4. Jenny Samudra Devi
5. Linda Lestari
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul stimulasi sensori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit jiwa Propinsi Bali merupakan pusat rujukan dalam merawat
klien dengan gangguan jiwa di Bali. Berdasarkan data yang peneliti didapatkan di RS
Jiwa Propinsi Bali, pada bulan Juli sampai dengan Desember tahun 2008 rata-rata
jumlah klien yang dirawat tiap bulan sebanyak 274 orang. Dari jumlah tersebut 266
orang atau 97,1% mengalami skizoprenia, dari 266 klien tersebut 52 orang atau 20%
mengalami kerusakan interaksi sosial.
Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mempunyai tujuan agar klien
mampu memberikan respon dan dapat mengekspresikan perasaan adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori. Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori klien
dapat menggunakan semua panca inderanya untuk merespon stimulus yang diberikan,
sehingga klien dapat memberi respon yang adekuat, dengan kemampuan memberi
respon terutama terhadap lingkungan diharapkan klien mampu meningkatkan hubungan
sosial dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan teori
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum klien dapat berespon terhadap stimulus pancaindera yang diberikan
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kemampuan sensoris
b. Meningkatkan uupaya meningkatkan pusat perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Tujuan khusus berdasarkan jenis Terapi Stimulasi Sensori:
a. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar
b. Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
C. Aktivitas dan Indikasi
A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative, dan merasa
dirinya lebih rendah dari orang lain.
Dampak dari HDR yaitu dapat mengakibatkan isolasi sosial ; menarik diri, gangguan
persepsi sensori : halusinasi, risiko mncederai, defisit perawatan diri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi dalam beberapa jangka waktu diharapkan klien bisa merubah
perilakunya dari yang maladaptif menjadi adaptif.
b. Tujuan Khusus
Klien mampu mengenali musik yang didengar
Klien mampu menikmati musik sampai selesai
Klien mempu menceritakan perasaan setelah mendengarkan musik
C. Terapist
1. Leader :
2. Co Leader :
3. Fasilitator :
4. Notulen :
5. pasien :
D. Setting
Peserta duduk melingkar
E. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset lagu melayu ( dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna. Dapat juga
lagu-lagu yang bermakna religius )
F. Metode
1. Diskusi
2. Sharing Persepsi
G. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi : klien menarik diri, harga diri
rendah
b. Mempersiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam teraupeutik : Terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi / validasi : Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
c. Kontrak :
1. Terapis menjelaskan tujuan kagiatan
2. Terapis menjelaskan aturan main yaitu :
Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan akhir
Bila ingin keluar dari kelompok, klien harus meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 60 menit
3. Kerja
a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama
panggilan, serta asal), dimulai dari terapis secara beruntun searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak klien untuk
bertepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh berjoget sesuia irama lagu.
Setelah selesai lagu tersebut peserta akan menceritakan isi cerita dari lagu tersebut
dan perasaan klien setelah mendenar lagu
d. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh juga berjoget
e. Secara bergantian, klien menceritakan isi lagu dan perasaannya secara bergiliran,
sesuai arah jarum jam, sampai semua peserta mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian setiap klien selesai menceritakan perasaannya.
d. Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas pencapaian kelompok
b. Tindak lanjut : Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik-musik yang baik
dan bermakna dalam kehidupan
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2. Terapis menyepakati waktu dan tempat TAK
Fasilitator 1 : Selamat pagi ibu . Seperti janji kemarin, ibu ingat kan,
hari ini kita mendegarkan musik?
Klien 1 : Hah??? Saya mau.. apalagi kalau musik dangdut
Fasilitator 1 : Iya..bapakAyo Pak sekarang kita ke ruang
pertemuan.
Klien 1 : Oke2 (senyum-senyum kegirangan)
Dan.. hal serupa juga terjadi di ruang Dharmawangsa dimana
fasilitator sedang menjemput klien dengan Waham
Fasilitator 2 : Permisi ibu, selamat pagi.
Klien 2 : Suster tau gak.. saya sebernanya seorang penyanyi.
Fasilitator 2 : Sebentar pak.jangan terbang dulu, kita menggambar
dulu.
Klien 2 : saya tidak ingat? Kita mau menggambar di ruang
pertemuan kan? Ayo kita terbang kesana sekarang..
Fasilitator 2 : Iya, tapi saya tidak bisa terbang, tapi kita bisa berangkat
sama-sama
Beberapa detik kemudian.
Fasilitator 2 : Bagaimana bapak, coba lihat kaki Bapak ada dimana?
Menyentuh tanah bukan? Itu artinya Bapak tidak terbang,
tapi berjalan kaki.
Klien 2 : O iya ya suster.
PENUTUP
E. Simpulan
Terapi aktivitas kelompok merupakan timulasi sensori adalah upaya
untuk menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar member respon yang
adekuat. Tujuannya adalah agar klien dapat berespon terhadap stimulus
pancaindera yang diberikan. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus
terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video,
tarian, dan nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi Sensori
adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai
dengan kurang komunikasi verbal.
F. Saran
Terapi aktivitas kelompok sudah sepantasnya masuk dalam standar
asuhan keperawatan jiwa dan menjadi integral dalam standar assuhan
keperawatan jiwa khususnya pada tindakan keperawatan jiwa yang diberikan
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa utamanya di ruang rawat
inap rumah sakit jiwa. Dengan demikian menjadi kewajiban perawat untuk
memberikan terapi aktivitas kelompok secara rutin sesuai dengan kebutuhan
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa dan menjadikannya sebagai
bagian dari budaya profesional sehingga dapat meningkatkan citra dan mutu
pelayanan keperawatan jiwa bagi pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakara: EGC
Arifin, Yasir. 2009. Terapi Kelompok. 23 Mei 2009. Arifin Yasir: Blog (Diakses 28 April
2012). http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/terapi-
kelompok.html
Candra et al. n.d. Eksistensi Terapi Aktivitas Kelompok dalam Tindakan Keperawatan
Jiwa. (Diakses 28 April 2012).
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/laporan-terapi-
aktivitas kelompok.html