Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN


“KERACUNAN”

OLEH :

KELOMPOK 2

PUTRI FEBY FEBYESTI EDWARD


NUR AZIZAH
JUMRIANI (16)

SEMESTER 7

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM STUDI S1. KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan


bimbingannya Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dengan judul “Gangguan pada sistem pencernaan yaitu Keracunan”.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah
saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah –
langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugrahkan kasih sayang – Nya
untuk kita semua. Amin
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas laporan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran
dan kritik yang bersifat membantu. Akhirnya, penulis berharap semoga tugas
laporan ini bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Takalar, 29 agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................................................

Daftar isi .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................


A. Latar belakang ................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................
A. Defenisi keracunan .........................................................................................
B. Klasifikasi ......................................................................................................
C. Etiologi ..........................................................................................................
D. Manifestasi Klinis ..........................................................................................
E. Patofisiologi ...................................................................................................
F. Komplikasi .....................................................................................................
G. Penatalaksanaan .............................................................................................
H. Pemeriksaan penunjang..................................................................................
I. Pencegahan ....................................................................................................
J. Asuhan keperawatan ......................................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi
racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga
sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya
dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan
juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah
tropis dan subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan
ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat
mudah dilakukan.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab
utama kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di
RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan
setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian

4
besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan
obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun
keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa
atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%)
dan inhalasi (14%).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis
yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan
pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda akibat dari
tingkat perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi
yang sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam
kejadian, jenis, motif dari keracunan.Mengingat resiko keracunan yang sangat
berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa
keracunan pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat
dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan
prioritas utama dalam penanggulangan keracunan pada anak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan keracunan ?
2. Apa sajakah klasifikasi dari keracunan ?
3. Apa saja etiologi dari keracunan ?
4. Apa sajakah tanda dan gejala keracunan ?
5. Bagaimana perjalanan penyakit/patofisiologi dari keracunan ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada keracunan ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada seseorang yang keracunan ?
8. Apa sajakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan ?
9. Bagaimana cara mencegah keracunan ?
10. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada gangguan keracunan ?

5
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui defenisi keracunan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan.
3. Untuk mengetahui etiologi keracunan.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi keracunan.
6. Untuk mengetahui komplikasi keracunan.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang.
9. Untuk mengetahui pencegahan.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI.
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil
menyebabkan cedera tubuh dengan adanya reaksi kimia (Smeltzer suzana
dalam nurarif kusuma, 2015).
Keracunan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
( Brunner & Suddarth, 2015).
Keracunan adalah masuknya suatu zat ke dalam tubuh kita yang dapat
mengganggu kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

B. KLASIFIKASI.
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan.
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang
bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain:

7
a. Keracunan botolinum.
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini
mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan
membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini
banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang
sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36
jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah
badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf
otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan
susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan
penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.
b. Keracunan jamur.
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah,
penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas
dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air),
atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan
dan kirim penderita ke rumah sakit.
c. Keracunan jengkol.
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara
penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

8
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang
disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita
diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa
sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.Pada keracunan yang
lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
d. Keracunan singkong.
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong
beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatang
pun tidak mau memakan daunnya.Racun asam biru tersebut bekerja
sangat cepat.Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong,
gejala-gejala mulai timbul.Dalam dosis besar, racun itu cepat
mematikan.

2. Minyak Tanah.
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas,
pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan
mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis,
distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi
kemudian.

3. Baygon.
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang
berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan
golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain
adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan
lainnya.

9
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia
urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang.Miosis, salvias, lakrimasi,
bronkospasme, kram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi
biasanya terlihat sejak awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan.

4. Bahan kimia.
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia
biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau
produk industri.

5. Gigitan serangga.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan
kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan
kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau
serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa,
namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan
darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
1. Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital)
2. Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
3. Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema)
4. Pusing dan kacau
5. Mual, diare, dan nyeri pada perut

10
6. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala tersebut
dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.

b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.


1. Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah
menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan
dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak
2. Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi
3. Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali.

c. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.


d. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
e. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
Digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.
Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan
bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah
penggunaan anti serum.
a) Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
b) Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.

11
C. ETIOLOGI.
Penyebab keracunan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa
macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum
yang banyak terjadi di sebabkan oleh:
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang.

D. MANIFESTASI KLINIS.
Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015)
diantaranya:
1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a) Kelainan visus

b) Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

12
c) Gangguan saluran pencernaan

d) Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a) Anoreksia

b) Nyeri kepala

c) Rasa lemah

d) Rasa takut

e) Pupil miosis

f) Tremor pada lidah dan kelopak mata

3. Keracunan sedang.

a) Nausea, muntah-muntah

b) Kejang, dan kram perut

c) Hipersalifa

d) Fasikulasi otot

e) Bradikardi

4. Keracunan berat.

a) Diare

b) Reaksi cahaya negative

c) Sesak napas, sianosis, edema paru

13
d) Inkontinensia urin

e) Kovulasi

f) Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal.

E. PATOFISIOLOGI.
Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor

bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi

vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.

Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut

kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (

sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di

karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .

Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat (

inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim

KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat

Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan

ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh

di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh

yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp (

menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

14
F. KOMPLIKASI.
1. Kejang

2. Koma

3. Henti jantung

4. Henti napas (Apneu)

5. Syok

G. PENATALAKSANAAN.

1) Penanganan pertama pada keracunan makanan


a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi
korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk
muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah
dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak
tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban
bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika
tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency

15
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas, Jika perlu respirator pada kegagalan
nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag
– valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan
sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.

16
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir
pada tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai
timbulgejala-gejala atropinisasi ( muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.

1. Pemeriksaan Elektrokardiografi ( EKG ). Dapat membantu memberikan


bukti – bukti yang menyebabkan penundaan distritmia atau konduksi.

2. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, dan pemeriksaan


laboratorium lain. Keracunan akut dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida,
magnesium, dan kalsium. Tanda – tanda oksigenasi yang tidak adekuat juga
sering mucul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan
status mental.
3. Tes fungsi ginjal. Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara
langsung.
4. Pemeriksaan toksikologi :

a) Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”


b) Bahan diambil dari :

17
a. Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100
ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

I. PENCEGAHAN.

Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:


a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun
atau gliserin).

18
b. Racun melalui melalui kulit atau mata.
1. Pakaian yang terkena racun dilepas
2. Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3. Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi.
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan.
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
a. Diuretic: lasix, manitol
b. Dialisa
c. Transfusi exchange.

19
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KERACUNAN

A. PENGKAJIAN.
1. Pengkajian Primer
a. A (Airway) . Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva.
b. B (Breathing). Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan
dalam.
c. C (Circulation). Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
d. D (Dissability). Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
e. E (Eksposure). Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernafasan
cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva.
f. F (Fluid / Folley Catheter). Jika pasien tidak sadarkan diri kateter
diperlukan untuk pengeluaran.

2. Pengkajian sekunder.
a. Riwayat kesehatan sekarang. Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya. Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
c. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
d. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
e. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.

20
f. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
g. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
h. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia.

3. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan Elektrokardiografi ( EKG ). Dapat membantu
memberikan bukti – bukti yang menyebabkan penundaan distritmia
atau konduksi.
b. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, dan pemeriksaan
laboratorium lain. Keracunan akut dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium, kalium,
klorida, magnesium, dan kalsium. Tanda – tanda oksigenasi yang
tidak adekuat juga sering mucul, seperti sianosis, takikardia,
hipoventilasi, dan perubahan status mental.
c. Tes fungsi ginjal. Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik
secara langsung.
d. Pemeriksaan toksikologi :
a) Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et
repertum”
b) Bahan diambil dari :
1. Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama
(100 ml)
2. Urine sebanyak 100 ml
3. darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

21
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersaliva.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distress pernafasan.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah.

C. INTERVENSI.
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak 1. Monitor vital sign
efektif berhubungan dengan 2. Pelihara kepatenan jalan nafas
hipersaliva. 3. Lakukan suction untuk
menghilangkan hipersaliva
4. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
6. Monitor respirasi dan status O2
7. Berikan infus dextrose 5 %

2. Pola napas tidak efektif 1. Buka jalan napas menggunakan


berhubungan dengan distress tekhnik jaw thrust
pernafasan. 2. Berikan oksigen therapy 4-6 liter
menggunakan nasal kanul atau
sesuai instruksi
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor vital sign
5. Auskultasi suara napas
3. Kekurangan volume cairan 1. Monitor TTV
berhubungan dengan mual, 2. Lakukan kumbah lambung apabila
muntah. keracunan bukan disebabkan zat
korosif

22
3. Berikan antidot untuk
menghilangkan efek racun
4. Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
5. Kolaborasikan pemberian cairan
IV

D. IMPLEMENTASI.
Implementasi merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan
sesuai dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dari rujukan.

E. EVALUASI.
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
tujuan dengan melihat perkembangan klien.

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil
menyebabkan cedera tubuh dengan adanya reaksi kimia (Smeltzer suzana
dalam nurarif kusuma, 2015).
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi
racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga
sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya
dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat.

B. SARAN.
Kita sebagai tenaga kesehatan mampu mengajari masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari suatu penyakit seperti
keracunan, baik keracunan makanan ataupun obat – obatan. Dan tenaga
kesehatan mengadakan suatu penyuluhan terhadap masyarakat bagaimana cara
mengatasi jika ada seseorang yang mengalami keracunan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Blanta, Kamanti Indriyanti, 2012. Asuhan keperawatan pada pasien dengan


keracunan. Jakarta ; EGC

Gallo, Hudak. 2010. Keperawatan kritis pendekatan holistik volume 2. Jakarta ;


EGC

Suzanne C, Brenda G. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta ; EGC

Noer Syaifoellah, 1996. Ilmu penyakit dalam, FKUI. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai