KELOMPOK 3
NOFIA
NUR AZIZAH
MULYATI CITRA
SUNARTI
DINA
RESYA NASRUN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
ASKEP ini dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam ASKEP ini akan
dibahas mengenai “askep komunitas masalah kesehatan populasi pada penyakit
infeksi”.
Demikian, semoga ASKEP ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
bagi penulis.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Defenisi .................................................................................................
B. Etiologi .................................................................................................
C. Klasifikasi .................................................................................................
D. Manifestasi klinis...........................................................................................
E. Cara penularan...............................................................................................
F. Patofisiologi .................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang..................................................................................
H. Komplikasi .................................................................................................
I. Penatalaksanaan ............................................................................................
J. Pencegahan .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R.
Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi
stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan
berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan
perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan
bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu,
keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi,
tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan
kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu
memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada
rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan
secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R
Budi Dwi K, 2010).
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan
Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak
maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain,
4
bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari
paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-
satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah
kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3
negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB
dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70%
usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3
tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia
mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus
kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus
TBC berada di sekitar kita.
B. RUMUSAN RUMUSAN
1. Apa Defenisi dari TB paru ?
2. Apa saja Etiologi TB paru ?
3. Apa sajakah Klasifikasi TB paru ?
4. Apa saja Manifestasi klinis dari TB paru ?
5. Bagaimanakah Cara penularan dari TB paru ?
6. Patofisiologi dri TB paru ?
7. Jelaskan Pemeriksaan penunjang pada penyakit TB paru ?
8. Apa sajakah Komplikasi pada TB paru ?
9. Apa saja Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ?
10. Bagaimana Pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit tersebut ?
5
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui Defenisi dari TB paru.
2. Untuk mengetahui Etiologi TB paru.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi TB paru.
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari TB paru.
5. Untuk mengetahui Cara penularan dari TB paru.
6. Untuk mengetahui Patofisiologi dri TB paru.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang pada penyakit TB paru.
8. Untuk mengetahui Komplikasi pada TB paru.
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan yang dapat dilakukan.
10. Untuk mengetahui Pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit tersebut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI TB PARU
Tuberculosis paru ( TB paru ) adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TBC ( Depkes RI, 2002 ).
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru – paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan.
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Kuman biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara ( pernafasan ) ke dalam paru. Kemudian
kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh lain melalui peredaran darah,
kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain
( Depkes RI, 2002 ).
B. ETIOLOGI.
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis yang ditemukan oleh Robert Koch ( 1882 ).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pila sebagai basil tahan asam
( BTA ), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam
keadaan kering, tetapi dapat mati pada suhu 60 oC dalam 15 – 20 menit.
C. KLASIFIKASI.
Tuberculosis dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Tuberculosis primer.
Pada tuberculosis primer penularan tuberculosis paru terjadi karena
kuman di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam
udara. Dalam suasana gelap dan lembab, kuman dapat bertahan berhari – hari
sampai berbulan - bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat
maka akan menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trachea –
bronchial beserta gerakan silia dengan sekretnya.
b. Tuberculosis post primer.
Tuberculosis post primer dari tuberculosis primer akan muncul
bertahun – tahun lamanya menjadi TBC post primer. Post primer ini dimulai
7
dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior
pada paru ( Soeparman, 1990 ; Snieltzer, 2000 ).
D. MANIFESTASI KLINIS.
1. Demam dengan suhu tubuh 40 – 41 oC, serta ada batuk / batuk darah.
2. Sesak napas dan nyeri dada.
3. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anoreksia, BB menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari.
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada.
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.
E. CARA PENULARAN.
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak – anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa.
2. Bakteri bila masuk dan terkumpul dalam paru – paru akan berkembang biak
menjadi banyak ( terutama daya tahan tubuh yang rendah ), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu,
infeksi TBC menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti, paru – paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor ini adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara
tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang
dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.
F. PATOFISIOLOGI
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang
sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ
lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek – efek primer.
Sarang primer ini dapat terjadi di bagian – bagian jaringan paru. Dari sarang ini
akan timbul peradangan saluran getah bening hilus ( limfangitis local ), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus ( imfadenitis hilus ). Sarang
primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer.
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan
cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis – garis
fibrotic, kalsifikasi di hilus atau kompleks ( sarang ) Ghon, ataupun bisa
berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke
sekitarnya, secara bronhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
8
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
( Soeparman, 1990 ; Snieltzer, 2000 ).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu – pagi – sewaktu ( SPS ).
b. Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB ( BTA ). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan san uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas
pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologic paru tidak selalu menunjukkan aktivitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostic untuk suspek TB paru.
H. KOMPLIKASI.
Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium lanjut ( Depkes RI, 2005 ) :
a. Hemoptosis berat ( perdarahan dari saluran nafas bawah ) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
9
c. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat ) dan fibrosis ( pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif ) pada paru.
d. Pneumotorak ( adanya udara di dalam rongga pleura ) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f. Insufisiensi kardio pulmoner ( cardiac pulmonary insufficiency ).
I. PENATALAKSANAAN.
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton,
Norman & Miller, 2002).
2. Penatalaksanaan keperawatan.
Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau
tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak
pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus
diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow-up” untuk
menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif atau tes
tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif
dan berkeringat malam hari.
10
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB
mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin
dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan
infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
3. Penatalaksanaan diet.
Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat
badan normal
2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan
kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
6. Macam diet untuk penyakit TBC:
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)
J. PENCEGAHAN.
1. Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan
minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap
sehingga masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak
progresif dan menimbukan komplikasi yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan
sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan
seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko
tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi
tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit
tuberculin yang tepat imunisasi BCG.
11
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
a. Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan
kondisi perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua
komponen yang terdapat dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya
adalah perbatasan wilayah.
b. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul
Chayatin 2009).
Menurut A. Guillard (1985), demografi adalah elements de statistique
humaine on demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
1) Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan
perkembangan suatu penduduk.
2) Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar,
komposisi, dan distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya
sepanjang masa melalui komponen demografi, yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
3) Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan
komponen penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
c. Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok
tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu
yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya
kepada generasi berikutnya. Etnik berbeda dengan ras. Ras merupakan
sistim pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik visik,
pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk
kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan dan perilaku yang
diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi berikutnya.
(Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
d. Values and beliefs
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau
buruk. Sedangkan, norma budaya adalah aturan sosial atau patokan
perilaku yang dianggap pantas. Norma budaya merupakan sesuatu kaidah
12
yang memiliki sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Nilai
dan norma yang diyakini oleh individu tampak di dalam masyarakat
sebagai gaya hidup sehari-hari. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan
atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan upah minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR
sehingga upaya kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya
anjuaran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak
menimbulkan stress.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan
diberbagai bidang termasuk kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya
televisi, radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk megurangi stress. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat
tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan
13
komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan
karakteristik lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).
C. Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap
berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat
masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok
kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh
masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri
dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja
kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh
dengan tahapan sebagai berikut :
14
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan
atau komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi
terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok dan kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri
atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit
dan tingkatb keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan
sambil stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses
penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang
optoimal dari ketidak mampuannya.
E. Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir
akhir (output).
15
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna ,
kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu
berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :
Keterangan:
= Peran perawat
16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU
A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu
Kecamatan : Kotamobagu Utara
Kelurahan : Bilalang II
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Pontodon
Selatan : Bilalang 4
Barat : Bilalang 3
Timur : Pontodon
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-laki 258 49
2 Perempuan 271 51
Total 529 100
17
1 Bayi / balita (0-5) 19 4
2 Anak – anak 60 11
3 Remaja 69 13
4 Dewasa 343 65
5 Lansia 38 7
Total 529 100
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok
umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan
kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah
19 orang (4%).
3. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa
suku mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%)
4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 465 88
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Total 529 100
5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
18
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6 Tamat S1 24 4,5
7 >S1 1 0,1
8 Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100
19
b. Keluarga berencana
2) Jumlah PUS : 69 orang
3) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
4) Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 1 orang (1,4%)
PIL : 7 orang (10,1%)
Kondom : 6 orang (8,7%)
Suntik : 34 orang (49,3%)
Tdak KB : 21 orang (30,4%)
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak
ikut KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri.
Alasan lain karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB
karena merasa rumit
DO= Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan
33 % cukup mengerti tentang KB
c. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain { di rumah } : 10 orang ( 14,5 %)
d. Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %)
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
Tidak ada masalah :21orang (55,26%)
e. Distribusi penyakit di masyarakat
1) TB Paru : 23 orang (43,5%)
2) ISPA : 5 orang (11,3%)
3) Hipertensi : 21 orang (47,7%)
4) DM : 8 orang (18,18%)
5) Asma : 2 orang (4,5%)
6) Vertigo : 1 orang (2,27%)
20
7) Gastritis : 2 orang (4,5%)
8) Otot Dan Tulang : 11 orang (25%)
9) Hipotensi : 1 Orang (2,27%)
10) Faringitis : 1 Orang (2,27%)
11) Batu Ginjal : 2 orang (4,5%)
DS= Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat
TB ke Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus
obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/
lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak
tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak ada
pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang
sehat.
21
a) Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%)
b) Lancar : 136 KK (99,27%)
c. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
a) Ya : 7 KK (5,1%)
b) Tidak : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak
Diluar rumah : 7 KK (100%)
d. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
2) Macam jamban yang dimiliki
a) Septi tank :129 KK (94,2%)
b) Sumur cemplung :8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
a) Bersih : 132 KK (96,4%)
b) Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
a) WC umum : -KK (%)
b) Jamban tetangga : -KK (%)
c) Sungai : -KK (%)
d) Sawah : -KK (%)
e. Keadaan rumah
1) Type rumah
a) Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
b) Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
2) Status rumah
a) MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
b) Kontrak : 2 KK (1,5%)
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
a) Ada : 90 KK (65,69%)
b) Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga
yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
5) Luas kamar tidur
a) Memenuhi syarat :115 KK (83,9%)
b) Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%)
22
6) Penerangan rumah oleh matahari
a) Baik : 70 KK (51,1%)
b) Cukup : 23 KK (16,79%)
c) Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga
kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam
rumah tampak gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
1. Memiliki : 18 KK(13,1%)
2. Tidak memiliki : 119 KK(86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK(100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK(100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)
23
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : - Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : - buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu :1 Buah
Puskesmas :Buah
Rumah Sakit :Buah
Praktek Dokterwasta :Buah
Praktek Bidan :Buah
Praktek Kesehtan Lain :Buah
Tukang Gigi :Buah
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
a) PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
b) Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
c) Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
d) Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
e) Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
a) Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
b) Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
a) pasar tradisional : -buah
b) Pasar swalayan : - buah
c) Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
a) < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
b) Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
24
c) Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
d) >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
a) Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
b) 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
c) >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil
Makanan
25
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Tidak ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa (39,4%)
2) TV : 129 jiwa (94,2%)
3) Telepon :137 jiwa (100%)
4) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)
7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam :- Buah
b. Kolam Renang :- Buah
c. Taman Kota :- Buah
d. Bioskop :- Buah
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan
- Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penyakit TB paru di
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru Bilalang 2 Kelurahan
masyarakat tidak tahu tentang Bilalang kecamatan
perawatan TB Paru sehingga kotamobagu utara
mereka kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat
(kadang di got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
1. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
2. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57%
3. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
26
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
1.
2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi
1. Dari hasil wawancara dengan tentang penyakit TB paru peningkatan
warga bahwa masyarakat yang prevalensi penyakit
menderita TB Paru tidak TB Paru di Bilalang 2
memeriksakan / mengontrol Kelurahan bilalang
kesehatannya ke puskesmas kecamatan
2. Dari hasil wawancara dengan Kotamobagu utara
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB ke
Puskesmas
3. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/ lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela
nya
DO:
2. Jumlah penderita TB Paru TB
Paru sebanyak 23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
27
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan di dalam
rumah tampak gelap
3. DS: Kurangnya peranan Kurang pengetahuan
1. Dari hasil wawancara ternyata fasilitas pelayanan tentang perawatan TB
warga masyarakat belum pernah kesehatan paru di Bilalang 2
mendapatkan informasi tentang Kelurahan Bilalang
penyakit TB paru baik dari tenaga kecamatan
kesehatan maupun melalui leaflet. kotamobagu utara
2. Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
DO:
1. fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tersebut hanya terdapat 1
buah puskesmas pembantu
2. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 180 KK (47,2 %)
3. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 101 KK (26,5 %)
4. Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
5. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
6. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57%
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan
tentang perawatan penyakit TB paru
28
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2
Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan
Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya
peranan fasilitas pelayanan kesehatan
D. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi
Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru
Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan
kotamobagu utara
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di
Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan
kotamobagu utara
Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di Bilalang 2
Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu
utara
DIAGNOSA
N KEPERAWATAN
KRITERIA
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
29
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
F. Perencanaan
No Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka Panjang Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat internal dan eksternal
diharakan tidak terjadi dapat: yang dapat
peningkatan prevalensi 1. Semua penduduk yang meningkatkan atau
penyakit TB menderita TB Paru menurunkan motivasi
memeriksakan untuk memeriksakan
kesehatannya ke diri ke puskesmas
puskesmas 2. Identifikasi penyebab
2. Masyarakat rutin masyarakat tidak
mengambil obat TB di engambil obat di
puskesmas puskesmas
30
3. Masyarakat yang 3. Identifikasi penyebab
menderita TB Paru tidak masyarakat putus obat
mengalami putus obat dan 4. Beri penyuluhan
Rutin minum obat tentang tentang
4. Masyarakat membuka penyakit TB Paru dan
jendela kamarnya akibat bila tidak
5. Warga yang belum mengkonsumsi obat
memiliki ventilasi dapat dengan benar serta
membuat ventilasi penyebab putus obat
6. Pencahayaan yang cukup
2 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat tentang perawatan
diharakan tidak terjadi dapat: penyakit TB pru
penyakit TB paru 1. Masyarakat tahu tentang 2. Jelaskan kepada
perawatan TB Paru masyarakat untuk
2. Masyarakat dapat mengkususkan alat
mengkhususan alat tenun tenun dan makan
dan alat makan antara antara penderita TB
penderita dengan orang dan orang sehat
yang sehat. 3. Jelaskan kepada
4. Warga yang memilki masyarakat pentingnya
pengetahuan tentang TB penerangan rumah
paru oleh matahari
5. Warga memilki cukup 4. Anjurkan masyarakat
pengetahuan TB paru untuk meiliki
6. Penerangan rumah oleh pencahayaan dalam
matahari cukup rumah yang terang
7. Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
3 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat pengetahuan
diharapkan pengetahuan dapat: masyarakat tentang
masyarkat meningkat tentang 1. Pengetahuan masyarakat TB Paru
TB Paru serta peranan fasilitas tentang TB Paru meningkat 2. Lakukan penyuluhan
pelayanan kesehatan (80%) kesehatan tentang TB
meningkat 2. Masyarakat mengetahui paru(pengertian,
tentang TB paru, penyebab, penyebab, cara
cara pencegahan dan pencegahan dan
penularan penularan)
3. Adanya penyuluhan dari 3. Anjurkan untuk
31
tenaga kesehatan tentang meningkatkan
TB Paru fasilitas pelayanan
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa Bilalang 2
dapat kita tarik kesimpulan bahwa Desa bilalang 2 masih memerlukan perhatian
yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah
32
provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di
berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang lainnya yang
memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.
B. Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
33
Mubarak
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
34